Bahan pangan yang dijadikan bahan baku produk olahan dan akan
dikonsumsi oleh manusia harus melewati pengujian sensori berupa uji
organoleptik. Uji organoleptik adalah proses pengujian dan penilaian mutu produk
yang didasarkan oleh proses pengindraan. Uji organoleptik dilakukan oleh panelis
terpilih dan menggunakan lembar penilaian (scoresheet) khusus untuk
menentukan nilai akhir produk. Lembar scoresheet memiliki spesifikasi tertentu
yang dapat disesuaikan dengan produk yang akan diuji. Hasil proses pengindraan
pada uji organoleptik dapat terjadi karena terdapat rangsangan pada alat indra.
Menurut Hafid et al. (2019), alat indra yang digunakan pada uji organoleptik
meliputi mata sebagai organ penglihatan, lidah sebagai organ pengecap, hidung
sebagai organ pembau, serta kulit sebagai organ peraba. Uji organoleptik
merupakan salah satu aspek penilaian bahan pangan. parameter organoleptik yang
umum dilibatkan adalah bau, rasa, tekstur, dan warna.
Daftar Pustaka
Hafid, H., P. Patriani., Nuraini., Norma., S. H. Ananda dan Inderawati. 2019.
Organoleptic Characteristics of Broiler Chicken Meat Using Juice of
Starfruit (Averrhoa bilimbi L). IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 454(1): 1-6.
Daftar Pustaka
Mutiara, S., R. S. Hamid dan A. Suardi. 2021. Pengaruh Kualitas Layanan,
Persepsi Harga dan Cita Rasa terhadap Kepuasan Konsumen. Jurnal
Ekonomi dan Ekonomi Syariah, 4(1): 411-427.
Topik 3
Paragraf 4 (hasil)
Pengujian hedonik pada sampel kerupuk udang merk “2 Gajah” dengan
bantuan scoresheet SNI 2346: 2015 skala 9 tabel menghasilkan kerupuk udang
dengan nilai 7 (suka) pada aspek kenampakan dan bau, nilai 5 (netral) pada aspek
rasa, dan nilai 4 (agak tidak suka) pada aspek tekstur. Hasil uji hedonik pada skala
5 tabel juga tidak berbeda jauh yaitu mendapat nilai 4 (suka) pada aspek
kenampakan dan bau, nilai 3 (netral) pada aspek rasa, dan nilai 2 (tidak suka) pada
aspek tekstur. Alasan tekstur mendapat nilai terendah pada dua skala tabel adalah
karena tekstur kerupuk telah mengalami penurunan kerenyahan dan cenderung
sulit untuk dipatahkan dan dikunyah. Menurut Pakpahan dan Nelinda (2019), sifat
kerenyahan kerupuk ditentukan oleh ketebalan dan kekerasan dinding pori,
volume pengembangan, dan densitas kerupuk. Densitas yang tinggi akan
menyebabkan kerenyahan dan kekerasan produk kerupuk. Kerenyahan dapat
menurun akibat peningkatan air pada kerupuk.
Daftar pustaka
Pakpahan, N. dan Nelinda. 2019. Studi Karakteristik Kerupuk: Pengaruh
Komposisi dan Proses Pengolahan. Teknologi Pengolahan Pertanian, 1(1): 28-38.