KOTA PEKALONGAN
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Muhamad Rifqi
7111413035
Jangan takut maju satu langkah. Takutlah jika tidak ada kemajuan.
Persembahan:
Alhamdulillah, karya sederhana ini saya persembahkan kepada:
ikhlas.
mendokan saya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Tabel Halaman
1.1 Distribusi PDRB Jawa Tengah Tahun 2014-2017...................................
1.2 Distribusi PDRB Kota Pekalongan 2013-2017 ........................................
1.3 Jenis Pekerjaan Masyarakat Kota Pekalongan .........................................
1.4 Industri Batik Kota PekalonganTahun 2015-2017 ...................................
1.5 Realisasi Ekspor Batik di Kota Pekalongan 2018 ....................................
4.1 Deskriptif Lama Usaha Industri Batik di Kota Pekalongan ......................
4.2Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Batik di Kota Pekalongan ...........
4.3Deskriptif Modal PadaIndustri Batik di Kota Pekalongan .........................
4.4 Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Batik di Kota Pekalongan ................
4.5Jenis Batik Pada Industri Batik di Kota Pekalongan .................................
4.6Biaya Produksi Pada Industri Batik di Kota Pekalongan ...........................
4.7Produk Industri Batik di Kota Pekalongan ................................................
4.8Jumlah Produksi Pada Industri Batik di Kota Pekalongan .........................
4.9 Harga Pada Industri Batik di Kota Pekalongan ........................................
4.10Pendapatan Industri Batik di Kota Pekalongan
4.11Matriks SWOT Industri Batik di Kota Pekalongan .................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Strategi Bersaing Porter ..........................................................................
2.2 Kerangka Berfikir ...................................................................................
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
2.1. Strategi Bersaing Porter ......................................................................... 35
2.2.Kerangka Berfikir ................................................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.Surat Penetapan Dosen Pembimbing ..........................................................
2.Surat IzinPenelitian ....................................................................................
3.Surat Keterangan Selesai Penelitian ...........................................................
4.DokumentasiPenelitian ..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
manusia ke dalam suatu arena relasi sosial baru yang belum pernah
memasuki babak baru yang menyebabkan tidak ada lagi hambatan antar
yang dikenal dengan era ekonomi kreatif. Aktivitas ekonomi kreatif ini
transaksi nilai. Era ekonomi ini bukan hanya menekankan pada proses
memiliki kualitas baik, nilai jual tinggi, dan nilai estetika yang unik.
Ekonomi kreatif ini kemudian digerakkan oleh sektor industri yang disebut
1
2
tersebut (Kemendag, 2007 : 10). Untuk bisa menghasilkan ide baru dan
setiap kabupaten/kota.
Sebagian besar daerah yang sedang berkembang mulai beralih dari yang
perkapita (Ananta,1990).
satu periode tertentu. Dari data kontribusi PDRB tampak struktur ekonomi
kabupaten/kota saja.
Dari Tabel diatas kita bisa lihat distribusi PDRB di Jawa Tengah
penciptaan nilai tambah. Kontribusinya terus naik dari 13,30 persen tahun
2014 menjadi 13,71 persen tahun 2017. Urutan kedua ditempati oleh
Kabupaten Cilacap yaitu 10,02 persen tahun 2014 dan 8,98 tahun 2017.
Serta urutan terendah adalah Kota Magelang 0,65 persen dari tahun 2014-
2017. Urutan terendah kedua adalah Kota Pekalongan 0,77 persen tahun
Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh
yang dihasilkan semua lapangan usaha kegiatan ekonomi yang ada di suatu
tahun 2017 tetapi kehadiran jalan tol menjadi penopang berdirinya hotel-
tahun terakhir ini mengalami kelesuan. Hal ini disebabkan oleh rob (air
Sebagai contoh Kota Pekalongan yang saat ini terkenal akan batiknya.
Batik adalah salah satu warisan budaya yang menjadi ciri khas
dari jenis batik tersebut seperti batik pekalongan, batik solo, batik
batik yang terkenal dan menjadi ikon batik di Jawa Tengah. Secara
batiknya sangat sangat beragam dan dinamis dalam penerapan motif. Sejak
yang khas dari batik pekalongan telah menjadikan kerjainan batik yang ada
pedagang batik yang dijadikan satu lokasi. Ini terbukti dengan keberadaan
batik dalam lokasi yang telah ada, seperti Pasar Grosir Batik Wiradesa,
mengenai batik.
Jenis Kelamin
Jenis Pekerjaan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Pertanian - - -
Pertambangan - - -
10
kelurahan).
(Creative City of Craft and Folk Arts). Dalam kategori ini, Pekalongan
kegiatan pembatikan dan telah berkembang begitu pesat, baik dalam skala
besar maupun kecil. Hasil produksi batik pekalongan juga menjadi salah
Tenaga Kerja
Tahun Jumlah Industri
Laki-laki Perempuan
2015 878 2.975 2.276
2016 882 2.986 2.295
2017 760 2.645 2.170
Jumlah 2.520 8.606 6.741
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan, 2017
batik Kota Pekalongan untuk terus berinovasi kea arah yang lebih modern
agar bisa bersaing menghadapi pesaing lainnya. Harga kain mori yang
dibutuhkan untuk bahan dasar pembuatan batik. Belum ada pabrik kain
pekerja dan kayu bakar, karena semua bahan beli dari luar. Bahan baku
pengrajin batik yang rata-rata hanya lulusan sekolah dasar, hanya sedikit
12
memilih pergi merantau ke kota besar, karena kaum muda tidak tertarik
dengan dunia batik dan usaha membatik tidak bisa mencukupi kebutuhan
upah yang diterima tidak sebanding. Tidak semua orang bisa membatik,
cair industri tekstil batik printing dan sablon ke badan air. Dampaknya
adalah perubahan warna dan timbulnya bau dari air sungai. Dari
Tahun Nilai
2014 26.616.859,93
2015 17.384.060,75
2016 19.081.546,65
2017 17.683.268,64
2018 19.656.698,05
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan,2018
terhadap produk kerajinan batik turun pada tahun 2017 dan tampaknya
industri nasional tahun 2035 melalui tiga tahap yaitu peningkatan nilai
sama dengan persoalan yang dihadapi industri batik lainnya. Persoalan itu
antara lain, harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual
produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Hal lain yang menjadi masalah
domestik juga bersaing dengan batik printing dari Cina yang lebih murah.
Masalah lain yang dihadapi oleh industri batik di Pekalongan adalah corak
dan desain batik banyak yang ditiru oleh Negara tetangga seperti Cina,
Kota Pekalongan?
15
Pekalongan.
di Kota Pekalongan.
TINJAUAN PUSTAKA
keberhasilan dan pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu
fisik modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan
16
17
produknya di luar daerah atau luar negeri. Maka dari itu, menurut Tarigan
berkembang.
antara lain Harga yang murah, harga murah artinya tidak sekedar murah,
namun tetap memperhatikan kualitas. Kualitas sama tapi harga yang lebih
sama atau lebih besar meskipun menetapkan harga yang lebih murah
tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau
produk tersebut ternyata tidak membuat konsumen tertarik. Jika hal ini
2. Strategi Fokus
dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit.Stretegi jenis ini ditujukan
bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup
(market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu
Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu
adalah:
1. Teknologi
7. Skala ekonomis
8. Inovasi
9. Diferensiasi produk
kekuatan yang menentukan intensitas kompetitif dan karena itu daya tarik
menguntungkan.
dalam suatu industri: (1) ancaman masuknya pendatang baru, (2) kekuatan
menyusun rancangan strategi yang baik dan agar dapat menduduki posisi
Pendatang Baru
1. aaInfrastruktur, meliputi : sarana prasarana pasar, sarana jaringan listrik,
Penyedia
telekomunikasi, dan air bersih, prasasarana transportasi dan pasar.
Persaingan
Pembeli
Input Industri
2. Kebijakan Pemerintah, meliputi : bantuan keuangan, kemitraan, dan
kemudahan ijin.
setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk
industri itu menurun, dan ketika potongan harga menjadi lazim. Mereka
apabila:
dalam kompetisi.
kapasitas berlebih.
hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang ada
baru ini jelas tidak merupakan ancaman yang serius. Ada enam sumber
a. Loyalitas pelanggan
b. Diferensiasi Produk
c. Biaya Investasi
pengembangan.
f. Kebijakan pemerintah
produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah, dan sumber daya
ketika hanya terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau
saling membantu dengan harga yang masuk akal, kualitas yang baik,
b. Tidak terdapat produk pengganti lain yang dijual pada suatu industri.
tidak besar.
yang lebih baik/tinggi atau layanan yang lebih memuaskan serta dapat
berperan sebagai pesaing satu sama lain, yang mana semua ini dapat
dalam industri.
laba industri.
atau kualitas yang lebih baik daripada produk industri atau dihasilkan
undang ini.
usaha.
adalah usaha yang memilliki kurang dari 5 orang tenaga kerja. Bank
mengenai usaha mikro, yaitu usaha yang memiliki tenaga kerja 1-4
orang.
(Tambunan, 2000).
2. Tenaga kerja Tenaga kerja yang diperlukan usaha ini tidak menutut
1999).
4. Ketahanan Peranan usaha mikro ini telah terbukti bahwa usaha mikro
pandangan teori klasik di mana usaha mikro dan kecil berperan dalam
pengembangan masyarakat.
peningkatan daya saing, tetap harus meneliti UKM secara detail dan
persaingan yang ada. Oleh karena itu ada beberapa langkah yang bisa
itu, apabila terjadi skala usaha yang tidak ekonomis, wirausaha dapat
produk, dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi
sistem kemitraan.
37
yang ada sekarang atau penciptaan produk baru yang masih terkait
yaitu:
38
baru (yang lebih baik) sebagai hasil dari pengalaman positif mereka
pertumbuhan tinggi.
yaitu:
c) Ketika pasar baru yang belum dikembangkan dan belum jenuh muncul.
dari suatu produk tunggal, dalam suatu pasar tunggal dengan suatu
yang dapat menghasilkan produk yang sama dengan biaya yang lebih
Penelitian Terdahulu
berikut :
1. Segementasi,
dimana Djawa
Batik Solo
memiliki
segmentasi
secara khusus
lebih
memfokuskan
konsumen usia
muda yang
bertujuan untuk
meningkatkan
batik
dikalangan
kawula muda
2. Traget pasar
produk Djawa
Batik Solo
adalah
konsumen batik
seragam dan
kombinasi bagi
perusahaan.
5. Elysa Analisis SWOT Analisis SWOT Harga, Batik SYN
Paramitha Sebagai Strategi dan Marketing dapat memberikan
Putri (2015) Meningkatkan Mix potongan harga atau
Daya Saing Pada diskon dan pemberian
Bisnis Usaha komisi bagi agen
batik perantara yang ikut
serta mempromosikan
44
Kerangka Pemikiran
dihasilkan oleh para pelaku usaha industri batik kota Pekalongan masih belum
dimiliki oleh produk tersebut masih tergolong lemah, sehingga hal tersebut
berdampak terhadap kinerja industri batik, dimana saat ini kondisi omset
dahulu ingin melihat mengenai kondisi eksisting baik faktor internal maupun
eksternal industry batik. Kemudian setelah itu, faktor internal dan eksternal
yang nantinya diharapkan batik pekalongan memiliki daya saing tinggi yang
maka dituangkan dalam sebuah kerangka pemikiran yang tersaji pada gambar
dibawah ini.
Internal:
Eksternal:
Pemasaran & Manajemen
Persaiangan industri
usaha
Kebijakan pemerintah
Teknologi
Dukungan SDM & bahan baku
Modal
Bahan Baku
Produk
METODE PENELITIAN
pada populasi yang lebih sesuai dengan situasi yang berbeda. Tetapi hasil
Pekalongan.
47
48
3.2.1 Populasi
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga sekedar jumlah yang
(Sugiyono,2010:2017).
3.2.2 Sampel
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran Populasi
berikut:
n= 88,372093
n = 88
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Agar dalam penelitian ini dapat di
dengan cara:
1. Metode Observasi
materi wawancara.
3. Teknik Dokumentasi
data yang diperoleh dari sumber kedua setelah data primer. Dilihat dari
segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dan
internet.
analisis deskriptif dan SWOT. SWOT merupakan alat yang dipakai untuk
strategi meningkatkan daya saing pada usaha tahu di desa hajoran, hal ini
dianalisis dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut pula analisis
situasi dengan model analisis SWOT. Model yang populer untuk analisis
strenghts-opportunities), WO (kelemahan-peluang-weakness-
eksternal dan internal adalah kunci bagian yang paling sulit dalam
baik.
eksternal.
BAB IV
khas itu kemudian dikreasikan dalam berbagai rupa dan fungsi, serta
pada batik yang paling banyak adalah batik cap dengan kualitas yang
daerah pesisir pantai utara, variasi produsen batik baik dari produsen
54
55
1. Lama Usaha
di Kota Pekalongan
1 1 – 10 tahun 15 17%
2 10 – 20 tahun 22 25%
3 20 – 30 tahun 29 33%
Jumlah 88 100%
produk serupa dan dengan harga yang jauh lebih murah. Hanya
ide kreatifitas.
2. Pendidikan
berikut ini :
Kota Pekalongan
3. Modal
berikut :
58
di Kota Pekalongan
Jumlah 88 100%
4. Tenaga Kerja
di Kota Pekalongan
1. 1-15 18 20,5%
2. 15-30 20 22,7%
3. 30-45 28 31,8%
4. >45 22 25%
Jumlah 88 100%
muda terhadap dunia kerja batik, karena upah yang didapat kecil
5. Jenis Batik
Jumlah 88 100%
tulis). Batik tulis dibuat dengan proses yang panjang dan sangat
6. Biaya Produksi
di Kota Pekalongan
presentase 18,2%.
7. Produk Industri
2. Selendang 19 21,6%
3. Pakaian 25 28,4%
4. Sarung 20 22,7%
Jumlah 88 100%
presentase 21,6%.
8. Jumlah Produksi
penjualan.
64
di Kota Pekalongan
Jumlah 88 100%
presentasi 18,2%.
beda. Warnya akan lebih terang dan awet. Proksi batik pada saat
65
sama sekali.
9. Harga
Jumlah 88 100%
hampir akhir akhir ini mengancam usaha batik sebab harga jual
10. Pendapatan
Jumlah 88 100%
berkurang.
ancaman).
1. Kekuatan (Strenght) :
Model Variatif
membedakan kita dengan yang lain yaitu model baju, motif, dan
berkualitas tinggi. Ada juga jenis kain yang lain seperti katun,
Keistimewahan Produk
lama. “
2. Kelemahan (Weakness) :
pemasarannya.
baku naik otomatis biaya produksi juga akan naik tapi untuk
tenaga kerja yang ada di industri batik adalah orang tua yang
kurang produktif.
di batik. “
mesin.
3. Peluang (Opportunity) :
baku. “
bagi para PNS maupun karyawan BUMN, bahkan swasta dua hari
terkait. “
4. Ancaman (Treaths) :
Cuaca
kalo hujan sudah pasti tidak bisa melakukan produksi. Cuaca saat
produksi batik. Harga bahan baku naik tapi harga batik tetap. “
dimkasud adalah batik yang datang dari Cina dengan motif yang
Pekalongan.
74
Seperti meniru motif batik yang sudah ada, motif batik yang
opportunities), WO (kelemahan-peluang-weakness-opportunities), ST
produk optimal
tradisional
EFAS
Terbukanya menarik
pesaing
d. Cuaca
strategi yaitu;
konsumen.
rusak.
yang dijual.
terkait.
dan pewarnaan.
lancar.
baju batik.
berkualitas.
penting.
80
4.4 Pembahasan
tidak terlepas dari sejarah bahwa sejak puluhan dan ratusan tahun
Pekalongan yaitu Soal Mutu Berani Diadu. Hal ini bermakna bahwa
sebagai berikut:
3. Kemasan
4. Harga
biaya per unit dengan suatu jumlah untuk menutupi laba yang
cara:
Hal ini yang nantinya menarik para perantara untuk ikut serta
6. Distribusi
7. Promosi
masyarakat luas.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
negeri.
perkembangan zaman.
dan usia tenaga kerja yang sudah tua. Harga bahan baku yang
87
5.2 Saran
penerus.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ananda Dwi Amin & Dwi Susilowati. 2017. Pengembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Industri Kreatif di Kota
Malang. Volume 10. Hal. 120-142.
Alhusain Sani Achmad. 2015. Jurnal ekonomi & Kebijakan Publik. Kendala
dan Upaya Pengembangan Industri Batik di Surakarta Menuju
Standardisasi. Vol. 6, No. 2, 199-213.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2018. Jawa Tengah Dalam Angka
Tahun 2018. Semarang : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan. 2018. Pekalongan Dalam Angka
Tahun 2018. Kota Pekalongan : BPS Pekalongan.
Eva, Rin, dan Kap. (2013). Standar dan mutu produk, tingkatkan daya saing.
Diperoleh tanggal 16 Desember 2019. Diunduh pada
http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politik&i=49101-Standa
rtdanMutuProduk,TingkatkanDayaSaing.
Haula Nakhwatunnisa, Yanah, dkk. 2017. Strategi Peningkatan Daya Saing
UMKM Dalam Menghadapi Ekonomi ASEAN.
Imawan riswandha. 2002. Peningkatan Daya Saing: Pendekatan
Paradigmatik-Politis. Volume 6, Nomor 1, 79-104
Jerayaj, K.L., Muralidharan, C., Shentilvelan, T., Desmukh, S.G.. 2012.
Application of SWOT and Principal Component Analysis in a Textile
Company – A Case Study. Journal of Engineering Research and
Development, Volume 1, Issue 9, PP.46-54.
Kalpande, S.D., Gupta, R.C., Dandekar, M.D..2010. A SWOT Analysis Of
Small And Medium Scale Enterprises Implementing Total Quality
Management. International Journal of Business, Management and
Social Sciences, Volume 1, No. 1, pp, 59-64.
Kamil Ahmad. 2015. Industri Kreatif Indonesia: Pendekatan Analisis Kinerja
Industri. Vol. 10 No. 2 Hal. 207-225.
Karmini. 2017. Strategi dan Program Penguatan Daya Saing Barang Kayu
dan Hasil Hutan di Kota Tarakan. 1(2): 106-112.
Kasmirudin & Armi Chintya. (2015). Analisis SWOT Sebagai Strategi
Meningkatkan Daya Saing pada Bisnis Usaha Sepatu.
Massie James, Kana Lang, dkk. 2015. Strategi Menciptakan Daya Saing Nilai
Produk Usaha Mikro di Manado. Volume 15 No. 05 Tahun 2015
Muhammad Tahwin. (2014) Strategi Pengembangan Batik Tulis Lasem
Dengan Analisis SWOT. 9 (2), 57-70.
89
Nahiyah, Jaidi Faraz. 2012. Evaluation on the Empowerment Program for
Female Batik Producers. International Journal of Humanities and
Applied Sciences (IJHAS). Vol 1, No. 1
Nugroho, Tricahyo. 2011. Analisis Klaster Industri Untuk Meningkatkan Daya
Saing Pada Industri Batik di Surakarta (Studi Kasus di Kampung Batik
Laweyan dan Kampung Batik Kauman). Tesis: Universitas Diponegoro
Nurhayati Siti. (2016, September). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Strategi
Penguatan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Batik
Menghadapi ASEAN ECONOMIC COMMUNITY. Volume 19. Nomor
02.
Purba Lasmaria Susanti, Eko Prasetyo. (2018). Analisis Faktor Produksi
Terhadap Daya Saing Batik Semarangan. 7 (3).
Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rachma Fitriati. 2015. Menguak Daya Saing UMKM Industri Kreatif.
Salma Rohana Irfa’ina. (2013). Corak Etnik dan Dinamika Batik Pekalongan.
30 (2).
Yunanto Yogi. 2017. Sumber Daya Manusia Industri Kreatif (Tenun Ikat)
Menghadapi Persaiangan Bisnis di Era MEA Kota Kediri.Vol. 2, No.
1, Hal 1-8.
Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
90