Anda di halaman 1dari 42

MATERI PERANCANGAN

SYARAT DAN LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN ALAT

Perancangan (design) secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi


suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga secara
sederhana perancangan dapat diartikan sebagai kegiatan pemetaan dari ruang
fungsional (tidak kelihatan/imajiner) kepada ruang fisik (kelihatan dan dapat
diraba/dirasa) untuk memenuhi tujuan-tujuan akhir perancang secara spesifik
atau obyektif.

Kebutuhan: Produks :
• 1 • 1
• 2
Pemetaan
• 2
• 3 • 3 dst
Ruang ijiminasi

Ruang Fungsional Ruang Fisik

Gambar 1.2.defenisi perancangan secara sederhana

Dalam prosesnya, perancangan adalah kegiatan yang biasanya berulang-


ulang (iterative) Kegiatan perancangan umumnya dimulai dengan
didapatkannya persepsi tentang kebutuhan masyarakat, kemudian dijabarkan
dan disusun dengan spesifik, selanjutnya dicari ide dan penuangan kreasi. Ide
dan kreasi kemudian di analisis dan diuji. Kalau hasilnya terbaik selanjutnya
dilempar ke pasaran. Pasar akan memberikan tanggapan apakah kebutuhan
telah terpenuhi. Secara skematis kegiatan iterative ini di tunjukkan pada
gambar 1.2.

Product
Sodetal Recognesi& Ideate &
Compar Prototype
Need Formalize
Crate Proces
(Code) e

ideate

Market
place
Gambar 1. 2 Proses iteratif dalam perancangan[2]
Kegiatan perancangan dalam bidang teknik yang dilakukan oleh para ahli teknik
(insinyur) selama ini telah mampu meningkatkan kesejahteraaen dan kualitas
hidup manusia baik dalam bentuk peningkatan kesehatan fisik masyarakat,
kemakmuran dalam hal materi dan memudahkan manusia untuk melakukan
aktivitasnya. Hasil perancangan insinyur ini terdapat dalam berbagai bentuk
produk dan jasa. Dengan demikian perancangan dalam bidang teknik
atau engineering design selanjutnya dapat didefinisikan sebagai “Rangkaian
kegiatan iterarif yang mengaplikasikan berbagai teknik dan prinsip-prinsip
scientifik yang bertujuan untuk mendefinisikan peralatan, proses, atau sistem
secara detail sehingga dapat direalisasikan[Norton]”.
Dari pengertian umum di atas maka mechanical design dapat diartikan sebagai
perancangan “sesuatu” atau “sistem” dari “mechanical nature” seperti mesin,
komponen, struktur, peralatan, instrumentasi, dan lain-lain. Dalam scope yang
lebih spesifik machinedesign adalah kegiatan yang berhubungan dengan
“penciptaan (creation)” machineryyang dapat melakukan fungsinya dengan
baik, safe, dan andal.
Proses Perancangan Teknik
Beberapa pertanyaan yang sering muncul sebelum melakukan design antara
lain adalah: bagaimana design dimulai ? apakah insinyur duduk dengan secarik
kertas terus menggambarkan ide? faktor-faktor apa yang mempengaruhi
keputusan dalam design? dan juga bagaimana proses design berakhir ?
Skema proses engineering design yang lengkap ditunjukkan pada gambar 1.3.
Proses dimulai dengan “identifikasi kebutuhan dan keputusan untuk melakukan
sesuatu tentang kebutuhan itu”. Setelah melakukan iterasi berkali-kali, maka
proses design akan berhenti pada detail design yang siap dipresentasikan untuk
selanjutnya dibuat prototype, testing, dan pada akhirnya masuk proses
produksi.
Identifikasi dan formulasi kebutuhan adalah kegiatan yang
membutuhkan tingkat kreativitas yang tinggi. Akan tetapi tahap ini sering rancu
dengan berbagai kondisi emosional manusia seperti uneasiness atau perasaan
bahwa ada sesuatu salah. “Backgroud Research” sangat diperlukan untuk
memberikan informasi dalam memahami dan mendefinisikan problem secara
lengkap dan detail. Tahap ini kalau dilakukan dengan baik maka akan dapat
menetapkan “tujuan (goal)” dari dari design.

Recogneti
of need
Presentation

Defenition of
Problem
Evaluation

synthesis

Analisis and
optimization

Gambar 1.3 Tahapan proses design

Tahap Problem definition harus melibatkan semua spesifikasi yang


berhubungan dengan “sistem” yang akan didesign. Spesifikasi tersebut adalah
kuantitas input dan output, karakteristik dan dimensi serta ruangan yang
diperlukan, dan semua kendala atau batasan design. Spesifikasi inilah yang
akan menentukan biaya, jumlah yang akan dibuat, umur teknis yang diinginkan,
kondisi operasi, dan keandalan machinary. Contoh spesifikasi adalah fungsi
(kecepatan, temperatur operasi, tekanan), keamanan (kekuatan, defleksi,
getaran) dan lain-lain. Sebagai contoh, untuk machine design, berbagai fungsi
dan kendala yang harus dipertimbangkan ditunjukkan pada Gambar 1.4.
Gambar 1.4 Berbagai jenis kendala yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan
mesin

Setelah problem didefinisikan dan seluruh spesifikasi ditetapkan maka tahap


berikutnya adalah “Synthesis”. Dalam tahap ini semua kemungkinan alternatif
solusi digali dan dipertimbangkan. Tahap ini sering juga disebut tahap “ideation
and invention” dimana di-generate kemungkinan solusi secara kreatif
sebanyak mungkin.
Alternatif-alternatif rancangan yang didapatkan, selanjutnya di “analisis
dan optimasi”untuk menentukan apakah rancangan tersebut dapat memenuhi
spesifikasi, dan performansi yang diinginkan, ditolak, atau perlu dimodifikasi.
Tahap ini akan dapat menghasilkan hasil rancangan yang paling optimum untuk
dipilih. Jika analisis menunjukkan bahwa tidak ada rancangan yang memenuhi
spesifikasi dan performans yang diinginkan maka harus dilakukan iterasi. Hasil
rancangan yang paling optimum dipilih dan selanjutnya dapat dilakukan
“detailed design”. Dalam detailed design, dihasilkan gambar teknik yang
lengkap, spesifikasi material, identifikasi vendor, spesifikasi manufacturing, dll.
Evaluasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses design
secara keseluruhan. Tahap ini melibatkan pembuatan
“prototype dan pengujian” yang dapat di lakukan di laboratorium. Hasil
pengujian prototype inilah yang akan membuktikan apakah rancangan yang
dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi dan performansi yang diinginkan. Dari
tahap ini akan terjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang sistem yang
dirancang seperti misalnya : apakah semua spesifikasi yang diinginkan
terpenuhi?, bagaimana tingkat keandalannya?, apakah dapat bersaing dengan
produk sejenis?, apakah ekonomis untuk dibuat dan dipasarkan?, apakah
mudah dalam perawatan?, dan lain-lain. Data-data hasil pengujian prototype
dapat digunakan untuk iterasi berikutnya dalam penyempurnaan design.
Tahap terakhir adalah “presentation”. Hasil rancangan perlu dikomunikasikan
dengan untuk proses selanjutnya seperti manufacturing, assembling dan
sosialisasi. Komunikasi dapat dilakukan dalam tiga cara yaitu komunikasi secara
tertulis, lisan, dan dalam bentuk grafik atau gambar. Dengan demikian insinyur
harus menguasai ketiga tenik tersebut untuk dapat mempresentasikan
rancangannya.
Case study : Perancangan Mesin
Dalam perancangan mesin berbagai parameter yang berpengaruh terhadap
kualitas hasil rancangan. Contoh : untuk perancangan sebuah poros maka
“kekuatan (strength) adalah merupakan parameter utama untuk menentukan
dimensi dan geometri poros. Pertimbangan yang menyeluruh terhadap
parameter-parameter tersebut harus dilakukan untuk menjamin bahwa mesin
yang dirancang memenuhi fungsi dengan kualitas yang diinginkan. Secara
tradisional hal ini biasanya ditentukan berdasarkan “sense” perancang. Tetapi
evaluasi dan pertimbangan parameter secara ilmiah harus dilakukan untuk
mencegah kegagalan design pada tahap-tahap selanjutnya. Parameter
fundamental yang harus dipertimbangkan dalam perancangan mesin
ditunjukkan pada gambar 1.5 dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Balance

Flow of Strength
force

Mechine
Design

Mechanism to Balance of
satisfy function the form
orappearance

Gambar 1.5 Fundamental machine design viewpoint

Function and mechanism.


Beberapa kemungkinan kombinasi mekanisme umumnya dapat memenuhi
persyaratan fungsional. Pada tahap awal berbagai kemungkinan mekanisme
harus dikembangkan dan diuji. Jika merancang mesin yang baru maka penelitian
terhadap mekanisme lain yang sudah ada biasanya sangat membantu. Berarti
perlu dilakukan studi literatur.
2. Flow of Force. Untuk memvisualisasikan bagaimana gaya ditransmissikan
melaluiberbagai komponen pada sebuah mesin maka perlu digambar flow of
force seperti ditunjukkan pada gambar 1.6. Diagram flow of force ini atau sering
disebut line of force sangat membantu dalam evaluasi design. Contohnya : jika
mesin beroperasi, jika balancesecara statik maka line of force akan tertutup
untuk seluruh sistem. Jika tidak balance maka berarti akan terjadi percepatan
atau breakdown.
3. Balance (untuk gravitasi). Hanya gaya yang ditimbulkan oleh gravitasi yang
tidak balance pada suatu mesin. Dalam design penentuan letak pusat gravitasi
haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga mesin selalu dalam keadaan stabil
(tidak mengalami overturn)
4. Strength/material. Komponen umumnya mengalami beban (tarik, tekan,
geser, bending, torsi). Dengan demikian faktor kekuatan dan pemilihan material
adalah merupakan parameter dasar dalam percangan mesin. Semua komponen
mesin harus mampu menahan beban-beban yang bekerja tanpa mengalami
kegagalan.

5. Structural Balance and Beauty. Faktor penampilan, sturktural balance,


dan aesthetic adalah juga merupakan parameter dasar perancangan mesin. Hal
ini terutama akan berkaitan dengan aspek ekonomi dan pemasaran produk yang
dihasilkan.

KETERAMPILAN YG DIBUTUHKAN DLM PERANCANGAN

Insinyur produk & perancang mekanis menggunakan berbagai jenis


keterampilan & pengetahuan dalm pekerjaan mereka, antara lain:
1. Pembuatan sketsa, gambar teknis & perancangan dgn komputer
2. Sifat-sifat bahan, pemrosesan bahan, & proses pembuatan
3. Aplikasi ilmu kimia (perlindingan karat, pemberian pelapisan, dll)
4. Statika, dinamika, kekuatan bahan, kinematika & mekanismenya
5. Kemampuan komunikasi lisan, mendengarkan, teamwork
6. Mekanika fluida, termodinamika, & perpindahan panas
7. Daya fluida, dasar-dasar fenomena listrik, & kendali industri
8. Perancangan eksperimen & pengujian bahan & sistem mekanis
9. Kreativitas, pemecahan masalah, & manajemen proyek
10. Analisis tegangan
11. Pengetahuan khusus mengenai perilaku elemen-elemen mesin, seperti roda
gigi, transmisi sabuk, rantai, poros, bantalan, dll.
• Di harapkan saudara telah memiliki kecakapan yg tinggi dll. Di harapkan
saudara telah memiliki kecakapan yg tinggi dalam item 1 – 5 sebelum mulai
mempelajari Dasar Perancangan Mesin.
• Kompetensi dalam item 6 – 8 diperoleh secara khusus dalam mata kuliah lain,
baik secara bersamaan atau setelah mempelajari perancangan elemen-
elemen mesin.

• Item 9 menunjukkan keterampilan yg di kembangkan secara terusmenerus


selama saudara kuliah & melalui pengalaman.

• Item 10 & 11 akan dipelajari secara khusus dalam mata kuliah Dasar
Perancangan Mesin, Elemen Mesin 1 & Elemen Mesin 2

1. Dasar-Dasar Perancangan Mekanisme


2. Bahan-Bahan dalam Perancangan Mekanis
3. Analisis Tegangan dan Deformasi
4. Tegangan Gabungan dan Lingkaran Mohr
5. Perancangan untuk Berbagai Jenis Pembebanan
6. Kolom

DASAR-DASAR PERANCANGAN MEKANIS

Membantu mahasiswa melihat gambar besar mengenai proses


perancangan mekanis. Beberapa contoh ditunjukkan dari sektor industri
yang berbeda-beda : produk konsumen, sistem manufakturing, peralatan
konstruksi, peralatan pertanian, peralatan transportasi, perkapalan, dan
sistem ruang angkasa. Bab ini akan membahas tanggung jawab perancang
dan menjelaskan kewajaran pengulangan dari proses perancangan

BAHAN-BAHAN DALAM PERANCANGAN MEKANISME

Menekankan sifat-sifat bahan untuk perancangan. Banyak bagian dari bab


ini mungkin merupakan sesuatu baru bagi mahasiswa, tetapi disampaikan
di sini untuk menekankan pentingnya pemilihan bahan untuk proses
perancangan

ANALISIS TEGANGAN DAN DEFORMASI

Tinjauan tentang prinsip-prinsip dasar tegangan dan analisis defleksi. Bab


ini meninjau tegangan tarik lurus (direct tensile), tegangan tekan
(compressive) dan tegangan geser (shearing), tegangan lengkung (bending
stressI) dan tegangan geser torsional
TEGANGAN GABUNGAN & LINGKARAN MOHR PENTING

karena banyak berhubungan dengan masalah perancangan umum dan


perancangan elemen-elemen mesin yang akan di bahas selanjutnya. Topik
ini akan lebih banyak di pelajari di mata kuliah kekuatan bahan.

PERANCANGAN UNTUK BERBAGAI JENIS PEMBEBANAN

Pembahasan yang mendalam mengenai faktor-faktor perancangan ,


kelelahan (fatigue), dan banyak detail analisis tegangan.

KOLOM

Membahas batang-batang panjang dan ramping yang berbeban aksial yang


cenderung gagal karena tekukan (buckling), bukan karena melebihi
tegangan luluh (yield stress), tegangan maksimum (ultimate stress), atau
tegangan geser (shear stress) dari bahan.

Dasar-Dasar Perancangan Mekanisme


LINGKUP PEMBAHASAN :

1. Untuk merancang komponen-komponen dan peralatan mekanis,


mahasiswa harus cakap dalam perancangan elemen-elemen tunggal yang
membentuk sistem.

2. Tetapi, mahasiswa juga harus menggabungkan beberapa komponen dan


peralatan menjadi satu sistem yang selaras dan kuat, yang memenuhi
kebutuhan konsumen

PROSES PERANCANGAN MEKANIS •

Tujuan akhir dari perancangan mekanis adalah utk menghasilkan produk yg


bermanfaat yg memenuhi kebutuhan konsumen & pembuatannya cukup aman,
efisien, andal, ekonomis, & praktis. •

Pikirkan secara luas ketika menjawab pertanyaan: “Siapa konsumen yg


berkepentingan dgn produk atau sistem yg akan saya rancang?”

• Saudara harus mengetahui keinginan & harapan dari semua konsumen sebelum
mulai membuat perancangan.

• Metode yg paling populer adalah sebaran fungsi mutu [quality function


deployment (QFD)], meminta (1) mengenali semua ciriciri & penampilan yg
diinginkan konsumen & (2) menilai tingkat kepentingan dari faktor-faktor tsb. Hasil
dari proses QFD merupakan seperangkat rincian mengenai fungsi & syarat
perancangan utk produk tsb. [Referensi: Hauser,J., & D. Clausing, “The House of
Quality”, Havard Business Review (May-June 1988): 63-73. Discusses ‘Quality
Function Deployment’]

PROSES PERANCANGAN MEKANIS (LANJUTAN) •

Penting pula utk mempertimbangkan bagaimana proses perancangan sesuai


dengan semua fungsi agar memberikan produk yg memuaskan bagi konsumen &
memperbaiki produk tsb selama umur pakainya. • Juga penting utk
mempertimbangkan bagaimana produk tsb di buang setelah selesai masa
penggunaannya. • Total dari semua fungsi yg mempengaruhi produk di sebut
proses realisasi produk (product realization process) atau PRP . [Referensi:
American Society of Mechanical Engineers. Integrating the Product Realization
Process (PRP) into the Undergradute Curriculum. New York : American Society of
Mechanical Engineers, 1995]

PROSES PERANCANGAN MEKANIS (LANJUTAN)

Beberapa faktor yg termasuk PRP adalah sebagai berikut:

• Fungsi pemasaran utk menilai kebutuhan konsumen

• Penelitian utk menentukan teknologi yg tersedia yg dpt digunakan

• Ketersediaan bahan & komponen-komponen

• Perancangan & pengembangan produk

• Pengujian unjuk kerja produk •

• Dokumentasi/pencatatan perancangan

• Hubungan penjual & fungsi-fungsi pembelian

• Keterampilan tenaga kerja • Bangunan fisik & fasilitas yg tersedia

• Kemampuan sistem manufaktur

• Perencanaan produksi & kendali sistem produksi

• Persyaratan sistem standar kualitas • dll

FUNGSI, SYARAT PERANCANGAN, DAN KRITERIA EVALUASI •

Pentingnya pengenalan kebutuhan & harapan konsumen secara seksama


sebelum memulai perancangan peralatan teknis.

• Dapat merumuskannya dengan membuat pernyataan-pernyataan yang


jelas & lengkap mengenai fungsi, syarat perancangan & kriteria evaluasi.
• Fungsi : menyatakan apa yg harus dikerjakan oleh peralatan itu, dengan
menggunakan pernyataan umum yg menggunakan frasa aksi seperti utk
menyangga suatu beban, utk mengangkat peti kayu, utk mentransmisikan
daya, dll.

• Syarat perancangan : pernyataan terperinci yg biasanya bersifat


kuantitatif mengenai tingkat unjuk kerja yg diharapkan, kondisi lingkungan
dimana peralatan harus beroperasi, keterbatasan ruang atau berat, bahan-
bahan dan komponen yg tersedia yg dapat digunakan.

FUNGSI, SYARAT PERANCANGAN, DAN KRITERIA EVALUASI •

Mengenal kebuthuan
komsumen
Mendefenisikan
fungsi fungsi alat

Menyatakan syarat Menentukan spesifikasi


perancangan

Mendefenisikan kriteria
evaluasi

Mengusulkan beberapa konsep


perancangan alternatif
Membuat
Mengevaluasi setiap alternatif yang konsep
diusulkan
Perancangan

Menilai setiap alternatif


kriteria evaluasi

Membuat keputusan
Memilih konsep perancangn
yang optimal

Perancangan
Menyelasaikan perancangan yang
terperinci
dipilh dari konsep yang terinci

CONTOH FUNGSI, SYARAT PERANCANGAN, DAN KRITERIA EVALUASI

• Andaikan Anda adalah perancang penurun kecepatan yg merupakan


bagian dari transmisi daya untuk sebuah traktor. Mesin traktor beroperasi
pada kecepatan yang sangat tinggi, sementara penggerak untuk roda harus
berputar lebih lambat & mengirimkan torsi yg lebih tinggi dibanding yang
ada

CONTOH FUNGSI, SYARAT PERANCANGAN, DAN KRITERIA EVALUASI

Untuk memulai proses perancangan, mari kita buat daftar fungsi dari
penurun kecepatan. Apa yang seharusnya dilakukan oleh penurun
kecepatan itu? Berikut ini beberapa jawaban utk pertanyaan tsb:ada input
mesin.

Fungsi

1. Untuk menerima daya dari mesin traktor melalui poros yg berputar


2. Untuk mengirimkan daya melalui elemen-elemen mesin dengan
mengurangi kecepatan putaran pada nilai yang diinginkan
3. Untuk mengirimkan daya pada kecepatan yg lebih rendah ke poros output
yg akhirnya menggerakkan roda-roda traktor.
Syarat Perancangan

1. Penurun kecepatan harus mentransmisikan daya sebesar 15 hp.

2. Input berasal dari mesin bensin dua silinder dgn kecepatan putaran 2000 rpm.

3. Output memberikan daya pada putaran berkisar 290 – 295 rpm.

4. Efisiensi mekanis yang dibutuhkan adalah lebih besar dari 95%.

5. Kapasitas torsi output minimum dari penurun kecepatan harus sebesar 3050 lb-
in.

6. Output penurun kecepatan dihubungkan dgn poros penggerak utk roda-roda


dari traktor pertanian.

7. Poros input dan output harus sejajar.

8. Penurun kecepatan harus dipasang pd rangka baja yg kuat dari traktor.

9. Lebih disukai ukuran yg kecil. Penurun kecepatan harus pas pd tempat yg


tidak lebih besar dari 20 in x 20 in dgn tinggi maksimal 24 in.

10. Traktor diharapkan beroperasi selama 8 jam/hari, 5 hari/minggu, dgn


umur rancangan 10 tahun.

11. Harus dilindungi dari cuaca & mampu beroperasi di mana saja.
12 Kopling fleksibel akan digunakan pada poros input & output utk
mencegah beban aksial & beban lengkung yg ditransmisikan ke penurun
kecep

Syarat Perancangan (lanjutan)

13. Banyaknya produksi adalah 10.000 unit per tahun.


14. Biaya pada tingkat sedang sangat penting untuk keberhasilan
pemasaran.
15. Semua standar keamanan dari pemerintah dan industri harus
terpenuhi.
Kriteria Evaluasi
1. Keamanan (keamanan relatif yg melampui syarat-syarat yg dinyatakan).
2. Unjuk kerja (tingkat di mana konsep perancangan melebihi syarat-
syaratnya).
3. Kemudahan dalam pembuatan.

4. Kemudahan perbaikan atau penggantian komponen.

5. Kemudahan operasi.

6. Biaya awal yang murah.

7. Biaya pengoperasian & perawatan yg murah.

8. Ukuran yg kecil & berat yg rendah.

9. Kebisingan & getaran yg rendah; operasi yg halus/lancar.

10. Penggunaan bahan yg siap sedia & komponen yg siap beli.

11. Penggunaan yg hati2 baik terhadap bagian2 yg dirancang secara khusus


atau terhadap komponen2 yg tersedia secara komersial.

12. Penampilan yg menarik & tepat utk aplikasi.

CONTOH PENGGABUNGAN ELEMEN MESIN MENJADI RANCANGAN


MEKANIS

• Perancangan mekanis merupakan proses perancangan dan atau


pemilihan komponen – komponen mekanis & menggabungkan keduanya
secara bersamasama utk mencapai fungsi yg diharapkan.

• Untuk menjelaskan bagaimana perancangan elemen-elemen mesin harus


digabungkan dengan perancangan mekanis yg lebih besar, mari kita
perhatikan perancangan penurunan kecepatan untuk traktor kecil.
• Untuk mencapai reduksi kecepatan, Anda memutuskan untuk merancang
penurun kecepatan roda gigi lurus dengan reduksi ganda.

• Anda menetapkan 4 roda gigi, 3 poros, 6 bantalan & sebuah rumah mesin
utk tempat elemen-elemen tunggal dalam hubungan yang tepat satu sama
lain.

II. STRUKTUR MEKANIKA

Struktur mekanika merupakan analisis yang meliputi penerapan dari statika


dan dan elemen mesin dalam suatu perancangan atau pembuatan suatu alat.
Struktur mekanika dalam perancangan ini seperti dijelaskan pada sub bab di
bawah ini.

2.1 Rangka (Statika) Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari
suatu beban yang mungkin ada pada bahan (konstruksi) atau yang dapat
dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya tekan
atau beban. Beban adalah beratnya benda atau barang yang didukung oleh
suatu konstruksi atau bagan. Beban statis yaitu berat suatu benda yang tidak
bergerak dan tidak berubah beratnya. Beratnya konstruksi yang mendukung itu
termasuk beban mati dan disebut berat sendiri dari pada berat konstruksi.
Beban dinamis yaitu beban yang berubah tempatnya atau berubah beratnya.
Sebagai contoh beban hidup yaitu kendaraan atau orang yang berjalan diatas
sebuah jembatan, tekanan atap rumah atau bangunan. Sedangkan beban dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Beban terpusat atau beban titik adalah beban yang bertitik pusat di sebuah
titik, misal: orang berdiri diatas pilar pada atap rumah.

2. Beban terbagi adalah pada beban ini masih dikatakan sebagai beban terbagi
rata dan beban segitiga. Beban terbagi adalah beban yang terbagi pada bidang
yang cukup luas. Dalam perhitungan kekuatan rangka akan diperhitungkan
gaya-gaya luar dan gaya-gaya dalam untuk mengetahui reaksi yang terjadi,
sebagai berikut:

1. Gaya luar
Gaya luar adalah aksi dan reaksi yang menciptakan kestabilan kontruksi. Pada
suatu kantilever (batang) apabila ada muatan yang diterapkan maka akan
terdapat gaya reaksi yang timbul pada tumpuan. Pada kasus statik tertentu
persamaan dari kesetimbangan, dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini

W
Tumpuan rol
RHA A B

RVA RVB
Tumpuan sendi
L
Gbr . 1. Reaksi gaya gaya pada rangkah

∑ 𝐹𝑥 = RHA

∑ 𝐹𝑦 = W – (RVA + RVB)

∑ 𝑀𝐴 = (W . ½ l ) – (RVB . l ) dimana :

Fx = Gaya horizontal (N)

RHA = Reaksi hirisontal pada titik A (N)

Fy = Gaya vertikal (N)

W = Beban (N)

RVA = Reaksi vertikal pada titik A (N)

RVB = Reaksi vertikal pada titik B (N)

MA = Momen inersia(Nmm)

l = Jarak (mm)

2. Gaya-gaya dalam
Gaya-gaya dalam adalah gaya yang merambat dari beban yang tertumpu pada
konstruksi yang menimbulkan reaksi gaya. Hal ini apabila ada muatan maka ada
reaksi yang terjadi, yaitu:

a) Gaya normal (N), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja
sepanjang sumbu batang. Gambar 2 Tanda untuk gaya normal

Tarik Desak

Gbr 2. Tanda untuk gaya normal

b. Gaya lintang (L), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja tegak
lurus terhadap sumbu batang. Gambar 2. Tanda untuk gaya lintang A

b. Gaya lintang (L), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja tegak
lurus terhadap sumbu batang. Gambar 2. Tanda untuk gaya lintang A

Gambar 4 Untuk gaya gaya melintang

Patah dan searah jarum jam Patah dan berlawanan arah jarum

C.Momen lentur (M), merupakan gaya perlawanan dari muatan sebagai


penahan lenturan yang terjadi pada balok tanda yang digunakan, sebagai
berikut

Gambar 5 tanda untuk momen lentur


Gambar poros dan Coupling
2. POROS

Dalam pengertian umum poros adalah batang logam berpenampang


lingkaran yang berfungsi untuk meneruskan tenaga secara bersama-sama
dengan putaran. Poros biasanya berpenampang bulat dimana terpasang
elemen-elemen seperti roda gigi, puli, engkol, dan elemen pemindah daya
lainnya. Poros ini bisa menerima beban lenturan, tarikan, tekan atau
puntiran, yang bekerja sendiri sendiri atau berupa gabungan antara yang
satu dengan yang lainnya.

Perbandingan putaran diperoleh denga persamaan :

𝑉1 = 𝑉2
2𝜋𝐷1 𝑛1 2𝜋𝐷2 𝑛2
=
60 60
𝑛1 𝐷2
=
𝑛2 𝐷1
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∶
𝐷1 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝐷2 = Diameter pulli
𝑛1 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑖 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
𝑛2 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑖 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
Besaran momen puntir dapat digunakan persamaan di bawah ini:

𝑃
𝑀𝑝 = 9,74 𝑥 105 ( )
𝑛
Dimana :
Mp : momen puntir (kg.mm)
n : jumlah putaran (rpm)
P : daya motor (kg.mm)
Mekanisme sabuk dan puli.

Sabuk dan puli digunakan untuk mentransmisikan daya dari satu poros ke
poros yang lain yang berputar pada kecepatan yang sama atau berbeda. Hal
yang menentukan besar daya yang ditransmisikan adalah kecepatan sabuk,
kekencangan sabuk, sudut kontak antara sabuk dan puli, kondisi dimana sabuk
digunakan. Sedangkan koefisien gesek antara sabuk dan puli tergantung pada
bahan sabuk, bahan puli dan kecepatan sabuk.

2.1.GAYA PADA PULLY

w F2


F2
Gaya pada puli merupakan penjumlahan dari gaya total yaitu gaya
tangensial (𝐹𝑡 ), dan gaya centrifugal (𝐹𝑐 ) dan perbandingan gaya
kekencangan pada sabuk dapat dihitung dengan persamaan :
𝑻
𝟐, 𝟑 𝒍𝒐𝒈 𝑻𝟏 = 𝝁𝜽
𝟐

Gaya sentrifugal pada timing belt


𝑇𝑐 = 𝑚 𝑉 2
Gaya tangensial timing belt
𝑻
𝑭𝒕 = 𝒓

ELEMEN MESIN (SABUK)

Gambar V.Belt dan V Grooved Pully

Gambar rangkaian transmisi


Menentukan tegangan sabuk
𝑻𝟏 = 𝑻 − 𝑻𝒄
Dan 𝑇2 dapat dicari dengan persamaan :
𝑻𝟏 𝑻𝟏
= 𝒆𝝁𝜽 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝟐, 𝟑 𝒍𝒐𝒈 ( ) = 𝝁 𝜽
𝑻𝟐 𝑻𝟐
𝑻𝟏
𝟐, 𝟑 𝒍𝒐𝒈 ( ) = 𝝁𝜽 𝒄𝒐𝒔𝒆𝒄𝜷
𝑻𝟐

𝜇 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘
𝜗 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘
𝛽 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑘
Menentukan moment Torsi :
Momen rencana(𝑻𝟏 , 𝑻𝟐 )
𝑃𝑑
𝑇1 = 9,74 𝑥 105 ( ) (𝑘𝑔 𝑚𝑚) . (𝑆𝑢𝑙𝑎𝑟𝑠𝑜 1991 ∶ 7)
𝑛1
𝑃
𝑇2 = 9,74 𝑥 105 ( 𝑛𝑑 ) (𝑘𝑔 𝑚𝑚) 𝑆𝑢𝑙𝑎𝑟𝑠𝑜 1991 ∶ 7 )
2
𝑛1 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 ( 𝑟𝑝𝑚 )
𝑛2 = putaran poros yang digerakan ( rpm ).
Diameter lingkaran jarak bagi puli (𝑑𝑝, 𝐷𝑝 )
n1 Dp 1 1
=i= = , u=
n2 dp u i
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐷𝑝 = 𝑑𝑝 𝑥 𝑖
𝑑𝑝 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑙𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (𝑚𝑚)
𝐷𝑝 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 ( 𝑚𝑚)
𝑖 = 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
Kecepatan sabuk (v)
𝑑𝑝 𝑛1
𝒗= (𝑆𝑢𝑙𝑎𝑟𝑠𝑜 1991 ∶ 166 )
60 𝑥 1000

𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑖 (𝑚⁄𝑠)
Panjang keliling (L)
𝝅 𝟏
𝑳 = 𝟐𝑪 + (𝑫𝒑 + 𝒅𝒑 ) + (𝑫 − 𝒅𝒑 )
𝟐 𝟒𝑪 𝒑
𝐹. Jarak sumbuh poros (C)
2
𝑏 + √𝑏 2 − 8(𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )
𝐶= (𝑚𝑚) (𝑆𝑢𝑙𝑎𝑟𝑠𝑜 1991
8
∶ 170)
𝒃 = 𝟐𝑳 − 𝝅(𝑫𝒑 + 𝒅𝒑 )
g 𝑺𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒂𝒌(𝜽)
57(𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )
𝜽 = 1800 −
𝐶
Faktor koreksi ((𝒌𝜽) = 𝟎, 𝟗𝟗
Contoh kasuss.
Pada suatu tarnsmisi dengan perantaran sabuk bentuk datar dengan data
sebagaimana pada gambar dibawah ini :

Diketahui
P = 746 W , μ = 0,3 , ρ = 1140 kg/m
𝑑1 = 155 mm , 𝑑2 = 50 mm
Rencanakan tegangan pada sabuk...?
Luas penampang sabuk V
a = b . t = 30 . 3= 90 mm2
Massa sabuk per satuan panjang.
m = a . l. ρ = (90 . 10-6) . 901,52 . 1140 = 0,092 kg/m

Kecepatan sabuk
𝜋𝑑𝑛 𝜋(155)(1410) 𝑚𝑚
𝑉= = = 11537, 45
60 60 𝑠
Mencari sudut α
𝑟1 −𝑟2 77,5−25
𝑆𝑖𝑛𝛼 = = = 0,18 → 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0,18 → 𝛼 = arcsin 0,18
𝑥 285

1
𝛼= = 10,60
𝑠𝑖𝑛0,18
Sudut kontak puli penggerak
𝜋 𝜋
𝜃 = (1800 − 2𝛼) 1800 = 158,8 (1800 ) = 2.77 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎l

Panjang sabuk datar


r2 − r1 2 (25 − 77,5)2
L = π(r2 + r1 ) + 2x + ( ) = 3,13(102,5) + 570 +
x 285
𝐿 = 901,25 𝑚𝑚.
Daya motor yang dipindahkan
𝑷 = (𝑻𝟏 − 𝑻𝟐 ) 𝑽
𝑚
746𝑊 = (𝑇1 − 𝑇2 ) 11,437
𝑠
746 𝑊
(𝑇1 − 𝑇2 ) = = 65,22𝑙 𝑁.
11,437 𝑚/𝑠
Perbandingan gaya kekencangan sabuk
𝑇1 𝑇1 𝑇1
2,3 𝑙𝑜𝑔 = 𝜇𝜃 = 2,3 𝑙𝑜𝑔 = 0,3 (2,77) → 𝑙𝑜𝑔 = 0,36
𝑇2 𝑇2 𝑇2
𝑇1 𝑇1
= 𝑎𝑛𝑡𝑖 𝑙𝑜𝑔 0,36 → = 2,29 → 𝑇1 = 2,29 𝑇2
𝑇2 𝑇2
(𝑇1 − 𝑇2 ) = 65,226
2,29 𝑇2 − 𝑇2 = 65,226 → 1,29𝑇2 = 65,226
65,226
𝑇2 = = 𝟓𝟎, 𝟓𝟔 𝑵
1,29
𝑇1 = 2,29𝑇2
𝑇1 = 2,29(50,56)
𝑇1 = 𝟏𝟏𝟓, 𝟕𝟗 𝑵.
Gaya sentrifugal pada sabuk
𝑇𝑐 = 𝑚 𝑣 2 = 0,092 𝑘𝑔/𝑚(12,08 𝑚/𝑠)2 = 𝟏𝟐, 𝟎𝟑 𝑵

Tegangan maksimum pada sabuk


𝑇 = 𝑇1 + 𝑇𝐶 = 115,79 + 12,03 = 127,82 𝑁

Poros penggerak sabuk datar


Bagaimana mekanisme poros penggerak pada sabuk datar serta analisis
beban pada konstruksi mesin sebagaimana pada gambar dibawah ini :

Gambara Poros penggerak sabuk datar

Diketahui

R gear = 75 mm , P = 746 W , N = 1410 Rpm


WA = 2,5 kg = 24,225 N , WD = 1,5 kg = 14,715 N
Torsi yang terjadi pada roda gigi
60 𝑃 (60)(746)
𝑇= = = 5 054, 88 𝑁 𝑚𝑚
2𝜋60 2(3,14)(1 410)

Gaya tangensial pada roda gigi


𝑇 5 054,88
𝐹𝑡 = = = 67,398 𝑁
𝑟 75

A. Reaksi Vertikal

Persamaan reaksi vertikal


RBV + RCV = - 52,683 + 24,225 = - 28,458 N

Momen yang terjadi pada titik B


WA . 60 + (WD + 𝐹𝑡 ) . 140 = - RCV . 90
24,225 . 60 + 52,683 . 140 = - RCV . 90
RCV = - 98,1 .N
RCV berharga positif jika arah gaya kebawah
RBV = - 28,458 – (-RCV) = - 28,458 + 98,1= 69,64 N
Bending momen antara titik A sampai D

MAV = MDV = 0
MBV = 0
WA . 60 = 24,225 . 60 = 1453,5 Nmm
𝑴𝑪𝑽 = 𝟎
(𝑊𝐷 + 𝐹𝑡 )𝑥 50 = (15 + 67,398)𝑥50 = 4,119,9 𝑁 𝑚𝑚
B. Reaksi Horisontal
Persamaan reaksi horisontal
𝑇1 + 𝑇2 = 166,35 𝑁
166,35 + 𝑅𝐶𝐻 = 𝑅𝐵𝐻 (3.3)
Momen yang terjadi pada titik C
RBH . 90 = 166,35 N . 150
RBH = 277,25 N dan RCH = 110,9 N
Bending moment antara titik A sampai D
MAH = MDH = 0
MBH = 166,35 x 60 = 9981 Nmm

𝑀𝐶 = √(𝑀𝐶𝑉 ) 2 = √(2634,152)2 = 263,15 𝑁 𝑚𝑚

𝑀𝐵 = √𝑀𝐵𝐻 2 + 𝑀𝐵𝑉 2 =√(9981)2 + (1453,52)2


= 10 086,28 𝑁 𝑚𝑚.
Torsi ekuivalen

𝑇𝑒 = √𝑀2 + 𝑇 2 = √(1 086,282)2 + (5 054,882)2 = 11 282,06 𝑁 𝑚𝑚𝑚.


Te = 𝜋 16 . 𝜏. 𝑑3
11282,06 = 3,1416. 181,485 . 𝑑3
𝑑3 = 11282,0635,62
d = 6,82mm
3.2.2. Poros pengikut sabuk datar
WA = 300 gr = 2,943 N
𝐷𝐴 = 50 𝑚𝑚
𝑁1 𝐷1 (1410)(155)
𝑁2 = = = 4371 𝑟𝑝𝑚.
𝐷2 50
Torsi yang terjadi pada poros pengikut sabuk datar
60 𝑃 60 (602)
𝑇 = 2𝜋𝑁 = = 1 630,6 𝑁 𝑚𝑚.
2 2(𝜋)(4371)

Gambar 13.Poros pengikat sabuk datar


A. Reaksi vertikal

Gambar .Skema gaya pembebanan vertikal poros pengikut sabuk datar


RBV = RCV+ 2,943 N,
Momen yang terjadi pada titik B
110RCV = WA . 60= 2,943 . 60
RCV = 1,605 N
Maka dari persamaan 3.4, diperoleh
RBV = 1,605 + 2,943 = 4,548 N
Bending momen antaa titik A sampai C
MBV = WA . 60 = 2,943 . r 60 = 176,58 N mm
B. Reaksi horizontal

Gambar Skema gaya pembebanan horisontal poros pengikut sabuk datar


RBH = (T 1+T2) + RCH
= 166,35 + RCH
Momen yang terjadi pada titik B
(T 1+T2) . 60 = 166,35 . 60 = 110.RCH
Dari persamaan 3.5 maka
RBH = 166,35 + 90,74= 257,09 N
Bending momen antara titik A sampai C
MBH = 166,35 . 60 = 9981 Nmm
Resultan bending momen di titk B
MB = 𝑀𝐵𝑉2+ 𝑀𝐵𝐻2= 176,582+99812 = 9982,56 Nmm
Torsi ekuivalen
Te = 𝑀2+𝑇2 = 9982,562+1630,62 = 10114,85 Nmm
Te = 𝜋16𝜏.𝑑3= 3,1416. 181,485.d3
d3 = 10114,85 35,62 → d = 6,57 mm
Bantalan (Bering)
Pengertian dan klasifikasi pada bearing
Bantalan (bearing) merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi mengurangi
gesekan yang terjadi antara bagian mesin yang berputar dengan yang diam
(stasioner).Bantalan dirancang untuk memperkecil keausahan,dapat
diganti,dan mencegah kerusakan pada bagian mesin yang biaya mahal.Untuk
menjamin bantalan dapat beroperasi sesuai dengan masa penggunaannya
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lainnya :

a) Pengetahuan standardisasi
b) Rancangan konstruksi
c) Krakteristik bantalan
d) Pemeliharaan bantalan
e) Pada umumya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu.
a. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
• Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas.
Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
Konsep dasar bantalan hidrodinamik
Dari sub-bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa modus pelumasan full-film
akanmemberikan koefisien gesek yang paling rendah sehingga sliding bearing
yang paling bagus harslah bekerja pada full-film. Untuk sliding bearing, kondisi
full-film lubrication ini dapat dicapai dengan dua metoda yaitu (1)
hydrodynamic lubrication, dan (2) Hydrostatic lubrication.
Bantalan Luncur Hidrodinamik adalah jenis yang paling banyak digunakan saat
ini karena konstruksinya yang sederhana dan performansi yang baik. Lapisan
film pelumas tumbuh akibat dari gerakan relatif antara permukaan yang saling
bergerak relatif. Ada beberapa parameter utama sliding bearing yang
menentukan tumbuh tidaknyalapisan film hydrodinamik yaitu kecepatan relatif
permukaan, viscositas pelumas, laju aliran pelumas, dan beban. Hal ini berarti
untuk mencapai kondisi full-film maka kecepatan putaran harus cukup tinggi,
pelumas yang tepat serta suply pelumas yang cukup. Dalam operasinya,
hydrodynamic bearing juga akan mengalami kondisi boundary lubrication pada
saat start dan saat akan berhenti. Gambar 11.10 menunjukkan contoh posisi
journal bearing pada saat diam, mulai diperasikan (start) dan pada saat
mencapai full-film lubrication. Sedangkan gambar 11.11 menunjukkan
karakteristik gesekan pada hydrodinamic bearing dari saat start sampai
mencapai kondisi full film.
Gambar 2.10 Posisi journal bearing pada saat diam, mulai diperasikan (start)
dan pada saat mencapai full-film lubrication.

Gambar 2.11 Karakteristik gesekan pada hydrodinamic bearing dari saat start
sampai mencapai kondisi full film

Teori pelumasan hidrodinamik


Concentric Journal Bearing
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa hidrodynamic bearing adalah jenis
bantalan sliding bearing yang paling banyak digunakan saat ini. Disini kita akan
membahas teori pelumasan hidrodinamik dan aplikasinya pada journal
bearing. Pertama kita akan membahas journal bearing konsentris yang belum
mendapat beban seperti ditunjukkan pada gambar 11.12. Clearance antara
journal dan bearing sangatlah kecil, biasanya sekitar 1/1000 kali diameter
journal. Karena itu kita dapat memodelkannya sebagai dua buah permukaan
datar sebab gap h sangat kecil sekali dibandingkan dengan radius lengkungan
bearing. Model ini ditunjukkan pada gambar (b).

Gambar 2.12 Tegangan geser pada journal bearing tanpa beban


Jika permukaan bawah dijaga tetap diam dan permukaan atas digerakkan
dengan kecepatan U, maka pelumas akan mengalami shear. Partikel pelumas
pada permukaan atas akan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan
permukaan atas dan partikel yang menempel pada permukaan bawah akan
tetap diam. Elemen geser fluida pelumas ditunjukkan pada gambar (c). Gradien
kecepatan akan menyebabkan distorsi sebesar β = dx/dy. Tegangan geser yang
terjadi pada elemen fluida pelumas adalah proporsional dengan laju geseran
yaitu :
𝒅𝜷 𝜹 𝜹𝒙 𝜹 𝜹𝒙 𝒅𝒖
𝝉𝒙 = 𝜼 =𝜼 =𝜼 =𝜼
𝒅𝒕 𝜹𝒕 𝜹𝒚 𝜹𝒚𝜹𝒙 𝒅𝒕
dimana η adalah viskositas. Jika tebal film h konstan maka gradient kecepatan
du/dy = U/h = konstan. Jadi gaya yang diperlukan untuk menggerakkan pelat
adalah tegangan dikalikan luas permukaan yaitu :
𝑼
𝑭 = 𝝉𝒙 𝑨 = 𝜼 𝑨
𝒉
Untuk journal bearing yang konsentris, gap h = cd/2 dan cd adalah diametral
clearance.
Kecepatan U = πDn; n = putaran journal per detik; dan luas geser A = πDL. Jadi
torsi yang diperlukan untuk melawan gesekan film pelumas adalah :
𝒅 𝜼𝝅𝟐 𝒅𝟑 𝑳 𝒏
𝑻𝒐 = 𝑭=𝜼
𝟐 𝒅𝒄
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Petroff untuk torsi film pelumas
tanpa beban
11.4.6. Studi Kasus
Diketahui :
Beban transversal maksimum poros pada bantalan adalah 16 lb pada R1 dan 54
lb pada R2. Karena beban pada R2 lebih besar 4 kali daripada R1, maka
rancangan yang dibuat untuk R2 dapat digunakan untuk R1. Diameter poros
pada R1 dan R2 adlah 0,591 in. Kecepatan poros adalah 1725 rpm. Bantalan
dalam keadaan stasioner.
Asumsi :
Gunakan rasio clearance 0,0017 dan rasio l/d 0,75. Gunakan bilangan Ocvirk
dibawah 30, diusahakan sekitar 20.
Dicari :
Rasio eksentrisitas bantalan, tekanan maksimum dan lokasinya, ketebalan
lapisan minimum, koefisien gesekan, torsi, dan rugi-rugi daya pada bantalan.
Kerja pada gesekan

Pada gerak putar poros dalam suatu elemen mesin harus didukung oleh
elemen bantalan agar terjadi putaran normal.Untuk menjaga agar tidak
terjadi gesekan antara elemen yang berputar dengan elemen
pendukung,maka dibutuh minyak pelumas pada tingkat viscositas yang
sesuai.Besarnya kalor yang akan dibangkitkan akibat gesekan pada elemen
tersebut dapat diketahui dengan pendekatan persamaan seperti :

➢ Usaha pada gesekan

Gambar 11.20 Geometri untuk contoh perancangan bantalan


Solusi :
1. Konversikan kecepatan dari rpm ke rps kemudian cari kecepatan tangensial
U.
𝒓𝒆𝒗 𝒎𝒊𝒏
𝒏𝟏 = 𝟏𝟕𝟐𝟓 [ ] = 𝟐𝟖, 𝟕𝟓 𝒓𝒑𝒔
𝒎𝒊𝒏 𝟔𝟎 𝒔𝒆𝒄
U =π dn' = π (0,591)(27,75) = 53,38 in / sec
2. Cari diametral clearance dan radius clearance dengan menggunakan
diameter yang diberikan dan rasio clearance yang diasumsikan :
𝐶𝑑 =0,0017(0,591)= 0,001 in
𝐶𝑑
𝐶𝑟= = 0,0005 in
2

3. Panjang bantalan dicari dari rasio l/d yang diasumsikan sebesar 0,75.
l = 0,75(0,591) = 0,443 in
4 Rasio eksentrisitas eksperimental dicari dengan menggunakan bilangan
Ocvirk ON = 20.
𝜀𝑥 = 0,21394 + 0,38517 log 𝑂𝑁 − 0,0008(𝑂𝑁 − 60)
= 0,21394 + 0,38517 𝑙𝑜𝑔20 − 0,000820 − 60
= 0,747 .
2. Cari parameter tak berdimensi Kε
1 1
2 (1 2) 2 2 2 (1
𝜋 −𝜀 + 16𝜀 𝜋 − (0,747)2 )16(0,747)2 2
𝐾𝜀 = 𝜀 [ ] = 0,747 [ ]
4(1 − 𝜀 2 )2 4(1 − (0,747)2 )2
𝐾𝜀 = 3,487
3. Cari viskositas pelumas η
𝑃𝐶 2
𝑟 (54)(0,005)2
𝜂 = 𝐾 𝑈𝐿 3 = 3,487(53,38)(0443)3 = 0,833 𝜇𝑟𝑒𝑦𝑛
𝜀

Dengan menggunakan gambar 11.7 diketahui bahwa pelumas jenis ISO VG


32 akan menyediakan nilai ini pada temperatur 190°F. Pelumas ini setara
dengan pelumas jenis SAE 10W.
4. Cari tekanan rata-rata tekanan pelumas
𝑃 54
𝑃𝑎𝑣𝑔 = 𝐿𝑑 = 0,443(0,591) = 206 𝑃𝑠𝑖

5. Dicari sudut θmax dimana tekanan maksimum dengan menggunakan nilai


eksperimental ε = 0,747.
1 − √1 + 24𝜀 2 1 − √1 + 24(0,474)2
𝜃𝑚𝑎𝑥 = 𝐶𝑜𝑠 −1 [ ] = 𝐶𝑜𝑠 −1 [ ]
4𝜀 4(0,474)2
= 159, 20
Nilai ini juga dapat dicari dengan menggunakan grafik pada gambar 11.19.
Tekanan maksimum dapat dicari dengan mensubstitusikan θmax yang sudah
diperoleh. Adapun nilai z = 0 karena tekanannya maksimum pada pertengahan
panjang bantalan l.
𝜂𝑈 𝐿2 2
3𝜀 𝑆𝑖𝑛𝜃
𝑃= [ − 𝑍 ]
𝑟 𝐶𝑟 2 4 (1 + 𝜀 𝐶𝑜𝑠𝜃)3
0,4422
(8,33𝑥10−7 ) ( 2
4 − 0 ) 3(0747) (sin 159,2)0
= ( )
0,296(0,0005)2 {1 + 0,747 𝑐0𝑠 159,20 }3
= 85,7 𝑃𝑆𝑖

6. Cari sudut φ, yang menunjukkan posisi sumbu θ = 0 sampai π terhadap


beban P.
√1−0,7472
−1
√1 − 𝜀 2 −1[𝜋(
4(0,747)
)]= 34,950
𝜃 = 𝑡𝑎𝑛 [𝜋 ] = 𝑡𝑎𝑛
4𝜀
7. Stationary torque dan rotating torque dapat dicari dengan menggunakan
nilai φ.
𝑑 𝐿3 [𝑛2 1 −𝑛1 2 ] 𝜋𝐿 (0,591)3 (0,443) 𝜋3
𝑇𝑠 = 𝜂 ( 1 ) = 8,33 𝑥10−7 [ ] 1
𝐶𝑑 (1−𝜀 2 )2 0,001 [1−(0,747)2 ]2

= 0,0325 𝑙𝑏 𝑖𝑛.
𝑇𝑟 = 𝑇𝑠 + 𝑃 𝑒 𝑠𝑖𝑛𝜃 = 0,0325 + 54(0,00037) sin 34, 950
= 0,0441 𝑙𝑏 𝑖𝑛.
8. Rugi-rugi daya dapat dihitung sebagai berikut :
𝜙 = 2𝜋𝑇𝑟 (𝑛21 − 𝑛11 ) = 2𝜋(0,0441)(28,75 − 0)
𝑙𝑏−𝑖𝑛
= 7,963 = 0,0441 ℎ𝑝.
𝑠

9. Koefisien gesekan pada bantalan dapat dicari dari rasio gaya geser
terhadap gaya normal.
2𝑇 2(0,0441)
𝜇 = 𝑃 𝑑𝑟 = 54(0,591) = 0,003

10. Tebal lapisan pelumas minimum dicari dengan menggunakan persamaan


berikut :
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 𝐶𝑟 (1 − 𝜀)
= 0,0005(1 − 0,747)
= 0,00126 𝑖𝑛
Bantalan Rol (Roller Bearing)
Bantalan rol menggunakan roller yang lurus, tirus, atau berkontur yang
dipasang diantara dua buah cincin. Secara umum, bantalan rol dapat menahan
beban statik dan dinamik yang lebih besar daripada bantalan bola disebabkan
oleh kontaknya yang lebih besar. Selain itu bantalan rol ini juga lebih murah
dari pada bantalan bola untuk ukuran dan beban yang besar. Biasanya
bantalan rol hanya dapat menahan beban dalam satu arah saja baik itu radial
maupun aksial, kecuali bila roller-nya tirus atau berkontur. Secara garis besar,
bantalan rol ini terbagi lagi menjadi empat jenis yaitu (1) bantalan rol silindris,
(2) bantalan rol jarum, (3) bantalan rol tirus, (4) spherical roll bearing.
Bantalan bola dan bantalan roll juga mempunyai jenis yang khusus dibuat
untuk menahan beban aksial murni. Namun cilindrycal roller thrust bearing
akan mengalami gesekan yang lebih besar daripada ball thrust bearing akibat
sliding antara roller dengan cincin. Oleh karena itu biasanya roller thrust
bearing ini tidak boleh digunakan untuk kecepatan tinggi.
11.5.2. Pemilihan rolling-element bearing
Pemilihan bantalan dilakukan dengan mempertimbangkan besar beban
statik dan dinamik dan umur yang diinginkan.
Basic Dynamic Load Rating C
Pengujian yangtelah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pembuat
bantalan,
berdasarkan teori yang sudah dikembangkan, menunjukkan bahwa fatigue life
atau umur bantalan L berbanding terbalik dengan pangkat tiga bebannya
untuk bantalan bola, dan pangkat 10/3 untuk bantalan roll.

𝑪 𝟑
Bantalan bola. 𝑳 = (𝑷 )

𝟏𝟎
𝑪 𝟑
Bantalan roll. 𝑳= (𝑷)
dimana L adalah umur bantalan dalam jutaan putaran, P adalah beban konstan
yang
bekerja (beban konstan pada elemen berputar akan menyebabkan beban dinamik),
dan C adalah basic dynamic load rating C. Basic dynamic load rating C
didefinisikan sebagai beban yang akan memberikan umur 1 juta putaran pada
cincin dalam. Parameter ini biasanya sudah ditentukan dalam katalog yang dibuat
oleh perusahaan pembuat bantalan.
Basic Static Load Rating C0
Deformasi permanen pada roller atau bola dapat terjadi bahkan pada beban
yang kecil karena sangat tingginya luas kontak yang kecil. Batas beban statik
pada bantalan didefinisikan sebagai beban yang akan menghasilkan deformasi
permanen pada cincin dan elemen rolling pada titik kontak manapun sebesar
0,0001 kali dari diameter elemen rollingnya. Tegangan yang dibutuhkan untuk
membuat deformasi statik sebesar 0,0001d
pada bantalan baja adalah bervariasi mulai 4 Gpa (580 kpsi) untuk bantalan roll
sampai 4,6 Gpa (667 kpsi) untuk bantalan bola. Perusahaan-perusahaan
pembuat benatalan telah membuat basic static loading rating C0 untuk setiap
jenis bantalan, yang dibuat berdasarkan standar AFBMA. Biasanya dibutuhkan
beban sebesar 8C0 atau lebih besar untuk mematahkan bantalan.
Beban Kombinasi Radial dan Aksial (Thrust)
Jika beban radial dan aksial terjadu pada bantalan, beban ekuivalen harus
dihitung untuk digunakan dalam perhitungan umur bantalan. AFBMA
merekomendasikan persamaan berikut :
P = XVFr +YFa
Dimana :
P = Beban ekuivalen
Fr = Beban radial konstan yang bekerja
Fa = Beban aksial konstan yang bekerja
V = Faktor perputaran
X = Faktor radial
Y = Thrust factor
Faktor V sama dengan 1 untuk bantalan yang cincin dalamnya berputar. Jika
cincin
luarnya juga berputar, faktor V ini naik sampai 1,2 untuk bantalan jenis
tertentu. Faktor X dan Y bervariasi tergantung jenis bantalan dan biasanya
ditentukan oleh perusahaan pembuat bantalan tersebut.
Prosedur Perhitungan
Langkah pertama dalam perhitungan umur bantalan adalah dengan mencari
besar beban baik radial maupun aksial yang bekerja pada bantalan (biasanya
diketahui dari analisis pembebanan). Dimensi aproksimasi poros juga biasanya
dapat diketahui dari perhitungan tegangan dan defleksi. Kemudian digunakan
katalog digunakan dengan terlebih dahulu menentukan bantalan tertentu
secara coba-coba. Dengan demikian dapat diperoleh nilai C, C0, V, X, dan Y.
Kemudian dihitung beban efektif P dan akhirnya dihitung umur L dengan
menggunakan nilai C yang diperoleh dari katalog.

Gambar 11.27 Distribusi umur pada rolling element bearing


Basic Static Load Rating C0
Deformasi permanen pada roller atau bola dapat terjadi bahkan pada beban
yang kecil karena sangat tingginya luas kontak yang kecil. Batas beban statik
pada bantalan didefinisikan sebagai beban yang akan menghasilkan deformasi
permanen pada cincin dan elemen rolling pada titik kontak manapun sebesar
0,0001 kali dari diameter elemen rollingnya. Tegangan yang dibutuhkan untuk
membuat deformasi statik sebesar 0,0001d
pada bantalan baja adalah bervariasi mulai 4 Gpa (580 kpsi) untuk bantalan roll
sampai 4,6 Gpa (667 kpsi) untuk bantalan bola. Perusahaan-perusahaan
pembuat benatalan telah membuat basic static loading rating C0 untuk setiap
jenis bantalan, yang dibuat berdasarkan standar AFBMA. Biasanya dibutuhkan
beban sebesar 8C0 atau lebih besar untuk mematahkan bantalan.
Beban Kombinasi Radial dan Aksial (Thrust)
Jika beban radial dan aksial terjadu pada bantalan, beban ekuivalen harus
dihitung untuk digunakan dalam perhitungan umur bantalan. AFBMA
merekomendasikan persamaan berikut :
P = XVFr +YFa
Dimana :
P = Beban ekuivalen
Fr = Beban radial konstan yang bekerja
Fa = Beban aksial konstan yang bekerja
V = Faktor perputaran
X = Faktor radial
Y = Thrust factor
Faktor V sama dengan 1 untuk bantalan yang cincin dalamnya berputar. Jika
cincin luarnya juga berputar, faktor V ini naik sampai 1,2 untuk bantalan jenis
tertentu. Faktor X dan Y bervariasi tergantung jenis bantalan dan biasanya
ditentukan oleh perusahaan pembuat bantalan tersebut
Prosedur Perhitungan
Langkah pertama dalam perhitungan umur bantalan adalah dengan mencari
besar beban baik radial maupun aksial yang bekerja pada bantalan (biasanya
diketahui dari analisis pembebanan). Dimensi aproksimasi poros juga biasanya
dapat diketahui dari perhitungan tegangan dan defleksi. Kemudian digunakan
katalog digunakan dengan terlebih dahulu menentukan bantalan tertentu
secara coba-coba. Dengan demikian dapat diperoleh nilai C, C0, V, X, dan Y.
Kemudian dihitung beban efektif P dan akhirnya dihitung umur L dengan
menggunakan nilai C yang diperoleh dari katalog.
Studi kasus
Diketahui:
Beban radial Fr = 1686 lb =(7500 N) dan beban aksial Fa = 1012 lb= (4500 N).
Kecepatan poros adalah 2000 rpm.
Asumsi :
Digunakan bantalan bola jenis deep groove tipe Conrad. Cincin dalam berputar.
Dicari :
Ukuran bantalan yang sesuai untuk memberikan umur L10 sebesar 500 juta
putaran.
Solusi :
1. Coba bantalan 6316 dari gambar 11.28 dan diperoleh data sebagai berikut : C
=21200 lb (94300 N), C0 = 18000 lb (80000 N), dan rpm maksimum = 3800.
2. Hitung rasio Fa/C0
𝑭𝒂 𝟏 𝟎𝟏𝟐
= 𝟏𝟖𝟎𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟎𝟓𝟔
𝑪𝒐

11.5.3. Studi kasus


Diketahui:
Beban radial Fr = 1686 lb =(7500 N) dan beban aksial Fa = 1012 lb= (4500 N).
Kecepatan poros adalah 2000 rpm.
Asumsi :
Digunakan bantalan bola jenis deep groove tipe Conrad. Cincin dalam berputar.
Dicari :
Ukuran bantalan yang sesuai untuk memberikan umur L10 sebesar 500 juta
putaran.
Solusi :
1. Coba bantalan 6316 dari gambar 11.28 dan diperoleh data sebagai berikut : C
=21200 lb (94300 N), C0 = 18000 lb (80000 N), dan rpm maksimum = 3800.
2. Hitung rasio Fa/C0
𝐹𝑎 1 012
= = 0,056
𝐶𝑜 18000
Kemudian cari nilai e dari gambar 11.29 dan diperoleh e = 0,26 untuk radial-
contact
groove ball bearing.
1. Bentuk rasio Fa/(VFr) dan bandingkan dengan nilai e.
𝐹𝑎 1012
= = 0,6 > 𝑒 = 0,26
𝑉 𝐹𝑟 1(1 686)
Perhatikan V = 1 karena cincin dalamnya berputar.
4. karena rasio pada langkah 3 adalah > e, cari faktor X dan Y dari 11.29
sehingga
diperoleh X = 0,56 dan Y = 1,71, dan kemudian gunakan faktor-faktor
tersebut untuk menghitung beban ekuivalen.
P= XV 𝐹𝑟 + 𝑌𝐹𝑎 → = 0,56(1)(1686 + 1,71(1012)) = 2675 lb.
5. Gunakan beban ekuivalen diatas untuk menghitung umur L10 bantalan.
juta putaran
𝐶 3 21 200 3
𝐿 = (𝑃) = ( 2675 ) = 500 𝑗𝑢𝑡𝑎 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛.

Biasany perhitungan ini memerlukan beberapa iterasi

Anda mungkin juga menyukai