Kebutuhan: Produks :
• 1 • 1
• 2
Pemetaan
• 2
• 3 • 3 dst
Ruang ijiminasi
Product
Sodetal Recognesi& Ideate &
Compar Prototype
Need Formalize
Crate Proces
(Code) e
ideate
Market
place
Gambar 1. 2 Proses iteratif dalam perancangan[2]
Kegiatan perancangan dalam bidang teknik yang dilakukan oleh para ahli teknik
(insinyur) selama ini telah mampu meningkatkan kesejahteraaen dan kualitas
hidup manusia baik dalam bentuk peningkatan kesehatan fisik masyarakat,
kemakmuran dalam hal materi dan memudahkan manusia untuk melakukan
aktivitasnya. Hasil perancangan insinyur ini terdapat dalam berbagai bentuk
produk dan jasa. Dengan demikian perancangan dalam bidang teknik
atau engineering design selanjutnya dapat didefinisikan sebagai “Rangkaian
kegiatan iterarif yang mengaplikasikan berbagai teknik dan prinsip-prinsip
scientifik yang bertujuan untuk mendefinisikan peralatan, proses, atau sistem
secara detail sehingga dapat direalisasikan[Norton]”.
Dari pengertian umum di atas maka mechanical design dapat diartikan sebagai
perancangan “sesuatu” atau “sistem” dari “mechanical nature” seperti mesin,
komponen, struktur, peralatan, instrumentasi, dan lain-lain. Dalam scope yang
lebih spesifik machinedesign adalah kegiatan yang berhubungan dengan
“penciptaan (creation)” machineryyang dapat melakukan fungsinya dengan
baik, safe, dan andal.
Proses Perancangan Teknik
Beberapa pertanyaan yang sering muncul sebelum melakukan design antara
lain adalah: bagaimana design dimulai ? apakah insinyur duduk dengan secarik
kertas terus menggambarkan ide? faktor-faktor apa yang mempengaruhi
keputusan dalam design? dan juga bagaimana proses design berakhir ?
Skema proses engineering design yang lengkap ditunjukkan pada gambar 1.3.
Proses dimulai dengan “identifikasi kebutuhan dan keputusan untuk melakukan
sesuatu tentang kebutuhan itu”. Setelah melakukan iterasi berkali-kali, maka
proses design akan berhenti pada detail design yang siap dipresentasikan untuk
selanjutnya dibuat prototype, testing, dan pada akhirnya masuk proses
produksi.
Identifikasi dan formulasi kebutuhan adalah kegiatan yang
membutuhkan tingkat kreativitas yang tinggi. Akan tetapi tahap ini sering rancu
dengan berbagai kondisi emosional manusia seperti uneasiness atau perasaan
bahwa ada sesuatu salah. “Backgroud Research” sangat diperlukan untuk
memberikan informasi dalam memahami dan mendefinisikan problem secara
lengkap dan detail. Tahap ini kalau dilakukan dengan baik maka akan dapat
menetapkan “tujuan (goal)” dari dari design.
Recogneti
of need
Presentation
Defenition of
Problem
Evaluation
synthesis
Analisis and
optimization
Balance
Flow of Strength
force
Mechine
Design
Mechanism to Balance of
satisfy function the form
orappearance
• Item 10 & 11 akan dipelajari secara khusus dalam mata kuliah Dasar
Perancangan Mesin, Elemen Mesin 1 & Elemen Mesin 2
KOLOM
• Saudara harus mengetahui keinginan & harapan dari semua konsumen sebelum
mulai membuat perancangan.
• Dokumentasi/pencatatan perancangan
Mengenal kebuthuan
komsumen
Mendefenisikan
fungsi fungsi alat
Mendefenisikan kriteria
evaluasi
Membuat keputusan
Memilih konsep perancangn
yang optimal
Perancangan
Menyelasaikan perancangan yang
terperinci
dipilh dari konsep yang terinci
Untuk memulai proses perancangan, mari kita buat daftar fungsi dari
penurun kecepatan. Apa yang seharusnya dilakukan oleh penurun
kecepatan itu? Berikut ini beberapa jawaban utk pertanyaan tsb:ada input
mesin.
Fungsi
2. Input berasal dari mesin bensin dua silinder dgn kecepatan putaran 2000 rpm.
5. Kapasitas torsi output minimum dari penurun kecepatan harus sebesar 3050 lb-
in.
11. Harus dilindungi dari cuaca & mampu beroperasi di mana saja.
12 Kopling fleksibel akan digunakan pada poros input & output utk
mencegah beban aksial & beban lengkung yg ditransmisikan ke penurun
kecep
5. Kemudahan operasi.
• Anda menetapkan 4 roda gigi, 3 poros, 6 bantalan & sebuah rumah mesin
utk tempat elemen-elemen tunggal dalam hubungan yang tepat satu sama
lain.
2.1 Rangka (Statika) Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari
suatu beban yang mungkin ada pada bahan (konstruksi) atau yang dapat
dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya tekan
atau beban. Beban adalah beratnya benda atau barang yang didukung oleh
suatu konstruksi atau bagan. Beban statis yaitu berat suatu benda yang tidak
bergerak dan tidak berubah beratnya. Beratnya konstruksi yang mendukung itu
termasuk beban mati dan disebut berat sendiri dari pada berat konstruksi.
Beban dinamis yaitu beban yang berubah tempatnya atau berubah beratnya.
Sebagai contoh beban hidup yaitu kendaraan atau orang yang berjalan diatas
sebuah jembatan, tekanan atap rumah atau bangunan. Sedangkan beban dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Beban terpusat atau beban titik adalah beban yang bertitik pusat di sebuah
titik, misal: orang berdiri diatas pilar pada atap rumah.
2. Beban terbagi adalah pada beban ini masih dikatakan sebagai beban terbagi
rata dan beban segitiga. Beban terbagi adalah beban yang terbagi pada bidang
yang cukup luas. Dalam perhitungan kekuatan rangka akan diperhitungkan
gaya-gaya luar dan gaya-gaya dalam untuk mengetahui reaksi yang terjadi,
sebagai berikut:
1. Gaya luar
Gaya luar adalah aksi dan reaksi yang menciptakan kestabilan kontruksi. Pada
suatu kantilever (batang) apabila ada muatan yang diterapkan maka akan
terdapat gaya reaksi yang timbul pada tumpuan. Pada kasus statik tertentu
persamaan dari kesetimbangan, dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini
W
Tumpuan rol
RHA A B
RVA RVB
Tumpuan sendi
L
Gbr . 1. Reaksi gaya gaya pada rangkah
∑ 𝐹𝑥 = RHA
∑ 𝐹𝑦 = W – (RVA + RVB)
∑ 𝑀𝐴 = (W . ½ l ) – (RVB . l ) dimana :
W = Beban (N)
MA = Momen inersia(Nmm)
l = Jarak (mm)
2. Gaya-gaya dalam
Gaya-gaya dalam adalah gaya yang merambat dari beban yang tertumpu pada
konstruksi yang menimbulkan reaksi gaya. Hal ini apabila ada muatan maka ada
reaksi yang terjadi, yaitu:
a) Gaya normal (N), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja
sepanjang sumbu batang. Gambar 2 Tanda untuk gaya normal
Tarik Desak
b. Gaya lintang (L), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja tegak
lurus terhadap sumbu batang. Gambar 2. Tanda untuk gaya lintang A
b. Gaya lintang (L), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja tegak
lurus terhadap sumbu batang. Gambar 2. Tanda untuk gaya lintang A
Patah dan searah jarum jam Patah dan berlawanan arah jarum
𝑉1 = 𝑉2
2𝜋𝐷1 𝑛1 2𝜋𝐷2 𝑛2
=
60 60
𝑛1 𝐷2
=
𝑛2 𝐷1
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∶
𝐷1 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝐷2 = Diameter pulli
𝑛1 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑖 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
𝑛2 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑖 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
Besaran momen puntir dapat digunakan persamaan di bawah ini:
𝑃
𝑀𝑝 = 9,74 𝑥 105 ( )
𝑛
Dimana :
Mp : momen puntir (kg.mm)
n : jumlah putaran (rpm)
P : daya motor (kg.mm)
Mekanisme sabuk dan puli.
Sabuk dan puli digunakan untuk mentransmisikan daya dari satu poros ke
poros yang lain yang berputar pada kecepatan yang sama atau berbeda. Hal
yang menentukan besar daya yang ditransmisikan adalah kecepatan sabuk,
kekencangan sabuk, sudut kontak antara sabuk dan puli, kondisi dimana sabuk
digunakan. Sedangkan koefisien gesek antara sabuk dan puli tergantung pada
bahan sabuk, bahan puli dan kecepatan sabuk.
w F2
F2
Gaya pada puli merupakan penjumlahan dari gaya total yaitu gaya
tangensial (𝐹𝑡 ), dan gaya centrifugal (𝐹𝑐 ) dan perbandingan gaya
kekencangan pada sabuk dapat dihitung dengan persamaan :
𝑻
𝟐, 𝟑 𝒍𝒐𝒈 𝑻𝟏 = 𝝁𝜽
𝟐
𝜇 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘
𝜗 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘
𝛽 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑘
Menentukan moment Torsi :
Momen rencana(𝑻𝟏 , 𝑻𝟐 )
𝑃𝑑
𝑇1 = 9,74 𝑥 105 ( ) (𝑘𝑔 𝑚𝑚) . (𝑆𝑢𝑙𝑎𝑟𝑠𝑜 1991 ∶ 7)
𝑛1
𝑃
𝑇2 = 9,74 𝑥 105 ( 𝑛𝑑 ) (𝑘𝑔 𝑚𝑚) 𝑆𝑢𝑙𝑎𝑟𝑠𝑜 1991 ∶ 7 )
2
𝑛1 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 ( 𝑟𝑝𝑚 )
𝑛2 = putaran poros yang digerakan ( rpm ).
Diameter lingkaran jarak bagi puli (𝑑𝑝, 𝐷𝑝 )
n1 Dp 1 1
=i= = , u=
n2 dp u i
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐷𝑝 = 𝑑𝑝 𝑥 𝑖
𝑑𝑝 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑙𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (𝑚𝑚)
𝐷𝑝 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 ( 𝑚𝑚)
𝑖 = 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
Kecepatan sabuk (v)
𝑑𝑝 𝑛1
𝒗= (𝑆𝑢𝑙𝑎𝑟𝑠𝑜 1991 ∶ 166 )
60 𝑥 1000
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑖 (𝑚⁄𝑠)
Panjang keliling (L)
𝝅 𝟏
𝑳 = 𝟐𝑪 + (𝑫𝒑 + 𝒅𝒑 ) + (𝑫 − 𝒅𝒑 )
𝟐 𝟒𝑪 𝒑
𝐹. Jarak sumbuh poros (C)
2
𝑏 + √𝑏 2 − 8(𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )
𝐶= (𝑚𝑚) (𝑆𝑢𝑙𝑎𝑟𝑠𝑜 1991
8
∶ 170)
𝒃 = 𝟐𝑳 − 𝝅(𝑫𝒑 + 𝒅𝒑 )
g 𝑺𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒂𝒌(𝜽)
57(𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )
𝜽 = 1800 −
𝐶
Faktor koreksi ((𝒌𝜽) = 𝟎, 𝟗𝟗
Contoh kasuss.
Pada suatu tarnsmisi dengan perantaran sabuk bentuk datar dengan data
sebagaimana pada gambar dibawah ini :
Diketahui
P = 746 W , μ = 0,3 , ρ = 1140 kg/m
𝑑1 = 155 mm , 𝑑2 = 50 mm
Rencanakan tegangan pada sabuk...?
Luas penampang sabuk V
a = b . t = 30 . 3= 90 mm2
Massa sabuk per satuan panjang.
m = a . l. ρ = (90 . 10-6) . 901,52 . 1140 = 0,092 kg/m
Kecepatan sabuk
𝜋𝑑𝑛 𝜋(155)(1410) 𝑚𝑚
𝑉= = = 11537, 45
60 60 𝑠
Mencari sudut α
𝑟1 −𝑟2 77,5−25
𝑆𝑖𝑛𝛼 = = = 0,18 → 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0,18 → 𝛼 = arcsin 0,18
𝑥 285
1
𝛼= = 10,60
𝑠𝑖𝑛0,18
Sudut kontak puli penggerak
𝜋 𝜋
𝜃 = (1800 − 2𝛼) 1800 = 158,8 (1800 ) = 2.77 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎l
Diketahui
A. Reaksi Vertikal
MAV = MDV = 0
MBV = 0
WA . 60 = 24,225 . 60 = 1453,5 Nmm
𝑴𝑪𝑽 = 𝟎
(𝑊𝐷 + 𝐹𝑡 )𝑥 50 = (15 + 67,398)𝑥50 = 4,119,9 𝑁 𝑚𝑚
B. Reaksi Horisontal
Persamaan reaksi horisontal
𝑇1 + 𝑇2 = 166,35 𝑁
166,35 + 𝑅𝐶𝐻 = 𝑅𝐵𝐻 (3.3)
Momen yang terjadi pada titik C
RBH . 90 = 166,35 N . 150
RBH = 277,25 N dan RCH = 110,9 N
Bending moment antara titik A sampai D
MAH = MDH = 0
MBH = 166,35 x 60 = 9981 Nmm
a) Pengetahuan standardisasi
b) Rancangan konstruksi
c) Krakteristik bantalan
d) Pemeliharaan bantalan
e) Pada umumya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu.
a. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
• Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas.
Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
Konsep dasar bantalan hidrodinamik
Dari sub-bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa modus pelumasan full-film
akanmemberikan koefisien gesek yang paling rendah sehingga sliding bearing
yang paling bagus harslah bekerja pada full-film. Untuk sliding bearing, kondisi
full-film lubrication ini dapat dicapai dengan dua metoda yaitu (1)
hydrodynamic lubrication, dan (2) Hydrostatic lubrication.
Bantalan Luncur Hidrodinamik adalah jenis yang paling banyak digunakan saat
ini karena konstruksinya yang sederhana dan performansi yang baik. Lapisan
film pelumas tumbuh akibat dari gerakan relatif antara permukaan yang saling
bergerak relatif. Ada beberapa parameter utama sliding bearing yang
menentukan tumbuh tidaknyalapisan film hydrodinamik yaitu kecepatan relatif
permukaan, viscositas pelumas, laju aliran pelumas, dan beban. Hal ini berarti
untuk mencapai kondisi full-film maka kecepatan putaran harus cukup tinggi,
pelumas yang tepat serta suply pelumas yang cukup. Dalam operasinya,
hydrodynamic bearing juga akan mengalami kondisi boundary lubrication pada
saat start dan saat akan berhenti. Gambar 11.10 menunjukkan contoh posisi
journal bearing pada saat diam, mulai diperasikan (start) dan pada saat
mencapai full-film lubrication. Sedangkan gambar 11.11 menunjukkan
karakteristik gesekan pada hydrodinamic bearing dari saat start sampai
mencapai kondisi full film.
Gambar 2.10 Posisi journal bearing pada saat diam, mulai diperasikan (start)
dan pada saat mencapai full-film lubrication.
Gambar 2.11 Karakteristik gesekan pada hydrodinamic bearing dari saat start
sampai mencapai kondisi full film
Pada gerak putar poros dalam suatu elemen mesin harus didukung oleh
elemen bantalan agar terjadi putaran normal.Untuk menjaga agar tidak
terjadi gesekan antara elemen yang berputar dengan elemen
pendukung,maka dibutuh minyak pelumas pada tingkat viscositas yang
sesuai.Besarnya kalor yang akan dibangkitkan akibat gesekan pada elemen
tersebut dapat diketahui dengan pendekatan persamaan seperti :
3. Panjang bantalan dicari dari rasio l/d yang diasumsikan sebesar 0,75.
l = 0,75(0,591) = 0,443 in
4 Rasio eksentrisitas eksperimental dicari dengan menggunakan bilangan
Ocvirk ON = 20.
𝜀𝑥 = 0,21394 + 0,38517 log 𝑂𝑁 − 0,0008(𝑂𝑁 − 60)
= 0,21394 + 0,38517 𝑙𝑜𝑔20 − 0,000820 − 60
= 0,747 .
2. Cari parameter tak berdimensi Kε
1 1
2 (1 2) 2 2 2 (1
𝜋 −𝜀 + 16𝜀 𝜋 − (0,747)2 )16(0,747)2 2
𝐾𝜀 = 𝜀 [ ] = 0,747 [ ]
4(1 − 𝜀 2 )2 4(1 − (0,747)2 )2
𝐾𝜀 = 3,487
3. Cari viskositas pelumas η
𝑃𝐶 2
𝑟 (54)(0,005)2
𝜂 = 𝐾 𝑈𝐿 3 = 3,487(53,38)(0443)3 = 0,833 𝜇𝑟𝑒𝑦𝑛
𝜀
= 0,0325 𝑙𝑏 𝑖𝑛.
𝑇𝑟 = 𝑇𝑠 + 𝑃 𝑒 𝑠𝑖𝑛𝜃 = 0,0325 + 54(0,00037) sin 34, 950
= 0,0441 𝑙𝑏 𝑖𝑛.
8. Rugi-rugi daya dapat dihitung sebagai berikut :
𝜙 = 2𝜋𝑇𝑟 (𝑛21 − 𝑛11 ) = 2𝜋(0,0441)(28,75 − 0)
𝑙𝑏−𝑖𝑛
= 7,963 = 0,0441 ℎ𝑝.
𝑠
9. Koefisien gesekan pada bantalan dapat dicari dari rasio gaya geser
terhadap gaya normal.
2𝑇 2(0,0441)
𝜇 = 𝑃 𝑑𝑟 = 54(0,591) = 0,003
𝑪 𝟑
Bantalan bola. 𝑳 = (𝑷 )
𝟏𝟎
𝑪 𝟑
Bantalan roll. 𝑳= (𝑷)
dimana L adalah umur bantalan dalam jutaan putaran, P adalah beban konstan
yang
bekerja (beban konstan pada elemen berputar akan menyebabkan beban dinamik),
dan C adalah basic dynamic load rating C. Basic dynamic load rating C
didefinisikan sebagai beban yang akan memberikan umur 1 juta putaran pada
cincin dalam. Parameter ini biasanya sudah ditentukan dalam katalog yang dibuat
oleh perusahaan pembuat bantalan.
Basic Static Load Rating C0
Deformasi permanen pada roller atau bola dapat terjadi bahkan pada beban
yang kecil karena sangat tingginya luas kontak yang kecil. Batas beban statik
pada bantalan didefinisikan sebagai beban yang akan menghasilkan deformasi
permanen pada cincin dan elemen rolling pada titik kontak manapun sebesar
0,0001 kali dari diameter elemen rollingnya. Tegangan yang dibutuhkan untuk
membuat deformasi statik sebesar 0,0001d
pada bantalan baja adalah bervariasi mulai 4 Gpa (580 kpsi) untuk bantalan roll
sampai 4,6 Gpa (667 kpsi) untuk bantalan bola. Perusahaan-perusahaan
pembuat benatalan telah membuat basic static loading rating C0 untuk setiap
jenis bantalan, yang dibuat berdasarkan standar AFBMA. Biasanya dibutuhkan
beban sebesar 8C0 atau lebih besar untuk mematahkan bantalan.
Beban Kombinasi Radial dan Aksial (Thrust)
Jika beban radial dan aksial terjadu pada bantalan, beban ekuivalen harus
dihitung untuk digunakan dalam perhitungan umur bantalan. AFBMA
merekomendasikan persamaan berikut :
P = XVFr +YFa
Dimana :
P = Beban ekuivalen
Fr = Beban radial konstan yang bekerja
Fa = Beban aksial konstan yang bekerja
V = Faktor perputaran
X = Faktor radial
Y = Thrust factor
Faktor V sama dengan 1 untuk bantalan yang cincin dalamnya berputar. Jika
cincin
luarnya juga berputar, faktor V ini naik sampai 1,2 untuk bantalan jenis
tertentu. Faktor X dan Y bervariasi tergantung jenis bantalan dan biasanya
ditentukan oleh perusahaan pembuat bantalan tersebut.
Prosedur Perhitungan
Langkah pertama dalam perhitungan umur bantalan adalah dengan mencari
besar beban baik radial maupun aksial yang bekerja pada bantalan (biasanya
diketahui dari analisis pembebanan). Dimensi aproksimasi poros juga biasanya
dapat diketahui dari perhitungan tegangan dan defleksi. Kemudian digunakan
katalog digunakan dengan terlebih dahulu menentukan bantalan tertentu
secara coba-coba. Dengan demikian dapat diperoleh nilai C, C0, V, X, dan Y.
Kemudian dihitung beban efektif P dan akhirnya dihitung umur L dengan
menggunakan nilai C yang diperoleh dari katalog.