0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tiga unsur utama pembangunan struktur puisi, yaitu unsur intrinsik (tema, amanat, sikap), ekstrinsik (biografi penyair, konteks sejarah dan sosial), dan struktur lapis-lapis norma (bunyi, arti, pengarang).
Dokumen tersebut membahas tiga unsur utama pembangunan struktur puisi, yaitu unsur intrinsik (tema, amanat, sikap), ekstrinsik (biografi penyair, konteks sejarah dan sosial), dan struktur lapis-lapis norma (bunyi, arti, pengarang).
Dokumen tersebut membahas tiga unsur utama pembangunan struktur puisi, yaitu unsur intrinsik (tema, amanat, sikap), ekstrinsik (biografi penyair, konteks sejarah dan sosial), dan struktur lapis-lapis norma (bunyi, arti, pengarang).
Ada 2 cara melihat unsur atau struktur pembangunan puisi. Pertama, melihat unsur dari sisi fisik puisi yang disebut unsur dalam (intrinsik) dan melihat dari luar puisi (ekstrinsik), kedua dengan melihat puisi dari kenyataan (fenomena) puisi yang terdiri dari atas unsur bunyi, unsur arti dan unsur pengarang. A. UNSUR INTRINSIK PUISI Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun puisi dari dalam, atau dari wujud puisi itu sendiri. Di antara unsur pembangunan dari dalam itu ialah : 1. Tema Seperti prosa dan drama, puisi pun memiliki tema yang berisi persoalan yang mendasari suatu karya sastra. Tema munculnya pada awal, sebelum penyair menulis puisinya. Tema merupakan dorongan yang kuat yang menyebabkan penyair mengungkapkan apa yang dirasakannya melalui puisi. Untuk menentukan tema pada puisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara melihat judul puisinya karena ada puisi yang di dalam judulnya sudah menampakkan tema. Biasanya judul puisi dijadikan tema dan larik-lariknya merupakan penjelas. Contoh puisi Hamid Jabbar: Doa Rasa tak berdaya juga terasa Duh aduh Ya Rabbi Kukuhkan padaku Taqwa! Untuk memberikan beberapa kategori tema yaitu: a. ketuhanan (religius) b. kemanusiaan c. patriotisme d. cinta tanah air e. cinta kasih pria dan wanita f. kerakyatan dan demokrasi g. keadilan sosial (protes sosial) h. pendidikan (budi pekerti) 2. Amanat Amanat dalam puisi juga sering disatukan dengan sikap karena amanat diperoleh pembaca setelah pembaca atau penikmat menyelesaikan bacaan puisinya. Oleh karena dilihat dari sisi pembaca maka amanat akan mempengaruhi sikap, cara pandang, dan wawasan pembacanya. Dengan dasar itu amanat dapat diungkapkan dengan berbeda-beda pula. Misalnya, dari contoh puisi “Doa” di atas, pembaca dapat merumuskannya, seperti beberapa contoh rumusan tema berikut: a. Sulitnya berdoa secara khusyuk b. Kebutuhan yang luar biasa manusia kepada doa c. Sulitnya menggapai ketakwaan walau hanya sekedar berdoa d. Usaha manusia perlu diiringi dengan doa e. Untuk berdoa saja manusia harus berjuang sekuat tenaga 3. Sikap, Suasana atau Nada, dan Perasaan dalam Puisi Pembacaan puisi dapat dilakukan tanpa suara, hanya sekedar untuk dinikmati pembacanya saja atau dibaca dengan suara keras, bisa juga dideklamasikan. Nada dan perasaan dalam puisi merupakan ekspresi penyair dalam menyampaikan apa yang dirasakan dalam hatinya. Jadi, unsur sikap atau suasana, atau nada, atau perasaan dalam puisi adalah ekspresi perasaan penyair yang disampaikan dalam bentuk nada-nada yang menimbulkan keindahan. 4. Tipografi Tipografi adalah ukiran bentuk puisi yang biasanya berupa suasana baris ke bawah. Ada juga penulis yang menyebut istilah tipografi dengan sebutan tata wajah puisi. Tipografi ini banyak terdapat pada puisi modern yang sering disebut dengan istilah puisi mbeling, puisi kontemporer atau ada juga yang menyebutnya dengan puisi konkret. 5. Enjabemen Enjabemen adalah pemindahan bagian kalimat pada larik berikutnya sehingga menimbulkan nuansa makna. Fungsi enjabemen mempererat hubungan antarlarik sehingga makna antarlarik itu menjadi utuh. 6. Akulirik Akulirik adalah tokoh yang berbicara dalam puisi. Tokoh itu bisa pengarangnya, bisa pula bukan, dalam arti pengarang mewakilkan tokoh puisi yang dikarangnya kepada tokoh tertentu, atau tokoh lain. Ciri akulirik terdapat kata ganti : aku, kamu, dan kita. 7. Rima atau Persamaan Bunyi Rima adalah persamaan bunyi yang berulang secara teratur pada kata yang letaknya berdekatan di dalam satu larik atau antarlarik. 8. Citraan atau Pengimajian Citraan atau pengimajian adalah susunan kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang ditanyakan oleh penyair. Citraan yang disajikan dalam beberapa bentuk citraan yaitu, penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan. 9. Gaya Bahasa, Irama atau Ritme Cara khas yang dipakai penyair untuk menimbulkan efek estetis pada karya puisi yang dihasilkannya. Pengulangan kata meliputi repetisi dan diksi, serta dalam bentuk pengulangan kalimat memiliki gaya implisit dan retorika. Ada juga membagi gaya bahasa yang khas ini menjadikan makna kias, lambang, dan persamaan bunyi atau rima.
B. UNSUR EKSTRINSIK PUISI
Unsur ekstrinsik ini cukup berpengaruh terhadap keutuhan puisi. Oleh karena itu, disebut unsur luar, tetapi sangat mempengaruhi totalitas puisi. Unsur ekstrinsik ini terdiri atas : unsur biografi penyair, unsur kesejarahan dan unsur kemasyarakatan. C. STRUKTUR LAPIS-LAPIS NORMA Unsur yang disebutkan dalam penelaahan puisi dari sisi fenomena puisi ini diberi istilah lapisan norma, berdasarkan wujud puisi yang berbentuk berlapis-lapis. 1) Lapis bunyi, yaitu bunyi kata, kelompok kata, kalimat dan bait. 2) Lapis arti yaitu wujud puisi yang berada pada lapisan kedua berupa makna tiap rangkaian huruf, kata, kelompok kata, kalimat, dan bait. 3) Lapisan pengarang, yaitu hal-hal yang berasal dari sisi pengarang yang turut memperkuat keindahan hasil karyanya, seperti imajinasi dan suasana ucapan tak langsung berupa kiasan-kiasan yang memperkaya puisi.