MIKROBIOLOGI PERTANIAN
ACARA VIII
PENENTUAN UKURAN MIKROBA
Oleh:
Imam Rajuna
A1D022027
Rombongan 1
A. Latar Belakang
1
dilakukan dengan prosedur tertentu. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini
dilakukan kalibrasi mikrometer dan penentuan ukuran mikroba.
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikroorganisme
Alat ukur merupakan perangkat yang dilengkapi dengan satuan ukur untuk
mengukur besaran dari suatu objek. Penggunaan alat ukur untuk kegiatan
pengukuran tergantung pada besaran ukur yang akan diukur. Alat ukur berperan
penting dalam segala aktivitas manusia, seperti perdagangan, pendidikan, dan
pembangunan. Hal yang sering kali terjadi saat melakukan pengukuran adalah
ketidakakuratan hasil yang didapatkan. Ketidakakuratan tersebut dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, seperti alat ukur yang digunakan tidak beroperasi dengan
benar atau alat ukur menghasilkan data pengukuran yang tidak tepat (Fitrya et al.,
2017).
Pengukuran merupakan aktivitas menentukan besaran dan membandingkan
hasilnya dengan satuan ukur atau standar ukuran tertentu yang relevan.
Pengukuran
tidak terpaku terhadap nilai yang berwujud, pengukuran juga dapat dilakukan
pada
3
sesuatu yang dapat digambarkan atau dibayangkan. Satuan ukur adalah
pembanding untuk suatu hasil pengukuran, sedangkan sesuatu atau objek yang
dapat diukur dan nilai pengukurannya dapat dinyatakan dengan angka disebut
besaran fisika (Susilawati, 2018).
Kalibrasi merupakan tindakan memperbaiki atau mengoreksi pembacaan
nilai yang didapat alat ukur dengan melakukan langkah-langkah tertentu (Irawan,
2019). Kegiatan kalibrasi bertujuan untuk menemukan perbedaan antara
pembacaan nilai alat ukur dengan nilai sebenarnya. Kalibrasi juga dilakukan untuk
menjaga alat ukur tetap sesuai dengan standar nasional maupun internasional yang
berlaku. Kegiatan kalibrasi harus dilakukan secara berkala atau rutin untuk
menjaga suatu alat ukur tetap akurat dan presisi (Wicaksono & Susanto, 2014).
C. Mikrometer
D. Alternaria porri
Alternaria porri merupakan spesies jamur dari divisi Ascomycota dari kelas
pleosporales. Alternaria sp mempunyai bentuk konidium seperti gada terbalik
4
berwarna cokelat dengan ukuran sekitar 14-370 mm. Selain itu, Alternaria sp juga
memiliki sekat yang bergaris membujur dan melintang (Desintha, 2017).
Menurut Kim et al. (2022) , jamur Alternaria porri memproduksi senyawa
beracun atau toksik, yaitu tentoxin, silvaticol, dan porritoxinol. Desintha (2017)
menyatakan bahwa jamur Alternaria memiliki karakteristik miselium bersekat
dengan warna abu-abu hingga hijau kotor. Selain itu, jamur Alternaria dapat
menghasilkan spora aseksual melalui konidiospora. Konidia jamur Alternaria
memiliki banyak sel atau multiseluler, berukuran besar, berbentuk oval, serta
berwarna cokelat kehijauan hingga cokelat gelap dengan dinding melintang dan
memanjang.
5
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara delapan ini adalah jamur
Alternaria porri. Sementara itu, alat yang digunakan meliputi mikroskop,
mikrometer objektif dan okuler, preparat, serta alat tulis.
B. Prosedur Kerja
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Mikroskop 2
A. Pengukuran kalibrasi
Okuler = 15 µm
Objektif = 10 µm
10
1 skala okuler = = 0,67 µm
15
B. Pengukuran mikroba
Panjang = 16 µm
Lebar = 3 µm
C. Ukuran sebenarnya
Panjang = 16 x 0,67 = 10,72 µm
7
Lebar = 3 x 0,67 = 2,01 µm
B. Pembahasan
8
Kalibrasi mikrometer umumnya dilakukan sebelum pengukuran mikroba.
Kalibrasi adalah serangkaian tindakan yang mengatur hubungan antara nilai yang
ditunjukkan oleh alat ukur, sistem pengukuran, dan bahan ukur, dengan nilai yang
sudah diketahui yang berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi
tertentu. Kalibrasi menunjukkan seberapa jauh perbedaan atau penyimpangan
antara nilai yang akurat dan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur. Tindakan
kalibrasi mikrometer umumnya dilakukan dengan menghimpitkan skala
mikrometer okuler dan objektif pada perbesaran yang dikehendaki. Hal ini sesuai
dengan Rahayu et al. (2016) yang menyatakan bahwa proses kalibrasi mikrometer
diawali dengan memasang mikrometer okuler di atas lensa okuler dan memasang
mikrometer objektif di bawah lensa objektif atau di meja benda mikroskop.
Kalibrasi mikrometer dilakukan dengan mencari bayangan skala mikrometer
objektif dan mikrometer okuler yang paling jelas dan berhimpit. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memutar bagian atas lensa okuler untuk mengatur kedua
bayangan skala.
Kedua mikrometer disimpulkan menjadi satu garis selain nol (garis
pertama) dan diamati pada skala berapa kedua jenis mikrometer bertemu atau
berhimpit kembali. Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan dan diketahui satu
satuan panjang pada skala mikrometer okuler yang didasarkan pada total jumlah
skala mikrometer objektif yang terletak di antara garis yang berhimpit
sebelumnya. Pada praktikum acara delapan ini dilakukan penentuan ukuran
9
patogen penyebab penyakit di berbagai tanaman, seperti penyakit bercak ungu
pada bawang merah. Alternaria porri mempunyai miselium bercabang, berwarna,
dan berseptum. Jamur ini mempunyai konidiofor tunggal atau dalam kelompok,
berseptum, dan umumnya berwarna cokelat pucat. Sementara itu, konidium jamur
ini berbentuk gada (clavate) dan bersekat pada salah satu ujungnya. Jamur ini
dapat hidup dengan optimal pada suhu antara 21-30 oC dengan kelembapan relatif
(RH) 90% (Woudenberg et al., 2014)
Penentuan ukuran mikroba dimulai dengan kalibrasi mikrometer. Kalibrasi
dimulai menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan terlebih dahulu. Setelah itu,
mikrometer objektif diletakkan pada meja benda dan mikrometer okuler dipasang
pada tabung lensa okuler. Perbesaran yang digunakan ditentukan, kemudian
gambar perbesaran dari skala mikrometer objektif dicari. Skala kemudian
dihimpitkan ke nol mikrometer objektif dan okuler. Pencarian skala antara
mikrometer objektif san okuler yang berhimpit kembali dilakukan dengan teliti.
Setelah diketahui skala okuler, besar skala okuler dihitung.
Tahap selanjutnya adalah penentuan ukuran mikroba. Langkah kerja diawali
dengan melepas mikrometer objektif dari meja benda. Mikrometer objektif diganti
dengan preparat ulas yang telah disiapkan sebelumnya. Fokus dari preparat dicari
dengan perbesaran yang sama. Panjang sel kemudian dihitung dengan
menggunakan skala mikrometer okuler. Lebar sel dihitung dengan cara yang
sama. Tabung lensa okuler dapat diputar dan dicari posisi yang pas. Panjang dan
lebar sel sebenarnya kemudian dihitung dengan mengalikan panjang atau lebar
mikroba dengan hasil kalibrasi atau 1 skala okuler.
Berdasarkan pengamatan dan pengukuran yang dilakukan, pada mikroskop
1 garis yang terlihat berimpitan adalah 40 µm dari mikrometer objektif yang
berimpitan dengan 30 µm dari mikrometer okuler sehingga didapatkan hasil
kalibrasi sebesar 1,33 µm. Sementara itu, garis yang terlihat berimpitan pada
mikroskop 2 adalah 10 µm dari mikrometer objektif yang berimpitan dengan 15
µm dari mikrometer okuler sehingga didapatkan hasil kalibrasi sebesar 0,67 µm.
Berdasarkan pengukuran mikroba yang dilakukan, panjang Alternaria porri
pada mikroskop 1 mencapai 7 μm dengan lebar mencapai 1 μm. Hasil pengukuran
10
mikroba kemudian dikalikan dengan skala kalibrasi sehingga diperoleh ukuran
sebenarnya yaitu 9,31 × 1,33 µm. Nilai tersebut didapat dari panjang mikroba
sebesar 9,31 µm dengan lebar sebesar 1,33 µm. Sementara itu, panjang Alternaria
porri pada mikroskop 2 mencapai 16 μm dengan lebar mencapai 3 μm. Hasil
pengukuran mikroba kemudian dikalikan dengan skala kalibrasi sehingga
diperoleh ukuran sebenarnya yaitu 10,72 × 2,01 µm. Nilai tersebut didapat dari
panjang mikroba sebesar 10,72 µm dengan lebar sebesar 2,01 µm.
11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum acara delapan ini adalah sebagai
berikut:
1. Mikrometer merupakan perangkat untuk menentukan ukuran mikroba yang
terdiri dari mikrometer okuler dan objektif. Mikrometer dikalibrasi terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk menyesuaikan lensa agar hasil yang
diperoleh dapat akurat.
2. Nilai kalibrasi pada mikroskop 1 untuk 1 skala okuler
adalah 1,33 µm, sedangkan nilai kalibrasi pada mikroskop 2 adalah 7,14 µm.
Ukuran Alternaria porri sebenarnya pada mikroskop 1 sebesar 9,31 × 1,33
µm, sedangkan pada mikroskop 2 sebesar 10,72 × 2,01 µm.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Desintha, H. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L)
sebagai Fungisida terhadap Pertumbuhan Jamur Alternaria sp Tanaman
Jeruk (Citrus sp). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pasundan, Bandung.
Fitrya, N., Ginting, D., Retnawaty, S. F., Febriani, N., Fitri, Y., & Wirman, S. P.
2017. Pentingnya akurasi dan presisi alat ukur dalam rumah tangga. Jurnal
Untuk Mu NegeRI, 1(2): 61–64.
Kim, M. Y., Han, J. W., Dang, Q. Le, Kim, J.-C., Kim, H., & Choi, G. J. 2022.
Characterization of Alternaria porri causing onion purple blotch and its
antifungal compound magnolol identified from Caryodaphnopsis baviensis.
Plos One, 17(1).
Pellegrino, L., Kriem, L. S., Robles, E. S. J., & Cabral, J. T. 2022. Microbial response
to micrometer-scale multiaxial wrinkled surfaces. ACS Applied Materials &
Interfaces, 14(27): 31463–31473.
Putri, A. L. O., & Kusdiyantini, E. 2018. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat
dari pangan fermentasi berbasis ikan (Inasua) yang diperjualbelikan di
Maluku-Indonesia. Jurnal Biologi Tropika, 1(2): 6-12.
Rahayu, N. L. S. S., Suwiti, N. K., & Suastika, P. 2016. Struktur histologi dan
histomorfometri granulosit pada sapi bali pasca pemberian mineral. Buletin
Vet Udayana, 8(2): 151-158
13
Soekarto, S.T. 2021. Ilmu Pengawetan Pangan. Bandung: IPB Press.
Woudenberg, J. H. C., Truter, M., Groenewald, J. Z., & Crous, P. W. 2014. Large-
spored Alternaria pathogens in section Porri disentangled. Studies in
Mycology, 79: 1-47.
14
LAMPIRAN
15
Kalibrasi Mikroskop Pengukuran Mikroba
16