Anda di halaman 1dari 121

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya


Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dan Limbah Non Bahan Berbahaya
Dan Beracun

Tuntas Mengelola
Limbah B3 di Bandar Udara

EDISI 2019
Tuntas Mengelola Limbah
B3 di Bandar Udara
Penyusun:
Edward Nixon Pakpahan, S.T, M.Sc, Ph.D
Widayati, S.Hut, M.Si
Ir. Aristin Tri Apriani, MPA
Meidiza Orchidea, S.E, M.Si
Fakhry Ibrahim, S.T
Nyiayu Halimatussa’diyah, S.Si
Iman Matin, A.Md
Vika Widyani Apandi, S.T
Agus Rahmat, S.E
Syamsul Hilal
Septa

Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah Bahan Bebahaya Beracun


dan Limbah Non Bahan Berbahaya Beracun

Juli, 2019
Tuntas Mengelola Limbah B3
di Bandar Udara
Penanggung Jawab:
Ir. Sinta Saptarina Soemiarno, M.Sc

Penyusun:
Edward Nixon Pakpahan, S.T, M.Sc, Ph.D
Widayati, S.Hut, M.Si
Ir. Aristin Tri Apriani, MPA
Meidiza Orchidea, S.E, M.Si
Fakhry Ibrahim, S.T
Nyiayu Halimatussa’diyah, S.Si
Iman Matin, A.Md
Vika Widyani Apandi, S.T
Agus Rahmat, S.E
Syamsul Hilal
Septa

ISBN

Diterbitkan Oleh:
Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah Bahan Bebahaya Beracun dan Limbah
Non Bahan Berbahaya Beracun

Alamat Penerbit:
Jalan D.I Panjaitan Kav. 24 Kebon Nanas, Jakarta 13410, Indonesia

Tahun Terbit:
2019

.
SEKAPUR SIRIH

Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat dan baik adalah hak yang
dijamin oleh Undang-undang Dasar melalui mandat untuk pengelolaan sumber
daya yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi berbasis industri, dipastikan ikut
meningkatkan jumlah timbulan limbah. Untuk itu pertumbuhan ekonomi perlu
mempertimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan,
sosial, dan ekonomi.

Rambu-rambu pengelolaan limbah B3 bagi perusahaan dengan jenis kegiatan


yang sangat beragam diperlukan sebagai pedoman pengelolaan limbah B3 bagi
usaha/kegiatan tertentu, termasuk persyaratan teknisnya. Tuntas Mengelola
Limbah B3 di Bandar Udara, sebagai salah satu upaya Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyediakan pedoman untuk peningkatan
pengelolaan limbah B3 khususnya di Bandar Udara.

Semoga pedoman ini dapat menjadi acuan usaha/kegiatan di Bandar Udara


dalam melaksanakan pengelolaan limbah B3 yang lebih baik demi keberlanjutan
bumi, kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Jakarta, 8 Juli 2019


Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Rosa Vivien Ratnawati, SH., M.SD.


Kata Pengantar

Pedoman Pengelolaan Limbah B3: Tuntas Mengelola Limbah B3 di Bandar Udara


merupakan panduan yang disusun untuk menjadi rujukan dalam pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, khususnya dalam pemenuhan kriteria teknis yang harus ditaati oleh
kegiatan kebandar udaraan.

Pedoman kriteria teknis ini disusun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan c.q. Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan
Beracun dan Berbahaya untuk digunakan oleh pelaku pengelolaan limbah B3 yang
akan melakukan kegiatan Pengelolaan Limbah B3 khususnya Sektor Prasarana
Bandar Udara.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan Pedoman ini, dan semoga Pedoman ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam pengelolaan limbah B3 dari Sektor Prasarana Bandar Udara.

Jakarta, Juni 2019

Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3


dan Limbah Non B3

Ir. Sinta Saptarina Soemiarno, M.Sc.

i
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Daftar Isi
K a t a P e n g a n t a r .............................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................................... ii
Bab 1 Mengetahui Limbah B3 ................................................................................. 1
Identifikasi Limbah B3 dari kegiatan Bandar Udara .................................... 1
Inventarisasi Limbah B3 di Bandar Udara ..................................................... 1
Bab 2 Memahami Pengelolaan Limbah B3 ........................................................... 4
Simpul Aktivitas Pengelolaan Limbah B3 ...................................................... 5
Mata Rantai Pengelolaan Limbah B3 .............................................................. 6
Prinsip-Prinsip Perizinan .................................................................................. 7
Bab 3 Pengurangan Limbah B3 ............................................................................... 9
Bab 4 Penyimpanan Limbah B3 ............................................................................ 10
Melakukan Pengemasan Limbah B3 ............................................................. 10
Melakukan Penyimpanan Limbah B3 ........................................................... 17
Bab 5 Rancang Bangun Tempat dan Pedoman Penyimpanan Limbah B3 .... 25
Rancang Bangun Tempat Penyimpanan Limbah B3 ................................. 25
Tata Cara Penyimpanan Limbah B3 ............................................................. 39
Penyimpanan Limbah B3 Oleh Pengumpul Limbah B3 .......................... 50
Bab 6 Menggunakan Simbol dan Label Limbah B3........................................... 55
Mengenal Simbol Limbah B3 ......................................................................... 55
Mengetahui Label Limbah B3 ........................................................................ 66
Pelekatan Simbol Limbah B3 dan Label Limbah B3 ................................. 69

ii
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Bab 7 Pengumpulan Limbah B3 ........................................................................... 82


Persyaratan Lokasi Pengumpulan .................................................................. 82
Persyaratan Fasilitas Untuk Jasa Pengumpulan Limbah B3 ...................... 83
Bab 8 Pengangkutan Limbah B3 ........................................................................... 86
Registrasi Festronik .......................................................................................... 87
Bab 9 Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah B3 .............................................. 95
Pemanfaatan Limbah B3 ................................................................................. 95
Pegolahan Limbah B3 ..................................................................................... 96
Bab 10 Pencatatan dan Pelaporan Pengelolaan Limbah B3 ........................... 100
Pencatatan Logbook Limbah B3 ................................................................. 100
Pelaporan Neraca Limbah B3 ...................................................................... 100
Bab 11 Pemilihan Jasa Pihak Ketiga Pengelolaan Limbah B3 ....................... 108
Pedoman Peraturan yang bisa menjadi acuan .................................................... 112

iii
Bab

1
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Mengetahui Limbah B3
Identifikasi Limbah B3 dari kegiatan Bandar
Udara

Inventarisasi Limbah B3 di Bandar Udara


Hasil inventarisasi limbah B3 di Bandar Udara meliputi:

1
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Kode
No. Sumber Limbah Nama Limbah B3
Limbah B3
Pengoperasian Pesawat
1 A323-3 Avtur bekas, Pelarut bekas
Udara
Pengoperasian Bandar Udara
Oli/Minyak Pelumas Bekas hidrolik,
B105d mesin, gear, lubrikasi, insulasi, heta
transmission, grit chambers, separator
A102d Aki Bekas, Batere Bekas
a. Fasilitas
B110d Kain Majun Terkontaminasi
Pendukung
B109d Filter Bekas
2 B104d Kemasan Bekas B3
Residu dari kegiatan pembersihan,
A352-2
(contoh : Limbah Asphalt)
B321-4 Tinta Komputer/cartdridge bekas
Lampu TL Bekas, limbah elektronik
b. Perkantoran termasuk CRT (Cathode Ray Tube),
B107d
Printed Circuit Board (PCB), wire
rubber
c. Fasilitas Pelayanan
A337-1 Limbah Medis
Kesehatan
Material insulasi yang mengandung
Pengembangan Bandar
3 B354-4 asbestos (contoh : Rockwool,
Udara
Glasswool)
Perawatan Fasilitas
Bandar Udara dan
Pesawat Udara : Bengkel A355-1 Pelarut
4 Pemeliharaan Pesawat
dan Kendaraan
B355-1 Limbah cat
B355-2 Baterai bekas

Jenis limbah B3 yang dihasilkan diluar tabel ini dapat di identifikasi sebagai
berikut:

2
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Limbah Kategori 1 :

a. karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, dan/atau


korosif sesuai dengan parameter uji
b. karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan Limbah yang diuji
memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari konsentrasi zat pencemar
pada kolom TCLP-A
c. karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD 50 untuk menentukan Limbah
yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi LD50 lebih kecil dari atau sama dengan
50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan hewan uji.

Limbah Kategori 2 :
a. karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan Limbah yang diuji
memiliki konsentrasi zat pencemar lebih kecil dari atau sama dengan konsentrasi
zat pencemar pada kolom TCLP-A dan memiliki konsentrasi zat pencemar
lebih besar dari konsentrasi zat pencemar pada kolom TCLP-B
b. karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD 50 untuk menentukan Limbah
yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi LD 50 lebih besar dari 50 mg/kg (lima
puluh miligram per kilogram) berat badan hewan uji dan lebih kecil dari atau
sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan hewan
uji
c. karakteristik beracun melalui uji toksikologi sub- kronis sesuai dengan
parameter uji

3
Bab

2
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Memahami Pengelolaan Limbah B3


Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan hidup dapat menimbulkan bahaya
terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.

B erbagai jenis limbah buangan yang tidak memenuhi standar baku mutu
merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan yang utama.
Untuk menghindari terjadinya kerusakkan lingkungan perlu dilaksanakan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan
kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan. Salah satu komponen
penting agar pelaksanaan pembangunan sesuai dengan dasar-dasar kebijaksanaan
dan berwawasan lingkungan adalah dengan diberlakukannya peraturan
perundang-undangan lingkungan hidup sebagai landasan dalam pelaksanaan
operasional di lapangan. Dengan diberlakukannya peraturan perundang-undangan
tersebut akan dapat memberikan petunjuk operasional dan dapat menghindari
terjadinya konflik kepentingan yang berseberangan).

Mengingat risiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap usaha dan/atau kegiatan
menghasilkan Limbah B3 seminimal mungkin dan mencegah masuknya Limbah
B3 dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengelolaan Limbah B3 dimaksudkan agar Limbah B3 yang dihasilkan masing-


masing unit produksi sesedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol,
dengan mengupayakan reduksi pada sumber dengan pengolahan bahan, substitusi

4
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

bahan, pengaturan operasi kegiatan, dan digunakannya teknologi bersih. Jika masih
dihasilkan Limbah B3 maka diupayakan Pemanfaatan Limbah B3.

Pemanfaatan Limbah B3 yang mencakup kegiatan penggunaan kembali (reuse),


daur ulang (recycle), dan perolehan kembali (recovery) merupakan satu mata rantai
penting dalam Pengelolaan Limbah B3. Penggunaan kembali (reuse) Limbah B3
untuk fungsi yang sama ataupun berbeda dilakukan tanpa melalui proses tambahan
secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Daur ulang (recycle) Limbah
B3 merupakan kegiatan mendaur ulang yang bermanfaat melalui proses tambahan
secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal yang menghasilkan produk
yang sama, produk yang berbeda, dan/atau material yang bermanfaat. Sedangkan
perolehan kembali (recovery) merupakan kegiatan untuk mendapatkan kembali
komponen bermanfaat dengan proses kimia, fisika, biologi, dan/atau secara
termal.

Dengan teknologi Pemanfaatan Limbah B3 di satu pihak dapat dikurangi jumlah


Limbah B3 sehingga biaya Pengolahan Limbah B3 juga dapat ditekan dan di lain
pihak akan dapat meningkatkan kemanfaatan bahan baku. Hal ini pada gilirannya
akan mengurangi kecepatan pengurasan sumber daya alam.

Simpul Aktivitas Pengelolaan Limbah B3


Untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan dari Limbah
B3 yang dihasilkan maka Limbah B3 yang telah dihasilkan perlu dikelola.

Terhadap Pengelolaan Limbah B3 perlu dilakukan pengelolaan yang terpadu


karena dapat menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia, mahluk hidup
lainnya, dan lingkungan hidup jika tidak dilakukan pengelolaan dengan benar. Oleh
karena itu, diperlukan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah B3 yang
secara terpadu mengatur keterkaitan setiap simpul Pengelolaan Limbah B3 yaitu
kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemanfaatan,

5
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

dan penimbunan Limbah B3. Pentingnya penyusunan Peraturan Pemerintah ini


secara tegas juga disebutkan dalam Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional Untuk
Pembangunan Berkelanjutan dan sebagai pelaksanaan dari Pasal 59 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Aktivitas Simpul Pengelolaan Limbah B3.

Agar Bandar Udara memilih dan mengoperasikan simpul aktivitas yang sesuai/
relevan dengan kebutuhan/kondisi di Bandar Udara terkait.

Mata Rantai Pengelolaan Limbah B3


Pengelolaan Limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup
Penyimpanan Limbah B3, Pengumpulan Limbah B3, Pemanfaatan, Pengangkutan,
dan Pengolahan Limbah B3 termasuk Penimbunan Limbah B3 hasil pengolahan
tersebut. Dalam rangkaian Pengelolaan Limbah B3 terkait beberapa pihak yang
masing-masing merupakan mata rantai, yaitu:

6
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

a. Penghasil Limbah B3;

b. Pengumpul Limbah B3;

c. Pengangkut Limbah B3;

d. Pemanfaat Limbah B3;

e. Pengolah Limbah B3; dan

f. Penimbun Limbah B3.

Untuk memastikan bahwa setiap mata rantai Pengelolaan Limbah B3 sebagaimana


tersebut di atas dilakukan secara benar, tepat, dan sesuai dengan tujuan dan
persyaratan Pengelolaan Limbah B3 maka Pengelolaan Limbah B3 wajib
dilengkapi dengan izin yang terdiri atas:

a. Izin Pengelolaan Limbah untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3;

b. Izin Pengelolaan Limbah untuk kegiatan Pengumpulan Limbah B3;

c. Izin Pengelolaan Limbah untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3;

d. Izin Pengelolaan Limbah untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3;

e. Izin Pengelolaan Limbah untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3; dan

f. Izin Pengelolaan Limbah untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3.

Prinsip-Prinsip Perizinan
Perizinan terhadap pengelolaan limbah B3 diterbitkan masing-masing oleh
Bupati/Walikota, Gubernur dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
untuk izin pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan serta Kementerian
Perhubungan untuk izin pengangkutan
7
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

JENIS PLB3 BUPATI/WALIKOTA GUBERNUR MENTERI


PENYIMPANAN

PENGUMPULAN
(SKALA)
  
PENGANGKUTAN

PEMANFAATAN

PENGOLAHAN

PENIMBUNAN

DUMPING

8
Bab

3
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pengurangan Limbah B3

S etiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengurangan


Limbah B3. Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3
untuk mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun
dari Limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan.

Pengurangan Limbah B3 bandar udara merupakan kegiatan penyelenggara bandar


udara untuk mengurangi jumlah dan/atau racun dari limbah B3 sebelum
dihasilkan dari suatu usaha atau kegiatan di bandar udara. Pengurangan Limbah B3
bandar udara dilakukan melalui:

a. Substitusi bahan

Subtitusi bahan dilakukan melalui pemilihan bahan baku dan/atau bahan


penolong yang semula mengandung B3 digantikan dengan bahan baku dan/atau
bahan penolong yang tidak mengandung B3. Contoh subtitusi bahan: penggunaan
lampu TL menjadi lampu LED dan penggantian termometer/tensimeter yang
mengandung merkuri dengan digital.

b. Modifikasi proses

Modifikasi proses dapat dilakukan dapat dilakukan melalui pemilihan dan


penerapan proses produksi yang lebih efisien.

c. Penggunaan teknologi ramah lingkungan.

9
Bab

4
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Penyimpanan Limbah B3
Kegiatan Pengemasan dan Penyimpanan Limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah
terlepasnya Limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan
lingkungan dapat dihindarkan.

K egiatan Pengemasan dan Penyimpanan Limbah B3 yang dilakukan oleh


Penghasil Limbah B3 merupakan kegiatan dan tindakan yang harus segera
dilakukan pada saat Limbah B3 yang dihasilkan belum dikelola lebih lanjut
melalui kegiatan Pemanfaatan dan/atau Pengolahan dan/atau Penimbunan
Limbah B3 dan/atau diserahkan kepada Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau
Penimbun Limbah B3 melalui Pengangkut Limbah B3.

Untuk meningkatkan pengamanan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan


serta mengingat keragaman jenis, kategori bahaya dan karakteristik Limbah B3,
maka sebelum dilakukan Penyimpanan dan/atau Pengumpulan Limbah B3
terhadap Limbah B3 yang harus dikemas wajib dilakukan Pengemasan Limbah
B3.

Melakukan Pengemasan Limbah B3


Selain itu,
Pengemasan Limbah B3 merupakan cara
Pengemasan Limbah B3 berfungsi menempatkan atau mewadahi Limbah B3 agar
untuk menempatkan Limbah B3
sehingga mempunyai bentuk-
memudahkan dalam melakukan Penyimpanan
bentuk yang memudahkan dalam dan/atau Pengumpulan dan/atau Pengangkutan
penyimpanan, pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutannya
Limbah B3. Adanya kemasan atau wadah akan
dapat melindungi Limbah B3 yang ada di dalamnya
terhadap gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran) yang mengakibatkan Limbah
10
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

B3 tumpah/tercecer ke mdia lingkungan. Dengan demikian, dalam melakukan


Pengemasan Limbah B3 sangat penting memperhatikan bahan, bentuk dan ukuran
kemasan Limbah B3 yang harus dirancang dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak
berkarat dan tidak rusak. Kemasan Limbah B3 harus dapat mengungkung Limbah
B3 dengan kuat serta mencegah dari terjadinya tumpahan Limbah B3.

Pada prinsipnya Pengemasan Limbah B3 harus memberikan suatu kondisi yang


sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi kemungkinan perubahan keadaan yang
dapat mempengaruhi kualitas isi kemasan maupun bahan kemasan itu sendiri.
Oleh karena itu :

1. Limbah B3 yang berbeda jenis, kategori dan karakteristiknya tidak boleh


disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan.
2. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan dan/atau
pengumpulan, maka pengisian Limbah B3 ke dalam kemasan harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume
limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan;
3. Jika kemasan yang berisi Limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak
(misalnya terjadi pengkaratan atau terjadi kerusakan permanen atau jika
mulai bocor), maka Limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam
kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan Limbah B3;
4. Pengemasan harus memberikan kemampuan/daya membungkus yang baik
untuk memudahkan dalam penyimpanan, pengumpulan, pemindahan,
penyusunan/penumpukan dan pengangkutan.
5. Pengemasan harus memiliki kemampuan melindungi Limbah B3 dari
berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara panas/dingin,
sinar/cahaya matahari, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi dan lain-
lain.

11
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

6. Pengemasan harus mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai


dengan prosedur standar operasional yang ada dan mudah dalam
penanganan.
Persyaratan Pra-Pengemasan
Apabila ada keragu-raguan dengan karakteristik Limbah B3 yang dihasilkan
dan/atau disimpan dan/atau dikumpulkan dan/atau dimanfaatkan dan/atau
diolah dan/atau ditimbun, maka terhadap Limbah B3 tersebut Penghasil Limbah
harus melakukan uji karakteristik di laboratorium yang telah terakreditasi dan/atau
laboratorium yang telah melaksanakan good laboratory practice sesuai standar
pengujian yang ditetapkan oleh Menteri dan/atau standar pengujian yang berlaku
secara internasional

Ketentuan Bahan, Bentuk dan Ukuran Kemasan


Kemasan yang digunakan harus :

1. dalam kondisi baik, kuat, tidak bocor, tidak berkarat atau rusak;
2. terbuat dari bahan yang cocok dengan kategori dan karakteristik Limbah B3
yang disimpan;
3. mampu mengamankan Limbah B3 yang disimpan di dalamnya;
4. bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan/atau menyebabkan reaksi
kimia).
5. untuk kemasan drum atau tong harus memiliki penutup yang kuat untuk
mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan pemindahan atau
pengangkutan (Gambar 2.1).

Kemasan Limbah B3 dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau
bahan logam (teflon, baja karbon, SS304, SS326 atau SS440) dengan syarat bahan
kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan Limbah B3 yang
disimpannya;

12
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Kemasan yang digunakan untuk mengemas Limbah B3 dapat berupa drum atau
tong dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau untuk Limbah B3 fasa
padat dapat berupa jumbo bag dengan volume lebih kurang 1 M3 (satu meter
kubik).

Contoh pengemasan untuk menyimpan Limbah B3,


a. kemasan drum untuk Limbah B3 fasa cair;
b. kemasan drum untuk Limbah B3 sludge atau fasa padat..

Pengisian Kemasan
Untuk mempermudah pengisian Limbah B3 ke dalam kemasan drum atau tong
serta agar lebih aman, maka Limbah B3 tersebut dapat terlebih dahulu dikemas
dalam kantong kemasan yang tahan terhadap sifat Limbah B3 sebelum kemudian
dikemas dalam kemasan dengan memenuhi butir 2 (dua) di atas;

13
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pengisian Limbah B3 dalam satu kemasan mempertimbangkan karakteristik dan


jenis limbah, pengaruh pemuaian limbah, pembentukan gas dan kenaikan tekanan
selama penyimpanan, oleh karena itu :

1. untuk Limbah B3 fasa cair, harus dipertimbangkan tersedianya ruang


kosong dalam kemasan untuk mengantisipasi terjadinya pengembangan
volume dan pembentukan gas;
2. untuk Limbah B3 yang bereaksi sendiri, sebaiknya tidak menyisakan ruang
kosong di dalam kemasan;
3. untuk Limbah B3 yang mudah meledak, kemasan dirancang tahan terhadap
kenaikan tekanan baik dari dalam maupun dari luar kemasan.
Kemasan yang telah diisi dengan Limbah B3 harus:

1. ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai
penandaan pada kemasan Limbah B3;
2. selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dibuka jika akan dilakukan
penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya;
3. disimpan ditempat yang memenuhi persyaratan Penyimpanan Limbah B3
serta mematuhi tata cara Penyimpanannya
Terhadap kemasan drum, tong atau jumbo bag kosong yang telah berisi Limbah B3
dan disimpan di tempat Penyimpanan Limbah B3, maka harus dilakukan
pemeriksaan terhadap kondisi kemasan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu satu
kali :

1. apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau


bocor), maka isi Limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam
drum atau tong yang baru, sesuai dengan ketentuan butir 1 (satu) di atas;
2. apabila terdapat ceceran atau bocoran Limbah B3, maka tumpahan Limbah
B3 tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan
dalam kemasan Limbah B3 secara terpisah.
14
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Contoh Penggunaan Simbol dan Label Limbah B3 pada Kemasan, (a) Label dan Simbol
Untuk Satu Karakteristik; (b) Label dan Simbol Untuk Lebih Dari Satu Karakteristik; (c)
Simbol Limbah B3 Untuk kemasan Kosong.

Contoh Pengemasan Limbah B3 Dalam Iso-tank (kiri)


dan Jumbo Bag (Kanan)

15
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pengelolaan Kemasan bekas


Kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3 dapat digunakan kembali untuk
mengemas Limbah B3 dengan kategori dan karakteristik:

1. sama dengan Limbah B3 sebelumnya; atau


2. saling cocok dengan Limbah B3 yang dikemas sebelumnya.
Apabila kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3 akan digunakan untuk mengemas
Limbah B3 yang tidak saling cocok, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih
terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai kemasan Limbah B3 dengan
memenuhi ketentuan sebagaimana huruf a butir i dan ii. Air bekas cucian kemasan
bekas B3 dan/atau Limbah B3 wajib dikelola sesuai dengan peraturan pengelolaan
air limbah.

Contoh Pengemasan Limbah B3 Dalam Tangki


Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk
mengemas Limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan di
tempat Penyimpanan Limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan Limbah
B3 dengan karakterisitik yang tidak saling cocok dengan sebelumnya, maka

16
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan
memasang “label KOSONG” sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan
Limbah B3.

Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) atau kemasan kosong yang tidak
digunakan lagi sebagai kemasan Limbah B3 harus diperlakukan sebagai Limbah
B3. Apabila tidak dapat dikelola sendiri dapat menyerahkannya kepada Pengumpul
dan atau Pemanfaat dan atau Pengolah dan atau Penimbun Limbah B3.

Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) atau kemasan kosong yang tidak
digunakan lagi sebagai kemasan Limbah B3, apabila dilakukan pengolahan melalui
pembersihan dan pencucian secara ilmiah/teknologi terbukti bersih dari Limbah
B3, maka terhadap kemasan Limbah B3 tersebut tidak dikenakan perlakuan
Pengelolaan Limbah B3.

Melakukan Penyimpanan Limbah B3


Kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3
merupakan kegiatan dan tindakan yang harus segera dilakukan pada saat Limbah
B3 yang dihasilkan belum dikelola lebih lanjut melalui kegiatan Pemanfaatan
dan/atau Pengolahan dan/atau Penimbunan Limbah B3 dan/atau diserahkan
kepada Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau Penimbun Limbah B3 melalui
Pengangkut Limbah B3.

17
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Catatan

Sebelum melakukan kegiatan Penyimpanan dan/atau Pengumpulan


Limbah B3, maka wajib bagi setiap Penghasil Limbah B3 dan/atau
Pengumpul dan/atau Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau
Penimbun Limbah B3 wajib melakukan pendataan dan inventarisasi
Limbah B3 dengan tujuan untuk mengetahui kategori bahaya, sumber,
karakteristik dan jumlah Limbah B3 yang dihasilkan per satuan waktu..

Kegiatan Pengumpulan Limbah B3 merupakan kegiatan menyimpan sementara


Limbah B3 dari Penghasil Limbah B3 di dalam fasilitas Penyimpanan Limbah B3
sebelum diserahkan kepada Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau Penimbun
Limbah B3 dengan batas waktu penyimpanan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari.

Pengumpulan Limbah B3 dapat juga dilakukan oleh Pemanfaat dan/atau


Pengolah dan/atau Penimbun Limbah B3 dengan tujuan untuk menyimpan
sementara Limbah B3 sebelum akhirnya dilakukan proses pemanfaatan dan/atau
pengolahan dan/atau penimbunan dengan batas waktu penyimpanan paling lama
90 (sembilan puluh) hari.

Oleh karena itu, fasilitas kegiatan Penyimpanan Limbah B3 agar memperhatikan :

a. kategori bahaya, sumber, karakteristik dan jumlah yang disimpan;


b. rancang bangun (design) fasilitas tempat Penyimpanan Limbah B3;
c. lokasi fasilitas tempat Penyimpanan Limbah B3 didirikan; dan
d. tata cara Penyimpanan Limbah B3.

18
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Penentuan Rancang Bangun Tempat Penyimpanan Limbah B3


Sebelum melakukan kegiatan Penyimpanan dan/atau Pengumpulan Limbah B3,
maka wajib bagi setiap Penghasil Limbah B3 dan/atau Pengumpul dan/atau
Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau Penimbun Limbah B3 wajib melakukan
pendataan dan inventarisasi Limbah B3 dengan tujuan untuk mengetahui kategori
bahaya, sumber, karakteristik dan jumlah Limbah B3 yang dihasilkan per satuan
waktu.

Kategori bahaya dapat diketahui dalam daftar Limbah B3 sebagaimana tercantum


dalam peraturan perundang-undangan mengenai Pengelolaan Limbah B3,
sedangkan karakteristik Limbah B3 harus dilakukan oleh Penghasil Limbah B3
melalui satu rangkaian uji karakteristik Limbah B3 sesuai dengan peraturan
perundang-undangan mengenai Tata Cara Uji Karakteristik Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.

Kategori bahaya, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang dihasilkan per
satuan waktu akan menjadi dasar bagi Penghasil dan/atau Pengumpul dan/atau
Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau Penimbun Limbah B3 dalam menetapkan
rancang bangun (design) tempat Penyimpanan Limbah B3 dan tata cara
Penyimpanan Limbah B3.

Kesesuaian Fasilitas Tempat Penyimpanan Limbah B3


Penghasil dan/atau Pengumpul dan/atau Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau
Penimbun Limbah B3 yang telah mengetahui dan menginventarisasi kategori
bahaya, sumber, karakteristik dan jumlah Limbah B3 yang dihasilkan per satuan
waktu, dapat merancang dan membangun fasilitas tempat Penyimpanan Limbah
B3 sesuai dengan kategori bahaya dan sumber Limbah B3 sebagaimana dijelaskan
dalam Tabel di bawah ini.

19
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

LIMBAH B3 YANG DISIMPAN


KATEGORI 2
N
FASILITAS KATEGORI
O SUMBER
1 SPESIFIK SPESIFIK
TIDAK
UMUM KHUSUS
SPESIFIK
1 bangunan    
2 tangki    
dan/atau
kontainer
3 silo    
4 tempat    
penumpukan
Limbah B3
(waste pile)
5 waste    
impoundment
6 bentuk lainnya    
sesuai dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan teknologi

Persyaratan Lokasi Fasilitas Tempat Penyimpanan Limbah B3


Fasilitas tempat Penyimpanan Limbah B3 yang dipilih agar memperhatikan :

20
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

1. lokasi bebas banjir seratus tahunan atau dapat direkayasa dengan teknologi
untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui peninggian
topografi sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir.

2. merupakan daerah yang tidak rawan bencana alam antara lain longsoran,
bahaya gunung api, gempa bumi, sesar, sink hole, amblesan (land subsidence),
tsunami dan/atau mud volcano.

3. berada di dalam lokasi Penghasil dan/atau Pengumpul dan/atau Pemanfaat


dan/atau Pengolah dan/atau Penimbun Limbah B3 serta terlingkup di dalam
dokumen lingkungan (AMDAL/UKL-UPL).

4. untuk fasilitas Penyimpanan Limbah B3 yang digunakan oleh Pengumpul


dan/atau Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau Penimbun Limbah B3 maka
lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan daerah yang dilindungi seperti
cagar alam, hutan lindung dan kawasan suaka serta telah dilakukan pengkajian
dampak lingkungannya.

Kesesuaian Limbah B3 Yang Disimpan


Penyimpanan Limbah B3 harus memenuhi kaidah kompatibilitas, yaitu
mengelompokkan Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya
sebagaimana tabel 2 sebagai berikut:

21
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Keterangan : C = cocok; X = tidak cocok; T = terbatas.

Kompatibilitas Karakteristik Limbah B3

Dalam pemenuhan kaidah kompabilitas terhadap karakteristik Limbah B3, tata


cara pengelompokan dalam hal melakukan Penyimpanan Limbah B3 dibagi
menjadi 3 jenis yaitu:

1. Cocok, yaitu Penyimpanan Limbah B3 dapat dilakukan dengan dominansi


antara kedua karakteristik bersifat setara dan/atau dominan untuk salah satu
karakteristik dengan dominansi ditetapkan berdasarkan karakteristik yang
paling dominan jumlahnya;

2. Terbatas, yaitu Penyimpanan Limbah B3 dapat dilakukan dengan dominansi


antara kedua karakteristik bersifat dominan untuk salah satu karakteristik
dengan dominansi ditetapkan berdasarkan karakteristik yang paling dominan
jumlahnya;
22
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

3. Tidak cocok, yaitu Penyimpanan Limbah B3 tidak dapat dilakukan terhadap


dua karakteristik dimaksud.

Pemenuhan kaidah kompabilitas terhadap karakteristik Limbah B3 dalam hal


mengelompokkan Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya
dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

1. Karakteristik Limbah B3 Cairan Mudah Menyala cocok dengan semua


karakteristik Limbah B3 kecuali Mudah Meledak dan Beracun;

2. Karakteristik Limbah B3 Padatan Mudah Menyala dan Reaktif cocok dengan


semua karakteristik Limbah B3 kecuali Beracun;

3. Karakteristik Limbah B3 Mudah Meledak cocok dengan semua karakteristik


Limbah B3 kecuali Cairan Mudah Menyala dan Beracun;

4. Karakteristik Limbah B3 Beracun tidak cocok dengan semua karakteristik


Limbah B3 kecuali Infeksius;

5. Karakteristik Limbah B3 Korosif terbatas dengan semua karakteristik Limbah


B3 kecuali Cairan Mudah Menyala dan Infeksius;

6. Karakteristik Limbah B3 Infeksius cocok dengan semua karakteristik Limbah


B3; dan

7. Karakteristik Limbah B3 Berbahaya terhadap Lingkungan terbatas dengan


semua karakteristik Limbah B3 kecuali Infeksius.

23
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Catatan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan


Penyimpanan Limbah B3 yaitu:

1. Jika dimungkinkan, tempat penyimpanan dilakukan secara terpisah


untuk setiap karakteristik Limbah B3.
2. Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala dan reaktif lazimnya
didahulukan penanganannya ketika terjadi kecelakaan.
3. Hindari penyimpanan Limbah B3 pada satu tempat penyimpanan
Limbah B3 yang dominansi secara keseluruhannya lebih dari 2 (dua)
karakteristik untuk menghindari kebingungan penanganan ketika terjadi
kecelakaan.

24
Bab

5
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Rancang Bangun Tempat dan Pedoman


Penyimpanan Limbah B3
Kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 merupakan
kegiatan dan tindakan yang harus segera dilakukan pada saat Limbah B3 yang dihasilkan
belum dikelola lebih lanjut.

K ategori bahaya, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang


dihasilkan per satuan waktu akan menjadi dasar bagi Penghasil dan/atau
Pengumpul dan/atau Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau Penimbun
Limbah B3 dalam menetapkan rancang bangun (design) tempat Penyimpanan
Limbah B3 dan tata cara Penyimpanan Limbah B3.

Rancang Bangun Tempat Penyimpanan Limbah B3


Bangunan tempat Penyimpanan Limbah B3
Bangunan tempat Penyimpanan Limbah B3 harus dirancang untuk menghindari
bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, terlebih apabila terjadi
tumpahan dan/atau ceceran yang diakibatkan kesalahan dalam penanganan
penyimpanan.

25
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Arah Angin

Contoh rancang bangun tempat Penyimpanan


Limbah B3 dengan sirkulasi udara dalam ruang bangunan Penyimpanan
Limbah B3

Rancang bangun bangunan Penyimpanan Limbah B3 agar :

1. dibangun tanpa plafon sehingga sistem sirkulasi udara memadai dan dapat
mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan;

2. memiliki atap dari bahan yang tidak mudah terbakar untuk mencegah
runtuhnya atap jika terjadi keadaan darurat berupa kebakaran;

3. memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau
binatang kecil lainnya ke dalam ruang Penyimpanan;

26
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

4. memiliki pelindung dari air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung;

5. memiliki sistem pencahayaan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk


operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan
sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;

6. memiliki dinding yang terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar untuk
mencegah runtuhnya dinding jika terjadi keadaan darurat berupa kebakaran;

7. lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1% (satu persen), dibuat dengan penambahan
perkerasan (hardened), kedap air dan minyak. Pada bagian luar bangunan,
kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke
arah menjauhi bangunan penyimpanan; dan

8. dilengkapi dengan penangkal petir jika diperlukan.

9. bak penampungan agar dirancang dengan perhitungan yang akurat sehingga


dapat menampung volume limbah yang tumpah/tercecer.

Contoh perhitungan :
Jika disimpan limbah B3 fase cair yang terdiri dari oli bekas
dan pelarut (solvent) kadaluwarsa, yaitu kemasan oli bekas
dalam bentuk drum dari logam diameter 60 cm, tinggi 80
cm sedangkan pelarut (solvent) kadaluwarsa dikemas
dalam drum plastik dengan ukuran bervariasi, yaitu drum A
diameter 40 cm, tinggi 50 cm; drum B diameter 30 cm tinggi
65 cm.
Dari contoh kasus di atas maka berapa selayaknya volume
minimal bak penampung yang harus dibangun.
Jawab:
27
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Kita bandingkan dari ukuran-ukuran kemasan yang ada,


yaitu :
1) Drum Oli Bekas = П (r2)drum oli bekas * tdrum oli bekas
= 3,14 * (0,3)2 * 0,8 = 0,23 m3
2) Drum plastik Tipe A = П (r2)Ddrum plastik tipe A * tdrum
plastik tipe A
= 3,14 * (0,2)2 * 0,5 = 0,06 m3
3) Drum plastik Tipe B = П (r2)Ddrum plastik tipe B *
tdrum plastik tipe B
= 3,14 * (0,15)2 * 0,65 = 0,05 m3
Dari ketiga perhitungan di atas maka volume bak
penampung yang dibangun adalah volume bak penampung
terbesar, yaitu 0.23 m3.

Persyaratan Khusus Bangunan Penyimpanan Per Karakteristik


Limbah B3
Karakteristik Limbah B3 Mudah Menyala (ignitable – I)

1. jika bangunan Penyimpanan Limbah B3 berdampingan dengan gudang,


maka harus di buat tembok pemisah tahan api, berupa:

a. tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; atau

b. tembok bata merah, tebal minimum 23 cm; atau

c. blok-blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum 30 cm.

d. pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api sebagaimana dimaksud
pada huruf a;

2. jika bangunan Penyimpanan Limbah B3 dibuat terpisah dengan bangunan


lain, maka jarak minimum dengan bangunan lain adalah 10 meter;

28
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

3. untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar


digunakan tiang-tiang beton bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel listrik;

4. struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala.
Konstruksi atap di buat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran,
sehingga asap dan panas akan mudah keluar;

5. penerangan, jika menggunakan lampu, harus menggunakan instalasi yang


tidak menyebabkan ledakan/percikan listrik (explosion proof);

6. faktor-faktor lain yang harus di penuhi:

a. sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran;

b. persediaan air untuk pemadam api; dan

c. hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran.

Karakteristik Limbah B3 Mudah Meledak

1. konstruksi bangunan lantai, dinding maupun atap harus dibuat tahan


ledakan dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari
konstruksi atap, sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan
mengarah ke atas (tidak ke samping);

2. suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal.
Desain bangunan dirancang sedemikian rupa sehingga cahaya matahari tidak
langsung masuk ke ruang gudang.

Karakteristik Limbah B3 Reaktif, Korosif dan Beracun:

1. konstruksi dinding harus dibuat mudah lepas, guna memudahkan


pengamanan Limbah B3 dalam keadaan darurat;

29
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

2. material konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan
api;

3. jika bangunan Penyimpanan Limbah B3 dibuat terpisah dengan bangunan


lain, maka jarak minimum dengan bangunan lain adalah 10 meter;

4. struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala.
Konstruksi atap di buat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran,
sehingga gas yang bersifat korosif dan beracun akan mudah keluar;

5. penerangan, jika menggunakan lampu, harus menggunakan instalasi yang


tidak menyebabkan ledakan/percikan listrik (explosion proof);

a. faktor-faktor lain yang harus di penuhi:

b. sistem pendeteksi gas dan pemadam kebakaran;

c. persediaan air untuk pemadam api; dan

d. hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran.

Penyimpanan Limbah B3 berupa tangki dan/atau kontainer


Tangki atau kontainer adalah peralatan tertutup yang difungsikan sebagai tempat
Penyimpanan secara permanen dengan tujuan untuk menyimpan Limbah B3,
bukan untuk membuang dan/atau menimbun Limbah B3. Tangki atau kontainer
Penyimpanan Limbah B3 agar selalu dijaga dalam kondisi baik sehingga tidak akan
retak, pecah atau bocor.

Fasilitas tempat Penyimpanan Limbah B3 berupa tangki dan/atau kontainer agar :

1. bangunan penyimpanan tangki merupakan konstruksi tanpa dinding dan


memiliki lantai yang kedap air dan minyak;

30
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

2. membangun atap di atas tangki dan/atau kontainer apabila menyimpan


Limbah B3 yang memiliki sifat mengembang dan/atau menghasilkan gas
dan/atau bereaksi akibat temperatur dan tekanan, maka tangki dan/atau
kontainer terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara
langsung;

3. di sekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan


yang menuju bak penampung.

4. bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal
110% dan kapasitas maksimum volume tangki;

5. tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terjadi ceceran akan terjadi
di daerah tanggul dan terkumpul pada bak penampungan;

6. tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di
daerah tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain.

31
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Contoh rancang bangun tempat Penyimpanan


Limbah B3 berupa tangki dan/atau kontainer

Penyimpanan Limbah B3 berupa Silo


Penyimpanan dan atau Pengumpulan Limbah B3 dengan menggunakan silo
ditunjukkan untuk menyimpan sementara sebelum dilakukan proses pengolahan
dan atau pemanfaatan Limbah B3. Limbah B3 yang disimpan dan atau
dikumpulkan dalam fase padat dengan ukuran butiran halus (powder) atau fase cair
yang dihasilkan secara kontinu dalam jumlah besar per satuan waktu.

Fasilitas penyimpanan berupa silo bukan Fasilitas dibangun di atas permukaan


dirancang dan dibangun untuk menjadi tanah, dibangun pada fondasi atau
bagian terintegrasi dari proses produksi,
namun dirancang dan dibangun secara dasar yang dapat mendukung
terpisah sebagai tempat Penyimpanan ketahanan silo terhadap tekanan dari
dan/atau Pengumpulan Limbah B3. atas dan bawah dan mampu
32
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

mencegah kerusakan yang diakibatkan karena pengisian, tekanan atau gaya angkat
(up lift), dan dilengkapi dengan sistem deteksi 24 jam sehingga mampu mendeteksi
kerusakan pada struktur silo.

Contoh rancang bangun tempat Penyimpanan


Limbah B3 berupa silo

Penyimpanan Limbah B3 berupa tempat tumpukkan Limbah B3


(waste pile)
Persyaratan Penyimpanan Limbah B3 berupa tempat tumpukkan Limbah B3
(waste pile) dalam lampiran ini hanya berlaku bagi Penghasil Limbah B3 yang
melakukan kegiatan penyimpanan di dalam lokasi pabrik dan/atau Pemanfaat
dan/atau Pengolah Limbah B3. Penyimpanan Limbah B3 dengan cara
penumpukan (waste pile) ditujukan untuk menyimpan Limbah B3 atau menjadi
bagian dari suatu proses Pemanfaatan dan/atau Pengolahan Limbah B3, bukan
bertujuan untuk pembuangan/penimbunan akhir Limbah B3.

33
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Limbah B3 yang disimpan dengan cara penumpukan harus memenuhi ketentuan


sebagai berikut :

1. Limbah B3 yang disimpan adalah Limbah B3 yang termasuk dalam Limbah B3


Dari Sumber Spesifik Khusus sebagaimana tercantum dalam peraturan
perundang-undangan mengenai Pengelolaan Limbah B3. Limbah B3 tersebut
sebelum disimpan harus memenuhi baku mutu TCLP B dan LD50.

2. Limbah B3 yang disimpan tidak mudah terdispersi oleh angin. Apabila mudah
terdispersi oleh angin maka harus dilakukan penutupan, misalnya dengan terpal
kedap air dan/atau dilakukan penyiraman dengan air.

3. Tidak menyimpan Limbah B3 dalam fase cair (free liquid).

4. Lapisan dasar tempat penyimpanan harus memiliki nilai konduktivitas hidrolik


K = 10-5 cm/detik yang dapat berupa lantai beton dan/atau material tanah
dengan ketebalan 30 cm yang dipadatkan hingga memenuhi permeabilitas yang
ditentukan setelah melalui pengujian laboratorium.

5. Saluran air lindi berupa pipa (seperti PVC) dengan lubang perforasi
berdiameter memadai yang dilapisi dengan geotekstil dan/atau agregat yang
memiliki nilai konduktivitas hidrolik paling rendah K = 10-3 cm/detik untuk
mempercepat peresapan air menuju pipa.

6. Air yang berasal dari Limbah B3 yang disimpan dan/atau air hujan yang kontak
langsung dengan Limbah B3 yang disimpan agar dialirkan melalui saluran air
limpasan menuju fasilitas tempat penampungan air. Saluran air limpasan
memiliki dimensi sekurang-kurangnya lebar = 1 meter, kedalaman = 1 meter
dengan dinding dan lantai kedap air.

34
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

7. Fasilitas tempat penampungan air berupa kolam yang dirancang untuk dapat
menampung volume air lindi dan volume air limpasan yang terbentuk dan
memudahkan melakukan pemantauan dan pengambilan sampel.

8. Lapisan dasar tempat penampungan air harus memiliki nilai konduktivitas


hidrolik paling besar 10-5 cm/detik.

9. Sebelum di lepas ke badan air, maka air lindi dan air limpasan yang terkumpul
di fasilitas penampungan air harus dilakukan sampling dan uji laboratorium.
Apabila hasil uji laboratorium menunjukkan nilai melebihi baku mutu TCLP
(Test Characteristic Leaching Procedure B) sebagaimana tercantum dalam peraturan
perundang-undangan mengenai Pengelolaan Limbah B3, maka wajib diolah
terlebih dahulu.

10.Sumur pantau air tanah paling sedikit dibangun masing-masing di bagian hulu
(upstream) dan hilir (downstream). Sumur pantau ditempatkan sesuai dengan pola
aliran air tanah dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat melakukan
pemantauan dan pengambilan sampel air tanah.

35
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Contoh rancang bangun tempat Penyimpanan Limbah B3 berupa tempat tumpukkan


Limbah B3 (waste pile)

Penyimpanan Limbah B3 berupa waste impoundment


Penyimpanan Limbah B3 berupa waste impoundment ditujukan untuk menyimpan
atau menjadi bagian dari suatu proses pengolahan dan atau pemanfaatan, bukan
bertujuan untuk pembuangan/penimbunan akhir Limbah B3.

wajib memenuhi Limbah B3 yang disimpan pada fasilitas waste


ketentuan bahwa, impoundment adalah Limbah B3 dalam fase slurry.
jenis Limbah B3 yang disimpan Limbah B3 tersebut sebelum disimpan harus
pada fasilitas kolam limbah (waste
impoundment) adalah jenis Limbah memenuhi baku mutu TCLP B dan LD50
B3 dalam fase slurry. Limbah B3
tersebut sebelum disimpan harus
sebagaimana tercantum dalam peraturan
memenuhi baku mutu TCLP B dan perundang-undangan mengenai Pengelolaan
LD50 sebagaimana tercantum
dalam peraturan perundang-
Limbah B3.
undangan mengenai Pengelolaan
Limbah B3 Prinsip Penyimpanan Limbah B3 dengan cara waste

36
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

impoundment adalah mencegah terjadinya kebocoran zat pencemar Limbah B3 ke


air tanah dan terlimpasnya Limbah B3 yang disebabkan oleh aktivitas pengelolaan
atau kejadian secara alami.

Persyaratan penyimpanan limbah B3 dengan cara waste impoundment sekurang-


kurangnya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. tanah lokasi tempat penyimpanan memiliki nilai konduktivitas hidrolik K =


10-5 cm/detik (sepuluh centimeter per detik) atau dapat dilakukan rekayasa
teknologi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Memiliki lapisan (liner) kedap yang dapat berupa lapisan HDPE (High Density
Polyethylene), lantai beton, lapisan asphalt atau tanah lempung yang dipadatkan
dengan nilai konduktivitas hidrolik K = 10-7 cm/detik. Lapisan (liner) dasar
yang kedap air tersebut dikonstruksi untuk dapat mencegah berpindahnya
(migrasi) zat pencemar Limbah B3 ke tanah setempat atau air tanah sepanjang
masa beroperasi dan mencegah terjadinya rembesan (seepage) pada konstruksi
bendung.

3. Lapisan (liner) dasar harus diinspeksi pada saat konstruksi dan atau instalasi.

4. Saluran air lindi berupa pipa (seperti PVC) dengan lubang perforasi
berdiameter memadai yang dilapisi dengan geotekstil dan/atau agregat yang
memiliki nilai konduktivitas hidrolik paling rendah K = 10-3 cm/detik untuk
mempercepat peresapan air menuju pipa

5. Memiliki bangunan pelimpahan (spillway) yang mengalir menuju tempat


penampungan air. Bangunan pelimpahan (spillway) dirancang sesuai dengan
desain rencana bendung untuk waste impoundment.

37
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

6. Fasilitas tempat penampungan air berupa kolam yang dirancang untuk dapat
menampung volume air lindi dan volume air luahan yang terbentuk dan
memudahkan melakukan pemantauan dan pengambilan sampel.

7. Lapisan dasar tempat penampungan air harus memiliki nilai konduktivitas


hidrolik paling besar 10-7 cm/detik.

8. Sebelum di lepas ke badan air, maka air lindi dan air luahan yang terkumpul di
fasilitas penampungan air harus dilakukan sampling dan uji laboratorium.
Apabila hasil uji laboratorium menunjukkan nilai melebihi baku mutu TCLP
(Test Characteristic Leaching Procedure B) sebagaimana tercantum dalam peraturan
perundang-undangan mengenai Pengelolaan Limbah B3, maka wajib diolah
terlebih dahulu.

9. Memiliki bendung dengan jarak tinggi jagaan (freeboard) sekurang-kurangnya 1


(satu) meter untuk menghindari terjadinya luapan (overtopping) karena terjadinya
gelombang yang disebabkan oleh angin, hujan, malfunction dan kesalahan
manusia.

10.Kondisi tinggi jagaan (freeboard) harus diinspeksi setiap hari untuk melihat
kemungkinan kerusakan yang perlu segera diperbaiki,

11.Aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow) harus dikontrol dan
membangun sistem pemantauan selama 24 jam.

12.Bendung harus terlindung dan memiliki penutup (cover) seperti rumput, batuan
atau shale untuk mencegah erosi.

13.Sumur pantau air tanah paling sedikit dibangun masing-masing di bagian hulu
(upstream) dan hilir (downstream). Sumur pantau ditempatkan sesuai dengan pola

38
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

aliran air tanah dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat melakukan
pemantauan dan pengambilan sampel air tanah.

Contoh rancang bangun tempat Penyimpanan Limbah B3 berupa waste


impoundment

Tata Cara Penyimpanan Limbah B3


Penyimpanan Limbah B3 pada fasilitas penyimpanan berupa
bangunan
1. Limbah B3 yang disimpan dengan cara melakukan Pengemasan Limbah B3
dilakukan dalam sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan,
agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan,
sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.

2. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar


gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas
39
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan


pengoperasiannya.

3. Penumpukan kemasan Limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan


tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka
tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap
palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan
terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak.

4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap
atap dan dinding bangunan Penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 meter.

Contoh pola penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak minimum antar blok

Kemasan berisi Limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara terpisah,
tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian Penyimpanan yang sama.
Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi
40
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

limbah-limbah tersebut jika terguling/ tumpah akan tercampur/masuk ke dalam


bak penampungan bagian Penyimpanan lain.

Penyimpanan kemasan Limbah B3 dengan menggunakan rak

41
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Limbah B3 yang disimpan pada fasilitas penyimpanan tangki


dan/atau kontainer
Sebelum melakukan pemasangan tangki dan/atau kontainer Penyimpanan Limbah
B3, pemilik atau operator harus menyampaikan laporan hasil evaluasi terhadap
rancang bangun dari sistem tangki dan/atau kontainer yang akan dibangun untuk
dijadikan sebagai bahan pertimbangan teknis. Laporan paling sedikit menjelaskan
tentang :

1. rancang bangun dan peralatan penunjang sistem tangki dan/atau kontainer


penyimpan yang akan dipasang;

2. karakteristik Limbah B3 yang akan disimpan;

3. jika sistem tangki dan/atau kontainer dan atau peralatan penunjang terbuat
dari logam dan kemungkinan dapat terkontak dengan air dan atau tanah,
maka evaluasi harus mencakup pengukuran potensi korosi yang disebabkan
oleh faktor lingkungan serta daya tahan material konstruksi tangki dan/atau
kontainer terhadap faktor korosi tersebut;

4. perhitungan umur operasional tangki dan/atau kontainer;

5. rencana penutupan dan pembongkaran sistem tangki dan/atau kontainer


setelah masa operasionalnya berakhir.

Untuk mencegah terlepasnya Limbah B3 ke lingkungan, tangki dan/atau kontainer


dilengkapi dengan penampungan sekunder. Penampungan sekunder dapat berupa
satu atau lebih dari ketentuan berikut:

1) dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan Limbah B3
yang disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan memadai untuk
mencegah kerusakan akibat pengaruh tekanan;

42
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

2) ditempatkan pada fondasi atau dasar yang dapat mendukung ketahanan


tangki dan/atau kontainer terhadap tekanan dari atas dan bawah dan
mampu mencegah kerusakan yang diakibatkan karena pengisian, tekanan
atau gaya angkat (up lift);

Contoh tata ruang gudang Penyimpanan Limbah B3

3) dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang dirancang dan


dioperasikan selama 24 jam sehingga mampu mendeteksi kerusakan pada
struktur tangki dan/atau kontainer primer dan sekunder, atau lepasnya
Limbah B3 dari sistem penampungan sekunder;

43
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

4) penampungan sekunder, dirancang untuk dapat menampung dan


mengangkat cairan-cairan yang berasal dari kebocoran, ceceran atau
presipitasi.

Selama masa konstruksi berlangsung, maka pemilik/operator harus memastikan


agar selama pemasangan tangki dan/atau kontainer dan sistem penunjangnya,
menerapkan prosedur penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya
kerusakan selama tahap konstruksi. Fondasi, rangka penunjang, keliman,
sambungan dan kontrol tekanan (jika ada) dirancang memenuhi persyaratan
keamanan lingkungan. Sistem tangki dan/atau kontainer harus ditunjang dengan
kekuatan rangka yang memadai, terbuat dari bahan yang cocok dengan
karakteristik Limbah B3 yang akan disimpan atau diolah, dan aman terhadap
korosi sehingga tangki tidak mudah rusak.

Terhadap tangki dan/atau kontainer Penyimpanan Limbah B3 yang telah


terpasang dan atau telah dioperasikan sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan,
atau terhadap tangki dan/atau kontainer Penyimpanan limbah yang menurut
peraturan berlaku merupakan Limbah B3, maka pemilik/operator diharuskan
mengajukan izin pengoperasian tangki dan/atau kontainer dengan melampirkan
hasil evaluasi sebagaimana tercantum pada huruf a.

Dalam pengoperasian tangki dan/atau kontainer sebagai tempat Penyimpanan


Limbah B3, maka:

1. tangki dan/atau kontainer dan sistem penunjangnya harus terbuat dari bahan
yang saling cocok dengan karakteristik Limbah B3 yang disimpan;

2. Limbah B3 yang tidak saling cocok, tidak ditempatkan secara bersama-sama


di dalam satu tangki dan/atau kontainer. Apabila tangki dan/atau kontainer
akan digunakan untuk menyimpan Limbah B3 yang tidak saling cocok

44
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

dengan karakteristik limbah sebelumnya, maka tangki dan/atau kontainer


harus terlebih dahulu dicuci bersih;

3. tidak digunakan untuk menyimpan Limbah B3 dengan karakteristik mudah


menyala atau reaktif, kecuali:

a. Limbah B3 tersebut telah diolah atau dicampur terlebih dahulu sebelum


ditempatkan di dalam tangki dan/atau kontainer, sehingga olahan atau
campuran limbah yang terbentuk tidak lagi mempunyai karakteristik
mudah menyala atau reaktif; atau

b. Limbah B3 disimpan atau diolah dengan suatu cara sehingga tercegah dari
kondisi atau bahan yang menyebabkan munculnya sifat mudah menyala
atau reaktif.

Pemilik atau operator harus melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya 1 (satu)


kali sehari selama sistem tangki dan/atau kontainer dioperasikan. Pemeriksaan
dilakukan terhadap:

1. peralatan pengendalian luapan/tumpahan;

2. sistem pendeteksi korosi atau lepasnya limbah dari tangki dan/atau kontainer;

3. Pengumpulan data untuk memastikan bahwa sistem tangki dan/atau


kontainer berfungsi sesuai rancang bangunnya; dan

4. bahan-bahan konstruksi dan areal seputar tangki dan/atau kontainer termasuk


struktur pengumpul sekunder (misalnya tembok isolasi tumpahan) untuk
mendeteksi pengikisan atau tanda-tanda terlepasnya Limbah B3 (misalnya
bintik lembab, kematian vegetasi).

45
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pemilik atau operator harus memeriksa sistem perlindungan katodik (jika ada),
untuk memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja sempurna. Pemeriksaan
meliputi:

1. fungsi sistem perlindungan katodik harus dilakukan dalam 6 (enam) bulan


setelah pengoperasian awal, selanjutnya setiap tahun sekali;

2. seluruh bagian yang dapat mempengaruhi sistem perlindungan seperti


tersebut pada butir a) harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan
sekali.

Apabila sistem tangki dan/atau kontainer atau sistem pengumpul sekunder


mengalami kebocoran atau gangguan yang menyebabkan Limbah B3 yang
disimpan terlepas, maka pemilik atau operator harus segera melakukan:

1. penghentian operasional sistem tangki dan/atau kontainer dan mencegah


aliran limbah;

2. memindahkan Limbah B3 dari sistem tangki dan/atau kontainer atau sistem


penampungan sekunder;

3. mewadahi Limbah B3 yang terlepas ke lingkungan, mencegah terjadinya


perpindahan ke tanah atau air permukaan, serta mengangkat tumpahan
Limbah B3 yang terlanjur masuk ke tanah atau air permukaan. Tanah, air
tanah atau air permukaan yang terkontaminasi Limbah B3 tersebut wajib
diperlakukan sebagai Limbah B3;

4. membuat catatan dan laporan mengenai kecelakaan dan upaya


penanggulangan yang telah dilakukan.

46
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Limbah B3 yang disimpan pada fasilitas penyimpanan silo


Penyimpanan Limbah B3 dengan menggunakan silo ditujukan untuk proses
pengolahan dan atau pemanfaatan Limbah B3 lebih lanjut. Limbah B3 yang
disimpan dan atau dikumpulkan dalam fase padat dengan ukuran butiran halus
(powder) atau fase cair yang dihasilkan secara kontinu dalam jumlah besar.

Penghasil dan/atau Pengolah dan/atau Pemanfaat Limbah B3 sebagai pemilik atau


operator agar melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali sehari
selama sistem silo dioperasikan, melakukan pengawasan pada saat dilakukan
pengisian dan/atau pengosongan fasilitas silo, dan melakukan pemantauan
terhadap sistem deteksi 24 jam sehingga mampu mendeteksi kerusakan pada
struktur silo.

Pemeriksaan dilakukan terhadap :

1. fasilitas tanggul penampung ceceran;

2. sistem pendeteksi korosi atau lepasnya limbah dari silo;

3. pengumpulan data untuk memastikan bahwa sistem silo berfungsi sesuai


rancang bangunnya; dan

4. bahan-bahan konstruksi dan areal seputar silo untuk mendeteksi pengikisan


atau tanda-tanda terlepasnya Limbah B3 (misalnya bintik lembab, kematian
vegetasi).

Limbah B3 yang disimpan pada fasilitas tempat tumpukkan


Limbah B3 (waste pile)
Penyimpanan Limbah B3 dengan cara penumpukan limbah (waste pile) ditujukan
untuk menyimpan atau bagian dari suatu proses pengolahan dan atau pemanfaatan
dengan tujuan bukan sebagai pembuangan/penimbunan akhir Limbah B3.

47
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pemilik atau operator harus melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya 1 (satu)


kali sehari selama fasilitas tempat Penyimpanan dengan cara penumpukan (waste
pile) dioperasikan. Pemeriksaan dilakukan terhadap:

1. Jumlah Limbah B3 yang disimpan dan yang dikelola lebih lanjut.

2. Kemungkinan dispersi Limbah B3 oleh angin, apabila mudah terdispersi oleh


angin maka terhadap Limbah B3 tersebut dilakukan penutupan dengan terpal
kedap air dan/atau dengan bahan sejenis yang kedap air dan dilakukan
penyemprotan dengan air.

3. Volume limpasan air permukaan yang timbul akibat curah hujan pada lokasi
tempat tumpukkan Limbah B3 (waste pile).

4. Sampel air lindi yang terbentuk untuk dianalisis di laboratorium paling sedikit
1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan memenuhi baku mutu TCLP B
sebagaimana tercantum dalam peraturan perundang-undangan mengenai
Pengelolaan Limbah B3.

5. sampel air tanah untuk dianalisis di laboratorium paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 6 (enam) bulan dan memenuhi baku mutu rona awal.

6. Operasi tempat tumpukkan Limbah B3 (waste pile) harus diinspeksi setiap


minggu dan setelah hujan terhadap pengaruh limpasan air permukaan (run off),
pelindian (leachate), wind dispersal serta sistem kebocoran.

Limbah B3 yang disimpan pada fasilitas waste impoundment


Penghasil Limbah B3 sebagai pemilik atau operator harus melakukan pemeriksaan
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali sehari selama fasilitas waste impoundment
dioperasikan. Pemeriksaan dilakukan terhadap:

48
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

1. Jumlah Limbah B3 yang disimpan dan yang dikelola lebih lanjut.

2. sampel air lindi yang terbentuk untuk dianalisis di laboratorium paling sedikit 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan memenuhi baku mutu TCLP B
sebagaimana tercantum dalam peraturan perundang-undangan mengenai
Pengelolaan Limbah B3. Apabila hasil uji laboratorium terhadap air lindi
tersebut menunjukkan nilai melebihi baku mutu yang ditetapkan, maka air lindi
tersebut wajib diolah terlebih dahulu sebelum di lepas ke badan air.

3. Volume limpasan air permukaan yang timbul akibat curah hujan pada lokasi
waste impoundment yang mempengaruhi kondisi tinggi jagaan (freeboard) pada
bendung waste impoundment.

4. sampel air tanah untuk dianalisis di laboratorium paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 6 (enam) bulan dan memenuhi baku mutu rona awal.

5. Operasi waste impoundment harus diinspeksi setiap minggu dan setelah hujan
terhadap pengaruh limpasan air permukaan (run off), pelindian (leachate), wind
dispersal serta sistem kebocoran.

6. Bendung harus diinspeksi secara mingguan dan setelah terjadinya hujan untuk
mengantisipasi terjadinya rekahan, erosi, termasuk mencegah berpindahnya
(migrasi) zat pencemar Limbah B3 ke tanah setempat atau air tanah sepanjang
masa beroperasi dan mencegah terjadinya rembesan (seepage) pada konstruksi
bendung.

7. Apabila Limbah B3 yang disimpan dan atau dikumpulkan hasil dari


pengolahan secara kimia, maka operator harus melakukan analisa terhadap
Limbah B3.

49
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

8. Limbah B3 fase padat yang terbentuk karena proses pengendapan, maka wajib
dikelola lebih lanjut.

Penyimpanan Limbah B3 Oleh Pengumpul Limbah


B3
Persyaratan tempat Pengumpulan Limbah B3 dilakukan sesuai dengan tata cara
dan persyaratan teknis Penyimpanan Limbah B3. Namun demikian untuk kegiatan
Pengumpulan Limbah B3 agar dilengkapi dengan sarana paling sedikit :

1. Memiliki fasilitas tempat dan atau bangunan Pengumpulan yang dilengkapi


dengan berbagai sarana penunjang dengan tata ruang yang tepat sehingga
kegiatan Pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi
lingkungan;

2. Setiap bangunan Pengumpulan Limbah B3 di rancang khusus hanya untuk 1


(satu) karakteristik limbah dan di lengkapi dengan bak penampung
tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pengangkatannya;

3. Fasilitas pada bangunan Pengumpulan Limbah B3 harus di lengkapi dengan:

a. peralatan dan sistem pemadam kebakaran;

b. pagar pengaman;

c. pembangkit listrik cadangan;

d. fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan;

e. peralatan komunikasi;

50
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

f. gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;

g. pintu darurat;

h. alarm.

4. Dan sarana penunjang yang meliputi :

a. Fasilitas Laboratorium dan/atau Alat Analisa Laboratorium yang


harus mampu melakukan pengujian karakteristik dari Limbah B3 yang
diterima, sehingga penanganan lebih lanjut seperti pengemasan ulang,
penyimpanan atau segregasi Limbah B3 dapat dilakukan dengan tepat
dan melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan Limbah B3 dari
kegiatan pengumpulan limbah yang dilakukan (misalnya cairan dari
fasilitas pencucian atau dari kolam penampungan darurat) sehingga
dapat dilakukan penanganan dengan tepat.

51
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Tata ruang fasilitas Penyimpanan sementara Limbah B3 di luar lokasi pabrik atau
di pengumpul dan atau di pengolah dan atau di pemanfaat

52
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

a. Fasilitas Pencucian

Setiap pencucian peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam


kegiatan Pengumpulan Limbah B3 harus dilakukan di dalam fasilitas
pencucian. Fasilitas tersebut harus dilengkapi bak penampungan
dengan kapasitas yang memadai dan harus kedap air dan minyak;

Sebelum dapat dibuang ke lingkungan, maka terhadap cairan dalam


bak penampungan tersebut harus dilakukan analisis laboratorium
guna memperoleh kepastian pemenuhan terhadap baku mutu. Cairan
dari bak penampungan dapat dibuang ke lingkungan sepanjang beban
maksimum tidak dilampauinya;

Setiap kendaraan pengangkut yang akan meninggalkan lokasi


Pengumpulan Limbah B3 arus dibersihkan atau dicuci terlebih
dahulu, terutama bagian-bagian yang diduga kuat terkontaminasi
Limbah B3 (misalnya bak kendaraan pengangkut, roda, dll).

b. Fasilitas Bongkar – Muat

Fasilitas bongkar-muat harus dirancang sehingga memudahkan


kegiatan pemindahan limbah dari dan ke kendaraan pengangkut;

Lantai untuk kegiatan bongkar-muat harus kuat dan kedap air dan
minyak serta dilengkapi dengan saluran pembuangan menuju bak
penampung untuk menjamin tidak ada tumpahan atau ceceran
Limbah B3 yang lepas ke lingkungan.

c. Kolam Penampungan Darurat

Kolam penampungan darurat dimaksudkan untuk menampung cairan


atau bahan yang terkontaminasi oleh Limbah B3 dalam jumlah besar
53
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

(misalnya cairan dari bekas pemakaian bahan pemadam kebakaran,


dll);

Kolam penampung

an darurat harus dirancang kedap air dan minyak dan mampu


menampung cairan atau bahan yang terkontaminasi dalam jumlah
memadai.

d. Peralatan Penanganan Tumpahan

Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alat-alat


atau bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan
membersihkan ceceran atau tumpahan Limbah B3;

Bekas alat atau bahan pembersih tersebut, jika tidak dapat digunakan
kembali harus di perlakukan sebagai Limbah B3.

54
Bab

6
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Menggunakan Simbol dan Label Limbah B3


Penandaan Limbah B3 dimaksudkan untuk memberikan identitas Limbah B3 sehingga dapat
dikenali.

P engemasan, penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, dan pengangkutan


Limbah B3 harus dilakukan dengan cara yang aman bagi pekerja, masyarakat
dan lingkungan. Salah satu faktor penting yang berhubungan dengan
keamanan (safety) ini yaitu penandaan pada tempat penyimpanan, pengumpulan,
pengolahan serta pada setiap kemasan dan kendaraan Pengangkut Limbah B3.

Melalui penandaan dapat diketahui informasi dasar tentang jenis dan karakteristik
Limbah B3 bagi:

1. pelaksana Pengelolaan Limbah B3;

2. pengawas Pengelolaan Limbah B3; dan

3. setiap orang atau masyarakat di sekitarnya.

Penandaan terhadap Limbah B3 juga penting untuk penelusuran dan penentuan


Pengelolaan Limbah B3. Tanda yang digunakan ada 2 (dua) jenis yaitu Simbol
Limbah B3 dan Label Limbah B3..

Mengenal Simbol Limbah B3


Bentuk dasar Simbol Limbah B3
Simbol Limbah B3 berbentuk bujur sangkar diputar 45˚ (empat puluh lima derajat)
sehingga membentuk belah ketupat. Pada keempat sisi belah ketupat tersebut

55
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

dibuat garis sejajar yang menyambung sehingga membentuk bidang belah ketupat
dalam dengan ukuran 95% (sembilan puluh lima per seratus) dari ukuran belah
ketupat luar. Warna garis yang membentuk belah ketupat dalam sama dengan
warna gambar Simbol Limbah B3.

Pada bagian bawah Simbol Limbah B3 terdapat blok segilima dengan bagian atas
mendatar dan sudut terlancip berhimpit dengan bagian atas mendatar dan sudut
terlancip berhimpit dengan garis sudut bawah belah ketupat bagian dalam.

Panjang garis pada bagian sudut terlancip adalah 1/3 (satu per tiga) dari garis
vertikal Simbol Limbah B3 dengan lebar 1/2 (satu per dua) dari panjang garis
horisontal belah ketupat dalam Gambar 4.1.

Simbol Limbah B3 harus Simbol Limbah B3 yang dipasang pada kemasan


dibuat dari bahan yang tahan dengan ukuran paling rendah 10 cm x 10 cm
terhadap goresan dan/atau
(sepuluh centimeter kali sepuluh centimeter),
bahan kimia yang
kemungkinan akan sedangkan Simbol Limbah B3 pada kendaraan
mengenainya, misalnya bahan Pengangkut Limbah B3 dan tempat
plastik, kertas, atau plat
penyimpanan Limbah B3 dengan ukuran paling
logam dan harus melekat kuat
pada permukaan kemasan. rendah 25 cm x 25 cm (dua puluh lima
centimeter kali dua puluh lima centimeter),
sebanding dengan ukuran boks pengangkut yang ditandai sehingga tulisan pada
Simbol Limbah B3 dapat terlihat jelas dari jarak 20 m (dua puluh meter).

Warna Simbol Limbah B3 untuk dipasang di kendaraan Pengangkut Limbah B3


harus dengan cat yang dapat berpendar (flourenscence).

56
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Bentuk dasar Simbol Limbah B3

Jenis Simbol Limbah B3


Setiap Simbol Limbah B3 adalah satu gambar tertentu untuk menandakan
karakteristik Limbah B3 dalam suatu pengemasan, penyimpanan, pengumpulan,
atau pengangkutan.

Terdapat 9 (sembilan) jenis Simbol Limbah B3 untuk penandaan karakteristik


Limbah B3 yaitu:

57
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 Mudah Meledak


Warna dasar bahan jingga atau oranye, memuat gambar berupa suatu materi
Limbah yang meledak berwarna hitam terletak di bawah sudut atas garis ketupat
bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan MUDAH MELEDAK
berwarna hitam yang diapit oleh 2 (dua) garis sejajar berwarna hitam sehingga
membentuk 2 (dua) bangun segitiga sama kaki pada bagian dalam belah ketupat.
Blok segilima berwarna merah.

Simbol Limbah B3 mudah meledak.

Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 Mudah Menyala


Terdapat 2 (dua) macam Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 mudah menyala,
yaitu Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 berupa cairan mudah menyala dan
Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 berupa padatan mudah menyala:

1. Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 berupa cairan mudah menyala

58
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Bahan dasar berwarna merah, memuat gambar berupa lidah api berwarna
putih yang menyala pada suatu permukaan berwarna putih terletak di bawah
sudut atas garis ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan
CAIRAN dan di bawahnya terdapat tulisan MUDAH MENYALA berwarna
putih. Blok segilima berwarna putih.

Simbol Limbah B3 berupa cairan mudah menyala.

59
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

2. Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 berupa padatan mudah menyala

Dasar Simbol Limbah B3 terdiri dari warna merah dan putih yang berjajar
vertikal berselingan, memuat gambar berupa lidah api berwarna hitam yang
menyala pada suatu bidang berwarna hitam. Pada bagian tengah terdapat
tulisan PADATAN dan di bawahnya terdapat tulisan MUDAH
MENYALA berwarna hitam. Blok segilima berwarna kebalikan dari warna
dasar Simbol Limbah B3.

Simbol Limbah B3 berupa padatan mudah menyala.

60
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 Reaktif


Bahan dasar berwarna kuning, memuat gambar berupa lingkaran hitam dengan
asap berwarna hitam mengarah ke atas yang terletak pada suatu permukaan garis
berwarna hitam. Di sebelah bawah gambar terdapat tulisan REAKTIF berwarna
hitam. Blok segilima berwarna merah.

Simbol Limbah B3 reaktif.

61
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 beracun.


Bahan dasar berwarna putih, memuat gambar berupa tengkorak manusia dengan
tulang bersilang berwarna putih dengan garis tepi berwarna hitam. Pada sebelah
bawah gambar simbol terdapat tulisan BERACUN berwarna hitam, serta blok
segilima berwarna merah.

Simbol Limbah B3 beracun.

62
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 korosif


Belah ketupat terbagi pada garis horisontal menjadi dua bidang segitiga. Pada
bagian atas yang berwarna putih terdapat 2 (dua) gambar, yaitu di sebelah kiri
adalah gambar tetesan limbah korosif yang merusak pelat bahan berwarna hitam,
dan di sebelah kanan adalah gambar telapan tangan kanan yang terkena tetesan
Limbah B3 korosif. Pada bagian bawah, bidang segitiga berwarna hitam, terdapat
tulisan KOROSIF berwarna putih, serta blok segilima berwarna merah.

Simbol Limbah B3 Korosif.

63
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 Infeksius


Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian
dalam berwarna hitam, memuat gambar infeksius berwarna hitam terletak di
sebelah bawah sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah
terdapat tulisan INFEKSIUS berwarna hitam, dan di bawahnya terdapat blok
segilima berwarna merah.

Simbol limbah B3 infeksius.

64
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Simbol Limbah B3 untuk Limbah B3 berbahaya terhadap perairan


Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian
dalam berwarna hitam, memuat gambar berupa pohon berwarna hitam, gambar
ikan berwarna putih, dan gambar tumpahan Limbah B3 berwarna hitam yang
terletak di sebelah garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah bawah
terdapat tulisan BERBAHAYA TERHADAP dan di bawahnya terdapat tulisan
LINGKUNGAN berwarna hitam, serta blok segilima berwarna merah.

Simbol Limbah B3 berbahaya terhadap lingkungan.

65
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Mengetahui Label Limbah B3


Label Limbah B3 merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan
informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu Limbah B3
yang dikemas.

Terdapat 3 (tiga) jenis Label Limbah B3 yang berkaitan dengan sistem pengemasan
Limbah B3 yaitu:

1. Label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan Limbah B3

Label Limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul


Limbah B3, identitas Limbah B3, serta kuantifikasi Limbah B3 dalam
kemasan Limbah B3. Label Limbah B3 berukuran paling rendah 15 cm x 20
cm (lima belas centimeter kali dua puluh centimeter), dengan warna dasar
kuning serta garis tepi berwarna hitam, dan tulisan identitas berwarna hitam
serta tulisan PERINGATAN ! dengan huruf yang lebih besar berwarna
merah.

Label Limbah B3 diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah
terhapus serta dipasang pada setiap kemasan Limbah B3, dan yang disimpan
di tempat penyimpanan. Pada Label Limbah B3 wajib dicantumkan identitas
sebagai berikut:

a. Penghasil, nama perusahaan c. Telepon, nomor telepon


yang menghasilkan Limbah penghasil, termasuk kode area.
B3 dalam kemasan.
d. Fax, nomor faksimile penghasil,
b. Alamat, alamat jelas termasuk kode area.
perusahaan di atas, termasuk
kode wilayah.

66
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Label Limbah B3.

e. Nomor Penghasil, nomor g. Jenis Limbah, keterangan


yang diberikan limbah berkaitan dengan fasa
Kementerian Lingkungan atau kelompok jenisnya (cair,
Hidup kepada penghasil padat, sludge anorganik, atau
ketika melaporkan organik, dll).

f. Tgl. Pengemasan, data h. Kode Limbah, kode limbah


tanggal saat pengemasan yang dikemas, didasarkan pada
dilakukan daftar Limbah B3 dalam
Lampiran I PP 85 tahun 1999.

67
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

i. Jumlah Limbah, jumlah k. Nomor, nomor urut


total kuantitas limbah pengemasan.
dalam kemasan (ton, kg,
atau m3).

j. Sifat Limbah, karakteristik


Limbah B3 yang dikemas
(sesuai Simbol Limbah B3
yang dipasang).

2. Label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan Limbah B3 kosong

Bentuk dasar Label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan Limbah B3


kosong sama dengan bentuk dasar Simbol Limbah B3, Label Limbah B3
yang dipasang pada wadah dan/atau kemasan dengan ukuran paling rendah
10 cm x 10 cm (sepuluh centimeter kali sepuluh centimeter) dan pada bagian
tengah terdapat tulisan KOSONG berwarna hitam di tengahnya.

Label Limbah B3 Wadah dan/atau Kemasan Limbah B3 Kosong.

68
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

3. Label Limbah B3 untuk penunjuk tutup wadah dan/atau kemasan

Label berukuran paling rendah 7 cm x 15 cm (tujuh centimeter kali lima


belas centimeter) dengan warna dasar putih dan terdapat gambar yang terdiri
dari 2 (dua) buah anak panah mengarah ke atas yang berdiri sejajar di atas
blok hitam terdapat dalam frame hitam,. Label terbuat dari bahan yang tidak
mudah rusak karena goresan atau akibat terkena limbah dan bahan kimia
lainnya.

Label Limbah B3 penandaan Posisi Tutup Wadah dan/atau Kemasan Limbah B3.

Pelekatan Simbol Limbah B3 dan Label Limbah B3


Simbol Limbah B3 pada wadah dan/atau kemasan Limbah B3
Simbol Limbah B3 yang dilekatkan pada wadah dan/atau kemasan Limbah B3
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis simbol Limbah B3 yang dilekatkan harus sesuai dengan karakteristik


limbah yang diwadah dan/atau dikemasnya, apabila Limbah B3 di dalam
wadah dan/atau kemasan:

a. memiliki 1 (satu) karakteristik, maka wadah dan/atau kemasannya wajib


dilekati dengan Simbol Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3
yang dikemas;
69
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

b. memiliki lebih dari 1 (satu) karakteristik, wadah dan/atau kemasannya wajib


dilekati dengan Simbol Limbah B3 dengan masing-masing karakteristik
yang dominan, Karakteristik dominan adalah karakteristik yang terlebih
dahulu harus ditangani dalam keadaan darurat seperti kecelakaan;

c. tidak memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif,


beracun, infeksius, atau korosif, pada wadah dan/atau kemasan, tempat
penyimpanan, atau alat angkut Limbah B3 harus dilekati dengan Simbol
Limbah B3 berbahaya terhadap lingkungan.

2. Dilekatkan pada sisi-sisi wadah dan/atau kemasan yang tidak terhalang oleh
wadah dan/atau kemasan lain dan mudah dilihat.

3. Simbol Limbah B3 tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan Simbol
Limbah B3 lain sebelum wadah dan/atau kemasan dikosongkan dan
dibersihkan dari sisa Limbah B3.

Simbol Limbah B3 pada kendaraan Pengangkut Limbah B3.


Simbol Limbah B3 yang dilekati pada kendaraan Pengangkut Limbah B3 harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis Simbol Limbah B3 yang dilekati harus satu macam Simbol Limbah B3
yang sesuai dengan karakteristik limbah yang diangkutnya, apabila alat
angkut Limbah B3 mengangkut:

a. Limbah B3 yang memiliki lebih dari 1 (satu) karakteristik; dan/atau

b. beberapa Limbah B3 dengan karakteristik lebih dari 1 (satu),

2. Simbol Limbah B3 yang dilekati merupakan Simbol Limbah B3 dengan


karakteristik yang paling dominan atau Simbol Limbah B3 dengan masing-
masing karakteristik yang dominan.

70
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

3. Dilekati disetiap sisi boks pengangkut dan di bagian muka kendaraan serta
harus dapat terlihat dengan jelas dari jarak paling rendah 30 m (tiga puluh
meter).

4. Simbol Limbah B3 tidak boleh dilepas dan diganti dengan Simbol Limbah
B3 lain sebelum muatan Limbah B3 dikeluarkan dan kendaraan yang
digunakan dibersihkan dari sisa Limbah B3 yang tertinggal.

Simbol Limbah B3 pada tempat penyimpanan Limbah B3.


Gudang tempat penyimpanan limbah B3 harus dilekati dengan Simbol Limbah B3
dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis Simbol Limbah B3 yang dilekati harus sesuai dengan karakteristik


Limbah B3 yang disimpan, apabila Limbah B3 yang disimpan:

a. memiliki 1 (satu) karakteristik, tempat penyimpanan wajib dilekati


dengan Simbol Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3 yang
disimpan;

b. memiliki lebih dari 1 (satu) karakteristik, tempat penyimpanan wajib


dilekati dengan Simbol Limbah B3 dengan karakteristik yang paling
dominan.

2. Simbol Limbah B3 dilekati pada setiap pintu tempat penyimpanan Limbah


B3 dan bagian luar dinding yang tidak terhalang.

3. Selama tempat penyimpanan masih difungsikan, Simbol Limbah B3 tidak


boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan Simbol Limbah B3 lain,
kecuali jika akan digunakan untuk penyimpanan Limbah B3 dengan
karakteristik yang berlainan.

71
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Contoh pelekatan Simbol Limbah B3 pada tempat penyimpanan dengan 2 (dua) karakteristik
dominan (predominan), yaitu korosif dan mudah menyala.

Label Limbah B3 pada wadah dan/atau kemasan Limbah B3


Label Limbah B3 dilekati di sebelah atas Simbol Limbah B3 wadah dan/atau
kemasan dan harus terlihat dengan jelas. Label Limbah B3 ini juga harus dipasang
pada kemasan yang akan dimasukan ke dalam kemasan yang lebih besar. Apabila
Limbah B3 yang di simpan pada wadah dan/atau kemasan:

1. memiliki 1 (satu) karakteristik, maka wadah dan/atau kemasannya wajib


dilekati dengan label Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3 yang
dikemas;

72
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

2. memiliki 1 (satu) karakteristik, maka wadah dan/atau kemasannya wajib


dilekati dengan label Limbah B3 yang menunjukkan karakteristik keseluruhan
Limbah B3.

Label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan Limbah B3


kosong
Wadah dan/atau kemasan yang telah dibersihkan dari Limbah B3 dan/atau akan
digunakan kembali untuk mengemas Limbah B3 harus diberi Label Limbah B3
wadah dan/atau kemasan Limbah B3 kosong.

Label Limbah B3 penunjuk tutup wadah dan/atau kemasan


Label Limbah B3 dilekati dekat tutup wadah dan/atau kemasan dengan arah
panah menunjukkan posisi penutup wadah dan/atau kemasan. Label Limbah B3
harus terpasang kuat pada setiap wadah dan/atau kemasan Limbah B3, baik yang
telah diisi Limbah B3, maupun wadah dan/atau kemasan yang akan digunakan
untuk mengemas Limbah B3.

Berikut merupakan contoh pelekatan Simbol Limbah B3 dan Label Limbah B3


pada wadah dan/atau kemasan.

73
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

(a) (b) (c)


Keterangan:
(a) drum 200 liter yang berisi Limbah B3 dengan 1 karakteristik;
(b) drum 200 liter yang berisi limbah B3 dengan 2 karakteristik dominan (predominan);
(c) drum 200 liter kosong setelah limbah B3nya dikosongkan.

Contoh Pelekatan Simbol Limbah B3 dan Label Limbah B3

Ketentuan Rinci Pelekatan Simbol Limbah B3 Pada Wadah


dan/atau Kemasan, Tempat Penyimpanan Limbah B3, dan Alat
Angkut Limbah B3
Pelekatan Simbol Limbah B3 pada wadah dan/atau kemasan, tempat
penyimpanan Limbah B3, dan alat angkut Limbah B3 dilakukan sesuai dengan
tabel berikut:

74
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Kombinasi Limbah B3 Pada Wadah


dan/atau Kemasan, Tempat Penyimpan,
dan Alat Angkut
Limbah B3 dan
No.
Karakteristik
Keadaan 1

Keadaan 2

Keadaan 3

Keadaan 4

Keadaan 5

Keadaan 6
1 Limbah B3 (Limbah A)
1.    
1 karakteristik (korosif)

1 Limbah B3 (Limbah B)

2. 2 karakteristik (mudah   
menyala dan reaktif,
dominan reaktif)

1 Limbah B3 (Limbah C)

3. 2 karakteristik (mudah   
menyala dan reaktif,
keduanya dominan)

1. Pelekatan Simbol Limbah B3 Pada Wadah dan/atau Kemasan

a. Keadaan 1, Korosif
75
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

b. Keadaan 2, Reaktif

c. Keadaan 3, Mudah menyala dan reaktif

d. Keadaan 4

(1) Korosif → Limbah A

(2) Reaktif → Limbah B

Catatan

Wadah dan/atau kemasan harus terpisah antara Limbah A dan Limbah B.

e. Keadaan 5

(1) Korosif → Limbah A

(2) Mudah menyala dan reaktif → Limbah C

Catatan

Wadah dan/atau kemasan harus terpisah antara Limbah A dan Limbah C

f. Keadaan 6

(1) Korosif → Limbah A

(2) Reaktif → Limbah B

(3) Mudah menyala dan reaktif → Limbah C

Catatan

76
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Wadah dan/atau kemasan harus terpisah antara Limbah A, Limbah B, dan


Limbah C

2. Pelekatan Simbol Limbah B3 Pada Tempat Penyimpanan

a. Keadaan 1, Korosif, jika hanya menyimpan Limbah B3 dengan


karakteristik korosif.

b. Keadaan 2, Reaktif, jika hanya menyimpan Limbah B3 dengan


karakteristik reaktif.

c. Keadaan 3, Mudah menyala dan reaktif, jika hanya menyimpan


Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala dan reaktif.

d. Keadaan 4

(1) Korosif, jika jumlah dan karakteristik Limbah B3nya secara


keseluruhan dominan korosif.

(2) Reaktif, jika jumlah dan karakteristik Limbah B3nya secara


keseluruhan dominan reaktif.

(3) Korosif dan reaktif, jika jumlah dan karakteristik Limbah


B3nya secara keseluruhan dominan korosif dan reaktif.

Catatan

1. Jika dimungkinkan, tempat penyimpanan dilakukan secara terpisah untuk


setiap karakteristik Limbah B3.

77
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

2. Dominansi ditetapkan berdasarkan karakteristik yang paling dominan


jumlahnya.

e. Keadaan 5

(1) Korosif, jika jumlah dan karakteristik Limbah B3nya secara


keseluruhan dominan korosif.

(2) Mudah menyala dan reaktif, jika jumlah dan karakteristik


Limbah B3nya secara keseluruhan dominan mudah menyala
dan reaktif.

Catatan

1. Jika dimungkinkan, tempat penyimpanan dilakukan secara terpisah untuk


setiap karakteristik Limbah B3.
2. Dominansi ditetapkan berdasarkan karakteristik yang paling dominan
jumlahnya.
3. Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala dan reaktif lazimnya
didahulukan penanganannya ketika terjadi kecelakaan.
4. Hindari penyimpanan Limbah B3 pada satu tempat penyimpanan Limbah
B3 yang dominansi secara keseluruhannya lebih dari 2 (dua) karakteristik
untuk menghindari kebingungan penanganan ketika terjadi kecelakaan.

f. Keadaan 6

(1) Korosif, jika jumlah dan karakteristik Limbah B3nya secara


keseluruhan dominan korosif.

(2) Mudah menyala dan reaktif, jika jumlah dan karakteristik


Limbah B3nya secara keseluruhan dominan mudah menyala
dan reaktif.
78
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Catatan

1. Jika dimungkinkan, tempat penyimpanan dilakukan secara terpisah untuk


setiap karakteristik Limbah B3.
2. Dominansi ditetapkan berdasarkan karakteristik yang paling dominan
jumlahnya.
3. Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala dan reaktif lazimnya
didahulukan penanganannya ketika terjadi kecelakaan.
4. Hindari penyimpanan Limbah B3 pada satu tempat penyimpanan Limbah
B3 yang dominansi secara keseluruhannya lebih dari 2 (dua) karakteristik
untuk menghindari kebingungan penanganan ketika terjadi kecelakaan.

3. Pelekatan Simbol Limbah B3 Pada Alat Angkut

a. Keadaan 1, Korosif, jika hanya mengangkut Limbah B3 dengan


karakteristik korosif.

b. Keadaan 2, Reaktif, jika hanya mengangkut Limbah B3 dengan


karakteristik reaktif.

c. Keadaan 3, Mudah menyala dan reaktif, jika hanya mengangkut


Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala dan reaktif.

d. Keadaan 4

(1) Korosif, jika jumlah dan karakteristik Limbah B3nya secara


keseluruhan dominan korosif.

(2) Reaktif, jika jumlah dan karakteristik Limbah B3nya secara


keseluruhan dominan reaktif.

79
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

(3) Korosif dan reaktif, jika jumlah dan karakteristik Limbah


B3nya secara keseluruhan dominan korosif dan reaktif.

Catatan

1. Jika dimungkinkan, pengangkutan dilakukan secara terpisah untuk setiap


karakteristik Limbah B3.
2. Dominansi ditetapkan berdasarkan karakteristik yang paling dominan
jumlahnya.

e. Keadaan 5

(1) Korosif, jika jumlah dan karakteristik Limbah B3nya secara


keseluruhan dominan korosif.

(2) Mudah menyala, dan reaktif, jika jumlah dan karakteristik


Limbah B3nya secara keseluruhan dominan mudah menyala
dan reaktif.

Catatan

1. Jika dimungkinkan, pengangkutan dilakukan secara terpisah untuk setiap


karakteristik Limbah B3.
2. Dominansi ditetapkan berdasarkan karakteristik yang paling dominan
jumlahnya.
3. Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala dan reaktif lazimnya
didahulukan penanganannya ketika terjadi kecelakaan.
4. Hindari pengangkutan Limbah B3 pada satu alat angkut Limbah B3 yang
dominansi secara keseluruhannya lebih dari 2 (dua) karakteristik untuk
menghindari kebingungan penanganan ketika terjadi kecelakaan.

80
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

f. Keadaan 6

(1) Korosif, jika jumlah dan karakteristik Limbah B3nya secara


keseluruhan dominan korosif.

(2) Mudah menyala dan reaktif, jika jumlah dan karakteristik


Limbah B3nya secara keseluruhan dominan mudah menyala
dan reaktif.

Catatan

1. Jika dimungkinkan, pengangkutan dilakukan secara terpisah untuk setiap


karakteristik Limbah B3.
2. Dominansi ditetapkan berdasarkan karakteristik yang paling dominan
jumlahnya.
3. Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala dan reaktif lazimnya
didahulukan penanganannya ketika terjadi kecelakaan.
4. Hindari pengangkutan Limbah B3 pada satu alat angkut Limbah B3 yang
dominansi secara keseluruhannya lebih dari 2 (dua) karakteristik untuk
menghindari kebingungan penanganan ketika terjadi kecelakaan.

81
Bab

7
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pengumpulan Limbah B3

K egiatan Pengumpulan Limbah B3 bagi Bandar Udara dilakukan apabila


Bandar Udara menerima Limbah B3 dari Tempat Penyimpanan Sementara
Limbah B3 yang berasal dari tenant-tenant yang berada dalam kawasan
Bandar Udara.

Kegiatan Pengumpulan Limbah B3 bagi Bandar Udara dilakukan apabila Bandar


Udara menerima Limbah B3 dari Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
yang berasal dari tenant-tenant yang berada dalam kawasan Bandar Udara.

Persyaratan Lokasi Pengumpulan


1. Luas tanah termasuk untuk bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya
sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar;

2. Area secara geologis merupakan daerah bebas banjir tahunan;

3. Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu.

4. Jarak terdekat yang diperkenankan adalah:

a. 150 meter dari jalan utama atau jalan tol; 50 meter dari jalan lainnya;

b. 300 meter dari fasilitas umum seperti; daerah pemukiman,


perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial,
hotel, restoran, fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.

82
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

c. 300 meter dari perairan seperti; garis pasang tertinggi laut, badan
sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air, sumur
penduduk, dll.

d. 300 meter dari daerah yang dilindungi seperti: cagar alam, hutan
lindung, kawasan suaka, dll

Persyaratan Fasilitas Untuk Jasa Pengumpulan


Limbah b3
Dalam kegiatan pengumpulan Limbah B3, perusahaan wajib memiliki fasilitas
tambahan berupa:

1. Laboratorium

Laboratorium yang tersedia harus mampu:

a. melakukan pengujian jenis dan karakteristik dari limbah B3 yang diterima,


sehingga penanganan lebih lanjut seperti pencampuran, pengemasan
ulang atau pengolahan awal (pre treatment) dapat dilakukan dengan tepat;

b. melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan dari kegiatan


pengelolaan limbah yang dilakukan (misalnya cairan dari fasilitas
pencucian atau dari kolam penampungan darurat) sehingga dapat
penanganan sebelum dibuang ke lingkungan dapat ditetapkan

2. Fasilitas pencucian

Setiap pencucian peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan


pengumpulan limbah B3 harus dilakukan di dalam fasilitas pencucian.
Fasilitas tersebut harus dilengkapi bak penampung dengan kapasitas yang
memadai dan harus kedap air;

83
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Sebelum dapat dibuang ke lingkungan, maka terhadap cairan dalam bak


penampung tersebut harus dilakukan analisis laboratorium guna memperoleh
kepastian pemenuhan terhadap baku mutu. Cairan dari bak penampung
dapat dibuang ke lingkungan sepanjang beban maksimum tidak
dilampauinya;

Setiap kendaraan pengangkut yang akan meninggalkan lokasi pengumpulan


harus dibersihkan/dicuci terlebih dahulu, terutama bagian-bagian yang
diduga kuat terkontaminasi limbah B3 (misalnya bak kendaraan pengangkut,
roda, dll).

3. Fasilitas untuk bongkar-muat

Fasilitas bongkar-muat harus dirancang sehingga memudahkan kegiatan


pemindahan limbah dari dan ke kendaraan pengangkut;

Lantai untuk kegiatan bongkar-muat harus kuat dan kedap air serta
dilengkapi dengan saluran pembuangan menuju bak penampung untuk
menjamin tidak ada tumpahan atau ceceran limbah B3 yang lepas ke
lingkungan.

4. Kolam penampungan darurat

Kolam penampungan darurat dimaksudkan untuk menampung cairan atau


bahan yang terkontaminasi oleh limbah B3 dalam jumlah besar (misalnya
cairan dari bekas pemakaian bahan pemadam kebakaran, dll);

Kolam penampung darurat harus dirancang kedap air dan mampu


menampung cairan/bahan yang terkontaminasi dalam jumlah memadai;

5. Peralatan penanganan tumpahan

84
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alatalat atau


bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan membersihkan
ceceran atau tumpahan limbah B3;

Bekas alat atau bahan pembersih tersebut, jika tidak dapat digunakan kembali
harus diperlakukan sebagai limbah B3

Catatan

Ketentuan Penyimpanan Limbah B3 Oleh Pengumpul Limbah B3 ini


berlaku bagi kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang dilakukan oleh
Pengumpul Limbah B3 skala nasional, skala provinsi atau skala
kabupaten/kota dan/atau Pemanfaat Limbah B3 dan/atau Pengolah
Limbah B3 dan/atau Penimbun Limbah B3.

85
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:

Bab

8
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pengangkutan Limbah B3

P engangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut


yang tertutup untuk Limbah B3 kategori 1, sedangkan untuk Limbah B3
kategori 2 dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang terbuka
untuk Limbah B3.

Pengangkutan Limbah B3 wajib memiliki:.

1. rekomendasi Pengangkutan Limbah B3; dan

2. izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3.

Dalam kegiatan pengengkutan Limbah B3 wajib dilengkapin dokumen manifest.


Manifes Limbah paling sedikit memuat informasi mengenai:

1. kode manifes Limbah B3;

2. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan diangkut;

3. identitas Pengirim Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, dan Penerima


Limbah B3; dan

4. alat angkut Limbah B3.

86
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Registrasi Festronik
Untuk memulai aplikasi manifes online, pengguna harus memastikan bahwa
komputer telah terhubung dengan internet. Seluruh aktivitas dalam proses
pendaftaran dan pengajuan manifes dilakukan secara online. Berikut langkah-
langkah yang pengguna bisa lakukan:

1. Mengakses alamat url http://festronik.menlhk.go.id/ pada address bar


masing-masing web browser.

2. kemudian akan muncul halaman utama aplikasi manifes online seperti


berikut.

3. Untuk mengakses aplikasi secara penuh, pengguna diharapkan login terlebih


dahulu. Nama Pengguna dan Kata Sandi didapatkan saat proses
pendaftaran/registrasi.

Berikut ini merupakan diagram proses registrasi.

87
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pihak Pelaku Usaha melakukan input nomor izin dan cek validasi dengan memilih
tombol PENDAFTARAN pada halaman utama aplikasi, maka akan menampilkan
halaman berikut.

88
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pertama pilih Tipe Perusahaan, kemudian form isian akan bertambah seperti
gambar berikut ini.

89
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pelaku Usaha dipersilahkan untuk mengisi data pendaftaran dan mengirim


permohonan pendaftaran.

✓ Mengisi NPWP (nomor pokok wajib pajak) yang sesuai.

✓ Mengisi Nama Perusahaan yang sesuai.

✓ Mengisi Izin Lingkungan yang sesuai.

✓ Mengisi Alamat Perusahaan yang sesuai.

✓ Mengisi Alamat Kegiatan yang sesuai.

90
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

✓ Memilih Provinsi yang sesuai dengan alamat perusahaan.

✓ Memilih Kabupaten yang sesuai. o Memilih Kecamatan yang sesuai.

✓ Mengisi Telepon yang sesuai. o Mengisi Fax yang sesuai.

✓ Mengisi Email yang valid.

✓ Memilih Jenis Identitas yang sesuai.

✓ Mengisi Nomor Identitas yang sesuai dengan pilihan jenis identitas, misalnya
pengguna memilih jenis identitas = KTP, maka saat kolom nomor identitas
ini pengguna menginputkan nomor KTP. o Mengisi Nama Lengkap yang
sesuai.

✓ Mengisi Alamat yang sesuai.

✓ Mengisi Telp/HP yang sesuai. o Mengisi alamat Email yang sesuai.

✓ Mengisi Username yang diinginkan, username ini yang nantinya akan


digunakan untuk login pengguna.

✓ Mengisi Kode Keamanan

Setelah disimpan Pilih tombol “OK” maka akan muncul dialog box Informasi
bahwa data registrasi berhasil disimpan dan pengguna diharapkan mengecek email
yang didaftarkan.

91
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Berikut ini tampilan email yang diterima oleh pengguna. Jika pengguna tidak
menerima email dari KLHK mohon diperhatikan pada bagian spam.

Admin menerima data registrasi yang telah dikirm Pelaku Usaha kemudian
melakukan verifikasi registrasi pada menu [Registrasi] maka akan muncul tampilan
berikut

92
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pengguna disarakan untuk memilih data yang akan di approve, kemudian pilih
tombol “Proses” dan pilih fungsi “Lihat”. Maka akan muncul halaman Data
Registrasi berikut ini.

Untuk menerima pengajuan pendaftaran akun, maka pilih tombol “Terima”.


Tombol “Tolak” berfungsi untuk menolak pengajuan pendaftaran. Setelah memilih
tombol terima, maka muncul dialog box Konfirmasi berikut, pilih OK untuk
melajutkan.

93
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Setelah sukses, maka muncul dialog box Infomasi bahwa data berhasil diapprove.

Setelah Admin melakukan verifikasi, Pelaku Usaha akan menerima email berupa
email penolakan/penerimaan. Jika Pelaku Usaha menerima email penerimaan maka
bersamaan dengan email tersebut juga diikut sertakan Nama Pengguna (username)
dan Kata Sandi (Password).

Pengguna dipersilahkan untuk login menggunakan username dan password


tersebut.

94
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:

Bab

9
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah B3


Pemanfaatan Limbah B3
Pemanfaatan Limbah B3 meliputi:

1. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku

2. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi

3. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku

4. Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi.

Pemanfaatan Limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan : ketersediaan


teknologi, standar produk jika hasil Pemanfaatan Limbah B3 berupa produk,
standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup. Pemanfaatan
Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3 dimana sebelumnya penghasil wajib izin lingkungan dan
persetujuan uji coba pemanfaatan limbah B3.

Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 tidak mampu melakukan
sendiri Pemanfaatan Limbah B3 yang dihasilkannya dapat menyerahkan kepada
pemanfaat limbah B3 disertai dengan bukti penyerahan limbah B3 dan
disampaikan kepada Menteri paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyerahan limbah
B3

95
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pegolahan Limbah B3
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang akan melakukan Pengolahan
Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3. Sebelum memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 wajib memiliki izin lingkungan dan persetujuan
pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3.

96
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah B3 atau di


luar penghasil limbah B3. Untuk pengolahan di dalam lokasi penghasil, lokasi
pengolahan disyaratkan :

1. Merupakan daerah bebas banjir, dan

2. Jarak antara lokasi pengolahan dan lokasi fasilitas umum minimal 50 meter.

Persyaratan lokasi pengolahan limbah B3 di luar lokasi penghasil adalah :

1. Merupakan daerah bebas banjir;

2. Pada jarak paling dekat 150 meter dari jalan utama/jalan tol dan 50 meter
untuk jalan lainnya;

3. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah pemukiman, perdagangan,
rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas
keagamaan dan pendidikan;

4. Pada jarak paling dekat 300 meter dari garis pasang naik laut, sungai, daerah
pasang surut, kolam, danau, rawan, mata air dan sumur penduduk;

5. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah yang dilindungi

Sistem pencegahan Tumpahan Limbah


Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai rencana, dokumen dan petunjuk
teknis operasi pencegahan tumpahan limbah B3 yang meliputi;

1. Pemeriksaan Mingguan terhadap fasilitas pengolahan, dan

2. Sistem tanda bahaya peringatan dini yang bekerja selama 24 jam dan yang
akan memberi tanda bahaya sebelum terjadi tumpahan/luapan limbah (level
control).

97
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

3. Pengawas harus dapat mengidentifikasi setiap kelainan yang terjadi, seperti


malfungsi, kerusakan, kelalaian operator, kebocoran atau tumpahan yang
dapat menyebabkan terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke
lingkungan. Program ini juga harus menyangkut terlepasnya limbah dari
fasilitas pengolahan ke lingkungan. Program ini juga harus menyangkut
mekanisme tanggap darurat;

4. Penggunaan bahan penyerap (absorbent) yang sesuai dengan jenis dan


karakteristik tumpahan limbah B3.

Pengolahan limbah B3 secara termal dilakukan menggunakan insinerator. Standar


pelaksanaan Pengolahan Limbah B3 meliputi:

1. emisi udara

2. efisiensi pembakaran dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99% (sembilan


puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen), tidak berlaku apabila
menggunakan klin pada industri semen

3. efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa principle organic


hazardous constituents (POHCs) dengan nilai paling sedikit mencapai
99,99% (sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen).

98
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

99
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:

Bab

10
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pencatatan dan Pelaporan Pengelolaan


Limbah B3

L imbah B3 yang dihasilkan maupun yang dikeluarkan dari TPS Limbah B3


wajib dilakukan pencatatan dan dilaporkan.

Pencatatan Logbook Limbah B3


Pencatatan dilakukan dengan menggunakan logbook sebagai berikut:
LEMBAR KEGIATAN LIMBAH B3 PADA PT. X
PERIODE : JAN S/D DES 20…
MASUKNYA LIMBAH B3 KE TPS KELUARNYA LIMBAH B3 DARI TPS
Limbah B3 Limbah B3 Manifest Nama Perusahaan Pihak Ketiga
Tgl Maks
No Tgl Bln Jenis Limbah B3 Tgl Bln Jumlah Sisa Limbah di TPS Keterangan
Sumber Kode Limbah Jumlah Kemasan Kuantitas Jenis Kuantitas Kode Nomor Pengangkut Penelola Lanjut
Tgl Bln Kode Limbah Kemasan
1 Jan Minyak Pelumas Bekas Genset B105d 10 drum 1.8 Ton 31 Mar 12 Feb Minyak Pelumas Bekas B105d 10 drum 1.8 Ton 0 Ton AB 0029768 PT.XYZ PT.ABC
Aki/Baterrai Bekas Mobil A102d 3 buah 0.075 Ton 31 Mar 12 Feb Aki/Baterrai Bekas A102d 3 buah 0.075 Ton 0 Ton AB 0029769 PT.XYZ PT.ABC
Kain Majun Terkontaminasi LB3 Workshop B110d 1 drum 0.05 Ton 31 Mar 5 Mar Kain Majun Terkontaminasi LB3 B110d 1 drum 0.05 Ton 0 Ton AB 0029770 PT.XYZ PT.ABC
Limbah Elektronik (Lampu TL) Gedung Kantor B107d 7 buah 0.0014 Ton 31 Mar 6 Apr Limbah Elektronik (Lampu TL) B107d 7 buah 0.0014 Ton 0 CD 0029771 PT.DEF PT.KLM
5 Jan Kemasan Bekas B3 Bengkel B104d 20 box 0.384 Ton 5 Apr 12 Feb Kemasan Bekas B3 B104d 20 box 0.384 Ton 0 Ton CD 0029768 PT.DEF PT.KLM
Sludge IPAL IPAL Kawasan B108d 3 jumbo bag 1.55 Ton 5 Apr 22 Mar Sludge IPAL B108d 3 jumbo bag 1.55 Ton 0 Ton CD 0024231 PT.DEF PT.KLM
Tinta/Cartridge Bekas Kantor B321-4 1 box 0.001 Ton 5 Apr 15 Mei Tinta/Cartridge Bekas B321-4 1 box 0.001 Ton 0 Ton AB 0024232 PT.XYZ PT.ABC

TOTAL LIMBAH B3 MASUK 3.861 Ton TOTAL LIMBAH B3 KELUAR 3.861 Ton 0 Ton

Kemasan : Drum, jumbo bag, box, jerigen, can, dan lain-lain


Status Perusahaan Tujuan :
1 = Pengolah
2 = Pemanfaat
3 = Pengumpul
Limbah B3 yang belum dikirim (dikeluarkan dari gudang) pada periode laporan sebelumnya, harus dicantumkan pada neraca periode laporan selanjutnya.

Keterangan disi jika limbah diolah sendiri, seperti diolah di insinerator, stabilisasi, dimanfaatkan/daur ulang menjadi…

Setelah dicatat dalam logbook, pencatatan Limbah B3 wajib dilakukan rekapitulasi


secara bulanan kedalam NERACA LIMBAH B3, sebagai berikut:

Pelaporan Neraca Limbah B3


Pelaporan Pengelolaan Limbah B3 disampaikan setiap triwulan kepada:

1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan u.p. Direktorat Penilaian Kinerja


Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3;

2. Gubernur melalui Dinas Lingkungan Hidup Provinsi

100
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

3. Walikota/Bupati melalui Dinas Lingkungan Hidup Kab/Kota.

Pelaporan Pengelolaan Limbah B3 dilaporkan secara elektronik melalui Siraja


Limbah yang ada pada aplikasi SIMPEL

Pendaftaran/Registrasi SIMPEL
Pendaftaran Akun SIMPEL untuk Perusahaan Pemegang izin mengisi form
registrasi SIMPEL melalui alamat http://simpel.menlhk.go.id kemudian
dikirim ke Administrator Sistem.

Pada halaman awal, klik tombol Registrasi untuk melakukan pendaftaran akun
SIMPEL

101
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

102
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Isi data dengan benar di seluruh kolom isian pada formulir. Pada kolom Lampiran
Formulir Registrasi, klik Browse/ Pilih File untuk upload scan Formulir Registrasi
permohonan registrasi SIMPEL.

Format Formulir Registrasi yang dimaksud bisa dilihat atau didownload dengan
meng-klik Download Formulir Formulir Registrasi.

103
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Klik kotak kosong di samping kalimat I’m not a robot.

Setelah semuanya sudah selesai diisi harap cek kembali seluruh isian, pastikan tidak
ada isian yang kurang atau salah. Apabila anda sudah yakin, klik Daftar. Dengan
demikian permohonan registrasi akun SIMPEL telah diajukan ke Administrator
Sistem. Dan akan mendapat kan notifikasi berhasil registrasi.

104
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Setelah berhasil registrasi dan formulir registrasi yang dikirim sesuai dengan format
yang telah ditentukan maka Administrator Sistem akan mengirim informasi yang
berisi username dan password SIMPEL via email resmi SIMPEL
simpel.klhk@gmail.com dalam waktu 7 s/d 14 hari kerja.
Apabila perusahaan sudah mendapatkan akun SIMPEL, perusahaan bisa login
menggunakan username dan password yang dikirim via E-Mail.

Pelaporan Siraja Limbah dilakukan melalui menu PLB3 dalam SIMPEL.

Pelaporan Siraja
Setelah login melalui SIMPEL dan memilih menu PLB3, maka otomatis akan
masuk ke dalam aplikasi SIRAJA LIMBAH.

105
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Halaman dashboard adalah halaman yang berfungsi untuk menampilkan


rekapitulasi data limbah per perusahaan dan juga menampilkan Notifikasi Warning
sebagai berikut :

1. Masa berlaku Izin Pengelolaan Limbah B3 sudah habis;

2. Masa berlaku Kontrak Kerjasama antara Penghasil dengan Pihak Ketiga


(Pengumpul/Pemanfaat/Pegolah/Penimbun);

3. Masa Penyimpanan Limbah B3;

4. Belum melaporkan Data Triwulan pelaporan pengelolaan limbah B3;

Halaman utama aplikasi terdiri dari menu sebagai berikut :

✓ DASHBOARD

106
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

✓ PROFILE PERUSAHAAN

✓ PERIZINAN

✓ KONTRAK KERJASAMA

✓ DATA LIMBAH B3

✓ KETENTUAN TEKNIS

✓ ASPEK PENILAIAN

✓ STATUS INDEKS

✓ PEMENUHAN BAKUMUTU

✓ TITIK PENAATAN/SUMBER

✓ PEMANTAUAN

✓ TANDA TERIMA ELEKTRONIK (TTE)

✓ UPLOAD

✓ LOG BOOK

✓ BERITA ACARA

✓ DOWNLOAD

✓ PENGATURAN

Panduan manual pengisian SIRAJA LIMBAH dapat unduh melalui menu


DOWNLOAD

107
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:

Bab

11
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pemilihan Jasa Pihak Ketiga Pengelolaan


Limbah B3

P Perusahaan yang menyerahkan Limbah B3 nya kepada Jasa Pihak Ketiga


Pengelola Limbah B3 berizin wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kontrak kerjasama dengan pihak ketiga secara tripartite yaitu antara


penghasil, Jasa Pengangkut dan Jasa Pengelola Lanjut.

2. Kontrak kerjasama sekurang – kurangnya berisi jenis limbah B3 yang akan


diangkut dan dikelola serta jangka waktu kontrak.

3. Salinan legalitas/perizinan Jasa Pengangkut seperti rekomendasi


pengangkutan dari KLHK dan Izin Pengngkutan serta Kartu Pengawasan
dari Kementerian Perhubungan.

4. Salinan legalitas/perizinan Jasa Pengelola lanjut (pengumpul/ pengolah/


pemanfaat/ penimbun) yang masih berlaku dan sesuai dengan jenis limbah
B3 yang akan dikelola.

5. Apabila Limbah B3 diserahkan ke Jasa Pengumpul maka wajib memiliki


salinan kerjasama antara Jasa Pengumpul dengan Jasa Pengelola lanjut
(pengolah/pemanfaat/penimbun) yang masih berlaku.

6. Surat Pernyataan Tidak Mencemari Lingkungan dari pihak ketiga pada tahun
berjalan.

108
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

7. Salinan Asuransi Pencemaran Lingkungan Hidup dari pihak ketiga yang


masih berlaku.

8. Manifest (manual) lembar ke- 2, 3 dan 7 yang telah diisi lengkap tiap
bagiannya serta ditandatangani dan distempel oleh pihak ketiga, atau manifest
(elektronik) yang terisi lengkap setiap bagiannya serta pada bagian
terbawahnya terdapat catatan (disclaimer) KLHK.

Saat akan melakukan kerjasama, perusahaan penghasil wajib memeriksa dokumen


legalitas perusahaan Jasa Pihak Ketiga, sebagai berikut:

Pengangkut limbah B3 (transporter)

✓ Periksa rekomendasi pengangkutan dari KLHK yang meliputi:

1. Nomor kendaraan

2. Jenis limbah B3 yang diperbolehkan untuk diangkut

3. Rute kendaraan

4. Kode manifest

5. Masa berlaku rekomendasi

✓ Periksa izin pengangkutan dari Kementerian Perhubungan

6. Cek kesesuaian nomor kendaraan dari rekomendasi KLH dengan


izrpengangkutan dari Kementeria Perhubungan.

7. Cek kesesuaian jenis limbah B3 dan rute pengangkutan dari


rekomendasi KLHK dengan izin pengangkutan.

✓ Periksa manifest limbah B3 berdasarkan Kepdal-02/1994 Distribusi manifest


dapat dilihat pada lampiran 8

109
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

✓ Periksa isi manifest : (MANIFEST MANUAL)

Saiinan #2 (lembar kuning) yang diisi adalah bagian l dan II.

Bagian I : diisi oleh penghasil limbah B3

Perhatikan:

1. Jenis limbah B3 dan kode limbah B3

2. Volume/Jumlah limbah B3

Bagian II : diisi oleh pengangkut limbah B3

Perhatikan :

1. Nomor rekomendasi pengangkutan dari KLHK

2. Kesesuaian nomor kendaraan dengan rekomendasi KLHK

3. Kesesuaian kode manifest dengan rekomendasi KLHK

Tanggal pengiriman limbah B3

Salinan #7

Salinan lll seluruh bagian telah terisi.

Perhatikan Bagian lll:

1. Diisi oleh pengumpul / pengolah / pemanfaat / penimbun. Periksa


nama dan cap perusahaan.

2. Cek perizinan perusahaan pengumpul/ pengolah/ pemanfaat/


penimbun

110
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

3. Pengumpul/pengolah/pemanfaat/penimbun Periksa sesuai

Jasa Pengumpul/Pengolah/Pemanfaat/Penimbun

✓ Periksa kontrak kerjasama antara pihak penghasil, pihak pengangkut dan


pihak pengelola akhir

✓ Nama Jasa Pengelola Akhir

✓ Perlakuan pengelolaan limbah B3 (ditimbun/diolah/dimanfaatkan) dan jenis


limbah B3 yang akan dikelola lanjut

✓ Masa berlaku kontrak kerjasama

✓ Periksa dokumen legalitas (perizinan) dari pihak pengelola akhir

✓ Nama Jasa Pengelola Akhir

✓ Izin yang diberikan oleh KLH terkait perlakuan limbah B3

✓ Jenis limbah B3 yang dapat dikelola (diolah/ditimbun/dimanfaatkan) sesuai


dengan izin

✓ Masa Berlaku Izin

✓ Periksa asuransi

✓ Periksa Surat Pernyataan bahwa Pihak ke 3 tidak mempunyai masalah


pencemaran lingkungan.

111
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

Pedoman Peraturan yang bisa menjadi acuan


Dasar hukum yang digunakan dalam pengelolaan limbah B3 adalah sebagai berikut
:

1. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

2. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

3. PP RI No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan

4. PP RI No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya


dan Beracun

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 tahun 2008 Tentang


Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18 tahun 2009 Tentang


Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 30 tahun 2009 Tentang


Tata Laksana Perizinan dan Pemantauan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun oleh Pemerintah Daerah

8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 33 tahun 2009 Tentang


Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 Tentang Simbol


dan Label Limbah B3

112
PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH B3:
TUNTAS MENGELOLA LIMBAH B3
DI BANDAR UDARA

10.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 55 Tahun 2015


Tentang Tata Cara Uji Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

11.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 63 Tahun 2016


Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penimbunan Limbah B3 di Fasilitas
Penimbusan Akhir

12.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 95 Tahun 2018


Tentang Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Terintegrasi dengan Izin Lingkungan melalui Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi secara Elektronik

13.Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No Kep-


01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengumpulan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

14.Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No Kep-


02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun

15.Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No Kep-


03/Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

16.Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No Kep-


04/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

17.Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-


02/Bapedal/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

113
Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3
dan Limbah Non B3
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Gedung A Lantai 5
Jln. D.I.Panjaitan Kav.24 Kebon Nanas Jakarta Timur 13410
T/F: 021 – 85904923
Email: pkplb3@gmail.com
Website: plb3.menlhk.go.id

Anda mungkin juga menyukai