BLOK
EMERGENCY
MIKROBIOLOGI
VIRUS DENGUE – dr. Titiek
ARBOVIRUS j MK: demam, demam+perdarahan, shock, ensefalitis
j Dengue Æ demam dengan perdarahan diakhiri shock
DENGUE FEVER j Berkaitan dengan komunitas
j Penyebab: dengue virus serotype 1, 2, 3, 4 Æ tidak ada imunitas silang Æ dapat terinfeksi serotype lain pd infeksi ke-2 Æ sulit untuk membuat vaksin (krn
vaksin harus dapat membentuk ab thd 4 serotype)
j Symptoms: demam, sakit kepala, skin rash, nyeri otot, dll
j Penyebaran: tgt nyamuk, Aedes aegypti, Aedes albopictus Æ vector
j Angka kematian 5-10% dan bs meningkat karena kebanyakan infeksi yg kedua/lebih terutama disertai shock
TRANSMISI j Orang sehat Æ nyamuk
j Org sakit Æ nyamuk Æ org sakit
DENGUE VIRUS j Termasuk flaviviridae Æ menularkan tidak hny 1 penyakit
j Bentuk bulat
j Mampu mengalutinasi sel darah merah
j Tidak tahan panas & bahan kimia
j Replikasi di sitoplasma dan melakukan pasase di RES
j Mempunyai envelope & Dilindungi oleh nucleocapsid
j Genom ssRNA polaritas (+)
j Untuk melihat di lab yg dilihat protein Æ NS1 (+) = dengue (+)
PATHOGENESIS j Nyamuk yang mengandung virus Æ melepaskan virus melalui saliva Æ virus masuk mencari reseptor yg sesuai yaitu MONOSIT Æ berkembang disitoplasma
+ + + +
PATHOGENESIS j Virus menginfeksi monosit Æ akibatnya CD4 dan CD8 (Limfosit T) Teraktivasi Æ CD8 (limfosit T) Æ serang monosit dan berinteraksi dengan CD4 Æ
Cytokine teraktivasi (IL-1, IL-2, TNF-α) Æ Permeabilitas kapiler meningkat (cairan yg keluar) Æ sebabkan hemorrhagic dan syok syndrome (lebih hebat lagi
pada infeksi yang kedua)
j Petekhi Æ dipencet hilang trs muncul lagi (karena permeabilitas kapiler yg meningkat)
j Secondary heterologous dengue infection hypothesis/ The sequential infection hypothesis
- Terjadi pada individu yang terinfeksi kedua kali dengan serotype yang berbeda Æ sehingga sudah ada Ab dalam tubuh, akan terbentuk komplex AgAb
Æ Ag tidak dapat dimusnahkan shg komplemen teraktifasi Æ bisa tjd lisis sel
- Pada anak-anak dapat terjadi karena mendapat Ab dengue dari ibu secara pasif (Ab maternal)
- Kondisi pasien mendadak buruk Æ DSS, Syok, hemokosentrasi
j Ab tidak nenetralisasi virus (amnestik Ab) Æ terbentuk Ag-Ab kompleks yang meningkat:
- Mempercepat masuknya virus pada sel monosit Æ membantu penyebaran virus lebih cepat
- Komplemen teraktivasi Æ dilepaskan zat-zat anafilatoksik (C3a, C5a) Æ permeabilitas dinding kapiler meningkat Æ perembesan plasma
- Kompleks Ag-Ab menempel pada trombosit Æ trombosit dimusnahkan oleh SRE terutama dalam hati dan limpa ÆPenurunan jumlah dan fungsi
trombosit (trombositopenia)
- Trombosit melepaskan faktor (12: mengubah protrombin jd trombin) yang mengaktivasi sistem koagulasi Æ DIC meluas dan kerusakan hati
- Kerusakan endotel pembuluh darah, merangsang aktivasi faktor-faktor pembekuan Æ renjatan hipovolemik, perdarahan dan asidosis
DIAGNOSIS j Serologi j Kultur, isolasi:
- CFT - Intra cerebral inoculation at baby mouse
- Netralisasi test - Mammalia cell culture (LLC-MK2)
- Mc ELISA - Intra thoracal inoculation at mosquito
- IgG ELISA - Hemagglutinin inhibition test
- Dengue rapid test Æ NS1
- PCR
j Direct detection test
PREVENTION j Mengontrol vektorÆ fogging
TREATMENT j Antiviral: target RNA dependent RNA polymerase
thorax :
Ae. Aegypti, ada
gambaran lyre
Ae. Albopictus, ada garis
longitudinal
Aegypty Albopictus
METAMORFOSIS j Telur diletakan satu persatu didinding tempat perindukan, sekitar 1-2 cm diatas
permukaan air Æ saat menetas larva lsg masuk air
j Lebih menyukai permukaan dinding yg kasar dan warna yg lebih gelap
j Larva masih makan
j Pupae tidak makan
j Siklus hidup 8-10 hari di suhu ruang
j Betina biasanya meletakaan 100-200telur dalam hidupnya 3-4x
j Telur diletakkan di tempat2 air bersih
j Telur yg diletakan di dinding tahan kering hingga 6 bulanÆ sehingga sulit
diberantas
j Nyamuk jantan & betina hidup dari sari-sari tumbuhan, tp bila betina mau bertelur
membutuhkan darah
j Mengigit pd siang hari: jam 8.00-10.00 atau 15.00-17.00 Æ jam istirahat
x Patognomoni appendisitis Æ nyeri epigastrium pindah ke kanan bawah Æ karena berhubungan dengan
persyarafan T10 & L1 maka diawali di epigastrium
Appendisitis akut
Appendisitis pecah Æ peritonitis Æ ada dipans muskular (perut papan)
x Obstruksi Æ tidak bisa BAB, muntah, kembung secara bersamaan
PF: auskultasi ada “metalic sound” spt koin jatuh Æ merupakan usaha usus utk melepaskan obstruksi
x Nyeri dipusar Æ kemungkinan usus halus
x Pinggang belakang Æ ginjal
x Nyeri Kanan atas Æ ditekan sakit Æ “murphy sign” + kuning Æ kolik kandung empedu
- Nama
- usia (pd orgtua dan anak berbeda akut abdomennya)
x pada anak paling sering akut appendisitis yang pecah
x dewasa, tumor
x kehamilan, KET
- jenis kelamin (laki dan perempuan berbeda)
x obsgyn: KET, ruptur kista ovarium, kista torsi, dll
GEJALA LAIN j Berhubungan dengan GIT Æ mual muntah, hilang nafsu makan, diare, konstipasi
j Jaundice
j Dll
PEMERIKSAAN j Vital sign
FISIK j Inspeksi:
- Cullen’s sign Æ tanda diumbilikus Æ pankreatitis
- Gray turner sign
- Ekimosis
j Palpasi
- Nyeri tekan psoas sign
- Nyeri lepas: pd apendisitis Obturator sign
- Dipan muskular
- Murphy sign
- Pembengkakan , massa Rovsing sign
j Æ iskemik Æ puntiran pda kolon Æ nyeri terus menerus lebih cepat menyebabkan kematian
j Invaginasi (pd anak)Æ BAB lendir darah (tanpa feses), kalau disentri (dengan feses)
TINDAKAN j Dx harus cepat
j Golden period 6 jam
PATOFISIOLOG j kehilangan darah Æ kompensasi berupa vasokonstriksi progresif dari kulit, otot, sirkulasi visera Æ utk menjamin arus darah ke ginjal, jantung, otak
I KEHILANGAN j cedera Æ respon thd kehilangan vol. darah Æ peningkatan detak jantung utk menjaga output jantung (takikardi) Æ pelepasan katekolamin utk meningkatkan
DARAH tahanan pembuluh darah perifer Æ meningkatkan perfusi organ
j hormone yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu terjadi syok, termasuk histamine, bradykinin, beta endorphin, cytokine Æ utk
mikrosirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah
j pada syok perdarahan yang masih dini, mekanisme kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara kontraksi pembuluh darah
didalam system vena
j pada tingkat seluler: sel dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat, tdk mendapat substrat essensial yang sangat diperlukan utk metabolism aerobic normal
dan energy
j pada keadaan awal terjadi kompensasi dengan berpindah ke metabolism anaerob hal mana mengakibatkan terbentuknya asam laktat dan berkembangnya
asidosis metabolic
j bila syok berkepanjangan dan pembentukan ATP tidak memadai Æ membrane sel akan rusak
j pembengkakan reticulum endoplasmic (RES):
merupakan tanda hipoksia seluler Æ Na dan air memasuki sel Æ sel membengkak Æ menambah edema jaringan dan mematikan sel Æ memperberat dampak
kehilangan darah dan hipoperfusi
pemberian larutan elektrolit isotonus dalam jumlah yg cukup akan membantu melawan proses tsb. Æ cairan RL di loading (guyur) bs dipasang 2 IV line Æ 3L
harus habis dlm 20 menit
kl sudah lama Æ koloid
PENGELOLAAN j Memberikan oksigenasi yg cukupÆ diberi dengan kanul oksigen 3-8L/menit, kl tdk bisa dgn masker, kl tdk bs jg ventilator
SYOK j Ventilasi
j Resusitasi cairan yg cepat Æ syok hipovolemik/hemoragik
Memberikan cairan isotonus scr cepat untuk mencegah syok irreversible
- Resusitasi dapat diikuti oleh peningkatan edema intersisial, akibatnya untuk resusitasi mungkin diperlukan volume cairan yang lebih besar daripada yang
diantisipasi semula
- Diberi 3L habis dalam 20 menit Æ kalau tidak ada respon berarti perdarahan jauh lebih cepat drpd kekurangan cairan Æ harus dilakukan resusitasi bedah
j Penatalaksanaan awal dari syok diarahkan kepada pemulihan perfusi seluler dan organ dengan darah yg dioksigenasi dengan adekuat
akan timbul keterlambatan dalam mengetahui status syok Æ dilihat dari Thorax: ada TD→ hipotensi →
karena tubuh pny kompensasi Normal/tidak pita hematotorak / tension perdarahan masih
j mekanisme kompensasi dapat mencegah penurunan suara → ditanya bisa pneumotorak → berlangsung
tekanan darah sistolik sampai 30% dari vol darah yg hilang jawab dipasang torakosintesis bisa seharian
j PERHATIAN KHUSUS: hitungan menit hitungan jam
- Denyut nadi
- Laju pernafasan
- Perfusi kulit
- Tekanan nadi (perbedaan sistol diastol)
j Org syok tdk selalu TD rendah
j Kadang detak jantung normal atau bahkan bradikardi dapat ditemukan pd Hipovolemia akut Æ harus dipantau dgn indicator perfusi yang lain
j Takikardi bila,
- Bayi > 160
- Anak usia sebelum sekola >140
- Anak usia sekolah – pubertas >120
- Dewasa >100
- Lansia > 90
j Usia lanjut makin tidak menunjukan takikardi karena terbatasnya respon jantung terhadap stimulasi katekolamin atau penggunaan obat seperti Beta blocker
adrenergic atau ada pacemaker
j Tekanan nadi yang mengecil menandakan kehilangan darah yang cukup banyak dan adanya mekanisme kompensasi
j Periksa nadi jgn hanya frekuensinya, tp juga apakah regular/irregular, besar/kecil
LAB j Hematokrit (Ht) dan Hb turun
j Normal: Ht = 3x Hb
j Ht yang sangat rendah yg diperoleh tidak lama setelah cedera menandakan kehilangan darah banyak atau anemia yang telah ada sebelumnya, sedangkan Ht
normal dapat ditemukan walaupun kehilangan darah cukup banyak
Syok
kardiogenik
j Scr klinis mirip dengan tamponade jantung. Bedanya tension pneumotorax bunyi nafas tidak terdengar pd sisi torax yang terkena dan pada
Tension perkusi hipersonor (karena udara menumpuk)
pneumotorak j Terapi: WSD (water sail drainage)
j Terjadi bila ada udara yang masuk ke rongga torak tetapi karena suatu mekanisme ventil (katup ayun/flap valve) mencegah aliran keluar
KLASIFIKASI
URETHRAL
INJURY
Berhubungan
dengan fraktur
pelvis
batas
POSTERIOR
ANTERIOR
MANAJEMEN: MANAJEMEN:
- Harus operasi segera Æ tdk sembuh spontan - Tidak ada komplikasi lain, hanya rupture buli Æ kateter
- Bocor bisa menyebabkan peritonitis nmr >20 slm 2 minggu, lalu sistografi ulang biasanya
sembuh spontan cabut kateter
- Ada komplikasi, ms fraktur pelvis/robek anus Æ operasi
GEJALA j TRIAS klasik: nyeri tekan suprapubic, tidak bs BAK, hematuria
j Sistografi: dipasang kateter dan dimasukan kontras sebanyak 300cc.
- sebelum masuk kontras di foto polos utk melihat ada/tidak fraktur pelvis
- diisi kontras Æ lihat ada bocor ke intra/ekstra
- kontras dievakuasi, utk melihat sisa urin
TRAUMA URETER j External: kecelakaan
j Internal: iatrogenic
j Periksa BNO IVP Æ IVU
TRAUMA GINJAL j Jarang karena posisi dibelakang, dan dilindungi organ lain
MEKANISME j Tumpul: jatuh ketinggian, kecelakaan, terpeleset
j Tajam: pisau, tembak, iatrogenik
INDIKASI j Makroskopik hematuria
RENAL j Riwayat luka tusuk di dada pinggang abdomen ,Ada jejas dipingang, syok tgt derajat trauma
IMAGING j Mikroksopik hematuria, >5 RBC/lpg pandang
j Riwayat kecelakaan
j Anak
IMAGING j CTscan dengan kontras
j IVU
ANATOMI
THORAX
Berisi:Paru jantung, pembuluh darah. Batas atas leher Æ pleura, batas bawah abdomen Æ diafragma
j Perubahan patofisiologi akibat:
PATOFISIOLOGI - Kegagalan ventilasi
- Kegagalan pertukaran gas pd tingkat alveolar menyebabkan hipoksia Æ otak kekurangan o2 Æ mati batang otak
- Kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik
JENIS TRAUMA
TORAK
-
RANGKUMAN BLOK EMERGENCY | S.F.A 18
- Pada bayi yang ductus ateriosus nya masih ada Æ karena a.v pulmonalis tidak
digunakan
YANG j Cairan dalam alveoli digantikan oleh udara
BIASANYA
TERJADI PADA
KELAHIRAN
SEHINGGA BAYI
MENDAPATKAN
OKSIGEN DARI
PARU-PARU
30 detik TIDAK
Berikan kehangatan
Posisikan; bersihkan jalan napas* (bila
perlu) A
Keringkan, rangsang, posisikan lagi
Beri O2 (bila perlu)
30 detik
Evaluasi pernapasan, frekuensi jantung, Evaluasi
dan warna kulit
Apneu Atau FJ <100 B
30kdeti
Berikan VTP* C
Merangsang pernafasan
KEUNTUNGAN j Memberikan oksigen 100% setiap saat j Selalu akan terisi setelah diremas walau tanpa sumber gas
j Mudah mengetahui lekatan pada wajah pasien j Katup pelepas tekanan mengurangi pengembangan yang
j Kekakuan paru dapat terasa bila balon diremas berlebihan
j Dapat memberikan oksigen aliran bebas 100%
KERUGIAN j Membutuhkan lekatan ketat antara sungkup dan pasien untuk j Tetap mengembang walau tidak terdapat lekatan antara
mempertahankan balon tetap mengembang sungkup dan wajah pasien
j Membutuhkan sumber gas untuk mengembang j Memerlukan pemasangan reservoar oksigen untuk dapat
j Umumnya tidak mempunyai katup pelepas tekanan untuk pengaman memberikan oksigen mendekati kadar 100%
j Tidak dapat memberikan oksigen aliran bebas 100%
↓
bilirubin indirek (dibawa oleh albumin ke hati)
↓
METABOLISME harus dikonjugasi dihepar oleh enzim gluconil transferase
BILIRUBIN ↓
bilirubin direk, baru bisa dikeluarkan
↓
lewat urin (urobilinogen) & feses (sterkobilin)
j Jika bilirubin hanya berputar tidak bs keluar di tubuh Æ siklus enterohepatic
cahaya dengan gelombang 450-460 nanometer Æ sama spt sinar UV pagi sebelum jam set 8
TATALAKSANA
jarak bayi dengan lampu 30-45cm, menggunakan penutup mata krn lampu merusak sel retina mata
Asimptomatik Simptomatik
Undifferentiated fever Demam Dengue (DD) Demam berdarah dengue Expanded dengue
(viral syndrome) (DBD) syndrome
KALSIFIKASI Tidak ada perdarahan kecualiÆ positive tourniquet test Hematocrit rising ≥20%
3
DBD II Sama spt derajat I + manifestasi perdarahan Trombocytopenia <100.000 cells/ mm
Hematocrit rising ≥20%
DBD III Pre-shock Æ nadi mulai cepat, TD teraba palpasi, tekanan nadi menyempit (<20mmHg) Trombocytopenia <100.000 cells/mm3
Tekanan nadi: sistol – diastole Hematocrit rising ≥ 20%
DBD IV Shock Æ nadi tidak teraba, penurunan kesadaran, TD tidak terukur, akral dingin Trombocytopenia <100.000 cells/mm
3
Trombositopenia
EXPANDED DENGUE j Ensefalopati dengue j Infeksi ganda (dual infections) j Miokarditis
SYNDROME j Perdarahan hebat (massive bleeding) j Kelainan ginjal
palpebral superior
Graft retroauricular (Hughes
procedure)
atas normal
bawah abnormal
- Posisi selalu (+) di lead I, II, avF j Tidak isoelektrik Æ ST elevasi dan ST depresi Æ j Gelombang T Æ menggambarkan iskemi
menunjukan adanya infark miokard jantung
EKG ABNORMAL
INFARK MIOKARD HYPERTROPHY
j Sindrome coroner akut: j Pembesaran atrium Æ lihat gelombang P
- Anam: - P (pulmonal) meninggi pd lead I, III, aVF >2.5mm Æ pembesaran atrium kanan
x nyeri dada permanen yang terus menerus menjalar ke dada kiri, iga, rahang, - P (mitral): spt punuk onta Æ pembesaran atrium sebelah kiri
tangan kiri. Bertambah saat aktifitas dan tidak berkurang saat istirahat j Pembesaran atrium kanan
x Ada riwayat pencetus: hipertensi, kolesterol, dll - gagal jantung kanan Æ pasien mitral stenosis
x Berdebar (HR cepat) - pasien kor pulmonal: gangguan pd jantung yang diakibatkan oleh penyakit paru
x Keringat dingin, cemas yg lama spt PPOK
x Mual muntah Æ colitis iskemik j pembesaran jantung kiri
- mitral regurgitasi
j Evolusi terjadi infark miokard akut: ST elevasi dan terakhir tjd T inverted
NSTEMI STEMI
Semua ST depresi Tdp ST elevasi dan ST
depresi Æ bayangan
cermin
j TREATMENT:
- Ventrikel kiri Æ biasanya kasus penyakit jantung hipertensi
Obat anti hipertensi: ACEI / angiotensin reseptor bloker
- Ventrikel kanan Æ PPOK
Obat: golongan dorner (ga jelas suaranya)
Obat-obatan
j ATROPINISASI (Sulfat atropine) Æ jika ada tanda2 simpatis, disebut jg
antidotum tidak langsung, karena tidak mengikat toxin tp bersaing
menempati reseptor
- Pada pasien sadar
Sulfat Atropin (SA) Æ 2 mg IV, kemudian 0,5 mg/30 menit utk 2 jam
pertama (4 mg), selanjutnya 0,25 mg / 8 jam sampai tercapai
Atropinisasi
- Pasien tdk sadar
SA 4 mg IV (loading dose) kemudian 2 mg IV/30 menit sampai
o.s sadar, kemudian diteruskan 0,5 mg IV/30 menit sp
Atropinisasi (evaluasi tiap 6 jam & k/p berikan 0,25 mg / 6 jam)*
j PRALIDOKSIM
- Antidotum yang spesifik, krn mengikat toxin
RANGKUMAN BLOK EMERGENCY | S.F.A 44
- senyawa oksim yi: reaktivator cholinesterase spesifik utk mengikat
insektisida o.p yg msh bebas dlm darah setelah tercapai Atropinisasi
(sesudah pemberian S.A / bersamaan dgn S.A)
- dapat menstimulasi pembentukan cholinesterase
- diberikan sesudah SA atau setelah atropinisasi Æ 6-12jam
setelahnya
- diberikan 24-48 jam pertama, 1-2 gr per infus (30 mg /kg BB)
j ANTI KONVULSIF (anti kejang)
DIAGNOSIS j Tdk sulit o.k riwayat & klinis mudah dikenali j Dukungan yang minimal
j Sifat penyakit ini kronis kambuhan j Tahapan proses pemulihan yang panjang
j Merupakan Brain Disease j Komplikasi fisik maupun psikologis akibat penggunaan narkoba
j Adanya “Addict Personality” Î Menjadi pertimbangan dalam penentuan modalitas terapi yang tepat
KOMPLIKASI j Transmisi penyakit: hepatitis dan HIV/Aids
j Rentan thd infeksi opportunistic Æ TB >>, pneumonia, candidiasis, toxo
TERAPI j Detoksifikasi Æ utk abstinen sindrom
BERHENTI SEKETIKA (COLD SIMPTOMATIK SUBSITUSI NON OPIOID SUBSITUSI GOLONGAN OPIOID
TURKEY’S)
- Tanpa menggunakan obat- - Memberikan terapi sesuai - Digunakan Clonidin (obat anti - Menggunakan zat yang
obatan dengan keluhan klinis pasien hipertensi) dengan dosis mempunyai struktur kimia mirip
- Dapat dilakukan pada mereka (misal ; analgesik, anti diare, 17microgram/kg.BB, mempunyai dengan golongan narkotika baik
yang tidak mempunyai spasmolitik dll) titik tangkap pada reseptor yang alamiah (codein, morfin) maupun
komplikasi medis lain sama dengan opioid (alfa) yang sintetik (Metadon,
-Berlangsung antara 3 – 5 hari Buprenorfin) Æ suka
-Kurang manusiawi Æ Misalnya lg disalahgunakan
kejang disiram - Untuk porgram detosifikasi
-Dapat dilanjutkan dengan terapi diberikan dengan cara tapering of
maintenance (penurunan dosis bertahap)
j TERAPI NON FARMAKOLOGI, Terapi rumatan tidak akan memberikan hasil optimal tanpa terapi psikososial, antara lain:
- Konseling
- Psikoterapi
- Terapi keluarga
- Terapi perilaku
- Terapi kelompok
- Self Help Group
- After Care Program
j REHABILITASI
KOMA STATUS VEGETATIF MINIMALLY CONSCIOUS LOCKED-IN SYNDROME BRAIN DEATH = mati otak =
mati batang otak
j Terganggu di formation j Kerusakan hemisfer j Mulai perbaikan dari j BUKAN gangguan j Kerusakan seluruh fungsi
reticularis & hemisfer. Inti j Sadar thd diri dan status vegetative kesadaran otak (termasuk batang
nervus cranial masih baik lingkungan (-) j Hemisfer tidak semua j yang rusak motoriknya otak) Æ irreversible
j Respon sgt miimal j Siklus bangun tidur (+) Æ rusak sajaÆ rusak dari pons ke j Kesadaran (-)
- Mata tertutup wakefulness j Orangnya kadang bawah. Æ sehingga n j Respon motorik (-)
nyambung kadang enggak cranial 5-12 tdk berfungsi j Reflek batang otak (-)
DIAGNOSIS
j Yang bahaya pada pasien hipoglikemi Æ tidak boleh terlambat Æ suntik dextrose
StatusÆ kejang 30 menit, atau kejang sebentar-bentar tp antara kejang tdk ada pemuliha kesadaran
Status epilepticus Æ pasien epilepsy
Status konvulsivus Æ bukan epilepsy
Tatalaksana:
- Masukin diazepam Æ dewasa suntik, anak supp. Boleh diulang 2-3x Æ kalau tidak ada perubahan masukan fenitoin (inj)
j Gigi pada garis fraktur Æ bs di ekstrasi / tidak, tp bila tidak harus dirawat sebab merupakan sumber infeksi dan proses penghalang terhadap penyembuhan
fraktur
j Perawatan:
x Gigi baik tanpa ada kelainan didaerah periapikalÆPemberian antibiotika sistemis
x Gigi goyang derajat 1-2, maksimal 3 Æ Splinting gigi
x Gigi dengan pulpa terbuka Æ Endodontik (perawatan syaraf gigi)
x Gigi nonvital Æ Terapi endodontik, kl dipertahankan Æ observasi 1 tahun
j Indikasi ekstraksi gigi: longitudinal yang mengenai akar Infeksi pada garis fraktur Karies yang lanjut
j Fraktur j j
j Dislokasi atau subluksasi gigi dari soket j Perikoronitis akut Æ infeksi j Penyakit periodontal lanjut
j Adanya infeksi periapikal Æ infeksi didaerah mahkota pd gigi impaksi j Gigi fraktur yang tak dirawat
diujung akar gigi j Gigi yang tak berfungsi j Gigi Goyang derajat 4
j Makanan: padat atau cair
j Semi
j Makanan dimasukan melalui celah fiksasi dengan pipet dari tube plastik lunak
j Vitamin, zat besi, T.K.T.P (tinggi kalori dan tinggi protein) Æ untuk mempercepat kalsifikasi
j TAHAP JANGKA PANJANG
j Pelepasan kawat fiksasi Æ Setelah 3-5minggu
j Penyesuaian oklusi
j Mobilisasi sendi temporomandibular Æ sendi kaku karena tll lama fiksasi
j Anestesi + Parestesi bibir bawah, Dalam jangka 6 minggu – 18 bulan Æ hilang
j Vitalitas gigi rusak
j Gingivitis
KOMPLIKASI j Selama perawatan primer:
j Infeksi: Nekrotik, osteomyelitis, Gigi pada garis fraktur yang dipertahankan, Neoplasma jinak & ganas, Diabetes
j Kerusakan syaraf
x Parastesi bibir Æ komplikasi fraktur corpus mandibula
RANGKUMAN BLOK EMERGENCY | S.F.A 69
x Kerusakan saraf wajah Æ Fraktur ramus + condyle
j Gingivitis + periordontitis
j Tahap lanjut:
j Malunion Æ malposisi fragmen tlg yg fraktur Æ reoperation
j Delayed union Æ tidak terjadi kalsifikasi bs krn infeksi, osteoporosis, krg gizi
j non union Æ tidak bersatu krn infeksi, imobilisasi kurang kuat, Aposisi ujung tulang tak memuaskan, Mandibula tak bergigi & sangat tipis, Kerusakan
tulang + jaringan lunak Æ luka tembak, Suplai darah tak cukup Æ Radioterapi, Patologi tulang Æ neoplasma, Osteoporosis, kurang gizi, gangguan
metabolisme Ca
terapi:
j Faktor penyebab hilangkan Æ gigi devital, abses
j Reoperasi ÆUjung tulang haluskan
j Luka tutup
j Imobilisasi
j Spasmus otot Æ mandibula sukar kembali ke posisi normal Æ Beri muscle relaxan, Anastesi umum + muscle
relaxan
j Dislokasi yg sudah terjadi dalam waktu yg cukup lama,mis:
j sesdh pencabutan gigi Ætransilectomy dgn anastesi umum memerlukan Æ tindakan bedah ( open reduction ) Æ insisi pre auriculer
j Pd chronic persistent luxation Æ perlu perawatan bedah.