Anda di halaman 1dari 12

PENGAMATAN MORFOLOGI DAN PERHITUNGAN MIKROBA

Nama : Muh. Rifqi Al Farizi

Nim : L011 19 1113

Kelompok : 4-B

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mikroorganisme terdapat dimana-mana, baik di dalam tanah, air, udara maupun


pada makhluk hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri. Mikroba sangat
beragam jumlahnya, yang umumnya berada dalam suatu populasi campuran.

Morfologi mikroba ataupun jumlahnya dapat diamati dengan cara mengisolasi dan
membiakkannya pada media agar nutrisi terlebih dahulu. Koloni bakteri dapat diamati
pertumbuhannya setelah diinkubasi selama 1 x 24 atau 2 x 24 jam pada suhu yang
sesuai, sedangkan jamur dapat diamati setelah 5-7 hari inkubasi. Karakteristik
morfologi tiap koloni perlu dicatat sesuai dengan ciri-ciri yang ditunjukkan sebagai
bagian dari proses identifikasi bakteri.

Terdapat beberapa cara yang digunakan dalam menghitung koloni


mikroorganisme, antara lain secara langsung dan secara tidak langsung. Maka dari itu
praktikum penghitungan mikroba perlu dilakukan agar praktikan dapat mengetahui
prosedur dan cara menghitung mikroba dengan baik dan benar khususnya pada
metode hitung cawan dan Most Probable Number (MPN).

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah mengetahui cara menghitung
mikroba dengan metode penghitungan langsung

Kegunaan dari praktikum ini adalah memiliki pengetahuan dalam menghitung


mikroba dengan metode tertentu.

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari praktikum ini adalah menghitung koloni mikroba dengan
metode penghitungan langsung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikroorganisme Laut

Mikroorganisme laut mampu mendiami seluruh bagian laut, mulai dari permukaan
hingga dasar laut yang paling dalam. Beberapa jenis bakteri darat dan air tawar dapat
bertahan hidup dalam larutan garam, keadaan ini membuat bakteri darat dan air tawar
dapat ditemukan hidup bersama-sama secara bebas dengan bakteri laut. Sebagian
besar bakteri laut bergerak secara aktif yang diperkirakan kemampuan bergerak
tersebut adalah hasil adaptasi dari kehidupan perairan (Musdalifah, 2013).

Mikroorganisme laut seperti bakteri mempunyai kemampuan untuk mencerna


hampir semua senyawa organik dan sebagian besar senyawa anorganik akan
mengalami perubahan akibat kegiatan mikroba laut. Secara umum, bakteri laut lebih
kuat dalam hal mencerna protein dari pada karbohidrat. Bakteri laut juga sangat peka
terhadap turun atau naiknya salinitas larutan. Kebutuhan akan salinitas menunjukkan
bahwa bakteri dari lingkungan berbeda memiliki toleransi garam dan kemampuan
aklimasi tekanan osmosis yang berbeda pula. Sebagian besar bakteri yang mungkin
diperkirakan kontaminan merupakan bakteri laut (Marzuki et, al, 2014).

Bakteri mampu berinteraksi dengan berbagai organisme laut, sehingga tidak ada
satupun organisme laut yang bebas dari interaksi dengan bakteri. Salah satu bentuk
interaksi bakteri ialah interaksi hubungan trofik yaitu interaksi bakteri baik yang hidup
bebas maupun yang berada dalam partikel merupakan sumber makanan organisme
laut. Mikroorganisme laut, seperti halnya makhluk hidup lainnya, sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor fisik dan kimia dari lingkungan sekitarnya (Marzuki et, al, 2014).

Beragamnya jenis mikroorganisme laut disebabkan oleh perbedaan morfologi,


ekologi dan fisiologi. Namun, karena ukurannya yang sangat renik mikroorganisme
sangat sulit dikarakterisasi. Selain ditinjau dari biodiversitasnya, kondisi lingkungan
laut yang spesifik memicu mikroorganisme menghasilkan metabolit yang mempunyai
struktur kimia yang spesifik dan unik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mikroorganisme laut merupakan sumber bahan biomedika baru yang sangat efektif
(Murniasih, 2004).

B. Morfologi Mikroorganisme Laut


Pada umumnya ukuran tubuh bakteri sangat kecil, umumnya bentuk tubuh bakteri
baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri adalah sel prokariot yang
khas, bersifat uniseluler dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di
dalam sitoplasmanya. Sel bakteri ada yang berbentuk bulat, batang atau spiral.
Umumnya bakteri memiliki diameter antara 0,5-2,5 μm (Lindayanti, 2013).

Karakteristik dari suatu mikroorganisme dapat diketahui dengan melakukan


pengamatan morfologi koloni, di mana dengan mengetahui ciri-ciri morfologi tersebut
maka dapat mempermudah dalam melakukan identifikasi jenis mikroba yang akan
diamati. Berdasarkan ciri morfologi koloni bakteri dan biakan murni maka dapat
dilakukan proses identifikasi jenis-jenis mikroorganisme. Namun, untuk memperoleh
hasil identifikasi yang sempurna maka harus dilanjutkan dengan uji biokimia (Fitri et,
al, 2011).

Bakteri dapat ditumbuhkan dalam suatu medium dan akan membentuk


penampakan berupa koloni. Koloni sel bakteri merupakan sekelompok massa sel yang
dapat dilihat dengan mata langsung. Penampakan koloni bakteri dalam media seperti
agar akan menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk
keseluruhan penampakan koloni, tepi dan permukaan koloni. Koloni bakteri dapat
berbentuk bulat, tak beraturan dengan permukaan cembung, cekung atau datar serta
tepi koloni rata atau bergelombang (Lindayanti, 2013).

C. Perhitungan Mikroorganisme

Penghitungan jumlah sel mikroba dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
antara lain secara langsung dengan hitung mikroskopik (direct microscopic count)
menggunakan haemocytometer dan secara tidak langsung dengan hitung cawan
(plate count), selain itu juga terdapat penghitungan menggunakan metode MPN dan
turbidimetri menggunakan alat spektrofotometer (Utami et, al, 2018).

Hitung mikroskopik merupakan metode yang cepat dan murah, tetapi mempunyai
beberapa kelemahan seperti sel-sel yang mati tidak dapat dibedakan dari sel hidup
dan sel-sel yang berukuran sangat kecil sulit dilihat sehingga terkadang tidak terhitung.
Pada haemocytometer ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu
kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu
kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar
tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri
yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah
bakteri per satuan volume dapat diketahui (Utami et, al, 2018).

Prinsip metode hitung cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada media agar, maka sel mikroba itu akan tumbuh membentuk koloni
yang dapat dilihat dan dihitung dengan mata telanjang. Metode ini disebut dengan
colony forming unit. Metode hitungan cawan dapat dilakukan dengan menggunakan
metode tuang (pour plate) dan metode sebar (spread plate). Penghitungan jumlah
mikroba dianggap valid jika dalam satu cawan tumbuh koloni sebanyak 30-300,
sehingga jika pertumbuhan mikroba terlalu padat, maka harus dilakukan pengenceran
terlebih dahulu (Utami et, al, 2018).

Uji MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel
cair. Penghitungan nilai MPN dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif atau
yang ditumbuhi oleh suatu mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan
atau terbentuknya gas di dalam tabung durham yang diletakkan pada posisi terbalik
(Utami et, al, 2018).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan secara daring melalui media zoom dan luring di rumah
masing-masing praktikan pada Senin, 3 Mei 2021.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

 Roti
 Alat penyemprot air
 Wadah plastik kedap udara

C. Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Lembabkan roti dengan
menyemprotkan air sebanyak 2 kali dan masukkan ke dalam wadah plastik dan tutup.
Simpan roti di tempat yang hangat. Amati pertumbuhan jamur yang terjadi setiap
harinya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data

Pengenceran Cawan 1 Cawan 2


10−2 31 29
10−3 88 910
10−4 230 365
10−5 600 311

2. Penghitungan

N=KxD

Ket : K = Jumlah koloni pada kontrol

D = Faktor pengenceran

 Pengenceran 10−2

N=KxD

N = 31 x 102

N = 3.100

 Pengenceran 10−3

N=KxD

N = 88 x 103

N = 88.000

 Pengenceran 10−4

N=KxD

N = 230 x 104

N = 2.300.000

3. Morfologi bakteri
Gambar 1. Bakteri E. Coli

Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/270290-isolasi-escherichia-coli-dari-
urine-pasi-b96684bd.pdf diunduh pada 8 Mei 2021
B. Pembahasan

Pada praktikum ini, praktikan diberikan data jumlah koloni yang akan dihitung
dengan menggunakan rumus penghitungan langsung atau N = K x D. Di mana K
adalah jumlah koloni dan D adalah faktor pengenceran. Dalam melakukan
penghitungan, koloni yang bisa dihitung hanya pada interval 30-300 koloni saja. Jika
terlalu sedikit (kurang dari 30) ataupun terlalu banyak (lebih dari 300), maka
penghitungan tidak dapat dilakukan.
Pada pengenceran kedua (10−2 ). Hanya cawan 1 yang dapat dihitung jumlah
koloninya, sementara cawan 2 tidak dapat dilakukan penghitungan karena jumlah
koloni yang terlalu sedikit. Adapun hasil yang didapatkan pada pengenceran ini yaitu
sebanyak 3.100 mikroba. Pada pengenceran ketiga (10−2 ¿. Hanya cawan 1 yang
dapat dihitung jumlah koloninya, sementara cawan 2 tidak dapat dilakukan
penghitungan karena jumlah koloni yang terlalu banyak. Adapun hasil yang didapatkan
pada pengenceran ini yaitu sebanyak 88.000 mikroba. Pada pengenceran keempat (

10−3 ¿. Hanya cawan 1 yang dapat dihitung jumlah koloninya, sementara cawan 2 tidak
dapat dilakukan penghitungan karena jumlah koloni yang terlalu banyak. Adapun hasil
yang didapatkan pada pengenceran ini yaitu sebanyak 2.300.000 mikroba. Pada
pengenceran kelima (10−5 ¿ , kedua cawan tidak dapat dilakukan penghitungan karena
jumlah koloni yang terbentuk terlalu banyak.
Berdasarkan (gambar 1), diketahui bahwa mikroba yang berhasil ditumbuhkan
pada media cawan agar tersebut adalah koloni dari bakteri Escherichia coli atau E.
coli. E. coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki
panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif.
Diamati pada gambar, E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus
dengan tepi yang nyata.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah bakteri diinokulasi, koloni-koloni akan muncul. Koloni tersebut dapat


dihitung dengan metode salah satunya adalah penghitungan langsung. Dalam
melakukan penghitungan, terlebih dahulu dilakukan pengenceran untuk mengetahui
jumlah koloninya. Penghitungan hanya dapat dilakukan jika jumlah koloni berada pada
interval 30-300 koloni.

B. Saran

Sebaiknya praktikum dilakukan langsung di laboratorium dan didampingi oleh


asisten maupun dosen untuk mencegah hasil yang bias.
DAFTAR PUSTAKA

Musdalifah. 2013. “DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN BAKTERI Enterococcus spp. DI


PERAIRAN TERUMBU KARANG KEPULAUAN SPERMONDE MAKASSAR”.
Skripsi. FIKP, Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Marzuki, I., Noor, A., Djide, N. M., & La Nafie, N. 2014. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase Asal Pantai Melawai Balikpapan. Jurnal
Ilmiah “dr. Aloei Saboe, 1(2), 11-18.

Murniasih, T. 2004. POTENSI MIKROORGANISME SEBAGAI SUMBER BAHAN


OBAT-OBATAN DARI LAUT YANG DAPAT DIBUDIDAYAKAN. Oseana, 29(1), 1-
7.

Lisdayanti, E. 2013. “POTENSI ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ASOSIASI LAMUN


(SEAGRASS) DARI PULAU BONEBATANG PERAIRAN KOTA MAKASSAR”.
Skripsi. FIKP, Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Fitri, L., & Yasmin, Y. 2011. Isolasi dan pengamatan morfologi koloni bakteri
kitinolitik. Jurnal Biologi Edukasi, 3(2), 20-25.

Utami, U., Harianie, L., Kusmiyati, N., Fitriasari, P. D. 2018. Mikrobiologi Umum.

Widianingsih, M., & de Jesus, A. M. 2018. Isolasi Escherichia coli Dari Urine Pasien
Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Al-Kauniyah; Journal of
Biology, 11(2), 99-108.
LAMPIRAN

Gambar 2. Alat dan bahan

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 3. Roti sebelum ditumbuhi jamur

Sumber : Dokumentasi pribadi

Anda mungkin juga menyukai