Asrapia Hubaisying
11120202114
PEMBIMBING:
dr. Erni Pancawati, Sp. S
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU NEUROLOGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2021
Deskripsi Jurnal
Judul : “Faktor faktor predisposisi sindrom piriformis :
praktik klinis, sindrom ini biasanya salah didiagnosis dengan gangguan tulang belakang lainnya. Tidak ada tes khusus dalam mendiagnosis sindrom piriformis, oleh
karena itu dengan memahami karakteristik dan faktor predisposisi, dokter mungkin lebih sadar dalam mendiagnosis sindrom ini.
Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik dan faktor predisposisi sindrom piriformis. Metode: Penelitian deskriptif dilakukan pada pasien dengan nyeri gluteal di
rumah sakit rujukan. Diagnosis ditegakkan dengan injeksi blok pada otot piriformis dan menunjukkan perbaikan klinis setelahnya. Karakteristik demografi, faktor
predisposisi, dan pemeriksaan fisik dianalisis. Data dikumpulkan dan diolah dengan SPSS.
Hasil: Sebanyak 65 pasien dievaluasi, dengan rasio laki-laki dan perempuan 1:3. Sebanyak 47,7% pasien berusia > 60 tahun. Rata-rata berat badan adalah 60 kg
dan BMI (Body Mass Index) dalam kisaran normal (58,9%). Subjek terbanyak adalah ibu rumah tangga (55,4%) dan mayoritas subjek memiliki riwayat mikrotrauma
seperti duduk di permukaan yang kaku (36,9%), berjalan atau berlari jarak jauh (18,5%), dan duduk bersila (10,8%). Rata-rata duduk per hari adalah sekitar 5 jam.
Pada 56,9% subjek, latihan dilakukan. Tidak ada riwayat nyeri punggung pada 81,5% subjek. Kesimpulan: Penelitian kami menunjukkan usia dan karakteristik ibu
rumah tangga berbeda dengan penelitian lain. Faktor predisposisi yang paling banyak adalah riwayat mikrotrauma, perempuan, usia, dan IMT normal.
Sebanyak 65 pasien dengan keluhan nyeri bokong pada periode Agustus-Desember 2017 dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis diambil oleh salah satu peneliti tentang karakteristik
demografi (usia, jenis kelamin, BMI, pekerjaan) dan klinik yang berhubungan dengan sindrom piriformis,
kemudian pemeriksaan fisik seperti titik piriformis dan tes provokatif (FAIR, Freiberg, Beatty, Pace, dan Hip
Abduction) dilakukan oleh peneliti lain. Diagnosis sindrom piriformis dikonfirmasi dengan injeksi blok
diagnostik terpandu ultrasound dengan kortikosteroid dan lidokain atau lidokain hanya oleh dokter ahli.
Data dikumpulkan dan diolah menggunakan SPSS versi 20.0 sebagai studi deskriptif.
Hasil
Hasil lapangan (29,2%), pekerja kantoran (13,8%) dan lainnya yang menganggur (1,5%).
yang kaku (36,9%), berjalan atau berlari jarak jauh (18,5%), dan duduk bersila secara
teratur (10,8%) meskipun ada 33,8% tanpa riwayat mikrotrauma. Rata-rata lama
duduk teratur per hari kurang lebih 1-9 jam, dengan mayoritas pasien 47,7% pada
riwayat duduk dengan durasi 6-8 jam per hari. Sebagian besar pasien melakukan
aktivitas jalan cepat atau lari 2 sampai 3 kali per minggu dengan data rata-rata sekitar
1-5 kali per hari. 81,5% pasien tidak memiliki riwayat nyeri punggung bawah
9,2% memiliki hernia nukleus pulposus (HNP), 4,6% memiliki sindrom piriformis dan
4,6% memiliki riwayat nyeri punggung bawah karena terhadap gangguan lainnya.
Diskusi
Rata-rata usia pasien sindrom piriformis adalah 35,37 tahun dan Mondal dkk pada usia 32,3 tahun.
Sedangkan Hopayian dkk melaporkan usia rata-rata pasien sindrom piriformis pada setiap penelitian adalah 43
tahun. Pada penelitian ini terdapat perbedaan rata-rata usia pasien dengan beberapa penelitian sebelumnya
dimana usia lebih dari 60 tahun menjadi kelompok dengan proporsi terbesar menderita sindrom piriformis (47%)
diikuti kelompok usia 50-59 tahun. (29%) sedangkan pada kelompok usia 20 - 39 tahun, hanya mempengaruhi
6,2% pasien. Meskipun penelitian ini sebagian besar termasuk pasien usia lanjut (lebih dari 60 tahun), tidak ada
data yang mendukung umur sebagai variabel bebas sindrom piriformis. Mayoritas penelitian menganggap
Aktivitas sebagai ibu rumah tangga dan pekerja lapangan dapat dikaitkan
dengan aktivitas sehari-hari seperti berdiri lama, membungkuk dan
mengangkat benda. Ini mungkin disebabkan oleh aktivasi otot piriformis
meskipun tidak ada bukti yang menghubungkan aktivitas di atas dengan
aktivasi otot piriformis. Syed et al menemukan perbedaan yang tidak
signifikan pada wanita yang bekerja dan tidak bekerja terkait nyeri
punggung bawah yang disebabkan oleh sindrom piriformis. Sebagian
besar pasien memiliki riwayat mikrotrauma berulang berupa duduk di
permukaan yang kaku (36,9%) sedangkan riwayat duduk bersila hanya
didapatkan pada (10,8%) sampel. Sedangkan rata-rata lama duduk paling
banyak adalah 6-8 jam sehari (47,7%).
Kesimpulan