Anda di halaman 1dari 8

Representasi Kesetaraan Gender Pada Tokoh Perempuan Dalam

Anime Arte karya Sutradara Takayuki Hamana

Fauziah Haliyane Syahdanti


2018110203

METODOLOGI PENELITIAN DAN SEMINAR KESUSASTRAAN


Prof. Dr. Albertine Mindrop, MA

Program Studi Bahasa dan Budaya Jepang


Fakultas Bahasa dan Budaya
Universitas Darma Persada
Jakarta
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Skripsi yang berjudul “Representasi Kesetaraan Gender Pada
Tokoh Perempuan Dalam Anime Arte Karya Sutradara Takayuki Hamana”
dimaksudkan untuk menunjukkan upaya penegakkan kesetaraan gender
pada anime ini yang sering juga kita jumpai di dalam kehidupan nyata.
Anime (アニメ) merupakan istilah film animasi dari Jepang yang
sangat popular bukan hanya di Jepang melainkan di seluruh dunia
sehingga merupakan pop culture milik Jepang. Kata Anime sendiri
merupakan istilah serapan dari kata Bahasa inggris animation menjadi ア
ニメーション(anime shon) kemudian disingkat menjadi アニメ(anime).
Anime banyak memberikan daya tarik tersendiri bagi penikmatnya
bukan hanya sebagai hiburan dan imajinasi yang tidak bisa ditemukan di
dunia nyata, namun banyak anime kreator atau pembuat anime itu sendiri
membuat anime untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang ada di
masyarakat sekitar secara tersirat. Jika ditelaah lebih dalam banyak sekali
kondisi permasalahan yang ada di sekitar masyarakat menjadi alur dalam
anime. Jadi, bisa disimpulkan bahwa anime merupakan salah satu media
pembelajaran kita untuk melihat kondisi-kondisi yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Salah satu anime yang menggambarkan kondisi asli di masyarakat
adalah anime Arte karya sutradara Takayuki Hamana. Arte merupakan
anime produksi studio Seven Arcs Pictures yang tayang pada musim semi
2020. Anime ini merupakan adaptasi manga atau komik dengan judul yang
sama oleh Kei Ookubo pada tahun 2013. Anime ini juga dilisensikan di
Amerika Utara oleh Funimation dan disiarkan dari April hingga Juni 2020.
Arte menceritakan seorang perempuan bernama Arte yang lahir di
dalam keluarga seniman handal dan bangsawan di jamannya. Ayahnya
merupakan seorang pelukis. Karya lukisan ayahnya sering menjuarai
berbagai kontes dan penjual karya seni yang cukup mahal. Karena
kemampuan ayahnya ini akhirnya diwariskan kepada Arte yang menjadi
awal mulanya kecintaan Arte terhadap seni dan bercita-cita menjadi
seniman. Namun, karena sang ayah meninggal dunia mengakibatkan Arte
kehilangan satu-satunya orang yang percaya akan kecintaanya terhadap
seni. ibu Arte sangat menentang cita-cita Arte dan mengharapkan Arte
segera menikah dengan bangsawan lain agar menjadi ibu rumah tangga
yang baik tanpa mempermalukan nama keluarganya. Enggan untuk
menerima nasibnya, Arte memutuskan tekatnya untuk keluar dari rumah
dan mencari sendiri seorang guru seniman ahli yang mau menerimanya
sebagai murid magang. Dalam pencariannya ini, Arte harus menghadapi
kenyataan pahit ketika dia benar-benar dijauhi karena statusnya sebagai
wanita yang ingin menjadi murid magang. Tidak ada satupun yang
percaya bahwa seorang wanita yang lemah mampu membuat lukisan yang
bagus. Setelah melewati beberapa penolakan, akhirnya seorang seniman
terkenal bernama Leo mau menerimanya sebagai murid magang karena
Leo tidak mempunyai satupun murid magang di Studionya. Dengan
demikian kehidupan baru Arte dimulai. Jauh dari kenyamanan sebagai
bangsawan. Sebagai murid magang ia harus mendapatkan penghasilannya
sambil mengatasi berbagai tantangan yang sulit untuk menjadi seniman
yang ahli.
Penulis memilih anime Arte karena dalam anime ini terdapat pesan
yang menarik tentang perjuangan perempuan dalam memperjuangkan
kesetaraan wanita dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan. Gambaran
diskriminasi hak-hak kebebasan berekspresi bagi kaum wanita di dunia
yang didominasi oleh kekuasaan laki-laki. Pekerjaan-pekerjaan wanita
sendiri tidak boleh menyamai pekerjaan seorang yang dilakukan oleh laki-
laki.
Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Kata gender dapat
diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang
tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki. Ada perbedaan secara biologis antara perempuan
dan laki-laki-namun kebudayaan menafsirkan perbedaan biologis ini
menjadi seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan dalam berperilaku,
dan pada gilirannya hak-hak, sumber daya, dan kuasa. Gender merupakan
suatu sifat yang melekat pada kaum lelaki dan kaum perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Fakih 2018:8). Dengan kata
lain bisa disimpulkan bahwa sifat gender terbentuk karena lingkungan
sekitar.
Dalam dunia patriaki yang didominasi kekuasaan laki-laki,
keberadaan wanita selalu dikesampingkan. Dengan adanya dominasi laki-
laki ini mengurung wanita dalam keterbatasan, menganggap wanita
mahluk lemah lembut, rapuh dan selalu bergantung pada laki-laki. Karena
itu terjadilah ketimpangan gender yang melahirkan ketidakadilan gender
pada wanita berupa sterotip, marginalisasi, subordinasi, dan beban kerja.
Hal ini menyebabkan pergerakan para wanita memperjuangkan hak-hak
mereka menuntut kesetaraan gender yang terjadi di dalam masyarakat.
Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki atau
perempuan guna memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berpartisipasi dalam kegiatan politik, sosial budaya,
pendidikan, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.

B. Tinjauan Pustaka

Pertama, skripsi milik Ghina Elok Faiqoh mahasiswa Fakultas


Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (2018): Kajian Feminisme
Eksistensialis Terhadap Drama Higanbana: Onnatachi No Hanzai Fairu.
Dalam skripsi tersebut penulis berhasil mengungkapkan ketidakadilan
gender yang dialami oleh anggota Higanbana di dalam divisi kepolisian.
Yaitu berupa marginalisasi,surbordinasi,sterotip dan kekerasan. Kemudian
penulis juga berhasil menemukan adanya proses transendensi atau strategi
pembebasan yang dilakukan anggota divisi higabana dalam menghadapi
ketidakadilan gender yang mereka alami.
Persamaan penelitian peulis dan penelitian ini terletak pada
pembahasan ketidakadilan yang dialami perempuan. Perbedaan dengan
penilitian penulis, penilitian milik Ghina ketidakadilan gender yang
mereka alami tanpa menelisik unsur intrinsik dalam drama. Sedangkan
penelitian penulis membahas unsur instrinsik berupa tokoh dan
perwatakan, alur, latar, dan tema dalam anime Arte.
Kedua, skripsi milik Nur Laila Muji Hidayah mahasiswa Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya (2021): Representasi Kesetaraan Gender Dalam Video Klip
Position (Studi Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce). Dalam skripsi
tersebut penulis berhasil mengungkapkan gambaran tentang kesetaraan
gender yang terdapat dalam video klip “Positions” yaitu berupa isu
kesetaraan gender dan representasi tanda-tanda atau simbol kesetaraan
yang dibuat sebagai bentuk pemberontakan kepada masyarakat yang masih
membeda-bedakan wanita untuk memegang kendali atas jalan hidupnya
sendiri.
Persamaan penelitian penulis dan penelitian ini terletak pada
pembahasan mengenai kesetaraan gender terhadap perempuan. Perbedaan
dengan peneitian penulis, penelitian milik Nur Laila menggunakan analisis
semiotika milik Charles Sanders Pierce. Sedangkan penelitian penulis
menggunakan analisis pendekatan gender.

C. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis
mengidentifikasikan masalah terhadap bagaimana ketidakadilan gender
yang terjadi dalam anime Arte dan bagaimana upaya penegakan kesetaraan
gender yang terjadi dalam anime Arte karya sutradara Takayuki Hanama.

D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis membatasi
pembatasan masalah pada: pertama, karya sastra anime Arte karya
sutradara Takayuki Hanama. Kedua, permasalah tokoh perempuan dalam
permasalahan gender. Ketiga pada pendekatan gender.

E. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas saya merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana ketidakadilan gender yang terdapat dalam anime Arte
karya Takayuki Hanama.
2. Bagaimana upaya penegakkan kesetaraan gender dalam anime Arte
karya Takayuki Hanama.

F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan
menunjukkan bahwa tema film ini sesuai dengan konsep gender. Untuk
mencapai tujuan ini tahap selanjutnya adalah:
1. Menganalisis ketidakadilan gender dalam anime Arte karya sutradara
Takayuki Hanama.
2. Menganalisis kesetaraan gender dalam anime Arte karya sutradara
Takayuki Hanama.
Daftar Pustaka

Dede Nurul Qamariah. “Presepsi Masyarakat Mengenai Kesetaraan Gender


Dalam Masyarakat”. Jurnal Cendekiawan Ilmiah Pendidikan Luar Sekolah, 2541-
7045, Vol.4, No.2, Desember 2019.
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jpls/article/view/1601

Hidayah Quraisy, Jasruddin. “Kesetaraan Gender Masyarakat Transmigrasi Etnis


Jawa”. Jurnal Equilibrium, 2477-0221, Vol.3, No.1, Mei 2015.
https://media.neliti.com/media/publications/69271-ID-kesetaraan-gender-
masyarakat-transmigras.pdf

Nan Rahminawati. “Isu Kesetaraan Laki-Laki Dan Perempuan


(Bias Gender)”. Jurnal Mimbar, 2303-2499, Vol.17, No.3, September 2001.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/48

Khrista Jaya Wardhani, Bing Bedjo Tanudjaja, Baskoro Suryo B. “Studi


Representasi dan Konstruksi Gender dalam Tokoh Komik Bergaya Manga “My
Premium Girl”. Jurnal DKV Adiwarna, Universitas Kristen Petra, Vol.1, No.2,
2013.
http://publication.petra.ac.id/index.php/dkv/article/view/588

Faiqoh,Ghina. 2018. Kajian Feminisme Eksistensialis Terhadap Drama


Higanbana: Onnatachi No Hanzai Fairu. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Hidayah,Nur. 2021. Representasi Kesetaraan Gender Dalam Video Klip Position


(Studi Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce). Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Surabaya: Universitas Islam Negri Sunan Ampel.

Anda mungkin juga menyukai