Instrumen
Pmk 46/2015 SIAP 118
BAB 1
ADMEN BAB 1 ADMEN KMP
BAB 2
BAB 4
UKM BAB 2 UKM UKM-BS
BAB 5
UKM BAB 6
BAB 5 PMP
UKP BAB 9
BAB-5
PENINGKATAN MUTU
PUSKESMAS
( PMP )
BAB 5 : PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS ( PMP )
5.1
• PENINGKATAN MUTU BERKESINAMBUNGAN
5.2
• PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
5.3
• SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)
5.4
• PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
5.5
• PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
STANDAR
5.3.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
diterapkan dalam
UPAYA KESELAMATAN PASIEN
Peningkatan mutu dilakukan melalui upaya perbaikan
berkesinambungan, upaya keselamatan pasien, dan upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi untuk meminimalkan risiko
bagi pasien, sasaran UKM, masyarakat, dan lingkungan.
5.3. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
KRITERIA 5.3.1
Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar
No ID card
Same name
Penurunan Kesadaran
Tidak dapat
menyebut
nama
Identifikasi pada Kondisi Khusus Tidak punya identitas
5.3.1
ELEMEN PENILAIAN.
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur identifikasi pasien. (R)
2. Dilakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan prosedur
diagnostik, tindakan, pemberian obat, dan pemberian diit,
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
(D,O,W)
3. Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi khusus
seperti disebutkan pada pokok pikiran (D,O,W)
Standar 5.3.
KRITERIA 5.3.2
Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi
dalam pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan
T
B
Nilai Kritis A
K
Patient hand-over
5.3.2.
ELEMEN PENILAIAN
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur komunikasi efektif dalam pemberian asuhan
(R)
2. Dilakukan edukasi komunikasi efektif kepada tenaga kesehatan pemberi asuhan
(D,W)
3. Pesan secara verbal atau lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima
pesan, dan dikonfirmasi kepada pemberi pesan (D,O,W,S)
4. Penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium ditulis lengkap, dibaca
ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan dilakukan
sesuai prosedur, dan dicatat dalam rekam medis (D,O,W,S)
5. Diidentifikasi siapa dan kepada siapa nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium
dilaporkan dan informasi apa yang didokumentasikan dalam rekam medis.(D, O,
W, S)
6. Proses komunikasi serah terima pasien yang memuat hal-hal kritial dilakukan
secara konsisten sesuai dengan prosedur, metoda, dan menggunakan form yang
dibakukan (D,O,W,S)
Standar 5.3.
KRITERIA 5.3.3
Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-
obat yang perlu diwaspadai ditetapkan dan
dilaksanakan
Penataan
5.3.3
Peresepan
Penggunaan
Pelabelan
5.3.3. ELEMEN PENILAIAN
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur tentang penulisan resep obat dan
pengelolaan obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau
rupa mirip seperti disebutkan pada pokok pikiran. (R)
2. Disusun daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau
rupa mirip (D)
3. Dilakukan pelabelan obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama
atau rupa mirip sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun
(D,O,W)
4. Dilakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan
psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu diwaspadai
(high alert). (D, W)
Standar 5.3.
KRITERIA 5.3.4
Proses untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur,
tepat sisi pada pasien yang menjalani
operasi/tindakan medis ditetapkan dan dilaksanakan
KRITERIA 5.3.5
Kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan
risiko infeksi yang didapat di fasilitas kesehatan
KRITERIA 5.3.6
Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh disusun
dan dilaksanakan
KRITERIA 5.4.1
Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis, dan
penyusunan rencana penyelesaian masalah, upaya
perbaikan, dan pencegahan insiden keselamatan pasien
• Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien. Insiden keselamatan pasien terdiri atas
kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera,
kondisi potensial cedera, dan kejadian sentinel
• Upaya keselamatan pasien dilakukan untuk mencegah terjadinya Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), yaitu cedera atau hasil yang tidak sesuai dengan
harapan, yang terjadi bukan karena kondisi pasien tetapi oleh karena
penanganan klinis (clinical management). Penanganan klinis yang tidak
sesuai kadang tidak menimbulkan cedera, maka kejadian ini disebut
dengan Kejadian Tidak Cedera (KTC).
POKOK PIKIRAN
• Kejadian Nyaris Cedera (KNC) terjadi jika hampir saja dilakukan
kesalahan dalam manajemen klinis, tetapi kesalahan tersebut tidak
jadi dilakukan.
• Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah semua situasi atau kondisi
terkait perawatan pasien yang berisiko pada keselamatan pasien
• Keadaan-keadaan tertentu dalam pelayanan klinis, misalnya obat di
pelayanan farmasi tidak alfabetical, tidak ada LASA, tidak ada HIGH
ALERT, tidak ada tanda kedaluwarsa, selang yang sudah digunakan
masih terpasang di tabung oksigen, tabung oksigen yang tidak
difiksasi. Keadaan ini disebut kondisi berpotensi menyebabkan cedera
(KPC)
POKOK PIKIRAN
• Sentinel suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
Kejadian sentinel dapat berupa:
• Kematian yang tidak diduga, termasuk dan tidak terbatas hanya pada:
• kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi
pasien (contoh, kematian akibat proses transfer yang terlambat)
• kematian bayi aterm
• bunuh diri
• Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit pasien atau kondisi pasien
• Tindakan salah tempat, salah prosedur, salah pasien
• Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke rumah bukan
rumah orang tuanya
• Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat kematian atau
kehilangan fungsi secara permanen) atau pembunuhan (yang disengaja) atas pasien,
anggota staf, dokter, pengunjung atau vendor/pihak ketiga ketika berada dalam
lingkungan Puskesmas
POKOK PIKIRAN
• Insiden terkait dengan ADMEN di antaranya insiden yang berhubungan
dengan sarana-prasarana (seperti: kegagalan fungsi alat medik, obat rusak,
kekosongan obat, pencahayaan kurang), sumber daya manusia (seperti:
serah terima pasien tidak dilakukan dengan baik, kompetensi tidak
memadai), dan lain-lain
• Insiden terkait dengan UKM adalah insiden yang terjadi saat
penyelenggaraan layanan dengan sasaran kegiatannya adalah masyarakat
• Insiden terkait dengan UKP adalah insiden yang terjadi akibat prosedur
atau pelayanan klinis (seperti: salah mencabut gigi sehat, efek samping
tindakan anestesi), pengelolaan obat (seperti: penulisan resep tidak
lengkap, pelabelan salah, memberikan obat dengan dosis yang tidak sesuai,
efek samping obat berat), tertular penyakit infeksi lain, dan lain-lain.
POKOK PIKIRAN
• Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut
pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan
laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk
pembelajaran.
• Sistem pelaporan diharapkan dapat mendorong individu di dalam
Puskesmas untuk peduli akan bahaya atau potensi bahaya yang dapat
terjadi pada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk
memonitor upaya pencegahan terjadinya kesalahan (error) sehingga
dapat mendorong dilakukan investigasi. Di sisi lain pelaporan akan
menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali.
POKOK PIKIRAN
• Puskesmas perlu menetapkan sistem pelaporan insiden yang
meliputi: kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan, prosedur
pelaporan, insiden yang harus dilaporkan yaitu kejadian yang sudah
terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi, siapa saja yang
membuat laporan, batas waktu pelaporan
• Setiap terjadi insiden harus dilaporkan paling lambat 2 x 24 jam ke
Tim keselamatan pasien dan sesuai dengan ketentuan waktu yang
berlaku kepada Dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota.
• Dilakukan penilaian derajat risiko (Risk Grading) dari tiap insiden yang
terjadi, untuk kemudian dilakukan investigasi sederhana atau Root
Cause Analysis (RCA), serta tindak lanjut sesuai dengan derajat risiko
dari insiden yang terjadi.
Dinas Kesehatan
Kab/Kota
Pelaporan
Sesuai
prosedur
KRITERIA 5.4.2
Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting dalam
memperbaiki perilaku dalam pemberian pelayanan yang
mencerminkan budaya mutu dan budaya keselamatan
Indikator
Perilaku
Tenaga klinis
KRITERIA 5.5.1
Regulasi dan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
dilaksanakan oleh seluruh karyawan Puskesmas secara
komprehensif utk mencegah dan meminimalkan risiko
terjadinya infeksi yg terkait dg pelayanan kesehatan
Pokok Pikiran
• Kegiatan yang disusun dalam program PPI merupakan bagian terintegrasi dengan
Program Peningkatan Mutu
• PPI dilaksanakan melalui penerapan:
prinsip kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
berdasarkan transmisi;
penggunaan antimikroba secara bijak; dan
Bundles
• Dalam pelaksanaan PPI Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus melakukan
monitoring, pendidikan, dan pelatihan PPI
• Di samping itu, dilakukan monitoring melalui Infection Control Risk Assesment
(ICRA), audit dan cara monitoring yang lain secara berkala.
ELEMEN PENILAIAN 5.5.1
1. Ditetapkan kebijakan, pedoman dan prosedur PPI dalam
penyelenggaraan pelayanan Puskesmas. (R)
2. Ditetapkan tim atau petugas yang bertanggung jawab dalam PPI.
(R)
3. Puskesmas merancang dan mengimplementasikan program PPI
secara komprehensif yang melibatkan semua staf. (lihat PMP
5.1.1)
4. Dilakukan pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap
pelaksanaan program PPI dengan menggunakan indikator yang
ditetapkan. (D, W)29
Standar 5.5.
KRITERIA 5.5.2
Dilakukan identifikasi prosedur dan pelaksanaan yang terkait
dengan risiko infeksi dengan menerapkan strategi untuk
mengurangi risiko infeksi
KRITERIA 5.5.3
Kebersihan tangan dierapkan untuk menurunkan risiko infeksi
yang di dapat di Fasilias Kesehatan
Elemen Penilaian
1. Dilakukan edukasi kebersihan tangan pada tenaga medis, tenaga
kesehatan, seluruh karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga
pasien. (D,W)
2. Perlengkapan dan peralatan untuk kebersihan tangan tersedia di
tempat pelayanan. (D,O)
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
kebersihan tangan. (D, W)
Standar 5.5.
KRITERIA 5.5.4
Puskesmas mengurangi risiko infeksi yang terkait dg
pelayanan kesehatan perlu melaksanakan dan
mengimplementasikan program PPI unuk mengurangi infeksi
baik bagi pasien, petugas, keluarga pasien, masyarakat dan
lingkungan
c. Dekontaminasi
• Menurunkan risiko infeksi melalui kegiatan dekontaminasi melalui proses
pembersihan awal (pre cleanning), pembersihan, disinfeksi dan /atau
sterilisasi dengan mengacu pada kategori Spaulding. meliputi :
a) kritikal berkaitan dengan alat kesehatan yang digunakan pada jaringan steril atau
sistim pembuluh darah dengan menggunakan Tehnik Sterilisasi, seperti instrumen
bedah, partus set
b) semi kritikal, peralatan yang digunakan pada selaput mukosa dan area kecil dikulit
yang lecet dengan menggunakan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), seperti
oropharyngeal airway (OPA)/Guedel, penekan lidah, kaca gigi.
c) non Kritikal peralatan yang dipergunakan pada permukaan tubuh yang
berhubungan dengan kulit yang utuh dilakukan Disinfeksi Tingkat Rendah,
seperti tensimeter atau termometer.
POKOK PIKIRAN 5.5.4
Proses dekontaminasi tersebut meliputi:
• pembersihan awal dilakukan oleh petugas di tempat kerja dengan menggunakan APD dengan cara
membersihkan dari semua kotoran, darah dan cairan tubuh dengan air mengalir, untuk kemudian
dilakukan transportasi ke tempat pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi.
• pembersihan merupakan proses secara fisik membuang semua kotoran, darah, atau cairan tubuh
lainnya dari permukaan peralatan secara manual atau mekanis dengan mencuci bersih dengan
detergen (golongan disinfenktan dan klorin dengan komposisi sesuai dengan standar yang berlaku)
atau larutan enzymatic, dan ditiriskan sebelum dilakukan disinfeksi atau sterilisasi.
• disinfeksi tingkat tinggi dilakukan untuk peralatan semi kritikal untuk menghilangkan semua
mikroorganisme kecuali beberapa endospore bacterial dengan cara merebus, menguapkan atau
menggunakan disinfektan kimiawi.
• sterilisasi merupakan proses menghilangakan semua mikroorganisme termasuk endospore
menggunakan upa bertekanan tinggi (autoklave), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi, atau cara
sterilisasi yang lain.
Dekontaminasi lingkungan yaitu pembersihan permukaan lingkungan yang berada di sekitar pasien dari
kemungkinan kontaminasi darah, produk darah atau cairan tubuh. Pembersihan dilakukan dengan
menggunakan cairan desinfektan seperti klorin 0,05% untuk permukaan lingkungan dan 0,5% pada
lingkungan yang terkontaminasi darah dan produk darah. Selain klorin dapat digunakan desinfektan lain
sesuai ketentuan.
POKOK PIKIRAN 5.5.4
d. Linen
• Pengelolan linen yang baik dan benar adalah salah satu upaya untuk
menurunkan resiko infeksi. Linen terbagi menjadi linen kotor non infeksius dan
linen kotor infeksius. Linen kotor infeksius adalah linen yang terkena darah atau
cairan tubuh lainnya.
• Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati.
Kehati-hatian ini mencakup penggunaan APD petugas yang mengelola linen, dan
kebersihan tangan sesuai prinsip PPI terutama pada linen infeksius.
• Fasilitas kesehatan harus membuat regulasi pengelolaan. Penatalaksanaan linen
meliputi penatalaksanaan linen di ruangan, transportasi linen ke ruang
cuci/laundry, dan penatalaksanaan linen di ruang cuci/laundry.
• Prinsip yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan linen adalah selalu
memisahkan antara linen bersih, linen kotor dan steril atau dengan kata lain
setiap kelompok linen tersebut harus ditempatkan pada tempat yang terpisah
e. Limbah
• Puskesmas setiap harinya menghasilkan limbah, terutama limbah infeksius, benda tajam dan
jarum yang apabila pengelolaan pembuangan dilakukan dengan tidak benar dapat menimbulkan
risiko infeksi.
• Pengelolaan limbah infeksius meliputi pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius, darah, sampel
laboratorium, benda tajam (seperti jarum) dalam safety box (penyimpanan khusus), dan limbah
B3. Proses edukasi kepada karyawan mengenai pengelolaan yang aman, ketersediaan tempat
penyimpanan khusus dan pelaporan pajanan limbah infeksius atau tertusuk jarum dan benda
tajam.
• Pengelolaan limbah (identifikasi, penampungan, pengangkutan, tempat penampungan sementara,
pengolahan akhir limbah) meliputi :
a) limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh, sample
laboratorium, produk darah dan lain-lain, yang dimasukan kedalam kantong plastik
berwarna kuning dan dilakukan proses sesuai ketentuan peraturan perundangan
b) limbah benda tajam adalah semua limbah yang memiliki permukaan tajam yang dimasukan
kedalam safety box (penyimpanan khusus tahan tusukan dan tahan air). Penyimpanan tidak
boleh melebihi ¾ isi safety box.
c) limbah cair infeksius segera dibuang ketempat pembuangan limbah cair (spoel hoek)
• Pembuangan benda tajam (seperti jarum) yang tidak benar merupakan salah satu penyebab
bahaya luka tusuk jarum yang berisiko pada penularan penyakit infeksi melalui darah sehingga
diperlukan pengelolaan risiko pasca pajanan.
ELEMEN PENILAIAN 5.5.4
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur sesuai pokok pikiran huruf a sampai
dengan huruf e. (R)
2. Terdapat bukti diterapkannya prinsip prinsip pengelolaan sesuai pokok pikiran
huruf a sampai dengan huruf e sesuai prosedur yang ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan pemantauan terhadap pelaksanaan sesuai pokok pikiran huruf a
sampai dengan huruf e dalam kegiatan pelayanan di puskesmas. (D,W) dan
dilakukan penanganan serta pelaporan jika terjadi pajanan. (D,W)
4. Bila ada pengelolaan pada pokok pikiran huruf a sampai dengan huruf e yang
dilaksanakan oleh pihak ketiga, puskesmas harus memastikan standar mutu
pada pihak ketiga sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (D,W)
Standar 5.5.
KRITERIA 5.5.5
Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi pada proses
pelayanan dan transfer pasien dengan penyakit yang dapat
ditularkan melaui transmisi air borne
KRITERIA 5.5.6
Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani outbreak
infeksi baik di Puskesmas atau di wilayan kerja Puskesmas
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur penanganan outbreak infeksi baik
yang terjadi akibat kegiatan pelayanan di Puskesmas atau di wilayah kerja
Puskesmas. (R)
2. Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya outbreak infeksi baik yang
terjadi di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas. (D,W)
3. Jika terjadi outbreak infeksi, dilakukan penanggulangan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang disusun. (D,W)
4. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut tentang penanggulangan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang disusun (D.W)
Standar 5.5.
KRITERIA 5.5.7
Dilakukan upaya penggunaan antimikroba secara bijak untuk
mengendalikan resistensi antibikroba
TERIMA KASIH