Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MEDIA SOSIAL INSTAGRAM TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF

BELANJA ONLINE MAHASISWA

Abstrak
Perilaku konsumtif menjelaskan tentang keinginan untuk memiliki atau
mengkosumsi barang secara berlebihan. Hasil observasi awal menunjukkan
perilaku konsumtif pada mahasiswa tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan penggunaan media sosial instagram, terhadap perilaku konsumtif
belanja online mahasiswa, baik secara simultan maupun parsial. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang berjumlah 100 mahasiswa, dengan
sampel penelitian 84 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode pengumpulan data berupa angket. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linier berganda.
Latar Belakang
Kegiatan konsumsi tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupan manusia.
Karena kebutuhan manusia tidak terbatas dan manusia harus dapat memenuhi
setiap kebutuhannya. Namun pada hakikatnya manusia selalu saja merasa kurang
atau selalu merasa tidak puas akan sesuatu. Apabila satu kebutuhan sudah
terpenuhi maka kebutuhan lain akan muncul. Barang-barang yang dahulu dianggap
kebutuhan sekunder, berubah menjadi kebutuhan primer, dan barangbarang
mewah telah menjadi kebutuhan sekunder, bahkan cenderung menjadi kebutuhan
primer. Menurut Chatijah dan Purwadi (dalam Septi, 2013) barangbarang
kebutuhan tersier, pada saat ini juga telah banyak yang menjadi kebutuhan utama,
yang biasanya berupa fasilitas-fasilitas yang membuat kesenangan semata seperti
tempat bioskop, cafe, karaoke, tempat hiburan dan lain sebagainya.
Konsumtif menjelaskan keinginan untuk memiliki atau mengkonsumsi
barang secara berlebihan. Dan barang yang dikonsumsi biasanya kurang diperlukan
dan bukan menjadi kebutuhan pokok (Sukari, 2013:127). Perilaku konsumtif
sendiri menggambarkan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang
maksimal (Tambunan, 2001). Padahal seharusnya konsumen dapat bertindak
rasional dalam memenuhi kebutuhannya, namun kenyataannya tidak sedikit
konsumen yang berperilaku tidak rasional atau menuruti kehendak hati dengan
membeli barang yang tidak begitu dibutuhkan. Menurut Dharmmesta dan Handoko
(dalam Murisal, 2012) hal tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak
direncanakan (impulsive behavior) yang akhirnya mengarah pada perilaku
konsumtif dan memicu seseorang untuk bersikap boros. Rahman (dalam Sukari,
2013) menyatakan bahwa perilaku konsumtif dan hedonisme telah merekat pada
kehidupan manusia. Karena hidup dalam dunia konsumerisme tidak pandang umur,
jenis kelamin ataupun status sosial.
Pola hidup konsumtif sering dijumpai di kalangan generasi muda, yang
orientasinya diarahkan kenikmatan, kesenangan, serta kepuasan dalam
mengkonsumsi barang secara berlebihan. Loudon dan Bitta (dalam Rezki, 2013)
menjelaskan bahwa mahasiswa adalah kelompok yang berorientasi konsumtif.
Perilaku konsumtif pada remaja antara 12-18 tahun dapat terjadi karena pada saat
tersebut remaja berada dalam tahapan usia yang merupakan masa peralihan dan
pencarian identitas. Seharusnya pada usia tersebut mahasiswa dapat menyesuaikan
kebutuhannya. Kebutuhan yang dapat menunjang prestasi mereka dalam kegiatan
belajar (seperti membeli buku pelajaran, peralatan sekolah, dll). Namun sering kali
remaja yang bersekolah mengalami perubahan lingkungan, dari lingkungan
keluarga di rumah beralih ke lingkungan sekolah yang sedikit banyak memberikan
pengaruh kepada mahasiswa. Dan pada akhirnya gaya hidup mahasiswa disekolah
memicu mahasiswa berperilaku konsumtif. Mahasiswa cenderung melakukan
pembelian secara berlebihan tanpa memperhatikan kebutuhannya agar bisa
diterima oleh lingkungannya, menaikkan gengsi, prestise dan untuk tampil beda
dari lingkungannya.
Selain itu perkembangan teknologi informasi menyebabkan smartphone
menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi siswa. Sejalan dengan perkembangan
smartphone, media sosial pun juga mengalami perkembangan. Angelina (2016)
menyatakan melalui meda sosial kita dapat terhubung dengan setiap orang untuk
kebutuhan berkomunikasi, memperbanyak relasi, menambah wawasan dan
pengetahuan, pendidikan, bisnis, maupun hiburan.
Hal ini yang menyebabkan siswa terkadang tidak fokus dalam belajar, karena
terlena dengan kemajuan teknologi yang memudahkan mereka dalam mencari
informasi. Melalui sosial media siswa dapat mencari informasi apapun dan
dimanapun. Tak jarang media sosial dijadikan ajang pamer bagi sebagian siswa.
Karena siswa dapat memperbarui (update) aktivitas mereka. Padahal seharusnya
sosial media dapat menjadi media yang memudahkan mereka dalam mencari teman
belajar dengan mudah, mencari informasi terkait dengan pelajaran. Dengan
banyaknya siswa yang mengakses media sosial seperti instagram, membuat banyak
produsen yang memasarkan produknya melalui media sosial, sehingga terjadilah
aktivitas jual beli secara online.
Remaja yang hidup di zaman sekarang dihadapkan pada penawaran barang
yang ditawarkan melalui media (Santrock 2011 dalam Empati et al., 2018). Studi
menunjukkan, pelajar yang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet
akan berdampak pada lebih sedikit waktu belajar yang dihasilkan. Para mahasiswa
menghabiskan waktu setiap hari menggunakan internet dengan gadget yang
dimiliki, individu akan kehilangan waktu efektif dalam urusan akademik, minimal
satu jam seminggu. Waktu yang dihabiskan mahasiswa untuk menggunakan
internet bervariasi, mulai dari beberapa menit hingga lebih dari 1 jam. Dampak dari
hal tersebut ialah nilai akademis mahasiswa menurun sangat drastis
Dari sebagian mahasiswa menyatakan dapat menimbulkan efek samping
yang menimbulkan perilaku konsumtif. Dan terkadang melakukan belanja online
melalui media sosial instagram memerlukan biaya yang tidak sedikit. Disinilah
peran status sosial ekonomi mulai terlihat. Tingginya angka penggunaan media
sosial instagram dikarenakan instagram dapat digunakan sebagai media atau sarana
untuk memasarkan produk dengan mudah dan jelas, sehingga banyak user atau
pengguna menjadikan instagram sebagai lahan bisnis. Media sosial berpengaruh
besar terhadap perilaku konsumtif siswa. Karena perkembangan teknologi saat ini
yaitu melalui instagram siswa dapat mengakses akun-akun penjualan online dengan
mudah dan praktis.
Sebagian mahasiswa menyatakan bahwa pernah melakukan belanja online,
dan sisanya mengatakan tidak pernah belanja online karena merasa bahwa mereka
harus benar-benar melihat barangnya sebelum membeli. Selain itu diketahui pula
bahwa dari mereka menyatakan berbelanja online melalui media sosial instagram,
sedangkan mahasiswa lainnya melakukan belanja online melalui situs jual beli
online, seperti bukalapak, tokopedia, dll. Pembelian melalui online shop apabila
berlebihan maka akan menimbulkan efek samping yang menimbulkan perilaku
konsumtif. Dan terkadang melakukan belanja online melalui media sosial instagram
memerlukan biaya yang tidak sedikit. Disinilah peran status sosial ekonomi mulai
terlihat. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa memiliki
ekonomi menengah. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap
Perilaku Konsumtif Belanja Online Mahasiswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun masalah yang terkait dengan
penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap
Perilaku Konsumtif Belanja Online Mahasiswa?
Acuan Teori
1. Media Sosial
Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial
sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar
ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran
user-generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial
ada dalam ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network,
forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar,
video, rating, dan bookmark sosial. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis
media sosial: proyek kolaborasi (misalnya, wikipedia), blog dan microblogs
(misalnya, twitter), komunitas konten (misalnya, youtube), situs jaringan sosial
(misalnya facebook, instagram), virtual game (misalnya world of warcraft), dan
virtual social (misalnya, second life). Jejaring sosial merupakan situs dimana
setiap orang bisa membuatweb page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-
teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara
lain facebook, myspace, plurk, twitter, dan instagram. Jika media tradisional
menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan
internet.
2. Instagram
Aplikasi Instagram didirikan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger. Aplikasi
ini dirilis pada Oktober 2010. Kata “insta” berasal dari kata “instan”, seperti kamera
polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan “foto instan”. Instagram
juga dapat menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam
tampilannya. Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata “telegram”, dimana
cara kerja telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi kepada orang lain
dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itu, instagram berasal dari instan-
telegram. Instagram adalah layanan aplikasi berbagi foto yang pertama kali dapat
diunduh di App Store pada Apple, dan hanya pengguna iOs yang dapat
menggunakan awalnya. Instagram memfasilitasi penggunanya untuk mengambil
foto, mengedit foto, dan menyebarkan foto yang di unggah ke sosial media lainnya.
Selain itu, nstagram merupakan media sosial yang dipakai untuk menampilkan foto
atau video yang dimanfatkan sebagai online shop atau biasa disebut “olshop”. Kini
telah banyak akun-akun instagram yang dipakai untuk berjualan. Barang-barang
yang dijual di instagram sangat beragam. Di Indonesia, instagram menjadi ladang
bagi para online shop yang dimulai pada tahun 2012. Bahkan, Indonesia memiliki
potensi market bisnis yang sangat besar.
3. Belanja Online
Belanja online adalah proses dimana konsumen membeli produk atau jasa di
internet (http://en.wikipedia.org/). Belanja online juga disebut dengan istilah
perdagangan elektronik (Electronic commerce atau e-commerce) adalah
penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem
elektronik seperti internet atau televisi, www atau jaringan komputer lainnya.
Ecommerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik,
sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
Pengertian Electronic Commerce (EC) juga dapat didefinisikan konsep baru yang
bisa digambarkan sebagai proses jual beli barang atau jasa pada World Wide Web
(Suyanto, 2003:11). Turban et al., (2000) seperti dikutip Suyanto (2003:11)
mendefinisikan belanja online sebagai proses jual beli produk, jasa dan informasi
melalui jaringan informasi termasuk internet.
4. Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi
barangbarang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk
mencapai kepuasan maksimal (Tambunan, 2001). Peter & Paul (2014) menyatakan
bahwa perilaku konsumtif merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan
kondisi perilaku dan kejadian sekitar lingkungan dimana manusia melakukan aspek
pertukaran dalam kehidupan mereka. Engel, Blackwell, & Miniard (2002)
mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai
tindakantindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh
dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan
keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Sumartono (2002), perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang
tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya
keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif
melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu di luar kebutuhan
(need) tetapi sudah kepada faktor keinginan (want). Ditambahkan pula bahwa
perilaku tersebut menggambarkan sesuatu yang tidak rasional dan bersifat
komplusif sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi
biaya. Sedangkan secara psikologis menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman.
Kerangka Konsep
Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis
dalammerumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:

Media Shop
Online SosialPada Perilaku
Instagram (X) Faktor Perbedaan Individu
Media Sosial Konsumtif
Instagram (Variabel Y)
(Variabel X)

Kerangka pikir merupakan sebuah bagan atau jalur kerja dalam


memecahkan masalah penelitian. Kerangka berpikir berfungsi untuk memahami
alur pemikiran secara cepat, mudah dan jelas. Pada penelitian ini akan dijabarkan
mengenai kerangka pikir antara lain sebagai berikut: Mahasiswa merupakan bagian
dari masyarakat yang menggunakan internet untuk mengakses media sosial.
Berbagai macam kebutuhan yang di akses remaja melalui media sosial bukan hanya
untuk kebutuhan hiburan saja melainkan kebutuhan sosial juga menjadi salah satu
hal yang membuat remaja selalu menggunakan media sosial dalam berbagai
kebutuhan. Maraknya online shop membuat banyak kalangan remaja tertarik untuk
terus mengkomsumsi barang-barang yang dianggap perlu, bukan yang dianggap
butuh. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kemudahan dan manfaat yang dirasakan saat
menggunakan instagram untuk berbelanja secara online karena lebih efektif.
Kualitas online shop juga menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang
berperilaku konsumtif karena tampilan dan kemasan produk cukup menarik
perhatian remaja sebagai pengguna aktif media sosial.
Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yaitu hupo dan thesis. Hupo artinya
sementara, kurang atau masih lemah kebenarannya. Sedangkan thesis artinya
pernyataan atau teori. Oleh karena itu, hipotesis disajikan hanya sebagai suatu
pemecahan masalah yang sementara, dengan pengertian bahwa penelitian yang
dilaksanakan dapat berakibat penolakan yang berarti tidak ada pengaruh (Ho) atau
penerimaan hipotesis yang disajikan yang berarti memiliki pengaruh yang
signifikan (Ha). Dari sini peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ha : Ada media sosial instagram terhadap perilaku konsumtif belanja online
mahasiswa.
2. Ho : Tidak ada pengaruh media sosial instagram perilaku konsumtif belanja
online mahasiswa.
Daftar Pustaka

Adriansyah, M.A., Munawarah, R., Aini, N., Purwati, P., & Muhliansyah, M. (2017).
Pendekatan transpersonal sebagai tindakan preventif “domino effect” dari
gejala fomo “fear of missing out” pada remaja milenial. Psikostudia: Jurnal
Psikologi, 6(1), 33- 40.

Maharani, Y.D.L. (2019). Pengaruh konformitas terhadap perilaku konsumtif dalam


pembelian skincare korea. Skripsi. Jakarta: Fakultas Pendidikan Psikologi
Universitas Negeri Jakarta

Lestarina, E., Karimah, H., Febrianti, N., Ranny, & Harlina, D. (2017). Perilaku
konsumtif di kalangan remaja. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia). 2 (2), 1-
6.

Oberst., U., Wegmann, E., Stodt, B., Brand, M., & Chamarro, A. (2017). Negative
consequences from heavy social networking in adolescents: the mediating role
of fear of missing out. Journal of Adolescence. 55, 51-60.

Rismana, A., Normelani, E., & Adyatma, S. (2016). Pengaruh jejaring sosial
terhadap motivasi belajar siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) di
kecamatan Banjarmasin barat. Jurnal Pendidikan Geografi, 3 (5), 38-50.

Wulandari, S. (2017). Perilaku konsumtif peserta didik penggemar k-pop di SMA


negeri 4 surakarta. Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi. 8 (1).

Anda mungkin juga menyukai