Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

KALIBRASI MIKROMETER

Nama : LODY WINDRAJAYA


Nim
: 2101070005

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUMIGORA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Morfometri sel dalam pemeriksaan sitologi menjadi salah satu metode untuk mengetahui
abnormalitas seluler (Simeonov, 2012). Morfometri identik dengan pemeriksaan kuantitatif
yang tergantung pada ketersediaan alat dan kemampuan operator dalam melakukan kalibrasi
skala pengukuran. Metode morfometri sel dilakukan di bawah mikroskop menggunakan
penggaris mikroskopik atau skala kalibrasi (Mandarim-de-Lacerda dan Del Sol, 2017; Mandal
et al., 2019). Alat kalibrasi yang sering digunakan saat ini adalah mikrometer kalibrasi
(calibration slide). Analisis morfometri menggunakan mikrometer kalibrasi membutuhkan
mikroskop berkamera untuk mengukur sel atau benda mikroskopik lainnya. Pengukuran objek
menggunakan foto preparat yang diolah menggunakan aplikasi dengan membandingkan jumlah
pixel dan skala yang diketahui ukurannya pada mikrometer kalibrasi (Mandarim-de-Lacerda et
al., 2010). Metode morfometri lain adalah pengamatan langsung pada mikroskop menggunakan
mikrometer okuler yang dikombinasikan dengan mikrometer objektif (Kuchai et al., 2012).
Morfometri sel sebagai bagian dari pemeriksaan rutin dan penelitian masih sering
dilakukan pada serangkaian prosedur pemeriksaan kesehatan satwa liar, terutama pada
pemeriksaan darah elang (Salakij et al., 2015a; Salakij et al., 2015b; Valkiunas dan Iezhova,
2018). Terbatasnya informasi fisiologi satwa liar menjadikan data-data sekunder pemeriksaan
seperti morfometri sel darah, telur cacing, ookista koksidia, dan arsitektur histologi sangat
berharga untuk mengetahui status kesehatan satwa maupun referensi anatomi. Namun
demikian, morfometri sel dengan mikroskop berkamera tidak selalu dapat diterapkan di
fasilitas klinik dan laboratorium lembaga konservasi satwa liar karena keterbatasan fasilitas.
Untuk itu, alat alternatif yang berfungsi sebagai kalibrator skala dengan akurasi yang sama
dengan mikrometer kalibrasi sangat dibutuhkan.
Pada dasarnya, setiap alat ukur yang memiliki skala ketelitian hingga satuan mikrometer
dapat digunakan sebagai kalibrator pada morfometri mikroskopik. Salah satu alat yang
memiliki pengukur hingga satuan mikrometer adalah kamar hitung hemositometer. Alat ini
umum digunakan untuk menghitung total eritrosit dan leukosit serta memiliki skala dengan
satuan terkecil 50 µm. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan akurasi pengukuran
sel menggunakan kamar hitung hemositometer, mikrometer kalibrasi standar, dan skala digital
otomatis dari mikroskop berkamera sehingga dapat mengetahui kalibrator alternatif untuk skala
pengukuran

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mengaplikasikan penggunaan mikrometeruntuk mengamati dengan objek mikroskopis dan
melakukan perhitungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai yang diwakili oleh bahan
ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam
kondisi tertentu (Adam dan Iwan,2014). Tujuan kalibrasi adalah untuk mengetahui
ketertelusuran suatu alat ukur, simpangan alat ukur, serta menjamin alat ukur telah tertelusur
dengan standar nasional maupun internasional. Hal ini akan bermanfaat untuk menjaga
kondisi alat ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasi dan mendukung sistem mutu di industri
atau bidang lain yang berkaitan dengan alat tersebut.

Menurut Saifuddin Azwar (2010: 3) pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka
terhadap atribut atau variabel suatu kontinum. Sementara itu, menurut Anas Sudijono (2011:
4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya,
kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Menurut
Saifuddin Azwar (2010: 4-6) karekteristik dari pengukuran, yaitu: 1) perbandingan antara
atribut yang di ukur dengan alat ukurnya, maksudnya apa yang di ukur adalah atribut atau
dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri; 2) hasilnya dinyatakan secara kuantitatif
artinya, hasil pengukuran berwujud angka; 3) hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya hanya
sebatas memberikan angka yang tidak diinterpretasikan lebih jauh. Menurut Antika et al
(2012), Dari ketiga karakteristik yang disebutkan tersebut maka dapat dikemukakan bahwa
pengukuran merupakan pengambilan keputusan yang menghasilkan sebuah angka tetapi
angka yang diberikan tidak memberikan interpretasi lebih jauh. Berdasarkan beberapa
definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa pengukuran adalah proses pemberian
angka atau deskripsi numerik kepada individu atau benda.

Hasil dari pengukuran adalah angka. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pengukuran
bersifat kuantitatif. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang
diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran
disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama
atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut
satuan tidak baku. Kegiatan mengukur dapat diartikan sebagai proses perbandingannsuatu
obyek terhadap standar yang relevan dengan mengikuti peraturan peraturan terkait dengan
tujuan untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek ukurnya.
(Supriyadi,2011).

Menurut Rahayu et al,. (2016) Proses kerja mikrometer mikroskop yaitu dengan
memasang mikrometer okuler di atas lensa okuler mikroskop. Kemudian dilanjutkan dengan
memasang mikrometer objektif di bawah lensa objektif yakni di meja benda mikroskop.
Langkah berikutnya mencari bayangan skala mikrometer objektif dan mikrometer okuler
yang paling jelas. Kalibrasi dilakukan dengan mensejajarkan kedua bayangan skala, yakni
skala mikrometer okuler dan skala mikrometer objektif dengan memutar bagian atas lensa
okuler(Hukama,2015). Peneraan mikrometer okuler harus dilakukan untuk setiap perbesaran
yang ada pada mikrosop karena akan mempengaruhi perbesaran sel yang akan kita dapatkan
nantinya. Hal ini juga berlaku untuk mikroskop dan mikrometer okuler berbeda yang
digunakan karena setiap mikroskop memiliki resolusi yang berbedabeda walaupun hanya
sedikit. Hal ini didukung oleh Hadioetomo (1985) bahwa sebelum digunakan untuk
mengukur sel, mikrometer okuler ini terlebih dahulu harus ditera terhadap mikrometer pentas
yang sudah memiliki skala yang pasti.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat Dan Bahan


Alat Dan Bahan
a). Mikroskop
b). Mikrometer okuler
c). Mikrometer objektif
d). Kertas tisue
e). Air
f) . Gelas obyek
g). Gelas penutup
h). Gunting
i) . Pipes tetes

3.2. Prosedur Kerja


1. Persiapkan mikroskop yang akan digunakan untuk pengamatan sesuai prosedur yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya
2. Mikrometer okuler diletakkan pada lensa okuler dengan cara : Perangkat lensa okuler
dilepas dari tabung. Lensa bagian atas dilepas dengan hati-hati dan mikrometer
dimasukkan ke dalam perangkat okuler tersebut dengan sangat hati-hati. Setelah
micrometer okuler terpasang dengan sempurna, Perangkat okuler dikembalikan ke
tabung okuler kemudian lensa okuler ditutup kembali.
3. Persiapkan mikrometer objektif dengan meletakkannya pada meja objek (stage) dan
aturlah fokus dari mikroskop dan intensitas cahaya menggunakan lensa objektif
dengan perbesara 10x sehingga akan tampak gambar dari skala mikrometer objektif.
4. Aturlah fokus dari lensa objektif sehingga gambar dari kedua mikrometer tersebut
tampak jelas bersamaan dan berhimpitan.
5. Putar bagian atas lensa okuler namun jangan sampai mengubah fokus agar skalanya
sehingga sejajar dengan mikrometer objektif.
6. Sejajarkan pula kedua sisi pada bagian sebelah kiri dari micrometer hingga skala pada
kedua mikrometer berhimpitan.
7. Selanjutnya amati garis skala pada bagian sebelah kanan yang paling berhimpitan atau
sejajar dari kedua micrometer tersebut.
8. Hitunglah jumlah rentang diantara dua skala (kiri & kanan) yang saling berhimpitan.
9. Setelah ditemukan jumlah rentang kedua micrometer, hitunglah nilai dari kalibrasi
mikrometer okuler menggunakan rumus g telah dijelaskan diatas, dan catat hasilnya
pada tabel pengamatan.
10. Setelah ditemukan nilai sesungguhnya dari 1 skala okuler, kemudian dapat diamati
preparat mikroskopis yang telah disediakan atau dibuat sendiri.
11. Gambarkan preparat trikom secara skematis. Ukurlah panjang, lebar atau diamater
dari objek mikroskopis tersebut menggunakan mikrometer okuler dan carilah nilai
sesungguhnya dari panjang lebar dan diameter objek tersebut menggunakan hasil
perhitungan kalibrasi.
12. Hasil pengukuran dan perhitungan dapat dituliskan pada tabel pengamatan yang
disediakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kalibrasi Mikrometer

Perbesaran

4x 10x 40x 100x

Jumlah skala 50 20 50
pada
mikrometer
Okuler
Jumlah skala 15 15 10
pada
mikrometer
Objektif

Perhitungan Skala MOK Skala MOK Skala MOK


j . MOB j . MOB j . MOB
¿ X 10 rm ¿ X 10 r m ¿ X 10 r m
j . MOK j . MOK j . MOK
15 15 10
= X 10 r m = X 10 r m = X 10 r m
50 20 50
=3 rm =7,5 rm =2 rm

Nilai 3 rm 7,5 rm 2 rm
Kalibrasi

2. Ukuran sesunggunya preparat

Dimensi Jumlah Skala Nilai Kalibrasi Perhitungan Ukuran


Mikrometer okuler Sesunggunya

Perbesaran 4x 7 3 rm Skla awal x Skla akhir


7 x 3 rm
=21 rm

Perbesaran 10x 20 7,5 rm Skla awal x Skla akhir


20 x 7,5
=150 rm

Perbesaran 40x 36 10 rm Skla awal x Skla akhir


36 x 10
=360 rm
BAB V
KESIMPULAN

Hasil dari prkatikum yang telah dilaksnakan dapat disimpilkan bahwa:


1. Mahasiswah dapat mengetahui dan menghitung jarak dan besar dari suatu sel dan
unsur yang di amati dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Hardian, A. B., Megarani, D. V., Nugrahani, W. P., & Rahmawati, I. P. (2020). Perbandingan
Akurasi Berbagai Metode Kalibrasi Skala Pengukuran dalam Morfometri Eritrosit Elang Ular
Bido (Spilornis cheela). Indonesia Medicus Veterinus, 9(1), 6879.

II, A., SEL, K. M. O. D. P., & KEBUDAYAAN, K. P. D. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


PERTANIAN.

Anda mungkin juga menyukai