PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pembangunan ekonomi suatu negara tidak dapat dilepaskan dari sektor
keuangan. Sektor keuangan dapat berperan dalam menjalankan fungsinya sebagai
intermediary function. Dalam pembangunan sektor keuangan, suatu negara
dihadapkan pada kondisi sektor keuangan yang mengalami pendalaman (financial
deepening) dan sektor keuangan yang mengalami pendangkalan.
Keberadaan sektor keuangan dalam perekonomian dapat dilihat dari
beberapa indikator. Pendapat yang dikemukakan oleh Lynch (1996:3-33)
menunjukkan bahwa terdapat 5 indikator untuk mengetahui perkembangan sektor
keuangan suatu negara, yakni; indikator kuantitatif, indikator struktural, indikator
harga, indikator skala produk dan indikator biaya transaksi.
Berkaitan dengan indikator kuantitatif tersebut, perkembangan sektor
keuangan dalam perekonomian dapat diukur dengan engan menggunakan rasio
antara aset keuangan dalam negeri terhadap PDB (seperti: rasio M1/GDP,
M2/GDP, M3/GDP, M4/GDP). Rasio yang semakin besar menunjukkan semakin
dalam sektor keuangan suatu negara (financial deepening). Sebaliknya semakin
kecil rasionya menunjukkan semakin dangkal sektor keuangan suatu negara
(shallow finance). Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai
apabila sektor keuangan yang mengalami financial deepening.
B. Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian mengenai finansial deepening..?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi finansial deepening...?
3. Bagaimana perkembangan pendalaman keuangan di Indonesia...?
C. Tujuan.
1. Untuk memamhami pengertian finansial deepening.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi finansial deepening.
3. Untuk mengetahui perkembangan pendalaman keuangan di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
perkembangan pasar keuangan, pengembangan lembaga keuangan dan
peningkatan keragaman instrumen keuangan.
Pendalaman keuangan dapat memiliki efek makroekonomi bagi suatu
negara. Pendalaman keuangan umumnya dapat meningkatkan rasio jumlah uang
beredar terhadap PDB atau beberapa indeks harga. Ini bisa berdampak pada
peningkatan likuiditas. Memiliki akses ke uang dapat memberikan lebih banyak
peluang untuk investasi dan pertumbuhan.
Sistem keuangan yang berkembang memperluas akses ke dana; sebaliknya,
dalam sistem keuangan yang belum berkembang, akses ke dana terbatas dan
masyarakat dibatasi oleh ketersediaan dana mereka sendiri dan harus
menggunakan sumber informal yang berbiaya tinggi seperti pemberi pinjaman.
Semakin rendah ketersediaan dana dan semakin tinggi biayanya, semakin sedikit
kegiatan ekonomi yang dapat dibiayai sehingga menurunkan pertumbuhan
ekonomi yang dihasilkan.
Keberadaan sektor keuangan dapat dilihat dari beberapa indikator dalam
perkembangannya. Dalam hal ini terdapat beberapa pandangan mengenai
indikator untuk mengetahui perkembangan sektor keuangan di suatu negara.
Diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Lynch (1996:3- 33) yang
menyatakan terdapat 5 indikator untuk mengetahui perkembangan sektor
keuangan suatu negara, yakni :
1) Ukuran Kuantitatif (Quantity Measures)
Indikator kuantitatif bersifat moneter dan kredit, seperti rasio uang dalam
arti sempit terhadap PDB, rasio uang dalam arti luas terhadap PDB dan
rasio kredit sektor awsata terhadap PDB. Indikator kuantitatif ini untuk
mengukur pembangunan dan kedalaman sektor keuangan.
2) Ukuran Struktural (Structural Measures)
Indikator struktural menganalisa struktur sistem keuangan dan menentukan
pentingnya elemen-elemen yang berbeda-beda pada sistem keuangan.
Rasio-rasio yang digunakan sebagai indikator adalah : rasio uang dalam arti
luas terhadap PDB, rasio pengeluaran pasar sekuritas terhadap uang dalam
arti luas.
3) Harga sektor keuangan (Financial Prices)
Indikator ini dilihat dari tingkat bungan kredit dan pinjaman sektor riil.
4) Skala Produk (Product Range)
3
Indikator ini dilihat dari berbagai jenis-jenis instrumen keuangan yang
terdapat di pasar keuangan, seperti ; produk keuangan dan bisnis
(commercial paper,corporate bond, listed equity), produk investasi, produk
pengelolaan risiko dan nilai tukar luar negeri.
5) Biaya Transaksi (Transaction Cost)
Indikator ini dilihat dari spread suku bunga
Berkaitan dengan indikator kuantitatif untuk melihat perkembangan sektor
keuangan dalam pembangunan dengan menggunakan rasio antara aset
keuangan dalam negeri terhadap PDB (seperti : rasio M1/GDP, M2/GDP,
M3/GDP, M4/GDP), maka perkembangan dalam rasio aset keuangan
terhadap PDB menunjukkan pendalaman keuangan. Perkembangan yang
semakin besar dalam rasio tersebut menunjukkan semakin dalam sektor
keuangan suatu negara. Sebaliknya semakin kecil rasio tersebut
menunjukkan semakin dangkal sektor keuangan suatu negara. Pendalaman
keuangan (financial deepening) menurut Shaw (1973) merupakan
akumulasi dari aktiva-aktiva keuangan yang lebih cepat dari pada akumulasi
kekayaan yang bukan keuangan (Kitchen, 1988:14). Pendalaman keuangan
ditunjukkan oleh semakin besarnya rasio antara jumlah uang beredar (M2)
dengan PDB. Sebaliknya semakin kecil rasio antara jumlah uang beredar
(M2) dengan PDB menunjukkan semakin dangkal sektor kuangan suatu
negara.1
1
Lynch, David, 1996,”Measuring Financial Sector Development,hlm.3
2
Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional, Edisi Pertama, BPFE-
Yogyakrata,hlm.157
4
mengambang fluktuasi nilai tukar mata uang dapat berdampak pada
perekonomian. Suatu apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing
dapat menyebabakan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan
barang dan jasa. Bila terjadi keadaan over demand, maka hal tersebut dapat
mengakibatkan inflasi yang tinggi. Sedangkan apabila mata uang uang
domestik mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, maka yang hal
tersebut dapat mengakibatkan masyarakat akan terus memburu mata uang
asing. Kondisi ini dikarenakan masyarakat akan menyimpan sebagian
kekayaan dalam bentuk mata uang asing. Sehingga secara umum depresiasi
nilai tukar mata uang akan berdampak negatif terhadap financial deepening.
b. Pengaruh Pendapatan Nasional.
Dalam pengertian ekonomi mikro pendapatan merupakan insentif yang
diperoleh masyarakat dari kegiatan usahanya. Semakin tinggi pendapatan
menunjukkan semakin besarnya insentif yang diterima masyarakat dalam
kegiatan ekonomi. Pendapatan yang tinggi tersebut pada akhirnya berdampak
pada semakin tinggi pula permintaan terhadap barang dan jasa dalam
perekonomian. Dalam konteks makro ekonomi pendapatan diartikan sebagai
keseluruhan barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh perekonomian
suatu negara pada suatu periode waktu tertentu. Pendapatan yang tinggi
menandakan bahwa output yang dihasilkan oleh perekonomian menjadi
meningkat. Secara umum semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan
semkain meningkatkan financial deepening.
c. Pengaruh Tingkat Bunga.
Berkaitan dengan peranan tingkat bunga terhadap pendalaman keuangan
(financial deepening), maka McKinnon dan Shaw pada tahun 1973
menguraikan suatu teori yang dijadikan dasar bagi pengambilan kebijakan di
sektor keuangan di negara sedang berkembang pada tahun 1980-an
Pandangan McKinnon dan Shaw mengenai peranan suku bunga sangat terkait
dengan adanya kebijakan represi keuangan (financial repression) yang terjadi
dalam perekonomian suatu negara. Menurutnya represi keuangan yang salah
satunya adalah ditandai oleh adanya pembatasan dalam tingkat bunga (suku
bunga riil rendah) dalam perekonomian, justru dapat menyebabkan
rendahnya minat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank dan pada
akhirnya suplai dana investasi akan berkurang.
5
Guna mengatasi hal tersebut, maka McKinnon dan Shaw merekomendasikan
kebijakan liberalisasi keuangan yakni dengan adanya kebijakan tingkat bunga
sesuai dengan mekanisme pasar. Kenaikan tingkat bunga berarti adanya
peningkatan insentif yang dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga
masyarakat akan terdorong untuk menyimpan dananya di bank. Hal ini
berarti adanya akumulasi modal yang dapat digunakan untuk pembiayaan
pembangunan. Secara lebih rinci uraian McKinnon dan Shaw mengenai
liberalisasi keuangan dapat dilihat pada gambar berikut (Fry, 1995:24).
r2
r1 -------------------------------------------------------------F’
r0 F
0 10 11 12 tingkat tabungan
tingkat investasi
Perkembangan sektor keuangan negara dapat diukur dari besarnya rasio keuangan
sektor keuangan terhadap PDB. Indikataor keuangan tersebut seperti jumlah uang
beredar (monay supply) dalam ukuran M1, kuasi monay (QM) dan M2. Apabila
dilakukan pengukuran terhadap pendalaman keuangan berdasarkan pada indikator
tersebut, maka hasilnya dapat diperoleh dari rasio jumalah uang beredar terhadap
PDB. Indikator tersebut akan menghasilkan angka yang menjelaska besarnya
pendalaman keuangan di Indonesia. Semakin besar rasio terhadap pendalaman
keuangan menggambarkan semakin besar pula keterlibatan masyarakat terhadap
sektor keuangan. Selanjutnya, porsi besar yang terjadi pada rasio keuangan
tersebut mencerminkan pula tingkat monetisasi dalam perekonomian yang
semakin meningkat pula. Adapun gambaran dari perkembangan dalam
pendalaman keuangan di Indonesia dapat di lihat pada gambar berikut:
Chart Title
70
60.4
57 58
60
53 53
49 49 51
48 48 47
50 45 45
43 43 42 42
41
38.95 40.2 39 38 37 37 37 37 39 40.1
40 36
33
30 29 28 29
30 27 27
20
10.7 10.8 10.8 10.6 10.7 10.5 10.4 10.3 10.4 10.5 10.4 10 10 10.6 10.5 10.4 10.2 10.4
10
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2005 2006 2007 2009 2010 2011 2012
10 20 70
7
Dalam gambar tersebut dapat menjelaskan bahwa M1 adalah uang beredar dalam
arti sempit. Komponen M1 dalam sektor keuangan di Indonesia meliputi:
a. uang kartal diluar bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR);
disisi lain, quasi monay meliputi simpanan bejangka dan tabungan masing-
masing dalam bentuk rupiah dan valuta asing. M2 adalah penjumlah dari M1 dan
quasi monay di Indonesia.
Dalam kurun waktu tahun 1995-2012, terjadi berbagai peristiwa ekonomi luar
negri yang membrikan efek menular ( contgion effect) terhadap perokonomian
domestik. Efek menular ini dapat mempengaruhi knerja perekonomian baik dlam
skala makro maupun dlam skala mikro. Gambar diatas tersebut menunjukkan
bahwa pada saat krisis ekonomi melanda perekonomian nasional pada tahun
1997/ 1998, perkembangan pendalaman keuangan di Indonesia mencapai
puncaknya, yakni pada angka 60,4%. Hal ini berarti bahwa jumlah uang yang
beredar derdapat pada perekonomian meningkat seiring dengan peningkatan PDB
Indonesia. Kondisi ini dapat terjadi karna pada saat krisis ekonomi tersebut,
otoritas moneter mencrapkan kebijakan moneter yang kontraktif dengan cara
menaikkan tingkan bunga bank. Kebijakan ini digunakan dalam tujuan untuk
menarik dana masyarakat keinstrumen penyimpanan uang yang ada di bank
seperti tabungan dan deposito. Upaya ini juga dimaksudkan agar masyarakat pada
8
saat itu tidak terus memburu mata uang asing US$ sehingga kurs Rp/US$ dapat
mengalami apresiasi dalam perkembangannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Financial Deepening adalah pendalaman keuangan yang istilahnya
digunakan oleh para ekonom untuk merujuk pada peningkatan penyediaan jasa
keuangan. Pendalaman keuangan ini merujuk pada pilihan layanan yang lebih
luas dan akses yang lebih baik untuk kelompok sosial ekonomi yang berbeda.
Keberadaan sektor keuangan dapat dilihat dari beberapa indikator dalam
perkembangannya Diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Lynch (1996:3-
33) yang menyatakan terdapat 5 indikator untuk mengetahui perkembangan sektor
keuangan suatu negara, yakni : Ukuran Kuantitatif, ukuran strukturan, harga
sektor keuangan, skala produk, biaya transaksi.
Adapun faktor yang mempengaruhi finansial deepening yaitu: nilai tukar
mata uang, pendapatan nasiaonal, tingkat bunag. Guna mengatasi hal tersebut,
maka McKinnon dan Shaw merekomendasikan kebijakan liberalisasi keuangan
yakni dengan adanya kebijakan tingkat bunga sesuai dengan mekanisme pasar.
Kenaikan tingkat bunga berarti adanya peningkatan insentif yang dapat dinikmati
oleh masyarakat, sehingga masyarakat akan terdorong untuk menyimpan dananya
di bank. Hal ini berarti adanya akumulasi modal yang dapat digunakan untuk
pembiayaan pembangunan.
Perkembangan sektor keuangan negara dapat diukur dari besarnya rasio
keuangan sektor keuangan terhadap PDB. Indikataor keuangan tersebut seperti
jumlah uang beredar (monay supply) dalam ukuran M1, kuasi monay (QM) dan
M2. Apabila dilakukan pengukuran terhadap pendalaman keuangan berdasarkan
pada indikator tersebut, maka hasilnya dapat diperoleh dari rasio jumalah uang
beredar terhadap PDB. Indikator tersebut akan menghasilkan angka yang
menjelaska besarnya pendalaman keuangan di Indonesia.
9
DAFTAR PUSTAKA
Lynch, David, 1996,”Measuring Financial Sector Development : A Study of
Selected Asia Pacific Countries”, Developing Economies, No.XXXIV-1,Maret
: 3-33
Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional, Edisi Pertama,
BPFE-Yogyakrata.
Mukhlis, Imam, 2015. Ekonomi Keuangan Dan Perbankan, Salemba Empat,
Jakarta Selatan.
10