Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KMB

PERIKARDITIS

Disusun Oleh : KELOMPOK 1 KELAS C

1. Apipudin (210115052)
2. Elin Herlina (210115064)
3. Rahmawati (210115093)
4. Hesa Firdaus (210115127)
5. Beni Zainal Hakiki (210115126)
6. Lilis (210115058)
7. Siti Nurlela (210115101)

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA

2021

1
KATA PENGHANTAR

Alhamdulillah,segala puji hanya bagi Allah atas terselesaikannya


penyusunan makalah tentang Gangguan Sistem Kardiovaskuler
Perikarditis. Makalah ini disusun dengan maksud untuk mempermudah
para pembaca khususnya para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah


memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan bisa menambah


wawasan khususnya bagi mahasiswa yang jurusan keperawatan.Kami
menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, mungkin ada beberapa
kekurangan dari makalah kami, karena itu kami memohon masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.Akhirnya
semoga makalah ini dapat bermanfaat Amin.

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung

merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan

susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya

menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan

saraf otonom).

Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan

selaput pembungkkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral

yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua

lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar

pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap

jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan

makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan

memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri

koronaria.

Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika,

radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh

tmbunan cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis).

Perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya

penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi

kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.

3
Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan

perikardium viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi

yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark miokard

dan uremia.

Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang

perikarditis  beserta asuhan keperawatannya dan diharapkan bisa membantu

mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami

tentang masalah perikarditis.

1.2 Rumusan Masalah

Apa konsep teori dari perikarditis dan bagaimana asuhan keperawatan

pada klien dengan perikarditis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada

anak dengan gangguan perikarditis

1.3.2 Tujun Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari perikarditis.

b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari perikarditis.

c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari perikarditis.

d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis.

e. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dari perikarditis.

f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari perikarditis.

4
g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari perikarditis.

h. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari perikarditis.

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami

asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit perikarditis, serta mampu

mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi
Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan

atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat

transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan

oleh berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007)

Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral,

atau keduanya. Perikarditis  dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik.

Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis,

pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)

2.1.2 Etiologi

Penyebab yang paling sering ialah reuma, yang merupakan 55% dari

seluruh kasus. Perikarditis purulenta/ septic (28%) disebabkan oleh kuman

Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumoniae, dan Streptococcus

hemolyticus. Penyebab lainnya ialah tuberculosis, virus Coxsackie,

rheumatoid, uremia, trauma dan idiopatik.

6
Tabel 01.Macam Klasifikasi Perikarditis

Klasifikasi Klinis Klasifikasi Etiologis


Perikarditis akut Fibrinosa Perikarditis Virus, pirogenik,
(<6minggu) Infeksiosa tuberkulosis,
mikotik, infeksi
lain (sifilis, parasit)
Perikarditis subakut Konstriktif Perikarditis non- Infark miokardium
(<6minggu- 6 bulan) infeksiosa akut, uremia,
Efusi
neoplasia: tumor
konstriktif
primer dan tumor
metastasis,
miksedema,
kolesterol,
kiloperikardium,
trauma: luka
tembus dinding
dada, aneurisma
aorta (dengan
kebocoran ke
dalam kantong
perikardium)
pascaradiasi, cacat
sekat atrium,
anemia kronis
berat, perikarditis
familial: mulberry
aneurysm, idiopatik
akut.

7
    Perikarditis b.d Demam rematik,
hipersensitivitas penyakit vaskular
atau autoimun kolagen: SLE,
reumatik arthritis,
skleroderma, akibat
obat: prokalnamid,
hidralazin, pasca
cedera kardiak.

2.1.3 Patofisiologi

Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada

perikarditis akan memberikan respons sebagai berikut:

1. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong

perikardium.

2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk

fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.

3. Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.

4. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang

mungkin.

5. Penyebab idiopatik atau non spesipik

6. Infeksi

8
1) Infeksi bakteri (misalnya, streptokokus, stapilokokus, meningokokus,

gonokokus)

2) Virus (misalnya, cokakie, inpuenza)

3) Jamur (misalnya, riketsia, parasit)Kelainan jaringan ikat,-sistemik

lupus eritematosus, demam rematik, arthritis rematik, poliarteritis

7. Keadaan hipersensitipitas-reaksi imun, reaksi obat, serumsickness

8. Penyakit struktur disekitarnya infak miokardium, aneurisma dissecting,

penyakit pleura dan paru(pneumonia)

9. Penyakit neoplasia

1) Penyakit neoplasia sekunder ak9bat metastasia dari kanker paru,

kanker payudara

2) Leukemia

3) Primer (mesotelioma)

10. Terapi radiasi

11. Gagal ginjal dan uremia

12. Tuberculosis.

Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan

parut dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun

parietal yang menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila cukup

berat akan menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik.

Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium yang

sekresinya melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium.

Pengumpulan cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk

9
menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke kedua bilik

jantung bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu komplikasi

perikarditis paling fatal dan memerlukan tindakan darurat tamponade.

Tamponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan intraperikardium

dan restriksi progresif pengisian ventrikel.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Nyeri, batuk kering, demam, fatigue(kelihan mudah lelah), cemas, ulsus

paradoksus, JV(Jugularis Vena Presure), CRT(Capilari Rapil Time turun,

gangguan status mental, kreatinin meningkat, cardiac marker meningkat, ST

segmen elevasi, PR depresi kecuali segmen aVR.

Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada

berat, distribusi, dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis

konstriktif menurut urutan, yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut,

gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan

paroxysmal nocturnal dyspnea.

Sebagian penderita (60%) mengeluh nyeri dada. Sesuai dengan banyaknya

cairan yang terkumpul dalam rongga perikard, maka dapat menimbulkan

gangguan hemodinamika dan akan timbul keluhan sesak nafas dan gejala

bendungan vena. Bila disertai dengan miokarditis (pankarditis) seperti yang

sering ditemukan pada perikarditis reumatik, terdapat pula gambaran gagal

jantung kongestif. Kriteria nyeri pada perikarditis akut dan tajam, berkurang

dengan perubahan posisi.

10
Pada pemeriksaan fisis didapatkan seorang anak yang tampak sakit berat,

dispnea, takikardi dan terdapat palsus paradoksus yaitu melemahnya tau

hilangnya nadi pada inspirasi yang lebih nyata tampak pada pengukuran

tekanan darah.

Bila sudah ada bendungan vena, akan terlihat peninggian tekanan vena

jugularis dan pembesaran hepar yang sukar dibedakan dengan gagal jantung

kongestif. Pada inspeksi iktus kordis tidak terlihat dan pada palpasi juga iktus

kordis sukar ditentukan serta aktivitas jantung berkurang.

2.1.5.1 Penatalaksanaan Penunjang

Pasien dibaringkan ditempat tidur bila curah jantung masih belum baik,
sampai demam, nyeri dada dan friction rub menghilang  Analgetik dapat
diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercep atreabsorbsi cairan pada
pasien dengan perikarditis rematik.  Kortikosteroid dapat diberikan untuk
mengontrol gejala, mempercepat resolusi proses inflamasi dalam pericardium
dan mencegah kekambuhan efusi perikard.
Pasein dengan infeksi pericardium harus segera diobati dengan anti mikroba
pilihan begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi.Perikarditis yang
berhubungan dengan demam rematik berespon baik dengan
pinisilin.Perikarditis akibat tuberculosis diobati dengan isoniasid,
etambutolhidroklorid, rifampisin, streptomisin dalam berbagai kombinasi
.ampoterisin B digunakan untuk perikarditis jamur, dan kartikosteroid
digunakan pada lupus eritematosus diseminata.
Bila kondisi pasien  sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan secara
bertahap, tetapi bila nyeri demam atau friction rub kembali muncul, pasien
harus segera tirah baring.

11
2.1.5.2 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa

kronis idiopatik dapat diobati dengan menggunakan indometasin atau

kortikosol. Bila efusi pericardium kronis tetap menimbulkan gejala keluhan,

maka perlu dipertimbangkan perikardiektomi.

Bila diagnosis perikarditis konstriktif telah dibuat, maka

perikardiektomi merupakan satu-satunya pengobatan untuk menghilangkan

tahanan pengisian ventrikel pada fase diastolic.

Penatalaksanaan pada efusi pericardium yang massif adalah dengan

melakukan perikardisentesis ke dalam kantong pericardium dengan tujuan

agar proses drainase dari aspirasi dapat adekuat. (Rubin, 1990)

Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera

mungkin dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang

cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya

pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti pemeriksaan kateterisasi jantung,

harus dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan aspirasi pericardium

dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang

lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat

yang menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan hipotensi

dan evaluasi tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan

tanpa adanya lekuk y, kemungkinan adanya tamponade jantung harus

diperhatikan.

12
Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah

perkusi yang redup di daerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru

yang cukup bersih, pulsasi bayangan jantung yang berkurang pada

fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan

T, serta hal-hal tersebut di awal.

Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya

tanpa gejala, atau mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan

dalam hal ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan

hemodinamik dan gejala klinis segera membaik setelah dilakukan

perikardiosentesis.

13
2.1.6 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.1.6.1 Pengkajian
2.1.6.1.1 Anamnesa

a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas
c. Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema
perifer, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea,
dan paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering
menimbulkan nyeri dada.
d. Riwayat penyakit dahulu
Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia,
ada trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.
e. Riwayat  psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga
penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.

2.1.6.1.2 Pemeriksaan fisik

a. B1 : Breathing (Respiratory System)


 Sesak Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)
b. B2 : Blood (Cardiovascular system)
 Takikardi, penurunan TD, aritmia jantung

c. B3 : Brain (Nervous system)

14
 Normal

d. B4: Bladder (Genitourinary system)

 Penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap

e. B5 : Bowel (Gastrointestinal System)

 Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi

f. B6: Bone (Bone-Muscle-Integument)

 Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas

2.1.6.3 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Subyektif: pasien mengeluh Kemampuan dilatasi Nyeri
nyeri dada jantung

Obyektif: - CRT > 3 detik Kontraktilitas ventrikel


kiri
-   Skala nyeri 7
Curah jantung
-   Penurunan TD
O2
-   Aritmia  (+)
  Nyeri
Subyektif: pasien mengeluh Kemampuan dilatasi Penurunan curah
nyeri dada jantung jantung

Obyektif: - CRT > 3 detik Kontraktilitas ventrikel


kiri
-  Pengeluaran urine inadekuat
 Curah jantung

15
-   Penurunan TD

-   Aritmia  (+)


DS: Pasien mengeluh lemah Emboli dalam pembuluh Gangguan Perfusi
karena hipoksia darah Jaringan

DO:  Pasien terlihat lemah


karena O2 jaringan menurun.
Obstruksi pembuluh
  darah aliran darah ke
jaringan terganggu
 
Perubahan
perfusi
jaringan
Subyektif: pasien mengeluh Perfusi jaringan Intoleransi
badannya terasa lemah Aktifitas
 Aliran darah tidak
Obyektif: klien tidak mampu adekuat ke sistemik
bermobilisasi di tempat tidur
 Kelemahan fisik
Subyektif: - Kemampuan dilatasi Resikotinggi
jatung akumulasi bakteri infeksi
Obyektif: terjadi akumulasi
di pericardium resiko
cairan di pericardium
tinggi infeksi

2.1.6.4 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan efusi perikardium


b. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan kompresi
perikardial

16
c. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan curah
jantung menurun
d. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan
keletihan fisik
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi cairan di
perikardium

2.1.6.5 Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan efusi di perikardium

Tujuan  : dalam 1x24 jam skala nyeri <2

Kriteria Hasil   :  -  CRT < 3 detik

 TD normal
 Aritmia jantung (-)
 Penurunan curah jantung teratasi

Intervensi Rasional
Kolaborasi  

Berikan oksigen suplemen sesuai Memaksimalkan ketersediaan


indikasi oksigen untuk menurunkan beban
kerja jantung dan menurunkan
ketidaknyamanan berhungan dengan
iskemia.
Mandiri  Mengontrol penurunan curah

17
jantung.
Palpasi nadi perifer
Istirahatkan klien dengan tirah baring Menurunkan kebutuhan pemompaan
optimal jantung
Observasi adanya hipotensi, peningkatan Manifestasi klinis pada kardiak
JVP, perubahan suara jantung, penuruna tamponade yang mungkin terjadi
tingkat kesadaran pada perikarditis ketika akumulasi
cairan eksudat pada rongga
perikardial.
Pantau perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi serebral sebagai dampak
sekunder terhadap penuruna curah
jantung
Kolaborasi Pembatasan natrium untuk
mencegah, mengatur,
Pemberian diet  jantung
atau mengurangi edema.
Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskular sistemik, juga kerja
ventrikel

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kompresi perikardial

Tujuan   : dalam 3x24 jam penurunan curah jantung teratasi

Kriteria Hasil   :  - CRT < 3 detik

 Pengeluaran urine adekua


 TD normal
 Aritmia jantung (-)

Intervensi Rasional

18
Mandiri  Mengontrol penurunan curah
jantung
Palpasi nadi perifer
Pantau output urine Mengetahui respon ginjal dalam
menurunkan curah jantung
Istirahatkan klien dengan tirah baring Menurunkan kebutuhan pemompaan
optimal jantung
Observasi adanya hipotensi, peningkatan Manifestasi klinis pada kardiak
JVP, perubahan suara jantung, penuruna tamponade yang mungkin terjadi
tingkat kesadaran pada perikarditis ketika akumulasi
cairan eksudat pada rongga
perikardial.
Kaji perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi serebralk sebagai dampak
sekunder terhadap penuruna curah
jantung
Kolaborasi Pembatasan natrium untuk
mencegah, mengatur, atau
Pemberian diet  jantung
mengurangi edema
Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskular sistemik, juga kerja
ventrikel

c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal

Kriteria hasil:

Mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara


individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering,
nadi perifer ada atau kuat, masukan/ keuaran seimbang.

19
Intervensi Rasional
Mandiri  1.  Indikator yang menunjukkan
embolisasi sistemik pada otak.
1. Evaluasi status mental.
Perhatikan terjadinya hemiparalisis, 2.  Emboli arteri, mempengaruhi
afasia, kejang, muntah, peningkatan jantung dan / atau organ vital lain, dapat
TD. terjadi sebagai akibat dari penyakit
2. Selidiki nyeri dada, dispnea katup, dan/ atau disritmia kronis
tiba-tiba yang disertai dengan
3.  Dapat mencegah pembentukan atau
takipnea, nyeri pleuritik, sianosis,
migrasi emboli pada pasien
pucat
endokarditis. Tirah baring lama,
 Tingkatkan tirah baring dengan tepat membawa resikonya sendiri tentang
terjadinya fenomena tromboembolic.
1. Dorong latihan aktif/ bantu
dengan rentang gerak sesuai 4.  Meningkatkan sirkulasi perifer dan
toleransi. aliran balik vena karenanya menurunkan
resiko pembentukan thrombus.
Kolaborasi  Heparin dapat digunakan secara
profilaksis bila pasien memerlukan tirah
Berikan antikoagulan, contoh
baring lama, mengalami sepsis atau
heparin, warfarin (coumadin)
GJK, dan/atau sebelum/sesudah bedah
penggantian katup.

Catatan : Heparin kontraindikasi pada


perikarditis dan tamponade jantung.
Coumadin adalah obat pilihan untuk
terapi setelah penggantian katup jangka
panjang, atau adanya thrombus perifer.

d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan fisik

20
Tujuan  : Meningkatkan kemampuan beraktifitas

Kriteria Hasil   :Klien mampu bermobilisasi di tempat tidur

Aktivitas sehari – hari klien terpenuhi

Intervensi Rasional
Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas Mengurangi kebutuhan oksigen
senggang yang tidak berat
Anjurkan menghindari tekanan abdomen, Dengan mengejan dapat
seperti mengejan saat defekasi mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan
takikardi, serta peningkatan TD
Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan vena balik
tinggikan kaki klien
Pertahankan rentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi otot
sakit krisis sehingga membantu vena balik
Bantu mobilisasi pasien Mencegah decubitus

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi bakteri di


perikardium

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil : Akumulasi cairan (-)

       Tanda-tanda infeksi (-)

Intervensi Rasional
Mandiri  Suhu pasien merupakan tanda-
tanda terjadinya infeksi
Pantau suhu pasien
Kolaborasi  

Lakukan tindakan perikardiosentesis Perikardiosentesis merupakan

21
tindakan aspirasi efusi
Kolaborasi Fungsi perikardium untuk
konfirmasi dan mencari etiologi
Lakukan tindakan fungsi perikardium
efusi sebagai penegakan diagnosis

BAB 3
PENUTUP

.1 Kesimpulan

Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika,

radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh tmbunan

cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis). Perikarditis

ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya penyebaran infeksi

kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang

perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.

Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan

perikardium viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi

yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark miokard

dan uremia.

 
.2 Saran
.2.1 Mahasiswa
Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada gangguan sistem
kardiovaskuler perikarditis, diharapkan kepada mahasiswa dapat
mengambilnya sebagai pembelajaran sehingga dapat menerapkannya
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam praktek
keperawatan secara professional.

22
.2.2 Umum
Dengan membaca dan memahami konsep dasar pada gangguan sistem
kardiovaskuler perikarditis, Masyarakat di harapkan dapat meningkatkan
kualitas hidupnya dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup
sehat sehingga dapat terhindar dari risiko penyakit perikarditis.

DAFTAR PUSTAKA

Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku : Diagnosa keperawatan edisi : 8


Penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3


penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam: Jakarta

23
24

Anda mungkin juga menyukai