Perbedaan Dan Persamaan Visum Et Reprtum Dengan Autopsi
Perbedaan Dan Persamaan Visum Et Reprtum Dengan Autopsi
NPM : 1940501081
A. Visum Et Repertum
1. Definisi Visum et Repertum
Visum et Repertum adalah istilah yang dikenal dalam Ilmu Kedokteran
Forensik, biasanya dikenal dengan nama “Visum”. Visum sendiri berasal dari Bahasa
Latin yaitu “Visa”. Dalam arti etimologi atau tata Bahasa, kata “Visum” atau “Visa”
berarti tanda melihat atau melihat yang artinya penandatanganan dari barang bukti
tetang segala sesuatu hal yang ditemukan, disetujui, dan disahkan. Sedangkan
“Repertum” berarti melapor yang artinya apa yang telah didapat dari pemeriksaan
dokter terhdap dokter. Sehingga secara etimologi Visum et Repertum adalah apa yang
dilihat dan ditemukan. Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai
laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang
berwajib untuk kepentingan peradilan tetang segala hal yang dihilat dan ditemukan
menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Visum et Repertum merupakan keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter
atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap
seseorang manusia hak hidup maupun mati ataupun bagaian dari tubuh manusia,
berupa temuan dan interprestasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan
peradilan.
Penyidik yang dimaksud ialah penyidik yang sesuai dengan pasal 6 ayat (1) butir
a, yakni penyidik yang pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Penyidik ini adalah
penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk dalam pidana yang berkaitan dengan
Kesehatan dan jiwa manusia. Oleh sebab itu Visum et Repertum merupakan
keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan Kesehatan jiwa manusia,
maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta Visum et Repertum,
karena mereka mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan Undang-Undang
yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.
3) Jenis Autopsi
Berdasarkan tujuannya, Autopsi dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Autopsi anatomi
Autopsi anatomi adalah Autopsi yang dilakukan oleh mahasiswa
dibawah bimbingan langsung dari pakar dokter anatomi di labolatorium
fakultas kedokteran. Disiplin ilmu ini bertujuan agar mengetahui berbagai
jaringan dan susunan tubuh manusia . sarjana kedokteran harus mengetahui
oragan dan jaringan tubuh manusia melalui proses pembelajaran disiplin
ilmu ini. Pada umumnya tubuh manusia yang dignakan untuk melakukan
autopsi adalah jasad yang tidak bernyawa yang berasal dari korban
kecelakaan dan jasad dari korban kejahatan.
Sehingga untuk mendukung proses pembelajaran dibidang ilmu
anatomoi, fakultas kedokteran di Indonesia banyak menggunakan jasad yang
diawetkan. Dalam hal ini yang digunakan adalah jasad yang tidak diketahui
ahli warisnya atau seseorang yang sejak awalnya telah memberikan
persetujuan pengembangan ilmu Kesehatan dengan membuat surat
pesetujuan acara tertulis. Autopsi anatomi dapat dilakukan di rumah sakit
pendidkan, dilakukan oleh dokter sesuai dengan keahliannya dan mayat harus
diawetkan terlebih dahulu.
2) Autopsi klinis
Autopsi klinis dilakukan untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan pelayanan Kesehatan. Tujuan autopsi klinis adalah untuk
melakukan diagnosis sehingga dapat menyimpulkan penyebab kematian
seseorang. Autopsi klinis dikerjakan terjadap pasien yang sudah meninggal
dunia seelah dirawat disuatu Rumah Sakit atau pusat-pusat Kesehatan
lainnya. Tajuan melakukan autopsi klinis adalah:
a) Untuk menemukan kerusakan (aptologis) terhadap tubuh pasien
b) Untuk menemukan penyebab kematian seseorang
c) Untuk menemukan kesesuaian antara diagnose klinis dengan hasil
pemeriksaan post-mortem
d) Untuk menentukan obat-obat yang dimasukkan kedalam tubuh pasien
e) Untuk melihat penyakit yang ada didalam tubuh pasien
f) Untuk menemukan obat atau terapi untuk menyembuhkan penyakit yang
serupa
g) Untuk mengetahui kelainan pada organ dan jaringan tubuh akibat dari
suatu penyakit
Dalam menjalankan autopsi klinis biasanya dilakukan pemeriksaan
secara lengkap, misalnya pemeriksaan bakteriologi, histopatologi, serologi,
mikrobiologi, toksikologi, dan lainnya penemuan jenis-jenis penyakit dan
terapi yang dilakukan berkat hasil Autopsi klisnis yang telah dijalankan
diberbagai rumah sakit dari dulu hingga sekarang.
3) Autopsi forensik
Autopsi forensik tau disebut juga dengan bedah mayat kehakiman.
Autopsi kehakiman hanya dapat dilakukan apabila ada perintah dari pihak
penyidik yang menangani suatu perkara pidana yang berhubungan dengan
kematian seseorang, umumnya, Autopsi forensik dikerjakan terhadap korban
yang mati secara tidak wajar seperti korban pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, keracunan atau seseorang yang meninggal dunia secara tiba-tiba.
Autopsi tersbeut paling sering dilaksanakan untuk kepentingan penegakkan
hukum ataupun pembuktian hukum di pengadilan.