Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KORELAS I HARGA volume TERHADAP membentuk

WARNA produk yang porus dan


DAN MUTU SENSORIS KEMPLANG IKAN mempunyai
GABUS densitas rendah selama proses
(Channa striata)
DI PASAR CINDE PALEMB penggorengan
ANG (Koswara, 2009).
Pada praktiknya, penggorengan kerupuk
masihFishmenggunakan
[Correlation Analysis of Price Againt Color and Sensory Quality minyak
Crackers at Cinde marketgoreng secara
Palembang]
berulang. Pemanasan secara berulang pada suhu
Toni Octavianus, Agus Supriadi*, tinggi
Sitiakan menurunkan
Hanggita R.J. kualitas minyak goreng
dan dapat
Program Studi Teknologi Hasil mempengaruhi kualitas produk terutama
Perikanan
warnaIndralaya
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya kerupuk yang
Ogandihasilkan
Ilir (Gulla and
ABSTRACT

This study aims to investigate the characteristics of color and sensory quality fish crackers at some
price ranges and also to determine the relationship between price and color characteristics and sensory quality
fish crackers on retailers who are market at Cinde Palembang. This research was conducted at the Laboratory
of Fishery Product Technology, Laboratory of Agricultural Technology Faculty of Agriculture, Laboratory of
Bioprocess Engineering Chemistry Indralaya Sriwijaya University in April 2014 until May 2014. The research
method in this study is a exploratory experiments, with three price categories (low, medium and high).
Parameters observed are color characteristic and quality sensory (scents, color, crispness and flavor). The
results showed a strong correlation in chroma, scents and flavor. As for the correlations that medium found in
the color and crispness. The results of a low correlation with the level of relationship contained in lightness
and hue.

Keyword : Korelasi, Harga, Kualitas, Kemplang

I. PENDAHULUAN Waghray, 2012). Warna merupakan suatu


sifat bahan yang dianggap berasal dari penyebaran
spectrum sinar. Timbulnya warna dibatasi oleh
faktor terdapatnya sumber sinar. Pengaruh tersebut
A. Latar Belakang terlihat apabila suatu bahan dilihat di tempat yang
suram dan di tempat yang gelap akan menimbulkan
Tjiptono (2002) memaparkan bahwa perbedaan warna yang mencolok. (Bambang et.
produk adalah segala sesuatu yang dapat all., 1988).
ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, Pratiwi (2012) menyatakan bahwa,
diminta, dicari, dibeli, disewa, digunakan atau penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian
dikonsumsi pasar (baik pasar konsumen akhir indera atau penilaian sensorik merupakan suatu
maupun para industrial) sebagai pemenuhan cara penilaian yang sudah sangat lama dikenal dan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. masih sangat umum digunakan. Indera yang
Adi (2012) mengatakan bahwa, kualitas berperan dalam uji organoleptik adalah indera
produk adalah faktor penentu kepuasan konsumen penglihatan, penciuman, pencicipan, perabaan dan
setelah melakukan pembelian dan pemakaian pendengaran. Panel diperlukan untuk
terhadap suatu produk. Dengan kualitas produk melaksanakan penilaian organoleptik dalam
yang baik maka keinginan dan kebutuhan penilaian mutu atau sifat-sifat sensorik suatu
konsumen terhadap suatu produk akan terpenuhi. produk. Unsur-unsur mutu/kualitas sensoris pada
Menurut Handoyo (2010) kualitas produk adalah kerupuk adalah aroma, warna, tekstur dan rasa
suatu kondisi dari sebuah barang berdasarkan pada (Bambang et. all., 1988).
penilaian atas kesesuaiannya dengan standar ukur Menurut Kotler dan Keller (2007),
yang telah ditetapkan. Semakin sesuai standar yang kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta sifat
ditetapkan maka akan dinilai produk tersebut produk yang berpengaruh untuk memenuhi
semakin berkualitas. kebutuhan-kebutuhan konsumen, oleh sebab itu
Salah satu produk makanan khas yang kualitas suatu produk merupakan hal yang penting
dijual di Pasar Cinde adalah kemplang ikan. dalam suatu industri. Selain ditinjau dari kualitas
Kemplang ikan merupakan suatu jenis makanan produk, faktor harga juga merupakan hal penting
kecil yang sudah lama dikenal oleh sebagian besar yang menjadi pertimbangan konsumen. Menurut
masyarakat Indonesia, kemplang ikan juga dikenal Kotler dan Amstrong (2003) harga adalah jumlah
sebagai kerupuk ikan. Kerupuk adalah suatu jenis semua nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka
makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan mendapatkan manfaat (dari) memiliki atau
yang mengandung pati cukup tinggi. Pengertian menggunakan barang atau jasa. Menurut Kotler dan
lain menyebutkan bahwa kerupuk merupakan jenis Keller (2007), banyak konsumen menggunakan
makanan kecil yang mengalami pengembangan harga sebagai indikator mutu. Konsumen sering

40
pula menggunakan harga sebagai kriteria utama minggu ketiga bulan April 2014. Pembagian
dalam menentukan nilainya. Pada kenyataannya kategori sampel berdasaarkan harga yaitu sebagai
bahwa barang sejenis yang berharga murah justru berikut:
tidak dibeli oleh konsumen. a. .DWHJRUL KDUJD PXUDK ” 5S - per
Salah satu pasar tradisional di Palembang kg
adalah Pasar Cinde. Pasar Cinde merupakan pasar b. Kategori harga sedang antara Rp.31.000.-
tradisional tertua di Palembang dan letaknya yang ± Rp.50.000.- per kg
strategis di pusat kota. Banyak produk-produk c. .DWHJRUL KDUJD WLQJJL • Rp.51.000,- per
tradisional yang dijajakan, salah satunya adalah kg
kemplang ikan dengan harga dan merk yang
berbeda-beda. Hal ini mengarahkan peneliti untuk
D. Metode Penarikan Sampel
melakukan penelitian mengenai analisis korelasi
harga dan mutu kemplang ikan di Pasar Cinde
Palembang. Jumlah populasi penjual kemplang ikan yang
ada di Pasar Tradisional Cinde kota Palembang
sebanyak 20 penjual. Sampel yang diambil
B. Tujuan sebanyak 3 pada setiap kisaran harga. Metode
pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut:
Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengelompokkan penjual ke dalam 3 kategori
1. Mengetahui karakteristik warna dan mutu harga dan memberikan kode terhadap tiap
sensoris kemplang ikan pada beberapa kisaran penjual.
harga. 2. Kemudian dilakukan penarikan sampel dengan
2. Mengetahui hubungan antara harga dengan cara menggunakan pengundian.
karakteristik warna dan mutu sensoris 3. Kemudian dilakukan uji laboratorium.
kemplang ikan gabus (Channa striata) pada
penjual yang berbeda di Pasar Cinde
E. Parameter Pengamatan dan Pengujian
Palembang.
Parameter pengamatan yang akan dilakukan
C. Hipotesis pada penelitian ini meliputi analisis warna dan
analisis mutu sensoris. Analisis warna meliputi
1. Diduga harga yang berbeda memiliki kualitas lightness, chroma dan hue, untuk analisis sensoris
kemplang ikan yang berbeda. yaitu uji hedonik yang meliputi atribut kerenyahan,
2. Adanya hubungan antara harga terhadap warn a warna, aroma dan rasa.
dan mutu organoleptik kemplang ikan gabus
(Channa striatra)
1. Analisis Warna
3.
II. PELAKSANAAN PENELITIAN
Berdasarkan Munsell (1997), analisa
A. Tempat dan Waktu warna menggunakan alat colour reader (CR-10).
Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium 1. Colour reader dinyalakan dan tombol
diaktifkan untuk memilih dan menentukan
Teknologi Hasil Perikanan, Laboratorium
nilai dan angka yang digunakan dalam analisa
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian,
Laboratorium Bioproses Teknik Kimia Universitas warna. Nilai yang dipakai adalah L
(Lightness), C (Chroma) dan H (Hue).
Sriwijaya Indralaya pada bulan April 2014 sampai
2. Sampel kemplang diletakkan dibawah lensa
dengan Mei 2014.
colour reader dan angka L, C dan H yang
tertera dicatat.
B. Bahan dan Alat 3. Nilai lightness (%), chroma (%) dan hue (0 )
akan menunjukkan warna sampel, cerah dan
Bahan utama yang digunakan pada terang atau gelapnya bahan.
penelitian ini adalah kemplang ikan. Sedangkan
untuk alat yang digunakan adalah colour reader
2. Analisis Sensoris
(CR-10),
Untuk mengetahui tingkat penerimaan
C. Metode Penelitian konsumen terhadap kemplang ikan yang dijual di
Pasar Cinde kota Palembang, maka dilakukan
Metode penelitian yang dilakukan pada analisis sensoris yaitu uji hedonik berdasarkan
penelitian ini adalah metode eksperimen metode Soekarto (1997). Pengujian dilakukan
eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan pada

41
dengan menggunakan panelis agak terlatih III. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 25 orang.
Sampel disajikan dengan memberikan
kode berupa angka acak sebanyak 3 digit. Panelis A. Analisis Korelasi Harga terhadap Warna
diminta penilaiannya berdasarkan kesukaan Kerupuk Kemplang
meliputi empat atribut yaitu kerenyahan, warna,
aroma dan rasa. Penilaian yang digunakan yaitu : 1 Pengukuran warna dilakukan dengan
= Tidak suka, 3 = Kurang suka. 5 = Cukup suka, 7 menggunakan alat color reader CR-10. Alat ini
= Suka, 9 = Sangat suka. dapat membedakan warna kerupuk berdasarkan
tiga taraf penilaian yaitu: Lightness (L), chroma
(C), dan hue (H).
F. Analisis Data 1. Lightness (L)

Data yang diperoleh dari hasil analisis Nilai lightness merupakan tingkatan warna
kemudian dideskripsikan mutu masing±masing berdasarkan pencampuran dengan unsur warna
kemplang ikan berdasarkan harga dan untuk putih sebagai unsur warna yang memunculkan
mengetahui korelasi antara harga dengan mutu kesan terang atau gelap. Nilai korelasi warna
kemplang ikan dapat diketahui dengan lightness berkisar antara 0% untuk warna paling
menggunakan scatter plot atau dengan gelap (hitam) dan 100% untuk warna paling terang
menggunakan korelasi Pearson, dengan rumus (putih). Hasil pengukuran nilai rerata lightness (%)
Arikunto (1998): kemplang ikan dapat dilihat pada Gambar 1.
82
80 y = 0.00003x + 74.13
Nëì R² = 0.042
78
J ÃáÜ@5 T Ü UÜ F :ÃáÜ@5 T Ü ;:ÃáÜ@5 UÜ ;
L 76
¥> J ÃáÜ@5 T Ü 6 F :ÃáÜ@5 T Ü ;6 ?> J ÃáÜ@5 UÜ 6 F :ÃáÜ@5 UÜ ;6 ? 74
72
Lightness (%)

70
Keterangan :
68
rxy = Koefisien korelasi
Y = Tingkat kesukaan/Warna 0 20000 40000 60000 80000 100000
X = Harga Harga (Rupiah/Kg)
n = Jumlah sampel
Gambar 1. Scatter plot rerata hasil pengukuran nilai
lightness kemplang ikan.
Hasil pengujian nilai lightness
Kuatnya hubungan antar variabel menunjukan harga sampel termurah memiliki nilai
dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien lightness terkecil sedangkan untuk nilai lightness
korelasi positif terbesar = 1 (satu) dan koefisien terbesar terdapat pada sampel harga sedang. Nilai
korelasi negatif adalah -1 (minus satu), sedangkan lightness dipengaruhi oleh kandungan protein pada
yang terkecil adalah 0 (nol). Bila besarnya antara kemplang ikan dan juga frekuensi penggunaan
dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien minyak goreng. Pada penelitian Apriani (2012)
korelasi = 1 (satu) atau -1 (minus satu), maka menunjukan bahwa semakin banyak penambahan
hubungan tersebut sempurna. Adapun pedoman protein pada kerupuk maka nilai lightness akan
untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien semakin menurun. Peningkatan konsentrasi protein
korelasi adalah pada Tabel 4. membuat nilai lightness menjadi menurun. Hal ini
dikarenakan oleh kerupuk dengan protein yang
Tabel 4. Nilai pedoman interpretasi koefisien lebih tinggi mengandung lebih banyak lemak akibat
korelasi. proses penyerapan minyak saat proses
Interval Koefisien Tingkat Hubungan penggorengan sehingga warna kerupuk menjadi
0.000-0.199 Sangat Rendah kurang cerah.seperti yang dikemukakan oleh
0.20-0.399 Rendah Muchtadi dan Ayustaningwarno (2010), komposisi
0.40-0.599 Sedang bahan pangan yang digoreng akan menentukan
0.60-0.799 Kuat jumlah minyak yang diserap. Semakin tinggi
0.80-1.00 Sangat kuat konsentrasi protein maka jumlah air yang terikat
semakin banyak. Saat penggorengan, air terikat
akan teruapkan dan minyak menggantikan air.
Hasil pengujian terhadap lightness pada kerupuk
kemplang di Pasar Cinde menunjukkan hasil yang
berbeda. Diduga hal ini disebabkan oleh proses

42
pemanasan dan peningkatan frekuensi bubuk pupa ulat sutera (Bombyx mori) menunjukan
penggorengan, yang menyebabkan minyak goreng bahwa chroma memiliki kecenderungan untuk
mengalami perubahan mutu terhadap fisik maupun bertambah pekat sesuai dengan jumlah bubuk pupa
kimia. Perubahan karakteristik fisik minyak goreng yang ditambahkan. Komposisi kimia bubuk pupa
meliputi perubahan warna dan viskositas, dalam 100 gram yakni kadar abu 6.74%, kadar
perubahan warna akan mempengaruhi karakteristik lemak 5.04%, kadar protein 77.82% dan kadar
fisik produk yang digoreng (Dewanti, 2009). karbohidrat sebesar 10.41%. Warna bubuk pupa itu
Nilai koefisien korelasi harga terhadap sendiri adalah berwarna putih. Apriyani (2012),
nilai lightness kerupuk kemplang adalah 0.204. penambahan daging keong mas 80% dengan
Sesuai dengan pedoman interpretasi koefisien penggunaan air 20% pada adonan tapioka memiliki
korelasi, maka tingkat hubungan hubungan antara nilai chroma lebih tinggi dibandingkan penggunaan
harga kerupuk kemplang dengan nilai lightness daging keong mas 40% dengan penggunaan air
kerupuk kemplang adalah rendah. Diduga faktor 60% pada adonan tapioka. Hal ini dikarenakan oleh
harga tidak berpengaruh terhadap nilai lightness menurunnya konsentrasi air yang digunakan,
kemplang ikan. sehingga adonan sulit untuk dilarutkan.
Nilai koefisien korelasi harga dengan nilai
2. Chroma (C) chroma kerupuk kemplang adalah 0.679. Sesuai
dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi,
Chroma adalah tingkatan warna maka tingkat hubungan antara harga kerupuk
berdasarkan ketajamaannya berfungsi untuk kemplang dengan nilai chroma kerupuk kemplang
mendefinisikan warna suatu produk cenderung adalah kuat. Diduga bahwa semakin tinggi harga
mengkilap atau kusam. Chroma mengikuti maka mutu kemplang ikan semakin baik,
persentase yang berkisar dari 0% sampai 100%. ditunjukkan penggunaan protein yang semakin
Semakin tinggi nilai chroma, maka produk tersebut tinggi.
cenderung semakin kusam dan sebaliknya semakin
rendah maka produk tersebut akan semakin 3. Hue (H)
mengkilap. Hasil pengukuran rerata nilai chroma
(%) kemplang ikan dapat dilihat pada Gambar 2.
25 Nilai hue adalah karakteristik warna
y = 0.0001x + 11.406 berdasarkan cahaya yang dipantulkan oleh objek
20 R² = 0.4628 yang merupakan nilai keseluruhan yang didominasi
pada suatu produk atau warna utama produk.
15 Rerata hasil pengukuran nilai hue (o ) kerupuk
kemplang disajikan pada Gambar 3.
10 82
80 y = 0.00003x + 74.51
5 R² = 0.089
78
Chroma (%)

0 76
0 20000 40000 60000 80000 100000 74
Harga (Rupiah/Kg) 72
Hue (o)

70
Gambar 2. Scatter plot rerata hasil pengukuran nilai
chroma kemplang ikan. 0 20000 40000 60000 80000 100000
Harga (Rupiah/Kg)

Pada kemplang ikan warna merupakan Gambar 3. Scatter plot rerata hasil pengukuran nilai
faktor yang ikut menentukan mutu, selain itu warna hue kemplang ikan
juga digunakan sebagai indikator kematangan
kerupuk. faktor yang mempengaruhi chroma Hasil pengukuran nilai hue kerupuk
(Miyati, 2008) adalah kandungan protein pada kemplang menunjukkan bahwa nilai hue tertinggi
kerupuk, sedangkan dalam Apriyani (2012) terdapat pada sampel harga Rp.80.000 sebesar
menyatakan bahwa salah satu faktor yang 80.17o , sedangkan nilai hue terendah terdapat pada
mempengaruhi nilai chroma kerupuk adalah air. sampel harga Rp.25.000 sebesar 71.55o . Nilai hue
Hasil pengujian nilai chroma kemplang ikan mewakili panjang gelombang dominan yang akan
menunjukan bahwa nilai terendah terdapat pada menentukan warna yang dilakukan berdasarkan
sampel harga rendah, sedangkan nilai chroma ketentuan seperti Tabel 5.
tertinggi terdapat pada sampel harga tinggi.
Penelitian Miyati (2008), pengujian
warna (chroma) pada kerupuk dengan penambahan

43
molekul komponen bau yang menyentuh silia sel
Tabel 5. Penentuan warna berdasarkan panjang olfaktori hidung (Winarno, 1990). Rerata tingkat
gelombang (o hue). kesukaan panelis terhadap aroma kemplang ikan
No Kriteria Warna Kisaran hue disajikan pada Gambar 4.
1 Red Purple (RP) 342o ± 18o 8
2 Red (R) 18o ± 54o
3 Yellow Red (YR) 54o ± 90o 6
4 Yellow (Y) 90o ± 126o y = 0.00002x + 5.032
5 Yellow Green (YG) 126o ± 162o 4 R² = 0.408
6 Green (G) 162o ± 198o
7 Blue Green (BG) 198o ± 234o 2
8 Blue (B) 234o ± 270o
9 Blue Purple (BP) 270o ± 306o 0

Aroma
10 Purple (P) 306o ± 342o 0 20000 40000 60000 80000 100000
Sumber: Hutchinf (1999) Harga (Rupiah/Kg)

Berdasarkan hasil hasil analisis keragaman Gambar 4. Scatter plot rerata tingkat kesukaan
menunjukkan bahwa nilai hue yang diperoleh panelis terhadap aroma kemplang
memiliki criteria warna yellow red (YR). Salah satu ikan.
faktor yang mempengaruhi nilai hue kerupuk
adalah suhu. Pada pengolahan oleh panas akan Koefisien korelasi antara harga kemplang
terjadi proses browning non enzimatis. Browning ikan dengan nilai tingkat kesukaan panelis terhadap
ini dikehendaki karena menimbulkan bau, aroma aroma kemplang ikan yaitu sebesar 0.638. Sesuai
dan cita rasa yang dikehendaki. Pada proses dengan tabel interpretasi maka tingkat hubungan
penggorengan akan menyebabkan perubahan hue antara harga dengan nilai tingkat kesukaan panelis
pada kerupuk (Putri, 2012). Perubahan warna pada terhadap aroma kemplang ikan adalah kuat.
kerupuk kemplang yang dihasilkan pada kerupuk Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
disebabkan oleh reaksi pencoklatan non enzimatis menunjukan kesukaan terendah terdapat pada harga
(reaksi maillard) yang terjadi saat proses rendah, sedangkan kesukaan tertinggi terdapat pada
penggorengan (Winarno, 1997). harga mahal. Hal ini menunjukkan bahwa,
Nilai koefisien korelasi antara harga konsumen lebih suka terhadap kemplang ikan
dengan niai hue kerupuk kemplang adalah sebesar dengan harga tinggi, sehingga dapat diasumsikan
0.298. Sesuai dengan pedoman interpretasi bahwa harga tinggi memiliki kualitas yang tinggi
koefisien korelasi, maka tingkat hubungan antara pula.
harga kerupuk kemplang dengan nilai hue kerupuk
kemplang adalah rendah. Diduga nilai hue tidak 2. Warna
memiliki keterkaitan terhadap harga kemplang
ikan.
Mutu bahan pangan pada umumnya
B. Analisis Korelasi Harga terhadap Mutu tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
Sensoris Kemplang Ikan tersebut antara lain cita rasa, tekstur, nilai gizi,
mikrobiologis dan warna. Sebelum faktor lain
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008), dipertimbangkan, secara visual faktor warna akan
para konsumen sering kali menilai kualitas produk tampil lebih dulu (Winarno, 1997). Faktor warna
atau jasa tertentu atas dasar berbagai macam isyarat tersebut akan menjadi pertimbangan pertama ketika
informasi yang mereka hubungkan dengan produk. bahan makanan dipilih. Suatu bahan pangan yang
Baik secara intrinsik maupun ekstrinsik yang dinilai bergizi dan teksturnya sangat baik akan
merupakan dasar persepsi kualitas produk atau jasa. kurang dimakan apabila memiliki warna yang tidak
Kualitas produk yang dirasakan berkaitan dengan sedap dipandang (Soekarto, 1985).
sifat fisik produk itu sendiri seperti ukuran, warna, Berdasarkan hasil uji kesukaan panelis
rasa atau aroma. terhadap warna kemplang ikan dapat diketahui
1. Aroma bahwa rerata tingkat kesukaan panelis terhadap
warna kemplang ikan berkisar antara 4.9 (netral)
Kelezatan suatu makanan sangat sampai dengan 9 (suka). Rerata tingkat kesukaan
ditentukan oleh faktor aroma. Dalam banyak hal panelis terhadap warna kemplang ikan disajikan
aroma menjadi daya tarik tersendiri dalam
pada Gambar 5.
menentukan rasa enak dari produk makanan
(Soekarto, 1985). Aroma lebih banyak
berhubungan dengan panca indera pembau. Bau-
bauan dapat dikenali, bila terbentuk uap dan

44
kemplang dengan nilai tingkat kesukaan panelis
8
terhadap kerenyahan kemplang ikan adalah sedang.
7
Hal ini menunjukkan bahwa, konsumen lebih suka
6 terhadap kerupuk kemplang dengan harga tinggi,
y = 0.00001x + 5.593
5 sehingga dapat diasumsikan bahwa harga tinggi
R² = 0.225
4 memiliki kualitas yang tinggi pula.
3
2 4. Rasa
1 Rasa dari produk pangan merupakan
0 faktor yang paling penting dalam penentuan
Warna

0 20000 40000 60000 80000 100000 kesukaan panelis terhadap suatu produk. Kesukaan
Harga (Rupiah/Kg) konsumen terhadap rasa suatu prosuk juga
ditunjang oleh ketertarikan terhadap warna dan
aroma produk tersebut. Bau yang ditangkap oleh
Gambar 5. Scatter plot rerata tingkat kesukaan sel ofaktori hidung dan warna yang ditangkap oleh
panelis terhadap warna kemplang mata mampu merangsang syaraf perasa dan
ikan. cecapan lidah (Winarno, 1997). Rerata tingkat
kesukaan panelis terhadap rasa kemplang ikan
disajikan pada Gambar 7.
Nilai koefisien korelasi antara harga
10
kemplang ikan dengan nilai tingkat kesukaan
panelis terhadap warna kemplang ikan sebesar 8
0.474. Tingkat hubungan antara harga dengan nilai
tingkat kesukaan panelis terhadap warna kemplang 6 y = 0.00003x + 4.827
ikan sesuai dengan tabel interpretasi adalah sedang. R² = 0.394
Hal ini menunjukkan bahwa, konsumen lebih suka 4
terhadap kemplang ikan dengan harga tinggi,
2
sehingga dapat diasumsikan bahwa harga tinggi
memiliki kualitas yang tinggi pula. 0
Rasa

0 20000 40000 60000 80000 100000


3. Kerenyahan
Harga (Rupiah/Kg)
Kerenyahan merupakan salah satu faktor
yang memiliki pengaruh penting dalam produk Gambar 7. Scatter plot rerata tingkat kesukaan
kerupuk. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap panelis terhadap rasa kemplang ikan.
kerenyahan kemplang ikan disajikan pada Gambar
6.
Nilai koefisien korelasi antara harga
8
kemplang ikan dengan nilai tingkat kesukaan
panelis terhadap rasa kemplang ikan yaitu sebesar
6 y = 0.00003x + 4.832 0.627. Sesuai dengan pedoman interpretasi
R² = 0.343 koefisien korelasi, maka tingkat hubungan antara
4 harga dengan nilai tingkat kesukaan panelis
terhadap rasa kemplang ikan adalah kuat. Hal ini
2 menunjukkan bahwa, konsumen lebih suka
Kerenyahan

terhadap kerupuk kemplang dengan harga tinggi,


0 sehingga dapat diasumsikan bahwa harga tinggi
0 20000 40000 60000 80000 100000 memiliki kualitas yang tinggi pula.
Harga (Rupiah/Kg)

Gambar 6. Scatter plot rerata tingkat kesukaan DAFTAR PUSTAKA


panelis terhadap kerenyahan Adi, R.F.A. 2012. Analisis Pengaruh Harga,
kemplang ikan. Kualitas, Produk dan Kualitas Layanan
Terhadap Kepuasan Pelanggan. Fakultas
Nilai koefisien korelasi antara harga Ekonomi dan Bisnis Universitas
kemplang ikan dengan nilai tingkat kesukaan Diponegoro Semarang. Semarang.
panelis terhadap kerenyahan kemplang ikan yaitu
sebesar 0.585. Sesuai dengan tabel interpretasi Afrianto, E dan Liviawaty, E. 1989. Pengawetan
maka tingkat hubungan antara harga kerupuk dan Pengolahan Ikan. Kanisius,
Yogyakarta.

45
Perception of Organic Food. University of
Ambasari, D.N. 2000. Analisis Optimasi Plymouth, UK.
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Industri Kecil Kerupuk Ikan (Kemplang). Djumali. A., Zein, N. Illah, S dan M.S Maarif,
Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan. 1982. Teknologi Kerupuk. Direktorat
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Pengembangan dan Perluasan Tenaga
IPB. Bogor. Hal.6. Kerja, Departemen Tenga Kerja dan
Transmigrasi dengan Jurusan Industri,
Apriyani. 2011. Karakteristik Fisik, Kimia dan Fateta, IPB. Bogor.
Sensoris Kerupuk Keong Mas (Pomacea
canaliculata). Fakultas Pertanian Faulds, J., David and Lonial C. S. 2001. Price-
Universitas Sriwijaya. Indralaya. Hal. 32- Quality Relationships of Nondurable
37. Consumer Products: A European and
United States Perspective. Jurnal of
Ariansyah KA. 2012. Anlisis Kandungan Logam Economic and Social Research.
Berat (Pb, Hg, Cu dan As) pada Kerupuk
Kemplang di Desa Tebing Gerinting Handoyo, B.T. 2010. Pengaruh Atribut Produk dan
Utara, Kecamatan Indralaya Selatan, Promosi Penjualan Terhadap Minat Beli
Kabupaten Ogan Ilir. Fakulta Pertanian, Sepeda Motor Honda Vario Techno.
Universitas Sriwijaya. Indralaya. Surabaya : Fe Universitas Negri Surabaya.

Arikunto. 1998. Manajemen Penelitian. Harinaldi. 2005. Prinsip-Prinsip Statistika untuk


Yogyakarta. Rineka Cipta. Teknik dan Sains. (Book.google.co.id)
diakses 12 Juli 20014.
Asyiek, F. 2003. Upaya Peningkatan Nilai Gizi
Kerupuk Palembang dab Mengatasi Hilman, M. 2008. Pemanfaatan Cangkang
Kesulitan Penggorengan. Dinamika Rajungan (Portunus sp.) sebagai Alternatif
Penelitian BIPA, Balai Litbang Industri Sumber Kalsium dalam Kerupuk [skripsi]
Palembang. Vol.14 No.25: 20-30. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009.
Penetapan Batas Maksimum Cemaran Hutching J.B. 1999. Food Color and Appearance.
Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Aspen Publisher Inc., Maryland.
BPOM. Jakarta.
Kartika, B dkk. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Badan Standarisasi Nasional. 2009. Kerupuk Ikan Pangan. PAU Pangan dan Gizi.
SNI 2713-1-2009. (online). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
(http://www.sisni.go.id diakses maret
2013). Ketaren, S. 1986. Peranan Lemak dalam Bahan
Pangan. Teknologi Industri
Badriah, EL. 2007. Pembuatan Kecap Keong Mas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
(Pomacea canaliculata) secaraFermentasi
Kojidan Penambahan Ekstrak Nanas Koswara, S. 2009. Pengolahan aneka kerupuk.
(Ananas Comosus L Merr). Surakarta: ebookpangan.com.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas
Maret. Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran.
Jilid 1. (Book.google.co.id)
Burhanuddin, Reisty. 2010. Hubungan Persepsi
Terhadap Merek Aqua Dengan Keputusan Kotler, Philip, dan Gary Amstrong. 2003.
Membeli Pada Mahasiswa Semester Akhir Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Jakarta
Fakultas Psikologi Universitas Islam Ghalia. Indonesia.
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fakultas Psikologi, Yniversitas Islam Lavlenesia. 1995. Kajian Beberapa Pengembangan
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Volumetrik dan Kerenyahan Kerupuk
Ikan. Tesis. Pogram Pasca Sarjana Institut
Brennan, S.C and Kuri, V. 2002. Relationship Pertanian Bogor, Bogor.
Between Sensory Attribut, Hidden
Attribut and Price Influencing Consumer

46
Miyanti, A. 2008. Karakteristik Profil Sens ori Saraswati. 1986. Membuat Kerupuk. Bhratara
Bubuk Pupa Ulat Sutera dan Aplikasi Karya Aksara. Jakarta.
Bubuk Pupa Pada Pembuatan Kerupuk.
Schiffman, L dan L. L. Kanuk. 2008. Perilaku
Muchtadi, T.R., Purwitno dan A. Basuki. 1988. Konsumen. Jakarta
Teknologi Pemasakan Ekstrusi. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi. Setyawan, W. 1999. Fisik: Indonesia Forum For
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Physis and Physis Management.
(http://www.eGroups.com/list/fisika_indo
Muchtadi, T., dan Ayustaningwarno, F. 2010. nesia).
Teknologi Proses Pengolahan Pangan.
Alfabeta. Bandung. Silviana. 2008. Karakteristik Flavor Seafood Segar.
(online). (http://www.foodreview.biz).
Munsell. 1997. Colour Chart For Plant Tissue diakses april 2014.
Mecbelt Division Of Kalmorgen
Instrument Corporation. Baltimore Soekarto, S.T. B., Haryono dan Suhadi. 1997.
Maryland. Analisa Makanan dan Hasil Pertanian.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Niba, L.L., dan F.L.C. Jackson. 1999. Tapioca and
tapioca flour: Consumption and potential. Soekarto, ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk
Seminar Cultural and Historical Aspects Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
of Foods. Oregon State University, Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Corvallis.
Soemirat, J. 2003. Toksikologi Lingjungan. Gajah
Pepadri, I. 2010. Pricing Is The Moment Of Truth, Mada University Press: Yogyakarta.
All Marketing Comes To Focus In The
Pricing Decision. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging.
Gadjah Mada University Press,
Permana, H. 2006. Optimasi Pemanfaatan Yogyakarta
Cangkang Kerang Hijau (Perna viridis L.)
dalam Pembuatan Kerupuk. [skripsi] Suhardi, S.Y, F. Kasijadi, W. Istuti, A. Budijono,
Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan, Jumadi dan Bonimin. 2006. Pengkajian
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Inovasi Teknologi Pengolahan.
http//www.jatim. litbang.deptan.go.id.
Pratiwi, A. 2012. Penentuan Kualitas Pangan dan
Uji Organoleptik Produk Pangan. Program Suharman, W. 1996. Kajian pembuatan dan
Studi Ilmu Gizi. Fakultas Kedokteran. kerupuk secara mekanis. Skripsi. Fakultas
Universitas Diponegoro, Semarang. Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
(hal.8-9). Bogor. Bogor.

Putri, R.A. 2012. Pengaruh Kadar Air Terhadap Suhartini dan Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar.
Tekstur dan Warna Keripik Pisang. Trubus Agri Sarana. Surabaya.
Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Hasanuddin. Sumarwan, U. 1997. Perlindungan Konsumen
Makassar. (hal 7-10). Terhadap Praktek Penjualan Makanan dan
Kualitas Makanan yang Merugikan
Konsumen. Makalah Disampaikan pada
Rohmawati, Purwanti H.S. 2012. Pengaruh Harga Pelatihan Pengembangan Kurikulum
dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Bidang Pangan dan Gizi, Jurusan Gizi
Pembelian Motor Honda Matic Beat Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga,
(Studi Kasus Pada PT.Nusantara Solar IPB.
Sakti). Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang. Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi
Pertama. Yogyakarta.
Salamah E, Susanti MR, dan Purwaningsih S.
2008. Diversifikasi Produk Kerupuk Opak Tofan. 2008. Sifat Fisik dan Organoleptik Kerupuk
dengan Penambahan Daging Ikan Layur yang Diberi Penambahan Tepung Daging
(Trichiurus sp.) Buletin Teknologi Hasil Sapi Selama Penyimpanan. Fakultas
Hasil Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Perternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

47
Walpole, R. E. 1995. Pengantar statistika Edisi Ke-
3. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wijandi, S,. B. Djatmiko, Y. Haryadi, D.


Muchtadi, S., H. Syarif dan Kriiupiyanti,
1975. Industri Pengolahan Kerupuk di
Sidoarjo Jatim. Kerjasama Dirjen Aneka
Industri dan Kerajinan dengan
Departemen Teknologi Hasil Pertanian,
Fatemeta, IPB. Bogor.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan. Pusat


Pengembangan Teknologi Pangan.
Institute Pertanian Bogor.

Winarno, F.G. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi dan


Konsumsi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Wiriano, H. 1984. Mekanisme Teknologi


Pembuatan Kerupuk. Balai Pengembangan
Makanan Phytokimia, Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri Departemen
Perindustrian, Jakarta.

Wulansari, S. 2012. Persepsi Wisatawan Terhadap


Produk Kuliner Di Kawasan Wisata Istana
Siak Sri Indrapura.

Zen, M. 2010. Karakteristik Fisik, Kimia dan


Sensoris Kemplang Ikan Lele (Clarias
batracus). [skripsi] Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya. Indralaya.

48

Anda mungkin juga menyukai