0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar krisis dan trauma serta respons positif dan negatif terhadap stres. Pada pertemuan awal dibahas tentang definisi krisis dan trauma. Pertemuan selanjutnya membahas respons terhadap stres yang meliputi respons positif seperti resiliensi dan respons negatif seperti gangguan kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi seperti dukungan sosial dan kepribadian
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar krisis dan trauma serta respons positif dan negatif terhadap stres. Pada pertemuan awal dibahas tentang definisi krisis dan trauma. Pertemuan selanjutnya membahas respons terhadap stres yang meliputi respons positif seperti resiliensi dan respons negatif seperti gangguan kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi seperti dukungan sosial dan kepribadian
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar krisis dan trauma serta respons positif dan negatif terhadap stres. Pada pertemuan awal dibahas tentang definisi krisis dan trauma. Pertemuan selanjutnya membahas respons terhadap stres yang meliputi respons positif seperti resiliensi dan respons negatif seperti gangguan kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi seperti dukungan sosial dan kepribadian
a. Krisis Krisis psikologis merupakan kondisi dimana individu berhadapan dengan situasi yang menjadi halangan bagi pencapaian tujuan hidup. Hambatan tersebut tidak lagi dapat diselesaikan dengan cara penyelesaian masalah yang biasa dipakai, sehingga kegagalan upaya mengatasi masalah tersebut memunculkan periode disorganisasi dan emosi yang kacau. (Wiger, 2003). Krisis yaitu hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah untuk sementara waktu. Dalam kondisi ini yang berkembang dapat menuju pada 2 arah, yaitu menuju perbaikan, penyelesaian masalah, atau menuju kegagalan atau penderitaan. Wright (1985) mengemukakan adanya empat unsur dalam krisis, yaitu : (1) kejadian yang penuh resiko, (2) keadaan rentan, (3) faktor yang menimbulkan krisis, dan (4) keadaan krisis yang aktif. Perilaku yang dimunculkan adalah individu mengalami kondisi emosi yang kacau dan periode disorganisasi yang berlangsung sekitar 1-2 minggu. b. Trauma Cavanagh dalam Mental Health Channel menyatakan trauma adalah suatu peristiwa yang luar biasa yang menimbulkan luka dan perasaan sakit, tetapi juga sering diartikan sebagai suatu luka / perasaan sakit berat akibat sesuatu kejadian luar biasa yang menimpa seseorang langsung atau tidak langsung baik luka fisik maupun luka psikis atau kombinasi kedua-duanya.
American Psychiatric Association mendefinisikan trauma dalam dalam beberapa
aspek, yaitu: 1) Trauma didefinisikan sebagai nyeri yang dialami oleh seseorang yang mempengaruhi psikologis dan fisik sehingga membawa dampak kepada kehidupan seperti menurunnya tingkat produktivitas dan aktivitas keseharian, 2) Trauma terjadi karena peristiwa pahit apakah fisik atau mental yang menyebabkan kerusakan langsung ke tubuh atau kejutan pada pikiran, 3) Trauma terjadi karena ada kekhawatiran yang ekstrim atau kekhawatiran yang trauma oleh efek fisik dan psikologis yang dapat menyebabkan gangguan emosi yang dipicu oleh peristiwa pahit yang akut, 4) Trauma adalah peningkatan gejala tekanan (stress) yang menyebabkan gangguan emosi kepada anak atau siswa sekolah akan menyebabkan perubahan perilaku, perubahan emosi dan pemikiran, 5) Trauma juga dikatakan sebagai cedera tubuh yang disebabkan oleh energi fisik dari luar seperti tembakan, kebakaran, kecelakaan, tikaman senjata tajam, luka akibat berkelahi, diperkosa, kelalaian teknologi dan sebagaianya. Peristiwa pahit dan ngeri juga mungkin disebabkan bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, badai seperti tornado, hurricane, tsunami, badai salju dan lain- lain lagi yang menimpa sebuah masyarakat atau komunitas. Individu yang mengalami trauma akan menetap pada jangka waktu yang cukup lama dan apabila tidak segera ditangani, traumatik yang dimiliki individu tersebut akan berkembang menjadi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Pertemuan 2 : Respon terhadap stress (positif dan negatif)
a. Positif Kemampuan untuk mengintegrasi atau individu memiliki resiliensi - Kemampuan untuk bounce back relatif mudah - Elastic, kecenderungan untuk kembali ke bentuk semula setelah diregangkan b. Negatif Stress reactions - Paling mampu berintegrasi: reaksi terburuk yang mungkin terjadi, yaitu denial - Respons berbasis serotonin: reaksi kecemasan, panik, atau fobia, depresi / psikosis / OCD / dll. (predisposisi) Pertemuan 3 : Reaksi positif pada stress (aspek yang memungkinkan orang memiliki resiliensi = faktor lingkungan dan kepribadian [ego resilience dan cognitive traits of resilience]) a. Faktor lingkungan - Memiliki support system (personal bond) - A ‘champion’, dimana hal ini memberikan model untuk penguasaan dan kesuksesan dalam menghadapi masalah. Selain itu memberi harapan bagi individu untuk meyakinkan dirinya bahwa ia bisa menghadapi masalah dan akan ada sesuatu yang lebih baik jika ia berhasil menghadapi masalahnya (komponen penting dari kesehatan mental) b. Kepribadian - Kemampuan untuk percaya, dimana individu: Belajar untuk merasa aman dengan orang lain Mempelajari siapa yang aman untuk bersama (batasan) - Self efficacy atau self trust Ego control (kemampuan untuk mengekspresikan pada suatu waktu atau menahan diri pada saat yang tepat) Ego resilience (kemampuan untuk mengubah arah dan menyesuaikan karakteristik pribadi dengan lingkungan). Ego resilience ini meliputi kemampuan untuk: Menempatkan situasi ke dalam suatu perspektif Menjelajahi berbagai alternatif Menyelesaikan masalah Rekonseptualisasikan situasi (belajar dari pengalaman) - Cognitive traits of resilience Self care baik secara emosi dan fisik Memiliki keterampilan berkomunikasi, seperti: Mampu untuk meminta apa yang ia butuhkan Memproses dan mengatur events secara psikologis Membangun sebuah hubungan Mengatasi imposed isolation Mengubah internal dialogues Live the moment atau hidup disaat ini ketimbang meratapi dan merenung Pertemuan 4 : Potensi respon negatif (reaksi psikologis dan reaksi catecholamine) a. Reaksi psikologis b. Reaksi catecholamine - Serotonin: berperan dalam mengatur suasana hati, cara berpikir - Endorfin: seperti opiat, berperan sebagai penghilang rasa sakit - Dopamin: berperan dalam reward system / success - GABA (Asam Gamma-aminobutyric): berperan dalam mengatur katekolamin lain sebagai penghambat Pertemuan 5 : Potensi respon negatif (psychologically conflicted responses) - Gangguan Konversi (kebutaan, kelumpuhan, atau reaksi sistem saraf lainnya yang terkait dengan antisipasi pengalaman traumatis yang belum terselesaikan) - Histeria: seperti dismorphia (ilusi tubuh / halusinasi bentuk atau ukuran), hypochondriasis (keyakinan bahwa diri itu sakit, sedangkan diri tidak) - Disosiasi (keadaan amnesia) Pertemuan 6 : Potensi respon negatif (over actived responses) - Acute distress disorder Reaksi: Mempersempit perhatian Disorientasi Penilaian yang terganggu Detachment Depresi Gejala panik Terkadang mengalami dissociative stupor, hal ini biasa terjadi dalam beberapa menit atau jam acara. Bisa hilang dalam beberapa hari, juga bisa menyebabkan amnesia - Suicidal ideations - Psychotic reactions Pertemuan 7 : Potensi respon negatif (more accute stress symptoms, internalized responses) a. More accute stress symptoms - Gejala: Mati rasa (numbing) / detachment Derealization (perasaan bahwa lingkungan seseorang tidak nyata) Depersonalisasi (keadaan psikologis di mana pikiran dan perasaan tampak tidak nyata atau tampaknya bukan milik individu) Amnesia Mengalami kembali acara tersebut, melalui pikiran, mimpi, flashback Avoidance Kegelisahan
Biasanya terjadi dalam waktu 4 minggu setelah kejadian, lalu berlangsung dari 2 hari hingga 4 minggu
b. Internalized responses - Shock (Acute Stress Disorder) - Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)