Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN FONOLOGI BAHASA MELAYU DAN BAHASA

KOREA SERTA CARA PENGUCAPANNYA

Penulis1)*, Penulis2), Penulis3), dst (nama lengkap, tidak disingkat, tanpa gelar)
1)
Jurusan, Fakultas, Universitas, Alamat Institusi
2)
Jurusan, Fakultas, Universitas, Alamat Institusi
3)
Jurusan, Fakultas, Universitas, Alamat Institusi
*
email koresponden
(Jenis huruf Times New Roman, ukuran untuk nama font 12, institusi font 11, jarak 1
spasi)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fonologi bahasa Korea. Bahasa Korea
memiliki fonem /i/, /i:/, /e/, /e:/, /u/, /u:/, /ŭ/, /o/, /o:/, /ŏ/, /a/, /a:/, /b/, /p/, /d/, /t/, /j/,
/c/, /g/, /k/, /m/, /n/, /ŋ/, /s/, /x/, /h/, /č/, /l/, /r/, /y/, /w/; /ṫ/, dan /ṗ/; diftong [Ia], [Iŏ], dan
[Iu]; serta serta struktur suku kata V, VK, KV, KVK, KVV, KKV, dan KVKK. Fonem
bahasa Korea berupa fonem vokal /i/, /e/, /u/, /o/, dan /a/ berdistribusi secara lengkap.
Namun, fonem /e/ hanya berdistribusi di tengah dan akhir kata saja. Diftong [Ia] dan
[Iu] berdistribusi di tengah kata, sementara fonem [Iŏ] terdapat di tengah dan akhir
kata. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis data menggunakan
dengan metode agih atau distribusional. Ada satu hal yang perlu disampaikan pada
penelitian ini yaitu wujud interferensi fonologi bahasa Melayu dan bahasa Korea, serta
cara pengucapannya, yang ditemukan tiga jenis interferensi, yaitu(a) interferensi
fonologi terdapat pada unsur fonem, penggantian suku kata, dan pelesapan suku kata;
dan (b) interferensi leksikon terdapat pada kata benda, kata kerja, kata sifat, kata
ganti, kata penunjuk, kata keterangan, kata depan, dan kata tanya..

Kata kunci: Fonologi Bahasa Korea, Bahasa Daerah, Fonem, Bahasa Melayu

ABSTRACT

This study aims to describe the phonology of the Korean language. Korean has the
phonemes /i/, /i:/, /e/, /e:/, /u/, /u:/, /ŭ/, /o/, /o:/, /ŏ/, /a /, /a:/, /b/, /p/, /d/, /t/, /j/, /c/,
/g/, /k/, /m/, /n/, /ŋ/ , /s/, /x/, /h/, /č/, /l/, /r/, /y/, /w/; /ṫ/, and /ṗ/; diphthongs [Ia], [Iŏ],
and [Iu]; as well as the structure of the V, VK, KV, KVK, KVV, KKV, and KVKK
syllables. Korean phonemes in the form of vowel phonemes /i/, /e/, /u/, /o/, and /a/ are
completely distributed. However, the phoneme /e/ is only distributed in the middle and
end of words. Diphthongs [Ia] and [Iu] are distributed in the middle of the word, while
the phoneme [Iŏ] is found in the middle and end of the word. This type of research is
descriptive qualitative. Data analysis techniques using the agih or distributional
method. There is one thing that needs to be conveyed in this study, namely the form of
phonological interference in Malay and Korean, as well as the way of pronunciation,
which found three types of interference, namely (a) phonological interference found in
phoneme elements, syllable replacement, and syllable omission; and (b) lexicon
interference is found in nouns, verbs, adjectives, pronouns, adjectives, adverbs,
prepositions, and question words.

1
Keywords: Korean Phonology, Regional Language, Phonemes, Malay

PENDAHULUAN BK dalam merealiasikan bahasa


Indonesia terpengaruh oleh bahasa
Kemunculan bahasa tulisan Korea sehingga gejala akustik yang
tidak lain berawal dari bahasa lisan. muncul berbeda.
Dalam ilmu bahasa, bahasa lisan disebut Saat ini, banyak penutur asli
sebagai bahasa primer. Dalam hal ini, Korea yang belajar bahasa Indonesia.
bahasa primer adalah bahasa yang Dalam hal ini, penutur asli bahasa
diucapkan melalui alat ucap manusia. Korea tentu memiliki keunikan dalam
Bunyi bahasa sering dijadikan objek merealisasikan bahasa Indonesia. Dialek
penelitian para linguis (Ladyanna & bahasa Korea akan melekat kental pada
Jang, 2019). tuturan bahasa Indonesia. intonasi ini
Hal tersebut karena banyaknya sangat menarik untuk diteliti karena
bahasa lisan di dunia menyebabkan para penelitian ini akan mengungkap
linguis tertarik melakukan penelitian bagaimana ciri akustik penutur asli
terhadap bahasa tersebut. Hal ini dapat bahasa Korea dalam merealisasikan
terlihat di Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia (Lestari & Paramita,
kekayaan bahasa lisan, yakni berjumlah 2019).
726 bahasa daerah. Dari 726 bahasa Bahasa Korea memiliki tataran
daerah tersebut, bahasa daerah yang bahasa tersendiri, termasuk fonologi.
sudah memiliki sistem aksara hanya Fonologi berkaitan dengan bunyi-bunyi
berjumlah sebelas. Dalam hal ini, bahasa yang dituturkan oleh
bahasa daerah yang belum memiliki penuturnya, baik yang tidak
aksara berjumlah 715 (Normaliza Abd membedakan makna (fonetik), maupun
Rahim & Kim, 2012). Hal ini yang membedakan makna (fonemik)
membuktikan bahwa bahasa-bahasa di (Siti Yuniar, 2013). Bunyi-bunyi yang
Indonesia memiliki akar kelisanan kuat dituturkan oleh penutur bahasa Korea
(Lestari & Paramita, 2019). memiliki keunikan. Misalnya, bunyi [ŭ]
Penelitian bahasa lisan memiliki dalam bahasa Korea dapat dilihat pada
keunikan. Unik dalam hal ini [ŭisa] yang berarti ‘dokter’.
mempunyai ciri khas yang spesifik yang Bahasa Korea memiliki kaidah
tidak dimiliki oleh yang lain. Ciri khas kebahasaan tersendiri. Sistem fonologi
ini bisa berupa sistem bunyi, sistem bahasa Korea berbeda dengan bahasa
pembentukan kata, sistem pembentukan lain di dunia. Oleh karena itu, perlu
kalimat, atau sistem lainnya (Kajian et dilakukan penelitian mengenai fonologi
al., 2007). Salah satu contoh bahasa bahasa Korea dan bahasa Daerah.
yang memiliki keunikan dari sistem
bunyi dapat terlihat pada penutur asli METODE PENELITIAN
bahasa Korea (BK). Gejala akustik Penelitian ini adalah penelitian
(nada, durasi, dan tekanan) penutur asli kualitatif dengan metode deskriptif.

2
(Mulyaningsih, 2014) menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif adalah HASIL PENELITIAN
penelitian yang menghasilkan prosedur Wujud interferensi bahasa
analisis yang tidak menggunakan melayu dan bahasa Korea yaitu
prosedur analisis statistik atau cara interferensi fonologis. Interferensi
kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif fonologis merupakan suatu proses yang
juga menghasilkan data deskriptif berusaha menerangkan perubahan-
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perubahan morfem atau kata
orang orang dan perilaku yang diamati. berdasarkan ciri-ciri pembeda secara
Objek penelitian ini berupa fonetis. Perubahan biasanya terjadi
adverbia mimetik bahasa Korea, dan seperti penghilangan fonem pada awal,
tuturan bahasa melayu yang tengah, dan akhir atau melalui proses
mengandung inerferensi dalam ranah penggantian fonem, pelesapan fonem,
lingkungan masyarakat. Adverbia penggantian suku kata, dan pelesapan
mimetik yang dimaksud adalah adverbia suku kata.
mimetik yang berkaitan dengan verba Dalam penelitian ini, peneliti
berjalan. Adverbia mimetik tersebut menguji kredibilitas data dengan cara
muncul dalam data berupa kalimat menemukan perbandingan fonologi
berbahasa Korea (Niou M.S et al., bahasa melayu dan bahasa korea. Data
2006). yang telah diperoleh melalui beberapa
Analisis data dilakukan dengan sumber yaitu menguji kredibilitas data
metode agih atau distribusional. tentang wujud interferensi bahasa
Pertama-tama diterapkan teknik bagi Melayu dalam bahasa daerah.
unsur langsung. Dengan instuisi PEMBAHASAN
kebahasaan peneliti, teknik bagi unsur MODEL-MODEL FONOLOGIS
langsung diterapkan untuk menentukan Analisis fonologis yang dapat
bagian-bagian fungsional suatu digunakan buat maksud anakon henya
konstruksi. Hasil penerapan teknik bagi mempunyai dua pilihan yaitu fonologi
unsur langsung tersebut menjadi dasar taksonomik dan fonologi generatif (Ali
bagi analisis berikutnya. Mosleh , Farzad Zargari, 2009).
(Mulyaningsih, 2014) Analisis kontrastif Fonologi
menjelaskan bahwa metode deskriptif, antara bahasa sumber (Bl) dan bahasa
yaitu mengumpulkan data yang berupa target (B2) akan membandingkan
kata-kata, gambar dan bukan angka- fonem-fonem dalam bahasa sumber dan
angka. Metode ini menyarankan bahwa bahasa target untuk melihat bunyi-bunyi
penelitian yang dilakukan, semata-mata yang mudah dikuasai oleh pebelajar
hanya berdasarkan pada fakta yang ada bahasa target serta bunyi apa saja yang
atau fenomena yang memang secara terdapat dalam bahasa target yang
nyata ada pada penuturnya. Dengan berbeda atau ddak ada dalam bahasa
metode deskriptif dideskripsikan sumber. Fonem-fonem tersebut terbagi
fonologi bahasa Korea dan bahasa ke dalam:
Daerah.

3
1. Fonem- fonem segmental yang juga ke tempat yang lebih jauh.
terdiri dari bunyi vokal dan Akibatnya, terbentuklah berbagai dialek
konsonan. areal dan dialek sosial serta ragam-
2. Fonem - fonem suprasegmental ragam bahasa menurut keperluan.
yang terdiri dari tekanan (sires), Malah pada abad ke 20, telah terlahir
Nada (pitch), jeda atau empat buah bahasa negara, yaitu bahasa
persendian. Indonesia di negara Republik Indonesia,
Pembedaan kedua bunyi ini bahasa Malaysia di Kerajaan Malaysia,
didasarkan pada dapat atau tidaknya bahasa Brunei di Kesultanan Brunei
bunyi itu disegmentasikan. Bunyi yang Darussalam, dan bahasa Melayu
dapat disegmentasikan, seperti semua Singapura di Republik Singapura.
bunyi vokal dan bunyi konsonan adalah Ethnologue bahasa Melayu di
bunyi segmental, sedangkan bunyi atau Indonesia menjadi 18 bahasa, yaitu
unsur yang ddak dapat disegmentasikan bahasa-bahasa Melayu yang digunakan
yang menyertai bunyi segmental itu, di provinsi Aceh, Kepulauan Bangka
seperi tekanan, nada, jeda dan durasi Belitung, Kalimantan Tengah, Jambi,
(pemanjangan) disebut bunyi atau unsur Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau,
suprasegmental atau non segmental. Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Maluku, Irian Jaya, serta Sumatera
BINTERFERENSI FONOLOGIS
Barat (Primantari & Wijana, 2017).
BAHASA MELAYU
Akan tetapi, masih ada banyak
Bahasa Melayu merupakan
varietas bahasa Melayu yang belum
bahasa perantaraan dalam kalangan
dibandingkan antara satu dengan yang
masyarakat Melayu di tiga wilayah
lain dan ada juga varietas yang
selatan Indonesia. Sepanjang masa
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
berdirinya kerajaan Melayu-Islam
memperjelas tingkat perbedaan dari
Patani, bahasa Melayu mencapai tahap
dialek yang lebih utama. Jadi, 18 bahasa
kegemilangannya dan berperan sebagai
itu sebetulnya merupakan dialek dari
lingua franca atau bahasa perantaraan
bahasa Melayu tetapi karena wilayah
dalam kalangan penduduk setempat dan
penggunaan cukup luas dan jumlah
para pedagang yang menyebarkan Islam
penuturnya juga cukup banyak, bahasa-
pada abad tersebut.
bahasa tersebut dibedakan dari bahasa
Zamberi (1994:243) menyatakan
Melayu.
bahwa bahasa Melayu Patani telah
Dengan demikian, bahasa
menjadi bahasa ilmu dan berjaya
Melayu di Indonesia menyebar hampir
meletakkan Patani sebagai pusat
di setiap provinsi mulai dari Aceh
tamadun kesusasteraan Melayu Islam
sampai Irian Jaya. Jumlah penuturnya
menerusi penghasilan karya kitab-kitab
mencapai hampir 17 juta orang (Lewis,
agama oleh para ulama.
2009). Menurut Comrie (1990 dalam
Bahasa Melayu dalam
Kassin, 2000: 5–6), sekitar 7% populasi
perkembangannya berabad-abad yang
Indonesia menggunakan bahasa Melayu
lalu telah menyebar ke seluruh wilayah
sebagai bahasa pertama, sedangkan
Nusantara dan Asia Tenggara, bahkan

4
semua siswanya belajar bahasa Melayu2 Bunyi kontoid termasuk bunyi
sebagai bahasa keduanya di sekolah. berikut ini, bunyi [s] seperti dalam kata
Hal tersebut membuktikan [sa.ʁe] ‘kemarin dulu’, [t] dalam [bə.ta]
bahwa bahasa Melayu memang ‘sebentar’, [d] dalam kata [da.do]
berperan penting, baik dalam sejarah ‘dada’, [ɡ] dalam [ɡa.lo.ɡa.lo]
maupun dalam kebudayaan di seluruh ‘semuanya’, [k] seperti dalam kata
Indonesia. Sepanjang sejarah, suku [kə.nɪŋ̃ ] ‘dahi’, [Ɂ] misalnya dalam
Melayu mempengaruhi dan mengubah [ʥum.Ɂat̚] ‘Jumat’, [b] dalam kata
bahasa suku-suku lain yang tersebar di [bi.sʊɁ] ‘besok’, [p] dalam [pə.taŋ]
pulau-pulau di Indonesia. ‘kemarin’, [h] dalam [ha.ʁi] ‘hari’, [x]
Dari penjelasan di atas dapat dalam kata [tə.ɾa.xɪr] ‘terakhir’, [l]
dianggap bahwa belum ada satu pun misalnya dalam [la.mõ] ‘lama’, afrikat
penelitian yang membahas aspek [ʥ] dalam [ʥa.tan] ‘laki-laki’, afrikat
fonologi bahasa Melayu Jambi di [ʨ] dalam kata [mã.ʨam.ko] ‘begini’,
wilayah Sarolangun. Hal tersebut [ʁ] dalam [ʁam.bʊt̚] ‘rambut’, [r] dalam
merupakan alasan pertama mengapa [pər.ta.mõ] ‘pertama’, [ɾ] dalam [ta.ɾɪŋ]
peneliti memilih Kabupaten Sarolangun ‘(gigi) taring’, [n] dalam [nã.pas]
itu sebagai lokasi penelitian. Alasan ‘napas’, [ɲ] seperti dalam kata [si.ɲõ]
kedua adalah adanya suatu ciri khas ‘senja’, [ŋ] dalam kata [kaʁ.kʊŋ]
bunyi-bunyi bahasa Melayu Jambi ‘kerongkongan’, serta [m] misalnya
isolek Sarolangun yang ditemukan di dalam kata [mã.lam] ‘malam’. Bunyi
lapangan. [t], [h], [k] cenderung menjadi tertutup
Bunyi vokoid terdiri atas bunyi pada posisi koda silabel terakhir,
[a] seperti dalam kata [la.pan] ‘delapan’, misalnya [h̚] dalam [lə.bah̚] ‘lebah’, [Ɂ]
bunyi [i] misalnya dalam kata [pə.li.pɪs] dalam [ko.dɔɁ] ‘katak’, atau [t̚] seperti
‘pelipis’, bunyi [e] dalam [ka.le.kɛŋ] dalam [ku.lɪt̚] ‘kulit’.
‘(jari) kelingking’, bunyi [ə] misalnya Berdasarkan bunyi-bunyi yang
dalam kata [sə.bə.las] ‘sebelas’, bunyi ditemukan serta pendapat penduduk
vokoid [u] dalam [tu.laŋ] ‘tulang’, dan wilayah Sarolangun itu sendiri, dapat
bunyi [o] dalam [ɡo.dɛɁ] ‘jambang’. dilihat bahwa penutur bahasa Melayu
Bunyi vokoid [u], [e], [i], [o] cenderung Jambi di Sarolangun mengucapkan
menjadi lebih lemah, yaitu [ʊ], [ɛ], [ɪ], huruf ‘r’ secara berbeda kalau
[ɔ], pada silabel akhir tertutup, misalnya dibandingkan dengan pengucapan ‘r’
[ɛ] dalam kata [kə.ʨɪɁ] ‘kecil’. Bunyi dalam isolek bahasa Melayu Jambi di
[ɪ] dan [ʊ] dapat terjadi pada posisi daerah-daerah lain. Di Sarolangun huruf
tidak bersilabel dengan bentuk [ɪ̯ ] dan ‘r’ biasanya diucapkan sebagai uvular
[ʊ̯ ] misalnya [ɡa.laɁ ɲĩ.ɪ̯ an] ‘kerap kali’ frikatif [ʁ] yang berdasarkan atas buku
dan [kə.du.ʊ̯ o] ‘kedua’. Selain itu, Fokker (1895: 6), Winstedt (1913: 26),
semua bunyi vokoid sering cenderung dan Adelaar (1992: 8) memang
menjadi nasal setelah bunyi nasal, merupakan salah satu variasi ‘r’ yang
misalnya [õ] dalam kata [kə.ŋõ] ‘rayap’. dapat muncul di berbagai daerah
penutur bahasa Melayu.

5
bahasa Korea dapat dilihat pada [ŭisa]
FONOLOGI BAHASA KOREA yang berarti ‘dokter’.
Bahasa Korea merupakan Bahasa Korea memiliki fonem
bahasa yang berasal dari rumpun bahasa vokal dan fonem konsonan. Dalam
Altaik. Menurut (Abdul Hamid et al., penelitian ini, dideskripsikan juga
2020) rumpun bahasa Altaik memiliki diftong dan struktur suku kata bahasa
cakupan geografi mulai dari Siberia Korea. Penjelasan mengenai fonem,
sampai Sungai Volga. Crystal juga diftong, dan struktur suku kata dalam
menyatakan bahwa rumpun bahasa bahasa Korea dapat dilihat sebagai
Altaik meliputi bahasa Turki, Mongolia, berikut.
dan Tungusik. Rumpun bahasa Altaik a. Fonem Vokal
ini terdiri dari 40 bahasa atau lebih. Dalam bahasa Korea, terdapat 12
(Abdul Hamid et al., 2020) fonem vokal. Fonem-fonem vokal
menyatakan bahwa alasan bahasa Korea tersebut adalah tujuh fonem vokal biasa,
termasuk dalam rumpun Altaik adalah dan lima fonem vokal panjang. Fonem-
karena bahasa Korea mempunyai fonem vokal biasa adalah /i/, /e/, /u/, /ŭ/,
kekhasan susunan dan kesamaan dengan /o/, /ŏ/, dan /a/. Fonem-fonem vokal
bahasa lain yang tergolong rumpun panjang adalah /i:/, /e:/, /u:/, /o:/, dan
Altaik. Bahasa Korea diduga lebih /a:/. Kedua belas fonem tersebut
banyak dipengaruhi oleh bahasa China. dibedakan berdasarkan bagian lidah,
Lebih dari setengah kosakata bahasa posisi lidah, dan bangun atau bentuk
Korea berasal dari bahasa China. mulut. Bila dimasukkan ke dalam tabel
Bahasa Korea termasuk bahasa fonem vokal, hasilnya adalah sebagai
yang kaya akan onomatope dan berikut.
mimetik. Onomatope-mimetik tersebut
digunakan dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
Onomatope mimetik dapat menambah
efek ekspresi dan membuat bahasa
menjadi hidup. Penggunaan onomatope-
mimetik juga dapat memperjelas situasi
dan suasana kalimat.
Tabel 1 Fenom Vokal dalam Bahasa Korea
Bahasa Korea memiliki tataran
bahasa tersendiri, termasuk fonologi. Ket:
Fonologi berkaitan dengan bunyi-bunyi I = berdasarkan maju mundurnya
bahasa yang dituturkan oleh lidah
penuturnya, baik yang tidak II = berdasarkan membundar
tidaknya bibir
membedakan makna (fonetik), maupun
III = berdasarkan naik turunnya
yang membedakan makna (fonemik).
lidah
Bunyi-bunyi yang dituturkan oleh
TB = tak bundar
penutur bahasa Korea memiliki B = bundar
keunikan. Misalnya, bunyi [ŭ] dalam

6
Fonem /i/
Fonem /i/ berdistribusi pada posisi awal,
tengah, dan akhir kata.

Tabel 5 Distribusi Fonem /o/

Fonem /a:/
Fonem /a:/ berdistribusi pada posisi
tengah dan akhir kata.
Tabel 2 Distribusi Fonem /i/

Fonem /e/
Fonem /e/ berdistribusi pada posisi
tengah dan akhir kata.

Tabel 6 Distribusi Fonem /a:/

b. Fonem Konsonan
Dalam bahasa Korea, terdapat 21
fonem konsonan. Fonem-fonem
Tabel 3 Distribusi Fonem /e/ konsonan tersebut adalah /b/, /p/, /d/, /t/,
/j/, /c/, /g/, /k/, /m/, /n/, /ŋ/, /s/, /x/, /h/,
Fonem /u/
/č/, /l/, /r/, /y/, /w/, /ṫ/, dan /ṗ/. Diantara
Fonem /u/ berdistribusi pada posisi
kedua puluh satu fonem tersebut dapat
awal, tengah, dan akhir kata.
dilihat beberapa fenom sebagai berikut.
Fonem /d/
Fonem /d/ berdistribusi pada posisi awal
dan tengah kata

Tabel 4 Distribusi Fonem /u/

Fonem /o/
Fonem /o/ berdistribusi pada posisi Tabel 7 Distribusi Fonem /d/
awal, tengah, dan akhir kata.
Fonem /c/
Fonem /c/ berdistribusi pada posisi awal
dan tengah kata.

7
Fonem /s/
Fonem /s/ berdistribusi pada posisi
awal dan tengah kata.

Tabel 8 Distribusi Fonem /c/

Fonem /g/
Fonem /g/ berdistribusi pada posisi awal
dan tengah kata. Tabel 12 Distribusi Fonem /s/

c. Diftong
Diftong dalam bahasa Korea dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu [Ia], [Iŏ], dan
[Iu]. Ketiga jenis diftong ini biasanya
terdapat pada tengah dan akhir suku
Tabel 9 Distribusi Fonem /g/ kata.
Fonem /k/ Diftong [Ia], contoh:
Fonem /k/ berdistribusi pada posisi
[Ia] /dalgIal/ ‘telur’
awal, tengah dan akhir kata.
[Ia] /pIam/ ‘pipi’
[Ia] /jongIaŋ/ ‘bisul’
Diftong [Iŏ], contoh:
[Iŏ] /bIŏl/ ‘bintang’
[Iŏ] /gŭnIŏ/ ‘ia’
Tabel 10 Distribusi Fonem /k/ [Iŏ] /hIŏ/ ’lidah’
Fonem /h/ Diftong [Iu], contoh:
Fonem /h/ berdistribusi pada posisi
awal dan tengah kata, seperti berikut. [Iu] /gIul/ ‘jeruk’
[Iu] /sipIuk/ ‘enam
belas’
d. Struktur Suku Kata
Kata dalam bahasa Korea terdiri atas
satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam
suku kata. Struktur suku kata tersebut
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 11 Distribusi Fonem /h/

8
1. Satu suku kata /je/ ‘abu’ /mul/ Kalimat Bahasa Korea : Ulineun
‘air’ /ge/ ‘anjing’ Myeochsie Gani?
Kalimat Bahasa Melayu : Puko
2. Dua suku kata /pu-ri / ‘akar’ /go-
wapo kito nak pegi?
gi/ ‘daging’ /sŏ-da/ ’berdiri’
Kalimat Bahasa Indonesia : Jam
3. Tiga suku kata /o-rŭn-cok/ berapa kita hendak pergi?
‘kanan’ /nu-rŭ-da/ ‘peras’ /mak- Pada data di atas, terdapat
de-gi/ ‘tongkat’ interferensi pada penggunaan bahasa
melayu dan bahasa Korea, yaitu pada
4. Empat suku kata /mŏ-ri-xa-rak/ kata [kito] (bahasa melayu) dan [uli]
‘rambut’ /meet-bi-dul-gi/ (bahasa Korea). Dari data tersebut,
‘perkutut’ /gIŏ-dŭ-ra-ŋi/ ‘ketiak’ terjadi interferensi fonologi melalui
5. Lima suku kata /mu-sŏ-wo-ha- proses penggantian suku kata yaitu pada
nŭn/ ‘tajam’ /ya-gan-baŋ-bŏm- kata [kito] (bahasa melayu), diganti
de/ ‘ronda malam’ /dŭŋ-na-mu- suku kata /o/ pada suku kata akhir,
bu-če/ ‘kipas angin’ sementara kata dalam [uli] (bahasa
Korea) menggunakan suku kata /li/ pada
6. Enam suku kata /gi - pŭn- ja- suku kata akhir.
mŭl- ja- da/ ‘nyenyak’ /he-bon-
jŏ-ki-it-ta/ ‘pernah Deskripsi Data 2

PERBANDINGAN FONOLOGI Kalimat Berbahasa Indonesia


BAHASA MELAYU DAN BAHASA Kalimat Bahasa Korea : Oneul
KOREA DAN CARA Hyeung-eun Haggyoga Eobs-eo.
PENGUCAPANNYA Kalimat Bahasa Melayu : Hari
Kedua bahasa sama-sama ning kakak ta do beraja.
memiliki nada, tetapi nada bahasa Kalimat Bahasa Indonesia : Hari ini
Indonesia tidak membedakan makna kakak tidak ada kuliah.
dan arti yang di timbulkan sementara Pada data di atas, terdapat
nada bahasa Korea sangat penting interferensi pada penggunaan bahasa
karena nada bahasa Korea membedakan melayu dan bahasa Korea, yaitu pada
makna dan arti yang di timbulkan. kata [hari] (bahasa melayu) dan [oneul]
Bahasa Korea dalam pertuturan (bahasa Korea). Dari data tersebut,
mengenal adanya perubahan nada ini terjadi interferensi fonologi melalui
terjadi apabila nada 3 bertemu dengan proses penggantian suku kata yaitu pada
nada 3, maka suku kata pertama kata [hari] (bahasa melayu), diganti
berubah menjadi nada 2, suku kata ke suku kata /ri/ pada suku kata akhir,
dua tetap. sementara kata dalam [oneul] (bahasa
1. Penggantian Fonem Korea) menggunakan suku kata /eul/
Interferensi tersebut bisa dilihat pada suku kata akhir.
pada data berikut. 2. Penggantian Suku Kata
Deskripsi Data 1 Penggantian suku kata merupakan
Kalimat Berbahasa Indonesia proses pergantian suku kata yang
seartikulasi, fonem yang sama dijadikan

9
tidak sama. Perubahan biasanya terjadi melalui proses penggantian suku kata
seperti fonem awal, tengah, dan akhir. yaitu pada kata [dalam] (bahasa
Penggantian suku kata tersebut bisa melayu), diganti suku kata /am/ pada
dilihat pada data berikut. suku kata akhir, sementara kata dalam
[ibleog] (bahasa Korea) menggunakan
Deskripsi data 3
suku kata /eog/ pada suku kata akhir.
Kalimat Berbahasa Indonesia
SIMPULAN
Kalimat Bahasa Korea : Gil-eul Penelitian ini menelaah masalah
Josimhada fonologi bahasa melayu dan bahasa
Kalimat Bahasa Melayu : Winga Korea serta cara pengucapannya dalam
di jalan. Interferensi tersebut ditinjau dari segi
Kalimat Bahasa Indonesia : Hati- wujudnya merupakan interferensi
hati di jalan. fonologi. Wujud interferensi bahasa
Pada data di atas, terdapat melayu dalam berbahasa Korea dalam
interferensi pada penggunaan bahasa bentuk interferensi fonologi adalah
melayu dan bahasa Korea, yaitu pada sebagai berikut.
kata [jalan] (bahasa melayu) dan [Gil- 1. Penggantian fonem. Penggantian
eul] (bahasa Korea). Dari data tersebut, fonem merupakan proses
terjadi interferensi fonologi melalui pergantian fonem yang
proses penggantian suku kata yaitu pada seartikulasi, fonem yang sama
kata [jalan] (bahasa melayu), diganti dijadikan tidak sama. Perubahan
suku kata /lS/ pada suku kata akhir, biasanya terjadi pada fonem
sementara kata dalam [Gil-eul] (bahasa awal, tengah, dan akhir.
Korea) menggunakan suku kata /eul/ 2. Penggantian suku kata.
pada suku kata akhir. Penggantian suku kata
Deskripsi data 4 merupakan proses pergantian
suku kata yang seartikulasi,
Kalimat Berbahasa Indonesia fonem yang sama dijadikan
tidak sama. Perubahan biasanya
Kalimat Bahasa Korea :
terjadi seperti fonem awal,
Nonmun-eul Jagseonghal Ttae Eotteon
tengah, dan akhir.
Eon-eoleul Sayonghabnikka?
Kalimat Bahasa Melayu : Pakai DAFTAR PUSTAKA
bahase ape untuk buat makalah?
Abdul Hamid, B., Mohd Ibrahim, H., &
Kalimat Bahasa Indonesia : Keria, N. F. (2020). Analisis Pola
Menggunakan Bahasa Apa Dalam Masa Mula Suara Konsonan Plosif
Membuat Makalah? Bahasa Melayu yang dihasilkan
oleh Penutur Mandarin Dewasa
Pada data di atas, terdapat (Analysis of Voice Onset Time on
interferensi pada penggunaan bahasa Malay plosives by Mandarin Adult
melayu dan bahasa Korea, yaitu pada Speakers). GEMA Online®
kata [dalam] (bahasa melayu) dan Journal of Language Studies,
[ibleog] (bahasa Korea). Dari data 20(4), 55–73.
tersebut, terjadi interferensi fonologi https://doi.org/10.17576/gema-

10
2020-2004-04 1.01

Ali Mosleh , Farzad Zargari, R. A. Niou M.S, E., Ordeshook C, P., & Rose
(2009). Texture Image Retrieval F, G. (2006). THE BALANCE OF
Using Contourlet Transform. POWER: STABILITY IN
INTERNATIONAL SYSTEM (B.
Kajian, A., Bali, M. L., Phonology, T., Russett (ed.); Edition II).
Connection, S., & Generatif, F. CAMBRIDGE UNIVERSITY
(2007). FONOLOGI PRESS.
POSLEKSIKAL DALAM
BAHASA MELAYU LOLOAN Normaliza Abd Rahim, & Kim, J.
BALI I Nyoman Suparwa. SK (2012). Penggunaan antonim
Akreditasi Nomor, 14(27). bahasa Melayu dalam kalangan
pelajar Korea. Journal of Human
Ladyanna, S., & Jang, K. (2019). PADA Development and Communication,
KAUM EKSPATRIAT 1, 59–69.
INDONESIA DI KOREA
SELATAN. 15(2), 77–97. Primantari, A. N., & Wijana, I. D. P.
(2017). Tindak Tutur Meminta
Lestari, J., & Paramita, S. (2019). Oleh Pembelajar Bipa Dari Korea:
Hambatan Komunikasi dan Gegar Kajian Pragmatik Bahasa Antara
Budaya Warga Korea Selatan (Interlanguage Pragmatics). Jurnal
Yang Tinggal di Indonesia. Penelitian Humaniora, 18(1), 27.
Koneksi, 3(1), 148. https://doi.org/10.23917/humaniora
https://doi.org/10.24912/kn.v3i1.61 .v18i1.3638
58
Siti Yuniar, R. (2013). Korean
Mulyaningsih, D. H. (2014). Phonological Interference in
Perbandingan Fonologi Bahasa Indonesian Language As Second
Indonesia Dan Bahasa Mandarin. Language. September.
BAHTERA : Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra, 13(1), 1–10.
https://doi.org/10.21009/bahtera.13

11

Anda mungkin juga menyukai