Anda di halaman 1dari 8

• Konsep keanekaragaman budaya mmm

• Kebudayaan
Pengertian kebudayaan secara terminologi adalah Cultuur (bahasa Belanda), Culture
(bahasa Inggris), Colere (bahasa Latin), yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan. Dari segi artikulasi, culture berkembang sebagai
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah, dalam artian memanfaatkan
potensi alam. Dilihat secara bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal dan daya yang berarti
kekuatan.
Secara umum komponen kebudayaan adalah: alam pikiran ideologis dan religius, bahasa,
hubungan sosial, perekonomian, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, politik dan
pemerintahan, pewarisan kebudayaan dan pendidikan. Kebudayaan mempunyai tanda
atau ciri-ciri yang spesifik. Ciri khas yang melekat pada kebudayaan ialah komunikatif,
dinamis, dan disfertif. Namun, walaupun kebudayaan itu komunikatif, kebudayaan
merupakan lapisanlapisan atau stratifikasi. Sifat komunikatif kebudayaan disebabkan
adanya unsurunsur lama dan baru dalam pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan.
Hal ini jelas pada historiografi kebudayaan.
Jadi, kebudayaan mempunyai sifat kompleks, banyak seluk beluknya dan merupakan
totalitas, serta keseluruhan, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, custom, kapabilitas dan kebijaksanaan yang diperoleh manusia dalam
masyarakat. Pencipta kebudayaan adalah manusia, sedangkan fokus kebudayaan adalah
masyarakat. Selain itu, dalam kebudayaan terdapat penegasan bahwa kebudayaan dapat
dikomunikasikan dan ditundukkan, sebab kebudayaan merupakan social heritage, yakni
sebagai warisan sosial yang bersifat totalitas dan kompleks.
• Keanekaragaman budaya atau yang biasa disebut dengan multikultural, menjadi perhatian
dari berbagai negara yang ada di dunia. Banyak pandangan yang bermunculan mengenai
keanekaragaman ini, sebagian memandang bahwa keanekaragaman budaya ini
merupakan hal positif yang mampu memperkaya suatu negara, namun tidak sedikit pula
yang menganggap bahwa keanekaragaman adalah suatu hal yang negatif, karena
keanekaragaman ini berpotensi menjadi akar dari munculnya sebuah konflik di dalam
suatu negara.
Keragaman tidak serta-merta menciptakan keunikan, keindahan, kebanggaan, dan hal-hal
yang baik lainnya. Keberagaman masyarakat memiliki ciri khas yang suatu saat bisa
berpotensi negatif bagi kehidupan bangsa tersebut. Van de Berghe sebagaimana dikutip
oleh Elly M. Setiadi menjelaskan bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang
beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut:
• Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
• Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
• Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-
nilai sosial yang bersifat mendasar.
• Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
• Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di
dalam bidang ekonomi.
• Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain
Berdasarkan hal di atas, keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi
kelompok, struktural yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering terjadi konflik,
integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu saja potensi demikian
adalah potensi yang melemahkan gerak kehidupan masyarakat. Keberagaman adalah
modal berharga untuk membangun Indonesia yang multikultural. Namun, kondisi
tersebut juga berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan
kecemburuan sosial.
Kesetaraan atau kesederajatan dapat dimaknai dengan adanya persamaan kedudukan
manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan derajat,
hak, dan kewajiban sebagai sesama manusia. Oleh karena itu, prinsip kesetaraan atau
kesederajatan mensyaratkan jaminan akan persamaan derajat, hak, dan kewajiban.
Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut:
• Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan.
• Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan dan kehidupan yang layak.
• Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota
masyarakat
Masalah-masalah keanekaragaman budaya :
• Masalah konflik antar etnis
• Masalah konflik antar agama
• Masalah konflik antara mayoritas dan minoritas
• Masalah konflik antara pribumi dengan nonpribumi serta perlakuan diskriminatif
• KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
• Komunikasi
komunikasi adalah suatu hubungan yang melibatkan proses ketika informasi dan
pesan dapat tersalurkan dari satu pihak (orang / media ) ke pihak lain. komunikasi
berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan
berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir setiap manusia membutuhkan
hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran
pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang tanpa
berkomunikasi akan terisolasi. Pesan muncul lewat perilaku manusia, sebelum
perilaku disebut pesan, perilaku harus memenuhi dua syarat. Perilaku harus
diobservasi oleh seseorang, dan kedua perilaku harus mengandung makna. Artinya,
setiap perilaku yang dapat diartikan atau mempunyai arti adalah suatu pesan. Kedua,
perilaku mungkin disadari ataupun tidak disadari (terutama perilaku nonverbal),
perilaku yang tidak sengaja ini menjadi esan bila seseorang melihatnya dan
menangkap suatu makna dari perilaku itu.
ada beberapa karakteristik yang membantu untuk memahami bagaimana komunikasi
yang berlangsung :
• komunikasi itu dinamik, adalah suatu aktivitas yang terus berlangsung dan selalu
berubah. Sebagai para pelaku komunikasi secara konstan dipengaruhi oleh pesan
orang lain dan sebagai konsekuensinya mengalami perubahan yang terus menerus.
Setiap orang dalam hidup sehari-hari bertemu dan berinteraksi dengan orang-
orang dan orang-orang itu mempengaruhi . setiap kali orang terpegaruh, orang
akan berubah, seberapa kecil pun perubahan itu.
• komunikasi itu interaktif, komunikasi terjadi antara sumber dan penerima, ini
mengimplikasikan dua orang atau lebih yang membawa latar belakang dan
pengalama tersebut mempengaruhi interaksi. Interaksi juga menandakan situasi
timbal balik yang memungkinkan setia pihak mempengaruhi pihak lainnya. Setiap
pihak secara seentak menciptakan pesan yang dimaksudkan untuk memperoleh
respon-respon tertentu dari pihak lainnya.
• komunikasi tidak dapat dibalik (irreversibble) dalam arti bahwa sekali
mengatakan sesuatu dan seseorang telah menerima dan men-decode pesan, tidak
dapat menarik kembali pesan itu dan sama sekali meniadakan pengaruhnya.
Sekali penerima telah dipengaruhi oleh suatu pesan, pengaruh tersebut tidak dapat
ditarik kembali sepenuhnya.
• komunikasi berlangsung dalam konteks fisik dan konteks sosial . ketika interaksi
dengan seseorang, interaksi tidaklah terisolasi, tetapi ada dalam lingkungan fisik
tertentu dan dinamika sosial tertentu. Lingkungan fisik meliputi objek-objek fisik
tertentu.
Konteks sosial merupakan hubungan sosial antara sumber dan penerima. Konteks
sosial mempengaruhi proses komunikasi, bentuk bahasa yang digunakan ,
penghormatan yang ditunjukan kepada sesorang, waktu, suasana hati, siapa berbicara
dengan siapa dan derajat kegugupan atau kepercayaan diri yang diperhatikan orang,
semua itu sebagiam saja dari aspek-aspek komunikasi yang dipengaruhi pleh konteks
sosial.
Artinya, komunikasi manusia tidak terjadi dalam ruang lingkup sosial,komunikasi
terjadi dalam lingkungan sosial yang kompleks. Lingkungan sosial ini mereflesikan
bagaimana orang hidup, bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan
sosial adalah budaya, dan bila ingin benar-benar memahami komunikasi, harus
memahami budaya.
Tidak ada batasan antara budaya dan komunikasi, seperti yang dinyatakan “Hall”,
Budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya” dengan kata lain ketika
membahas komunikasi dan budaya sulit untuk memutuskan mana yang menjadi suara
mana yang menjadi gemanya, karena mempelajari budaya melalui komunikasi dan
pada saat yang sama komunikasi merupakan refleksi budaya.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,kepercayaan, nilai, makna,
hirarki,agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek
materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi
melalui individu dan kelompok. Budaya menampakan diri dalam pola-pola bahasa
dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan prilaku yang berfungsi sebagai model-model
bagi tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orangorang
tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada suatu
tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.
Harris & Moran6 telah menjabarkan beberapa karakteristik budaya supaya kita dapat
mengidentifikasikan identitas-identitas budaya yang berbeda, antara lain adalah
komunikasi dan bahasa, pakaian dan penampilan, makanan dan kebiasaan makan,
waktu dan kesadaran akan waktu, penghargaan dan pengakuan, hubungan-hubungan,
nilai dan norma , rasa diri dan ruang, proses mental dan belajar, serta kepercayaan dan
sikap. Komunikasi dan bahasa yang dimaksud disini antara lain komunikasi verbal
dan nonverbal. Komunikasi verbal dan nonverbal masing-masing budaya memiliki
keunikan tersendiri dan itulah yang mebedakan kelompok budaya satu dengan yang
lain. Bahasa adalah seluruh bahasa asing yang ada di dunia. Dalam suatu bahasa
tedapat pula dialek, aksen, logat, jargon dan lainnya.
• Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak
dapat dipisahkan,” harus dicatat bahwa studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan
sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi. Menurut
Alo liliweri dalam buku dasar-dasar komunikasi antar budaya, komunikasi
antarbudaya adalah menambah kata budaya ke dalam pernyataan “komunikasi antara
dua orang/ lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan”. proses komunikasi
antarbudaya bahwa semakin besar derajat perbedaan antarbudaya maka semakin
besar pula kita kehilangan peluang untuk meramalkan suatu tingkat ketidakpastian.
Komunikasi sebagai proses (itu salahsatu karakteristik komunikasi) karena
komunikasi itu dinamik, selalu berlangsung dan sering berubah-ubah. Sebuah proses
terdiri dari beberapa sekuen yang dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Semua
sekuen berkaitan satu sama lain meskipu dia selalu berubah-ubah. Jadi pada
hakikatnya proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif dan
transaksional serta dinamis. Komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah
komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua
arah/timbal balik (two way communication) namun masih berada tahap rendah
(Wahlstrom,1992).
baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang bersifat
dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup,
berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi
tertentu. Karena proses komunikasi yang dilakukan merupakan dinamisator atau
“penghidup” bagi proses komunikasi tersebut.
Berikut unsur-unsur proses komunikasi antarbudaya :
• Komunikator
Komunikator dalam komunikasi antar budaya adalah pihak yang memperkasai
komunikasi , artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu kepada pihak lain
yang disebut komunikan. Dalam komunikasi antarbudaya seorang komunikator
berasal dari latar belakang kebudayaan tertentu, misalnya kebudayaan A berbeda
dengan komunikan yang berkebudayaan
• Komunikan
Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang menerima pesan
tertentu. Dia menjadi tujuan/ sasaran komunikasi dari pihak lain (komunikator).
Dalam komunikasi antarbudaya, seorang komunikan berasal dari latar belakang
sebuah kebudayaan tertentu, misalnya kebudayaan
• Pesan
Pesan adalah apa yang ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada
komunikan. Setiap pesan sekurang-kurangnya mempunyai dua aspek utama.
Content dan Treatment, yaitu isi dan perlakuan. Isi pesan meliputi aspek daya
tarik pesan, misalnya kebaruan, kontroversi,argumentatif, rasional bahkan
emosional.dan daya tarik pesan saja tidak cukup, akan tetapi sebuah pesan juga
perlu mendapatkan perlakuan, perlakuan atas pesan berkaitan dengan penjelasan
atau penataan isi pesan oleh komunikator.

• Media
Media dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran
yang dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim melalui media tertulis dan
media massa. Akan tetapi kadang-kadang pesan itu dikirim tidak melalui media,
terutama dalam komunikasi antar budaya tatap muka.
• Efek dan umpan balik
Manusia mengkomunikasikan pesan karena dia mengharapkan agar tujuan dan
fungsi komunikasi itu tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi, termasuk
komunikasi antarbudaya, antara lain memberikan informasi,
menjelaskan/meguraikan tentang sesuatu, memberikan hiburan, memaksakan
pendapat atau mengubah sikap komunikan. Dalam proses tersebut umumnya
menghendaki reaksi balikan yang disebut umpan balik. Umpan balik merupakan
tanggapan balik dari komunikan kepada komunikator atas pesanpesan yang telah
disampaikan. Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam komunikasi antarbudaya
maka komunikator dan komunikan tidak bisa memahami ide, pikiran dan
perasaan yang terkadang dalam pesan terkandung dalam pesan tersebut
• Suasana (Setting dan Context)
Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang kadang-
kadang disebut setting of communication, yakni tempat (ruang,space) dan waktu
(time) serta suasana (sosial/psikologis) ketika komunikasi antar budaya
berlangsung.
• Gangguan (Noise atau Interference )
Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala ssesuatu yang menjadi
penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau
yang paling fatal adalah menguraikan makna pesan antarbudaya. Gangguan
menghambat komunikan menerima pesan dan sumber pesan. Gangguan (noise)
dikatakan ada dalam satu sistem komunikasi bila dalam membuat pesan berbeda
dengan pesan yang diterima.
enam unsur budaya secara langsung mempengaruhi persepsi ketika berkomunikasi dengan
budaya lain yakni :
• Kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes)
Kepercayaan adalah anggapan subjektif bahwa suatu atau peristiwa punya ciri atau nilai
tertentu, dengan atau tanpa bukti. Nilai adalah komponen evaluatif dari kepercayaan kita,
mencakup: kegunaan, kebaikan, estetika, dan kepuasaan .nilai bersumber dari isu filosofis
yang lebih besar yang merupakan bagian dari lingkungan budaya, karena itu nilai bersifat
stabil dan sulit berubah
• Pandangan dunia (worldview)
Pandangan dunia adalah orientasi budaya terhadap Tuhan, kehidupan, kematian, alam
semesta, kebenaran, materi (kekayaan), dan isu-isu filosofi lainnya yang berkaitan
dengan kehidupan. Pandangan dunia mencakup agama dan ideologi. Berbagai agama
dunia punya konsep ketuhanan dan kenabian yang berbeda ideologi-ideologi berbeda
juga punya konsep berbeda mengenai hubungan antarmanusia. Jelas, pandangan dunia
merupakan unsur penting yang mempengaruhi persepsi seseorang ketika berkomunikasi
dengan orang lain, khususnya yang berbeda budaya.
• Organisasi sosial
Oranisasi sosial yang dimasuki, apakah formal dan informal, yang mempengaruhi kita
dalam mempersepsi dunia dan kehidupan ini, yang pada gilirannya mempengaruhi
perilaku kita. Perangkat peraturan (meskipun tidak tertulis ) yang ditetapkan keluarga kita
mempengaruhi cara kita berkomunikasi, begitupun perangkat aturan (tertulis ataupun
tidak) yang ditetapkan pemerintah.
• Tabiat manusia (Human nature)
Pandangan kita tentang siapa kita, bagaimana sifat atau watak kita, juga mempengaruhi
cara kita mempersepsi lingkungan fisik dan sosial kita.
• Orientasi kegiatan
Aspek lain yang mempengaruhi persepsi adalah pandangan tentang aktivitas. Orientasi ini
paling baik diaggap sebagai suatu rentang: dari Being (siapa seseorang) hingga doing
(apa yang dilakukan seseorang ). Dalam suatu budaya mungkin terdapat kecendrungan
ini, namun salah satu biasanya dominan.
• Persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others)
Masyarakat timur pada umumnya adalah masyarakat kolektivis, dalam budaya
kolektivis , diri (self) tidak bersifat unik atau otonom, melainkan lebur dalam kelompok
( keluarga, klan, kelompok kerja, suku, bangsa, dan sebagainya), sementara diri dalam
individualis (barat) bersifat otonom. Akan tetapi suatu budaya sebenarnya dapat saja
memiliki kecendrungan individualis dan kolektivitas, hanya saja, seperti orientasi
kegiatan, salah satu biasanya lebih menonjol.

Anda mungkin juga menyukai