Anda di halaman 1dari 22

BAB III

HASIL DAN ANALISIS

A. Analisis Artikel

Analisis artikel penelitian dilakukan dengan membuat sintesis artikel hasil

artikel kemudian menganalisis artikel yang relevan dengan topik yang akan diulas

dan membahas atau mengkaji artikel. Rangkuman hasil analisis artikel dibuat dan

tersusun dalam bentuk tabel, yang meliputi matriks sintesis artikel penelitian dan

deskripsi topik dalam artikel penelitian terkait (Rahayu et al., 2019). Dalam artikel

ini, yang dapat dilakukan yaitu dengan adanya pembandingan hasil temuan

dengan temuan artikel yang lain untuk menunjukkan bahwa temuan tersebut lebih

kuat, kontradiktif, atau sama sekali berbeda dari temuan (baru) lainnya.

Format PECOS dengan framework dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Format PECOS


PECOS Inklusi Ekslusi
Population/problem Studi yang berfokus pada Studi membahas mengenai
deteksi dini pada gangguan Studi yang berfokus pada
jiwa deteksi dini pada selain
gangguan jiwa .
Eksposure Kompetensi deteksi dini Selain kompetensi deteksi
pada gangguan jiwa dini pada gangguan jiwa
Comparison Tidak ada Tidak ada
Study design Desain EBP Level case Tidak ada
study-RCT (Deskriptif
quantitatif, qualitatif, dan
quasi experiment)
Publication years ≥ 2016 < 2016
Language Indonesia dan Inggris Selain Bahasa Indonesia dan
Inggris
B. Matriks Sintesis Artikel Penelitian yang Relevan
Hasil pencarian literatur yang sudah dianalisis, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2
Hasil Pencarian Literatur

Judul, Penulis dan


No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
1. Judul : Penelitian ini Penelitian ini Sampel pada Kelebihan: Setelah dilakukan 1. Penelitian ini
Analisis bertujuan unutuk menggunakan penelitian ini V1: analisis, artikel ini menggunakan
Pelaksanaan menganalisis metode kualitatif menggunakan Jurnal ini menggunakan sejalan dengan tema instrument SRQ dab
Deteksi Dini pelaksanaan deteksi dengan pendekatan sampel sebanyak 8 sampel sebanyak 8 orang. literature review yang GDS dengan tahapn :
Gangguan Jiwa dini pada orang deskriptif orang. Sampel Sampel dipilih menggunakan penulis ambil yakni a. Deteksi dilakukan
Di Puskesmas dengan gangguan dipilih teknik purposive sampling menganalisis dengan metode
Banyuurip jiwa menggunakan teknik yang dilakukan mulai dari pelaksanaan deteksi dini wawancara
Kabupaten purposive sampling bulan Februari sampai April pada orang dengan menggunakan
Purworejo 2020 di Puskesmas gangguan jiwa yang pertanyaan pada
Banyuurip, Kabupaten melibatkan beberapa instrumen SRQ
Penulis: Purworejo. unsur tenaga sebagai (Self-Reporting
Syafira Risdanti, Kesimpulan : upaya promotive Questionnaire) dan
Septo Pawelas Penelitian ini tidak preventif kesehatan GDS (Geriatric
Arso, Eka Yunila menjelaskan kriteria inklusi jiwa. Depression Scale)
Fatmasari dan eksklusi yang dijadikan b. Hasil deteksi dini
sampel. kemudian ditindak
Tahun: lanjut dengan
2020 V2: edukasi atau
(Risdanti et al., Penelitian ini merupakan rujukan.
2020) penelitian kualitatif
pendekatan deskriptif.
Sumber data didapatkan dari
wawancara mendalam kepada
8 informan dan observasi
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
lapangan. Informan terdiri
dari informan utama dan
triagulasi. Adapun tahapan
dalam proses pelaksanaannya
meliputi:
1. Unsur tenaga yang
terlibat dalam deteksi
dini gangguan jiwa yaitu
koordinator, bidan,
perawat, dan kader.
2. Deteksi dilakukan
dengan metode
wawancara
menggunakan pertanyaan
pada instrumen SRQ
(Self-Reporting
Questionnaire) dan GDS
(Geriatric Depression
Scale)
3. Hasil deteksi dini
kemudian ditindak lanjut
dengan edukasi atau
rujukan.
4. Hasil deteksi dini SRQ
dengan skor >6 dan GDS
dengan skor ≤5 diberikan
edukasi dan sekaligus
formulir rujukan.
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun

Kesimpulan:
Tahapan prosedur dijelaskan
secara detail dimana terdapat
beberapa tahapan didalamnya.
V3
Pada penelitian ini tidak
ditemukan variable perancu
hanya menganalisis
pelaksanaan deteksi dini pada
gangguan jiwa.
Kesimpulan:
Tidak terdapat variable
pengontrol perancu.

V4
Interpretasi hasil analisis data
disajikan dalam bentuk
deskripsi hasil analisis,
dengan hasil yang didapatkan
meliputi:
1. Unsur tenaga yang perlu
terlibat dalam deteksi
dini gangguan jiwa yaitu
koordinator, bidan,
perawat, dan kader yang
memiliki keterampilan
dalam melakukan deteksi
dini menggunakan
instrument SRQ dab
GDS, edukasi, maupun
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
kemampuan melakukan
rujukan.
2. Sarana prasarana untuk
pelaksanaan deteksi dini
gangguan jiwa yang
diperlukan meliputi
pedoman, formulir SRQ
dan GDS, formulir
rujukan, formulir
rekapitulasi, buku
PPDGJ III, dan media
KIE (Komunikasi
Informasi dan Edukasi/
Kesimpulan :
Pada penelitian ini tidak
menyebutkan uji analisis
statistic yang digunakan
hanya menyajikan interpretasi
hasil menggunakan deskripsi
hasil analisis.

V5
Penelitian sejalan dengan
penelitian Hothasian,
Suryawati, dan Fatmasari
(2019) menyatakan deteksi
dini dilakukan sebagai
kegiatan menggolongkan
pasien dengan gangguan jiwa
berdasarkan keluhan psikis
yang frekuensinya
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
berkelanjutan (pusing, sakit
perut, tidak bisa tidur)
walaupun pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik pasien
dinyatakan sehat.
Penggolongan (deteksi dini)
juga bisa didapatkan
berdasarkan hasil pertanyaan
yang dilakukan oleh petugas
kesehatan, melalui tahapan
wawancara menggunakan
pertanyaan pada instrumen
SRQ (Self-Reporting
Questionnaire) dan GDS
(Geriatric Depression Scale).
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan
internal validity, eksternal
validity dan non internal
causal validity.

Kekurangan:
1. Tidak menjelaskan
kriteria inklusi dan
eksklusi yang dijadikan
sampel
2. Keterbatasan tenaga dan
sarana prasarana pada
pelaksanaan deteksi dini
orang dengan gangguan
jiwa
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
2. Judul: Penelitian ini Penelitian ini Sampel pada V1 Setelah dilakukan Instrument yang
Penggunaan bertujuan untuk bersifat deskriptif penelitian ini Sampel pada penelitian ini analisis, artikel ini digunakan sebagai upaya
Metode Dua menentukan dengan pendekatan sejumlah 1052 sejumlah 1052 pasien, sejalan dengan tema early detection orang
Menit (M2M) prevalensi dan jenis potong lintang pasien, Responden Responden dipilih secara literature review yang dengan gangguan jiwa
Dalam gangguan jiwa (cross sectional). dipilih purposive sampling dimana penulis ambil yakni menggunakan methode
Menentukan menggunakan Penelitian bertempat secara purposive semua pasien yang melakukan deteksi dini dua menit Instrumen yang
Prevalensi methode 2 menit di sampling sehingga berkunjung dimasukkan jenis gangguan jiwa digunakan adalah “metode
Gangguan Jiwa di Puskesmas semua pasien yang sebagai responden pada yang di alami dua menit”
Pelayanan Primer Kecamatan Grogol berkunjung penelitian seseorang. yaitu metode wawancara
Petamburan di dimasukkan ke Kesimpulan: sederhana setengah
Penulis : wilayah Jakarta dalam penelitian Pada penelitian ini tidak terstruktur yang dirancang
Dan Hidayat, Elly Barat dan sebagai responden dijelaskan kriteria inklusi dan untuk pelayanan kesehatan
Ingkiriwang, dilaksanakan dari sampai batas waktu ekskluasi yang dijadikan jiwa integratif
Andri,* Evalina Mei -Juli 2008. penelitian yang telah sampel penelitian di Puskesmas (untuk
Asnawi, ditetapkan. mendeteksi, mendiagnosis
Ratna Surya V2 dan melakukan terapi
Widya, Djap Hadi 1. Instrumen yang gangguan mental pada
Susanto. digunakan adalah pelayanan kesehatan
“metode dua menit” yaitu umum).
(Hidayat et al., metode wawancara
2016) sederhana setengah
terstruktur yang
dirancang untuk
pelayanan kesehatan jiwa
integrative di Puskesmas
(untuk mendeteksi,
mendiagnosis dan
melakukan terapi.
2. Dokter Puskesmas
memeriksa, menegakkan
diagnosis dan terapi
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
dengan M2M, dengan
klasifikasi yang berlaku
di Puskesmas.
3. ditanyakan keluhan
utamanya; keluhannya
bisa keluhan fisik
dan/atau keluhan
kejiwaan, bila hanya ada
keluhan fisik maka
diagnosisnya gangguan
fisik; bila keluhannya
berupa keluhan kejiwaan
saja maka diagnosisnya
gangguan kejiwaan; bila
ada keluhan fisik dan
keluhan kejiwaan, dicari
tahu hubungan antara
kedua jenis keluhan
tersebut, bisa hubungan
sebab-akibat atau bisa
sebagai komorbiditas;
yang pasti ada masalah
kesehatan jiwa.
4. Psikiater memeriksa
ulang semua pasien yang
telah diperiksa dokter
Puskesma dengan
menggunakan wawancara
psikiatrik konvensional
(di atas 2 menit) dengan
menggunakan pedoman
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
diagnostik PPDGJ-III,
klasifikasi gangguan jiwa
yang nantinya juga akan
digunakan di Puskesmas.
Kesimpulan :
Tahapan prosedur dijelaskan
secara baik dan jelas.

V3
Pada penelitian ini tidak
ditemukan variable perancu
hanya menganalisis
menentukan prevalensi dan
jenis gangguan jiwa yang
diderita seseorang.
Kesimpulan:
Tidak terdapat variable
pengontrol perancu.

V4
1. Uji Pearson Chi-Square
terhadap usia metode
diagnosis adalah a=5%
didapatkan X2=26,30
dengan df=4; p=0.000.
Dengan demikian
didapatkan adanya
hubungan bermakna
antara usia pasien dengan
kejadian gangguan
kejiwaan dengan
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
diagnosis berdasarkan
metode M2M dan
diagnosis ICD-10.
2. diagnosis gangguan jiwa
terbanyak yang dilakukan
oleh dokter Puskesmas
berdasarkan Metode Dua
Menit (M2M) adalah
Neurosis sebesar 28,5%
yang di dalamnya terdiri
dari keluhan kecemasan,
depresi dan psikosomatik.
Secara keseluruhan
jumlah pasien yang
didiagnosis mengalami
gangguan jiwa
berdasarkan alat
diagnostik M2M adalah
sebesar 31,8%.
3. prevalensi pasien yang
didiagnosis gangguan
jiwa baik oleh dokter
Puskesmas dengan
menggunakan M2M dan
yang dilakukan oleh
psikiater dengan
menggunakan pedoman
diagnostik PPDGJIII
(pada seluruh pasien yang
telah diperiksa oleh
dokter Puskesmas adalah
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
sama yaitu 31,8%.
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat,
peneliti menjelaskan jenis uji
statistic yang digunakan.

V5
Hasil penelitian dalam artikel
ini sesuai dengan laporan dari
The Academy of
Psychosomatic Medicine
yang mengatakan bahwa
30% pasien yang datang ke
pelayanan primer untuk
gangguan fisiknya memiliki
gangguan psikiatrik. Lebih
jauh dikatakan bahwa di
antara angka tersebut, 23%
didiagnosis gangguan
depresi, 22% dengan
gangguan anxietas, dan 20%
dengan gangguan somatisasi.
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan
internal validity, eksternal
validity dan non internal
causal validity.
Kekurangan:
1. pada artikel penelitian ini
tidak menjelaskan kriteria
inklusi dan eksklusi yang
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
dijadikan sampel
penelitian
3. Judul : Penelitian ini Penelitian ini Sampel pada Kelebihan: Setelah dilakukan Penelitian ini
Early Detection bertujuan untuk menggunakan penelitian ini V1: analisis, artikel ini menggunakan instrument
Integrated of menganalisis metode kuantitatif menggunakan Jurnal ini menggunakan sejalan dengan tema SRQ dengan tahapan :
Community pelaksanaan deteksi dengan pendekatan sampel sebanyak 43 sampel sebanyak 43 orang literature review yang a. Deteksi dilakukan
Mental dini atau deskriptif. orang. dengan karakteristik penulis ambil yakni dengan menggunakan
Health in menskrining masalah responden dilihat dari jenis menganalisis lembar kuesioner
Improving kesehatan jiwa kelamin, usia, tingkat pelaksanaan deteksi SRQ (Self Reporting
Community dengan pendidikan dan pekerjaan. dini/skrining pada Questionnaire).
Response in One menggunakan media Peneilitian dilaksanakan di warga yang berisiko b. Hasil deteksi dini
of The Vilage Self Reporting salah satu dusun di Gunung mengalami masalah kemudian ditindak
At Gunung Kidul Questionnaire pada Kidul. gangguan jiwa yang lanjut dengan edukasi
2020 warga salah satu Kesimpulan : melibatkan beberapa atau rujukan.
dusun di Gunung Penelitian ini tidak unsur tenaga sebagai
Deteksi Dini Kidul menjelaskan kriteria inklusi upaya promotive
Terpadu dan eksklusi yang dijadikan preventif kesehatan
Kesehatan Jiwa sampel. Tidak menjelaskan jiwa.
Masyarakat teknik sampling yang
Dalam digunakan dan tidak
Meningkatkan menunjukkan waktu
Kewaspadaan pelaksanaan penelitian.
Masyarakat Di
Salah Satu Dusun V2:
Di Gunung Kidul Penelitian ini merupakan
2020 penelitian kuanitatif
pendekatan deskriptif dengan
Penulis: menggunakan kuesioner SRQ
Ruthy Ngapiyem, yang berjumlah 20 item yang
Erik Adik Putra diisi oleh 43 orang
Bambang responden.
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
Kurniawan Adapun tahapan dalam proses
pelaksanaannya meliputi:
Tahun: 1. Tahap Persiapan: peneliti
2020 membuat surat pengantar
(Ngapiyem & izin penelitian dan
mengajukan surat izin
Kurniawan, 2020)
kepada Kepala Dusun di
lokasi penelitian.
Selanjutnya peneliti
menyamakan persepsi
antara peneliti dan asisten
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan:
peneliti melakukan
pengambilan data dengan
memberikan kuesioner
SRQ 20 dan memandu
responden untuk
menjawab kuesioner.
3. Tahap Akhir: melakukan
pengecekan jawaban
pertanyaan di instrumen
SRQ 20 dan selanjutnya
dilakukan olah data.
Kesimpulan:
Tahapan prosedur dijelaskan
secara detail dimana terdapat
beberapa tahapan didalamnya.

V3
Pada penelitian ini tidak
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
ditemukan variable perancu
hanya menganalisis
pelaksanaan deteksi dini pada
gangguan kesehatan jiwa.
Kesimpulan:
Tidak terdapat variable
pengontrol perancu.

V4
Interpretasi hasil analisis data
menunjukkan bahwa
sejumlah 32 responden
(74,4%) tidak mengalami
gangguan mental emosional
atau distres yang mengarah ke
gangguan jiwa (tidak
berpotensi).
Dan 11 responden mengalami
gangguan mental eosional
atau distres yang mengarah ke
gangguan jiwa (berpotensi)
(25.6%).
Dari 11 responden
yang berpotensi mengalami
masalah gangguan mental
emosional atau distress
yang mengarah ke gangguan
jiwa,
ditinjau dari data demografi
responden
berdasarkan jenis kelamin
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
didapatkan
data bawha 11 responden
tersebut semua berjenis
kelamin perempuan.
Berdasarkan kategori usia
mayoritas berusia manula
sejumlah 5 responden. Di
tinjau dari tingkat pendidikan
mayoritas dialami
oleh responden yang tidak
berpendidikan (tidak sekolah)
sejumlah 6 responden.
Sedangkan berdasarkan jenis
pekerjaan, mayoritas bekerja
sebagai petani sejumlah 10
responden
Kesimpulan :
Pada penelitian ini tidak
menyebutkan uji analisis
statistic yang digunakan
hanya menyajikan interpretasi
hasil.

V5
1. Hasil penelitian sejalan
dengan Marini (2008),
yang menyatakan bahwa
wanita
lebih rentan terkena
gangguan mental
emosional karena
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
disebabkan perubahan
hormone dan perbedaan
karakteristik antara
laki-laki dan perempuan,
selain perubahan
hormonal, karakteristik
wanita yang lebih
mengedepankan
emosional dari pada
rasional juga berperan.
Ketika menghadapi suatu
masalah, wanita
cenderung
mengunakan perasaan
dari pada pikiran, hal
inilah yang membuat para
wanita menjadi rentan
mengalami gangguan
jiwa.
2. Notoatdmojo (2012),
yang menyatakan bahwa
seseorang yang
mempunyai tingkat
pendidikan tinggi akan
memberikan respon yang
lebih rasional dalam
menghadapi masalah
sehingga dapat
meminimalkan resiko
depresi dan juga dalam
motivasi kerjanya akan
Judul, Penulis dan
No. Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan
Tahun
berpotensi dari pada
mereka yang
berpendidikan lebih
rendah atau sedang.
3. Hal tersebut diperkuat
oleh Murti (2004) yang
menyatakan bahwa
penghasilan rendah
berdampak pada tahap
ekonomi rendah yang
mengakibatkan kebutuhan
dasar tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan
konflik yang
menyebabkan gangguan
mental emosional.
Kekurangan:
1. tidak menjelaskan
kriteria inklusi dan
eksklusi yang dijadikan
sampel
2. tidak menjelaskan
teknik sampling yang
digunakan
3. tidak menjelaskan uji
statistik yang
digunakan.
C. Pembahasan Topik
Deskripsi topik deteksi dini pada gangguan jiwa dari beberapa artikel yang

sudah dianalisis, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3
Deskripsi Topik Deteksi Dini pada Gangguan Jiwa

No. Penulis dan Tahun Deskripsi Topik/Issue yang Sedang Direview


1. Risdanti, S., Arso, S. P., Deteksi dini dilakukan sebagai kegiatan
& Fatmasari, E. Y. menggolongkan pasien dengan gangguan jiwa
(2020) berdasarkan keluhan psikis yang frekuensinya
berkelanjutan (pusing, sakit perut, tidak bisa tidur)
walaupun pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
pasien dinyatakan sehat. Penggolongan (deteksi dini)
juga bisa didapatkan berdasarkan hasil pertanyaan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan
metode wawancara menggunakan pertanyaan pada
instrumen SRQ dan GDS.
2. Hidayat, D., Deteksi dini dilakukan sebagai kegiatan
Ingkiriwang, E., Andri, menggolongkan pasien dengan gangguan jiwa.
A. E., Widya, R. S., & Instrumen yang digunakan adalah “metode dua
Susanto, D. H. (2016). menit” yaitu metode wawancara sederhana setengah
terstruktur yang dirancang untuk pelayanan kesehatan
jiwa integratif di Puskesmas (untuk mendeteksi,
mendiagnosis dan melakukan terapi gangguan mental
pada pelayanan kesehatan umum).
3. Ngapiyem, R., & Deteksi dini diperlukan untuk menskrining masalah
Kurniawan, E. A. P. B. kesehatan jiwa secara dini dengan menggunakan
(2020) media Self Reporting Questionnaire (SRQ). SRQ
merupakan alat untuk mengukur kondisi mental
seseorang yang memiliki batasan waktu 30 hari,
sehingga dapat ditindaklanjuti dengan cepat,
terintegrasi, dan optimal. Dengan adanya SRQ akan
meminimalisir kerentanan warga yang berisiko
mengalami masalah kejiwaan yang sering disebut
dengan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).

Tabel 3.4
Deskripsi Topik Tahapan Deteksi Dini pada Gangguan Jiwa

No. Penulis dan Tahun Deskripsi Topik/Issue yang Sedang Direview


1. Risdanti, S., Arso, S. P., 1. Deteksi Dini
& Fatmasari, E. Y. Deteksi dini dilakukan sebagai kegiatan
(2020) menggolongkan pasien dengan gangguan jiwa
berdasarkan keluhan psikis yang frekuensinya
berkelanjutan (pusing, sakit perut, tidak bisa
tidur) walaupun pada saat dilakukan pemeriksaan
fisik pasien dinyatakan sehat. Penggolongan
No. Penulis dan Tahun Deskripsi Topik/Issue yang Sedang Direview
(deteksi dini) juga bisa didapatkan berdasarkan
hasil pertanyaan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan.
2. Edukasi
Hasil deteksi dini kemudian ditindak lanjut
dengan edukasi atau rujukan. Apabila sasaran
dinyatakan sehat jiwa maupun berisiko rendah
maka diberikan edukasi. Edukasi biasa dilakukan
dengan model ceramah maupun personal.
3. Rujukan Kasus
Hasil deteksi dini SRQ dengan skor >6 dan GDS
dengan skor ≤5 diberikan edukasi dan sekaligus
formulir rujukan. Rujukan untuk melakukan
pemeriksaan dan diagnosa lebih lanjut di Poli
Jiwa Puskesmas Banyuurip. Rujukan dilakukan
oleh petugas terlatih, sehingga banyak kader
yang belum mampu melakukannya.
4. Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dilakukan untuk jumlah kunjungan
dan skrining. Pencatatan faktor risiko belum
dilakukan dengan baik. Pencatatan dilakukan
manual oleh kader maupun petugas kesehatan. Di
Puskesmas terdapat tindak lanjut dalam laporan
jika capaian cenderung rendah. Pelaporan hasil
deteksi dini menjadi sumber data yang penting
untuk dilaporkan secara rutin.
2. Hidayat, D., Tahapan penegakan diagnosis berdasarkan M2M
Ingkiriwang, E., Andri, cukup sederhana yaitu dengan fokus pada keluhan
A. E., Widya, R. S., & utama pasien.
Susanto, D. H. (2016). 1. Deteksi Dini
Pada keluhan utama fisik (sebagian besar pasien
Puskesmas datang dengan keluhan fisik) selalu
ditanyakan pula kemungkinan adanya keluhan
kejiwaan seperti kelompok keluhan psikosis
(halusinasi, waham, inkoherensi, perilaku kacau),
kelompok ansietas (cemas, was was, khawatir,
gelisah, disertai dengan keluhan fisik seperti
berdebar-debar, keringat dingin, pucat, dan
hipertensi), kelompok manik (gembira, banyak
bicara, hiperaktif), kelompok depresi (murung,
sedih, tak banyak bicara dan pasif), kelompok
pengguna NAPZA (biasanya langsung
menyebutkan zat yang digunakan), kelompok
psikosomatik (keluhan fisik yang
dilatarbelakangi oleh anxietas dan/atau depresi).
2. Khusus untuk pasien anak (berusia <18 tahun)
ditanyakan adanya keterlambatan perkembangan
fisik, psikologik, kesulitan belajar, hiperaktifitas,
remaja yang masih mengompol, kecerdasan yang
No. Penulis dan Tahun Deskripsi Topik/Issue yang Sedang Direview
kurang, kesulitan interaksi sosial, perilaku
stereotipik dan lain-lain.
3. Keluhan kejiwaan lain yang sering menyertai
adalah gangguan tidur. Keluhan epilepsi (kejang,
bengong, serangan berulang) juga dimasukkan
sebagai gangguan kesehatan jiwa.
4. Dengan ditemukan keluhan kejiwaan seperti di
atas sudah dapat dipastikan ada masalah
kesehatan jiwa.
5. Wawancara lebih lanjut (hubungan antara
keluhan kejiwaan dan keluhan fisik) dapat
membantu ditegakkannya diagnosis jenis
gangguan jiwa serta terapinya.
3. Ngapiyem, R., & Tahapan dalam skrinning masalah jiwa yaitu:
Kurniawan, E. A. P. B. 1. Persiapan Alat
(2020) Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alat tulis berupa pena dan papan alas
tulis (clipboard) serta lembar kuesioner SRQ
20 item sejumlah responden.
2. Bahan
Kuesioner SRQ ini terdiri dari 20 item
pertanyaan yang digunakan untuk mendeteksi
secara dini kondisi kesehatan jiwa seseorang.
Penilaian kondisi kesehatan jiwa didasarkan
pada interpretasi kuesioner SRQ dengan
menjumlahkan jawaban “ya” yang diperoleh
dari setiap pengisian pertanyaan kuesioner.
Jika didapatkan jawaban “ya” sebanyak enam
atau lebih maka responden dikatakan
terindikasi gangguan mental emosional atau
masalah kesehatan jiwa
3. Tahap Pelaksanaan
Pengambilan data dimulai dengan
memberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan penelitian, serta menyatakan kesediaan
subjek untuk menjadi responden; Semua
warga yang hadir dilokasi penelitian, bersedia
menjadi responden; Memandu responden
untuk menjawab pertanyaan di instrument
SRQ 20; Untuk menjawab pertanyaan di
instrument SRQ 20, peneliti memberikan
kesempatan waktu untuk menjawab
pertanyaan selama 20 menit.
4. Tahap Akhir
Setelah mendapatkan semua data, kemudian
mengecek kembali jawaban pertanyaan di
instrument SRQ 20, selanjutnya dilakukan
olah data.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, D., Ingkiriwang, E., Andri, A. E., Widya, R. S., & Susanto, D. H. (2016).
Penggunaan metode dua menit (M2M) dalam menentukan prevalensi
gangguan jiwa di pelayanan primer. Maj Kedokt Indon, 60(10), 448-
54.
Ngapiyem, R., & Kurniawan, E. A. P. B. (2020). Early Detection Integrated Of
Community Mental Health In Improving Community Response In
One Of The Vilage At Gunungkidul 2020. Journal of Health, 7(1), 21-
28.
Risdanti, S., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y. (2020). Analisis Pelaksanaan Deteksi
Dini Gangguan Jiwa di Puskesmas Banyuurip Kabupaten
Purworejo. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 8(5), 584-588.

Anda mungkin juga menyukai