Anda di halaman 1dari 17

PELANGGARAN PASAL/ KODE ETIK

PROFESI HUKUM
Latar Belakang
Negara Indonesia sangat familiar dengan suatu Negara yang sangat kuat
citranya akan kandungan mineral yang siap untuk di angkat kapan saja
meskipun Indonesia menempati posisi produsen untuk komuditas timah, posisi
terbesar keempat untuk komoditas tembaga, posisi kelima untuk komoditas
nikel, posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas. Pengaturan dan
kedaulatan negara atas pengelolaan sumber daya alam telah mendapatkan
tempat secara konstitusionalitas di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar
kemakmuran rakyat.
Landasan Teori
1. Pertambangan di Indonesia

Pertambangan di Nusantara mulai


dikembangkan menjelang akhir
abad ke-19 ketika Belanda datang
dan menjajah Indonesia.
Perkembangan kegiatan
penambangan tidak secepat
sektor pertanian karena penjajah
Belanda lebih memilih
memprioritaskan sektor pertanian
2. Usaha Pertambangan
Usaha pertambangan merupakan kegiatan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya alam tambang (bahan
galian) yang terdapat dalam bumi
Indonesia. Dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 1 ayat (1) disebutkan pertambangan
adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan, dan pengusahaan Mineral
atau Batubara
Dasar Hukum Izin Pertambangan

01 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 22
Tahun 2010 tentang
wilayah pertambangan.
02 Peraturan Pemerintah No.23
Tahun 2010 tentang
pelaksanaan Kegiatan Usaha
pertambangan Mineral dan
Batubara.

Peraturan Pemerintah No. 55

03 04
Tahun 2010 tentang pembinaan Peraturan Pemerintah No. 75
dan pengawasan Tahun 2010 tentang Reklamasi
penyelenggaraan pengelolaan dan pascatambang.
Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara.
METODE
PENELITIA
N
Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Desa


……………………. Penelitian ini
mengkaji tentang upaya dalam
Penegakan Hukum Dalam
Penambangan Sebagai Bentuk
Amanah Konstitusi Yang Berkeadilan
di wilayah hukum Desa
………………... Terkait dengan
waktu penelitiannya, maka penelitian
ini dilakukan pada tahun 2020/2021
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Pertambangan Berdasarkan Undang-
Undang Pertambangan

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Mengingat mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung di
dalam bumi merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, pengelolaannya perlu dilakukan
seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, serta
berkeadilan agar memperoleh manfaat sebesarbesar bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.
Tujuan pengelolaan pertambangan di atas pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari asas
yang dibahas sebelumnya. Tujuan yang berisi tentang prinsip-prinsip manfaat, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan, keberpihakan nasional dengan menjaga kebutuhan dalam negeri dan
mendukung perekonomian nasional dan lokal, serta menjamin kepastian hukum.
Pelanggaran yang terjadi dalam
Pengusahaan Pertambangan
Apabila tanah yang akan digunakan itu
berstatus tanah hak milik, perusahaan
pertambangan itu harus memberikan ganti rugi
yang layak kepada pemilik tanah. Ganti rugi
itu tidak hanya terhadap tanah-tanah yang
bersangkutan, tetapi juga terhadap benda benda
yang ada di atasnya, seperti tanaman,
bangunan, dan lain-lain. Begitu juga apabila
tanah yang digunakan berstatus sebagai tanah
negara, perusahaaan harus mengajukan
permohonan kepada Badan Pertanahan
Nasional agar dapat diberikan Hak Guna
Bangunan (HGB) dan Hak Guna Usaha
(HGU).
Permasalahan utama dalam mekanisme
constitutional review di Indonesia, yaitu
adanya pembatasan terhadap legal standing
bagi pemohon. Salah satu alasan yang
menjadi dasar atas suatu undang-undang
dapat diuji di Mahkamah Konstitusi jika
undang-undang tersebut merugikan hak
konstitusional warga negara. Pasal 51 ayat
(1) UU MK pada intinya menyatakan bahwa
yang dapat menjadi pemohon dalam
pengujian undang-undang terhadap UUD
1945 adalah mereka yang hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan
oleh berlakunya suatu undang-undang.
Penegakan Hukum Pengelolaan Sumber Daya Pertambangan Berdasarkan
Undang-Undang Pertambangan

Mercury Venus
Sejak lama sektor pertambangan Penggunaan lahan atau sumber
sarat dengan kontrovensi, daya alam selalu
beragam persoalan kerap dihadapi mengesampingkan aspek
sektor ini antara lain carut marut lingkungan sehingga tidak peduli
perizian pertambangan terhadap apa yang akan terjadi di
kemudian hari
Berdasarkan Pasal 158 Undang-Undang No.4
Tahun 2009 tentang pertambangan mineral
dan batubara dikatakan setiap orang yang
melakukan usaha pertambangan tanpa Ijin
Usaha Pertambangan (IUP), Ijin
Pertambangan Rakyat (IPR), Ijin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK)sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3),
Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat
(5) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp, 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
Oleh karenanya, hukum harus
mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan
dijalankan selaras dengan hati nurani
manusia sehingga dapat memecahkan
berbagai problem-problem kemanusiaan
itu sendiri. Apabila tidak terjadi
keselarasan antara hati nurani manusia
dengan hukum, maka hukumlah yang
harus diubah, bukan manusia yang
dipaksa untuk menyesuaikan dengan
hukum yang berlaku.
Kesimpulan
Kebijakan pengelolaan sumber daya pertambangan berdasarkan
undangundang pertambangan mineral dan batubara saat ini hendaknya
disesuaikan. dengan putusan-putusan mahkamah konstitusi dan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam
konteks perizinan. Pemerintah daerah provinsi sekarang ini mengambil
alih kewenangan pemerintah kabupaten/ kota untuk mengeluarkan izin
tambang berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang
sebenarnya masih bersifat semi sentralistik dan secara kewilayahannya
dalam konteks tambang masih berada di kabupaten, sementara pemerintah
provinsi sebagai wakil dari pemerintah pusat.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai