Anda di halaman 1dari 31

Firli Bahuri diduga menekan pemimpin

KPK lain agar mematuhinya. Pemimpin


KPK yang lain merasa diikuti orang-orang
Firli.
• .
• Pimpinan KPK dituding menjadi sumber kebocoran penanganan berbagai kasus. Ada banyak
pengaduan dari penyelidik dan penyidik. 131757
• Pengawasan di KPK longgar pada era Firli. Kebiasaan buruk pimpinan menular ke bawahan. .

TIGA bulan setelah dilantik sebagai Wakil Ketua Komisi


Pemberantasan Korupsi, Nawawi Pomolango memanggil penyidik
Novel Baswedan ke ruang kerjanya di Gedung Merah Putih KPK di
Kuningan, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan itu, Nawawi
mencurahkan isi hatinya selama memimpin komisi antirasuah. “Dia
merasa tidak betah karena Ketua KPK Firli Bahuri terlalu dominan,
selalu mengambil keputusan sendiri,” kata Novel kepada tim
IndonesiaLeaks, pertengahan Juni lalu.

Dalam pertemuan berikutnya dengan Novel, Nawawi menyampaikan


ingin mundur dari lembaga antirasuah tersebut. Dia merasa tak
berdaya menghadapi Firli. Kepada Novel, Nawawi pun menceritakan
bahwa dia merasa dibuntuti kaki tangan Firli. “Dia jadi parno. Selalu
hati-hati jika berbicara dengan pegawai lain,” ujar Novel.

Nawawi menceritakan hal yang sama kepada penyelidik Harun Al


Rasyid. Menurut Harun, Nawawi berulang kali menyampaikan sudah
tak tahan bekerja sama dengan Firli. “Pak Harun, saya enggak kuat
dengan Pak Firli. Mau mundur saja,” tutur Harun menirukan ucapan
Nawawi.

Mendengar itu, Harun mendadak sontak meminta Nawawi bertahan


karena para pegawai KPK bertumpu kepada mantan hakim tersebut.
Setelah kewenangan komisi antikorupsi dipereteli lewat revisi
Undang-Undang KPK dan Firli Bahuri terpilih sebagai pemimpin
lembaga itu, awan hitam menggelayuti KPK. Waktu itu pesimisme
tersebut menghinggapi banyak pegawai. Keberadaan Nawawi
diharapkan bisa mengimbangi Firli.

Ketua KPK Firli Bahuri (kanan) bersama Anggota DPR Herman Hery saat
meninjau Rumah Tahanan KPK di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi,
Jakarta, Selasa, 7 Juli 2020. TEMPO/ Imam Sukamto

Ditemui tim IndonesiaLeaks di rumahnya di kawasan Jakarta Selatan,


Nawawi menolak diwawancarai perihal itu. “Kenapa mengejar-ngejar
saya? Saya lagi isolasi mandiri. Tolong hargai saya,” ujar Nawawi,
Jumat, 18 Juni lalu.

Kejadian serupa dialami Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron. Kepada


Harun, Ghufron bercerita merasa ditempel orang-orang Firli.
Akibatnya, kata Harun, Ghufron merasa tertekan. Untuk bertemu
dengan Harun saja ia harus sembunyi-sembunyi agar tak diketahui
Firli. Kepada tim IndonesiaLeaks, Ghufron mengatakan dalam
beberapa bulan terakhir ini terpikir untuk mengundurkan diri.

Dalam berbagai rapat pimpinan, ia bersama Nawawi Pomolango acap


kalah suara saat mengambil sejumlah keputusan penting. “Aku sudah
bertarung, tapi kalah. Posisinya dua banding tiga,” ujar Ghufron pada
Sabtu, 19 Juni lalu. Karena selalu kalah suara, Ghufron merasa tak
memiliki kontribusi apa-apa di KPK. “Tapi aku juga mikir, kalau
aku resign, apakah akan menyelamatkan KPK?”
Meski dalam rapat tertutup ia berseberangan dengan
Firli, Ghufron harus tampil di depan publik menyampaikan hasil
keputusan rapat. “Aturan di kami, yang kalah suaranya harus merilis.
Ini saya buka saja,” kata Ghufron. Saat pengumuman hasil tes
wawasan kebangsaan, misalnya, Ghufron yang hadir mewakili
komisioner lain dalam konferensi pers. Padahal, menurut Ghufron,
sejak awal dia tidak sepakat tes itu menjadi penentu lulus-tidaknya
pegawai KPK menjadi aparatur sipil negara. Sejumlah narasumber
menyebutkan ide untuk menggelar tes tersebut berasal dari Firli.

Contoh lain adalah saat penetapan tersangka Menteri Sosial Juliari


Peter Batubara pada Desember 2020. Dalam gelar perkara, Firli
sempat ngotot bahwa Juliari tak bersalah dalam penyaluran bantuan
sosial penanganan pandemi Covid-19 senilai Rp 5,9 triliun itu. Karena
kalah suara, akhirnya Firli yang mengumumkan penetapan tersangka
politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu dalam konferensi
pers.

Deputi Bidang Penindakan KPK Brigjen Pol Karyoto, di gedung Komisi


Pemberantasn Korupsi, Jakarta, Senin, 15 Februari 2021. TEMPO/Imam
Sukamto

Gaya kepemimpinan era Firli berbeda dengan komisioner sebelumnya.


Wakil Ketua KPK periode 2015-2019, Saut Situmorang, mengatakan
pimpinan di zamannya memang tak selalu satu suara. Mereka pun
kerap melakukan voting dengan hasil tiga melawan dua. Saut biasanya
satu kubu bersama Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua Laode
Muhammad Syarif. “Meski berbeda pendapat dengan dua lainnya,
kami tak pernah memerintahkan orang untuk menempel atau
mengawasi mereka,” ucap Saut.

Peneliti Indonesia Corruption Watch, Kurnia Ramadhana, pernah


mendengar langsung cerita dari salah seorang pemimpin KPK periode
ini perihal keinginan empat komisioner menangani kasus besar yang
melibatkan dua lembaga penegak hukum pada Juli 2020. Karena Firli
seorang menolak, akhirnya KPK tak jadi mengambil alih kasus
tersebut. Padahal, jika mengikuti sistem kolektif kolegial yang berlaku
di KPK, seharusnya keputusannya mengikuti suara empat pemimpin
lain.

•••

SELALU menenteng telepon seluler pintar merupakan kebiasaan Ketua


Komisi Pemberantasan Korupsi Firli Bahuri dalam setiap rapat gelar
perkara. Ia membawa kegalibannya ini sejak menjabat Deputi
Penindakan periode April 2018-Juni 2019. Firli gemar memotret
presentasi penyelidik dan penyidik. “Seharusnya kan tidak usah. Saya
saja tidak pernah bawa handphone karena rawan bocor,” kata mantan
Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang, pada Senin, 14 Juni lalu.

Laporan kebocoran perkara deras terjadi saat Firli menjabat Deputi


Penindakan. Saking banyaknya, kelima pemimpin KPK untuk pertama
kali menggelar pertemuan dengan puluhan penyidik dan penyelidik
pada 16 April 2019. Persamuhan itu bertajuk “Hentikan Segala Bentuk
Upaya Menghambat Penanganan Kasus”. Ada 26 kasus yang diduga
dibocorkan kepada pihak yang beperkara. “Sejak KPK era pertama juga
sudah ada kebocoran, tapi tidak sederas sekarang,” ujar Saut.
Ia mencontohkan tim Satuan Tugas Penyelidikan II yang mengeluhkan
lamanya proses surat-menyurat di Deputi Penindakan saat itu. Firli
kerap mengembalikan surat yang masuk. Dalam catatan surat yang
dikembalikan, Firli meminta detail kasus, seperti informasi mengenai
pemberi suap, penerima, nilai, dan proyek yang tersangkut kasus
korupsi. Ini di luar kelaziman di lingkup internal KPK. Seharusnya
surat itu hanya berisi telaah dan informasi umum kasus.

Mereka juga mengeluhkan rumitnya proses penyadapan. Tiap satuan


tugas hanya diizinkan menyadap 40 nomor telepon. Ketika surat
perintah penyelidikan akhirnya terbit dan penyadapan berjalan,
operasi tangkap tangan yang akan digelar malah bocor. Akibatnya,
pekerjaan satgas selama berbulan-bulan menjadi sia-sia.

Penyidik Novel Baswedan mengeluhkan sebuah perkara dalam rapat


bersama pimpinan KPK tersebut. Timnya merasa dihambat saat
menangani kasus yang melibatkan seorang pengacara, Lucas. Menurut
Novel, ada yang berupaya mengerem kasus saat timnya sedang
mengebut menyelesaikan perkara. “Kami masih belum tahu itu terjadi
atas kepentingan siapa,” tuturnya.
Kebocoran juga lazim terjadi sejak Firli Bahuri menjadi Ketua KPK
pada Desember 2019. Pada 9 April lalu, misalnya, personel KPK
hendak menggeledah kantor PT Jhonlin Baratama di Kotabaru dan
Batulicin di Kalimantan Selatan. PT Jhonlin terseret suap pejabat
Direktorat Jenderal Pajak, Angin Prayitno Aji. Tim penggeledah yang
dipimpin Afief Julian Miftach mendapati kantor PT Jhonlin kosong
melompong. Mereka kemudian bermaksud menelusuri kebocoran
dengan menyadap sejumlah pihak. Pimpinan KPK menolak usul itu.

Selama memimpin KPK, Firli Bahuri juga ditengarai melonggarkan


kode etik di lembaga tersebut. Ia seakan-akan tak risau jika pemimpin
KPK beranjangsana ke pejabat dan pihak yang berpotensi akan
beperkara di KPK. Padahal kode etik KPK mengharuskan komisioner
menjaga independensi dengan tidak menunjukkan kedekatan dengan
siapa pun di depan publik.

Kepada penyelidik Harun Al Rasyid, Wakil Ketua Nawawi Pomolango


pernah mengeluhkan kebiasaan Firli yang kerap berserobok dengan
pejabat lembaga lain. “Padahal orang-orang yang disambangi ini yang
perlu diawasi,” kata Harun menirukan kalimat Nawawi.

Ini juga yang dilakukan Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar. Dengan
dalih menyambung silaturahmi dan mencegah korupsi, Lili menemui
Wali Kota Tanjungbalai Muhammad Syahrial pada tahun lalu. Ia
bahkan tak sungkan meminta kepada Syahrial agar Pemerintah Kota
Tanjungbalai di Sumatera Utara itu melunasi hak adik iparnya yang
pernah bekerja di instansi air minum daerah setempat. Syahrial
dikabarkan mengabulkan permintaan itu.
Interaksi mereka berlanjut. Lili diduga membocorkan kasus jual-beli
jabatan di Pemerintah Kota Tanjungbalai yang menyeret Syahrial,
yang sedang diusut KPK. Lili bahkan merekomendasikan seorang
pengacara berinisial AA untuk membantunya. Dalam berbagai
kesempatan, Lili membantah info ini. “Saya tegas menyatakan tidak
pernah menjalin komunikasi dengan tersangka MS terkait dengan
penanganan perkara yang bersangkutan, apalagi membantu proses
penanganan perkara yang sedang ditangani oleh KPK,” ujar Lili.
Sanggahan Lili tak menyurutkan Novel Baswedan dan kawan-kawan
melaporkannya ke Dewan Pengawas KPK.

Pejabat di bawah mencontoh atasannya. Deputi Penindakan Karyoto,


misalnya, diduga kerap menemui pihak yang beperkara. Karyoto kena
batunya pada 21 Januari lalu. Ia “digerebek” saat bertemu dengan
seseorang di sebuah rumah di Jalan Taman Patra III, Setiabudi, Jakarta
Selatan. Pria yang ditemui Karyoto dikabarkan tengah berurusan
dengan KPK.

Penggerebekan dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku


wartawan surat kabar Siasat Kota. Mereka memotret dan merekam
pertemuan Karyoto dan lawan bicaranya. Penggerebekan sempat
memancing keributan dan membuat personel Kepolisian Sektor
Setiabudi datang ke lokasi. Redaktur Pelaksana Siasat Kota, Jenri
Sitanggang, yang ditemui tim IndonesiaLeaks, membenarkan adanya
peristiwa tersebut. Tapi wartawan yang ikut penggerebekan tak lagi
bekerja di sana. “Kami tidak tahu persis apa yang jadi latar belakang
penggerebekan itu,” katanya.
Ditemui di rumah pribadinya di Yogyakarta, Karyoto enggan
diwawancarai. “Saya tidak bisa menjawab, harus izin pimpinan,” tutur
polisi berpangkat inspektur jenderal itu, lalu meminta tim
IndonesiaLeaks meninggalkan rumahnya pada Sabtu, 19 Juni lalu.

Adapun Firli Bahuri tak merespons permintaan wawancara mengenai


berbagai persoalan di KPK di bawah kepemimpinannya. Tim
IndonesiaLeaks menyampaikan permohonan itu ke nomor teleponnya
dan melalui juru bicara KPK, Ali Fikri. Tim IndonesiaLeaks juga
mendatangi kediamannya di Villa Galaxy, Bekasi Selatan, Jawa Barat,
pada Sabtu, 19 Juni lalu. Penjaga rumah mengatakan Firli tak bisa
diwawancarai. Ketiga penjaga, dua di antaranya menenteng senjata
api laras panjang, juga menolak meneruskan surat permintaan
wawancara kepada Firli. “Silakan ke kantor saja,” ucap salah seorang
dari mereka, yang lantas meminta tim IndonesiaLeaks beranjak dari
situ.

•••

BERKUMPUL di lantai 15 Gedung Merah Putih, Kuningan, Jakarta


Selatan, Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi Karyoto
mengumpulkan tiga direktur dan kepala satuan tugas penyidikan
korupsi bantuan sosial pandemi Covid-19, Andre Dedy Nainggolan,
pada pertengahan Desember 2020. Tim Andre Dedy baru saja
menangkap Menteri Sosial Juliari Peter Batubara.

Kepada Andre, Karyoto menanyakan keterlibatan politikus lain dari


Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai asal Juliari. Karyoto
merujuk peran Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat
Herman Hery dan Wakil Ketua Komisi Sosial DPR saat itu, Ihsan
Yunus.

Setelah mendapat penjelasan, Karyoto terlihat bersemangat. Ia


memerintahkan Andre memeriksa Herman Hery dan Ihsan Yunus.
Dimintai konfirmasi ihwal ini, Andre membenarkan. “Rapat itu
memang ada, tapi saya tidak bisa menyampaikan detailnya,” katanya
kepada tim IndonesiaLeaks pada Selasa, 15 Juni lalu.
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2015-2019 Saut
Situmorang, di Gedung KPK, Jakarta, Senin, 9 Mei 2016. TEMPO/STR/Eko
Siswono Toyudho

Menindaklanjuti perintah tersebut, tim Andre lantas mengajukan surat


pemanggilan Herman dan Ihsan serta saksi kasus bantuan sosial lain
ke meja Karyoto. Di sini sikap bekas Wakil Kepala Kepolisian Daerah
Yogyakarta itu berubah 180 derajat. Ia mencoret nama Herman Hery
dari daftar saksi. Tim juga batal menggeledah kantor Ihsan Yunus
karena diminta balik arah oleh Karyoto, yang beralasan mendapat
perintah dari Firli Bahuri.

Kepada tim IndonesiaLeaks, dua pegawai KPK yang mengetahui


perkara ini mengatakan, selama penyelidikan dan penyidikan kasus
bansos, Karyoto berulang kali terlihat hilir-mudik di lantai 15 Gedung
Merah Putih, tempat ruang kerja Firli berada. Sebelumnya, mereka
hanya bertemu di ruang rapat atau dalam acara lain. Firli dan Karyoto
tak merespons saat dimintai konfirmasi soal ini.

Herman Hery membantah terlibat korupsi bantuan sosial. Dia


mengatakan perusahaannya, PT Dwimukti Graha Elektrindo, yang kini
dikelola istri dan anaknya, memang menjalin kontrak dengan PT
Anomali Lumbung Artha, salah satu penyalur bansos Covid-19. Ia
mengklaim kontrak itu urusan bisnis semata. “Kalau dirasa memang
ada yang dilanggar, kan sudah diperiksa KPK. Dwimukti sudah
digeledah juga,” ujarnya.
TIM INDONESIALEAKS

Liputan ini diselenggarakan oleh konsorsium IndonesiaLeaks yang


terdiri atas majalah Tempo, Koran
Tempo, Tempo.co, Suara.com, Tirto.id, Jaring.id, Independen.id, Th
e Gecko Project, dan KBR.
Reporter Tempo - profile - https://majalah.tempo.co/profile/tempo?tempo=162416454714

Solidaritas untuk Pegawai KPK Tes Wawasan Kebangsaan Pegawai


KPK Suap Penyidik KPK Firli Bahuri
Uang Lebaran Sebelum Pelantikan
i

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Wana Alamsyah


menunjukkan barang bukti kepada awak media saat melaporkan Ketua
KPK Filri Bahuri atas dugaan penerimaan gratifikasi di Bareskrim
Polri, Jakarta, Kamis, 3 Juni 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
• Ketua KPK Firli Bahuri menerima transfer uang Rp 100 juta sehari sebelum dilantik menjadi
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan. .
• Ia juga dituding menerima gratifikasi lewat diskon tarif sewa helikopter. 131757
• Polisi dan Dewan Pengawas tak memproses laporan ICW tentang gratifikasi sewa helikopter
Firli Bahuri. .

ADUAN itu hanya berumur satu hari. Alih-alih membuka penyelidikan,


Kepolisian RI menolak laporan Indonesia Corruption Watch (ICW)
tentang dugaan gratifikasi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Firli
Bahuri. “Kami kembalikan ke Dewan Pengawas KPK. Kan, sudah
ditangani di sana,” kata Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris
Jenderal Agus Andrianto pada Jumat, 4 Juni lalu, sehari setelah ICW
mengadukan kasus tersebut.

Mental di polisi, laporan ini dibawa ICW ke Dewan Pengawas. ICW


melaporkan Firli karena dia diduga menerima gratifikasi berupa
diskon sewa helikopter saat berkunjung ke Baturaja, Sumatera
Selatan, pada 20 Juni 2020. Ia terbang bersama keluarganya dari
Palembang ke Baturaja, lalu balik lagi pada hari yang sama.
“Semestinya kasus ini sudah masuk ranah pidana,” ujar peneliti ICW,
Wana Alamsyah, pada Sabtu, 19 Juni lalu.

Indikasi gratifikasi mencuat setelah ICW menyigi harga sewa di


sembilan perusahaan penyedia layanan helikopter di Indonesia.
Menurut Wana, mereka ingin mengetahui ongkos rata-rata dan
kewajaran tarif sewa helikopter per jam, termasuk biaya bahan bakar
dan pajak.

Penelusuran ICW mendapati biaya sewa helikopter berkisar Rp 39,1


juta per jam. Tarif ini berbeda dengan klaim Firli, yang mengaku
membayar helikopter Rp 7 juta per jam. Firli diperkirakan
menggunakan helikopter selama empat jam. ICW menghitung ada
selisih Rp 140 juta dari tarif yang dibayar Firli.

Wana menduga ada indikasi gratifikasi dari selisih biaya itu. Apalagi
perusahaan penyewaan helikopter tersebut diduga berkaitan dengan
salah satu perkara di KPK. “Komisaris perusahaan itu pernah menjadi
saksi dalam kasus suap izin Meikarta,” katanya.

Koordinator Masyarakat Anti Korupsi, Boyamin Saiman, juga


menelisik harga sewa helikopter Firli. Meski nilainya tak sama persis,
Boyamin menghitung harga sewa heli itu sekitar Rp 35 juta per jam.
Biaya yang dibayarkan Firli diperkirakan lebih besar karena heli yang
ia gunakan bertipe lebih mewah. “Saya sudah melaporkan ke
Direktorat Gratifikasi. Tapi belum direspons,” ucap Boyamin.

Sebelum menerima laporan ICW, Dewan Pengawas sudah memproses


perkara ini. Dewan Pengawas hanya menjatuhkan sanksi teguran
tertulis kepada Firli. Salah satu yang meringankan dari vonis tersebut
adalah Firli dianggap belum pernah melanggar kode etik.
“Menghukum terperiksa dengan sanksi ringan berupa teguran tertulis
II agar tidak mengulang perbuatannya,” kata Ketua Dewan Pengawas
KPK Tumpak Hatorangan Panggabean saat membacakan putusan pada
Rabu, 24 Juni 2020.

Karena ada vonis ini, Dewan Pengawas tidak akan memproses laporan
ICW dan Boyamin. Anggota Dewan Pengawas, Syamsuddin Haris,
mengatakan laporan ICW ataupun Boyamin tak akan diproses karena
kasus itu sudah tutup buku. “Kasus itu sudah kami periksa,” ujarnya.

Menurut Wana, laporan ICW berbeda dengan materi pemeriksaan di


sidang Dewan Pengawas. Pemeriksaan Dewan Pengawas saat itu tidak
menguji harga yang dibayarkan Firli. Dewan menerima begitu saja
pengakuan Firli. “Fokus kami ada pada ketidakwajaran biaya sewa dan
keterkaitannya dengan perusahaan yang tengah beperkara di KPK,”
kata Wana.

•••

KOMISI Pemberantasan Korupsi mengirimkan daftar dugaan


pelanggaran kode etik Firli Bahuri ke Komisi Hukum Dewan
Perwakilan Rakyat pada sekitar September 2019. Saat itu, DPR tengah
menggodok calon pemimpin KPK periode 2019-2023. Firli termasuk di
antara calon tersebut. “Memang betul pernah ada surat itu. Saya yang
menandatangani,” ujar Wakil Ketua KPK periode 2015-2019, Saut
Situmorang.

Menurut Saut, pemimpin KPK saat itu berharap DPR


mempertimbangkan rekam jejak Firli dalam proses seleksi. Namun
laporan itu justru ditolak DPR. Wakil Ketua Komisi Hukum Desmond
Mahesa malah mempertanyakan sikap pimpinan KPK yang baru
menyampaikan laporan Firli menjelang proses uji kelayakan dan
kepatutan. “Semestinya laporan itu disampaikan saat di tahap IV
panitia seleksi. Aneh, ada apa ini?” kata Desmond kala itu.

Ada empat “dosa” Firli yang tercatat dalam laporan itu. Salinan
dokumen yang diperoleh tim IndonesiaLeaks menyebutkan
pelanggaran itu terjadi saat Firli menjabat Deputi Penindakan KPK dan
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan. Masalah gratifikasi
hingga berupaya merintangi kasus tercatat di dalam daftar tersebut.

Dokumen itu mengungkap Firli diduga menerima transfer uang


sebesar Rp 100 juta di salah satu rekening banknya pada 19 Juni 2019,
sehari sebelum ia dilantik menjadi Kepala Polda Sumatera Selatan.
Keterangan pengiriman menuliskan sebagai “uang Lebaran”.
Penelusuran asal-usul uang menguap seiring dengan terpilihnya Firli
sebagai Ketua KPK.
Firli juga terseret dalam perkara bekas Bupati Muara Enim, Sumatera
Selatan, Ahmad Yani. Yani dituduh menerima suap dari kontraktor
rekanan pemerintah sebesar US$ 35 ribu. Duit itu diperoleh dari Robi
Okta Fahlevi, pemilik PT Indo Paser Beton, lewat perantara Kepala
Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Elfin M.Z. Muchtar.

Dalam berkas pemeriksaan, Elfin menyatakan uang itu disiapkan


untuk Firli. Perintah penyerahan duit diduga datang dari Yani untuk
uang “perkenalan”. Saat itu Firli baru dua bulan menjabat Kepala
Polda Sumatera Selatan. Namanya santer menjadi kandidat kuat
pemimpin KPK periode 2019-2023.

Elfin diduga berkomunikasi dengan ajudan Firli, lalu diarahkan


menghubungi orang kepercayaan Firli, Erlan. Namun duit gagal
diserahkan. Elvin kadung ditangkap dalam operasi tangkap tangan di
rumah makan Bakmi Aloi di Palembang pada 2 September 2019.
Pengacara Elfin, Gandhi Arius, mengatakan rencana pemberian uang
juga pernah dinyatakan dalam kesaksian Robi di persidangan. “Klien
saya hanyalah bawahan yang tidak bisa menolak perintah Bupati,”
tuturnya.

Firli tak merespons permintaan wawancara tim IndonesiaLeaks.


Permohonan lewat nomor telepon dan WhatsApp miliknya tak
berbalas. Permintaan klarifikasi lewat juru bicara KPK, Ali Fikri, pun
tak membuahkan hasil. Saat tim IndonesiaLeaks mendatangi
rumahnya di Villa Galaxy, Bekasi, Jawa Barat, pada Sabtu, 19 Juni lalu,
seorang penjaga menghalangi dan meminta tim angkat kaki. Penjaga
itu juga menolak menyampaikan surat permintaan wawancara untuk
Firli. Namun Firli pernah membantah soal upaya suap saat menjabat
Kepala Polda Sumatera Selatan. “Saya sama sekali tidak mengetahui
rencana itu dan tidak akan terlibat apa pun,” ujarnya pada
pertengahan Januari 2020.

Pengacara Ahmad Yani, Maqdir Ismail, membantah keterlibatan


kliennya dalam rencana penyuapan kepada Firli. Menurut dia, rencana
penyerahan duit tercetus setelah ajudan Kepala Polda meminta Elfin
menghubungi Erlan, keponakan Firli. Erlan sempat mengingatkan
bahwa tindakan itu berbahaya. “Di situ putus pembicaraan soal uang.
Dan keesokan harinya terjadi operasi tangkap tangan. Jadi kuncinya
ada pada Elfin,” kata Maqdir.
TIM INDONESIALEAKS

Reporter Tempo - profile - https://majalah.tempo.co/profile/tempo?tempo=162416460148

Solidaritas untuk Pegawai KPK Firli Bahuri Dewan Pengawas KPK


Gugatan Melawan Tes Kebangsaan
i

Komisioner Komnas HAM Choirul Anam (kanan) dan Wakil Ketua KPK
Nurul Ghufron, di kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta,
Kamis, 17 Juni 2021. TEMPO/Imam Sukamto

• Pegawai nonaktif KPK mencabut gugatan di Mahkamah Konstitusi untuk mendahulukan


laporan lain. .
• Hasil TWK dilaporkan ke Komnas HAM karena dianggap melanggar hak asasi. 131757
• Ombudsman Republik Indonesia, PTUN Jakarta, dan Mahkamah Agung juga menjadi
tumpuan perlawanan mereka. .

SURAT pernyataan itu beredar di kalangan pegawai nonaktif Komisi


Pemberantasan Korupsi sejak pekan pertengahan Juni lalu. Berisi
pernyataan mencabut permohonan uji materi Undang-Undang KPK ke
Mahkamah Konstitusi, sembilan pegawai menandatangani dokumen
yang terdiri atas lima halaman tersebut. “Rencananya pekan depan
kami kirim ke MK,” ujar mantan Kepala Bagian Perancangan Peraturan
dan Produk Hukum KPK, Rasamala Aritonang, pada Sabtu, 19 Juni lalu.

Rasamala adalah satu dari sembilan pegawai yang mengajukan


permohonan uji materi itu. Namanya masuk daftar 51 pegawai KPK
yang tak lulus tes wawasan kebangsaan alias TWK pada Maret dan
April lalu. Mereka menyoroti Pasal 69B dan 69C Undang-Undang KPK
yang mengatur proses alih status pegawai KPK menjadi aparatur sipil
negara. Penggunaan frasa “dapat diangkat” di pasal itu dinilai
memunculkan ketidakpastian hukum dan ketidakadilan.

Mereka mencabut permohonan itu lantaran ingin mendahulukan


laporan lain. Para pegawai yang dinyatakan tak lulus TWK tengah
berjuang melalui berbagai gugatan hukum dan laporan ke sejumlah
lembaga. Di antaranya menggugat Peraturan Komisi Pemberantasan
Korupsi Nomor 1 Tahun 2021 yang menjadi dasar tes wawasan
kebangsaan ke Mahkamah Agung. Peraturan itu dianggap cacat hukum
karena proses pembentukannya keliru.

Para pegawai nonaktif tersebut juga membawa hasil TWK ke


Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Mereka menggugat berita
acara keputusan bersama sejumlah lembaga, seperti Badan
Kepegawaian Negara serta Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, tentang hasil TWK.

Perkara TWK juga dibawa ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.


Laporan yang dibuat pada 24 Mei lalu itu menyoal delapan poin
pelanggaran pelaksanaan tes tersebut. “Di antaranya perlakuan yang
setara, kebebasan berkeyakinan, berpendapat, serta pemberangusan
serikat pekerja,” ucap kuasa hukum para pegawai yang juga Direktur
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Asfinawati.

Komnas bergerak cepat. Mereka sudah mewawancarai sekitar 200


orang hingga pertengahan Juni lalu. Komisioner Komnas HAM,
Muhammad Choirul Anam, menjelaskan, mereka meminta keterangan
seputar TWK dari para pelapor, pimpinan KPK, Badan Kepegawaian
Negara, Kementerian Hukum dan HAM, serta tim asesor. Ketua KPK
Firli Bahuri tak memenuhi panggilan Komnas HAM itu.

Pemeriksaan diperkirakan berjalan panjang. Anam belum bisa


menyimpulkan kapan pemeriksaan itu selesai. “Kewenangan
pemeriksaan yang kami lakukan terbatas untuk menguji ada-tidaknya
unsur pelanggaran HAM,” katanya.

Pada saat bersamaan, para pegawai dan koalisi masyarakat sipil yang
tergabung dalam Tim Advokasi Selamatkan KPK turut melaporkan
TWK ke Ombudsman Republik Indonesia. Lembaga ini juga sudah
bergerak pada Mei lalu. Laporan itu meminta kewenangan
Ombudsman memeriksa dugaan pelanggaran administrasi terhadap
Peraturan KPK dan TWK.

Anggota Ombudsman yang juga ditunjuk sebagai ketua tim pemeriksa


laporan itu, Robert Na Endi Jaweng, menjelaskan, fokus pemeriksaan
akan menguji kebijakan, implementasi, dan hasil TWK. “Kami akan
menyusun laporan pemeriksaannya,” tuturnya.

Juru bicara Mahkamah Konstitusi, Fajar Laksono, belum mengetahui


rencana pencabutan gugatan Rasamala Aritonang dan kawan-kawan.
Menurut dia, kewenangan pencabutan merupakan hak pemohon.
Permohonan pencabutan bisa dilakukan pada tahap registrasi,
sebelum, ataupun saat persidangan. “Jika pemohon mencabut gugatan,
konsekuensinya mereka tidak lagi diperbolehkan mengajukan gugatan
dengan obyek serupa di kemudian hari,” ujarnya.
TIM INDONESIALEAKS

Reporter Tempo - profile - https://majalah.tempo.co/profile/tempo?tempo=162416460533

Solidaritas untuk Pegawai KPK Wadah Pegawai KPK


Ketar-ketir Pajak Sembako
i

Sembako premium daging sapi wagyu yang dijual di salah satu pusat
perbelanjaan di Bogor, 19 Juni 2021. Tempo/Ratih Purnama

• Keresahan mengular di pasar-pasar akibat kabar rencana pajak sembako. .


• Dalih revisi atas nama optimalisasi penerimaan dan keadilan. 131757
• Kekhawatiran terhadap rencana revisi Undang-Undang KUP juga dirasakan pegiat
pendidikan. .

SEPEKAN terakhir, kabar bahwa pemerintah akan


memungut pajak barang kebutuhan pokok menjadi bahan
pergunjingan di antara pedagang Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan.
Hingga Jumat, 18 Juni lalu, topik ini masih meramaikan blok utara,
lantai 2. Pagi itu, pemilik kios dan penjaga lapak barang kebutuhan
pokok berkerumun membicarakannya di lorong pasar yang lengang.
“Kami khawatir pasar akan makin sepi,” kata Muhammad Zulkhaidin,
salah satu penjual kebutuhan pokok, mengungkapkan keresahan para
pedagang di pasar itu.

Zulkhaidin, yang telah enam tahun menjual barang kebutuhan pokok


di Pasar Tebet Barat, pantas risau. Selama pandemi Covid-19,
penjualan seret. Pasar sepi bak mati suri. Seperti Jumat itu, mendekati
pukul 10.00 Waktu Indonesia Barat, jumlah pembeli yang datang
masih bisa dihitung dengan jari. Sebelum virus corona mewabah,
Zulkhaidin menuturkan, omzet penjualannya bisa menembus Rp 6 juta
per hari. “Sekarang paling banter sekitar Rp 3 juta,” ucap pria 39
tahun itu.

Dia khawatir rencana pemungutan pajak tak hanya menaikkan harga


barang kebutuhan pokok, tapi juga mengerek naik harga barang-
barang lain. “Orang makin malas berbelanja,” ujar Zulkhaidin.

Rencana pajak barang kebutuhan pokok yang dibicarakan pedagang itu


bersumber dari draf Rancangan Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (RUU KUP) yang beredar beberapa waktu
terakhir. Diusulkan pemerintah, RUU ini masuk Program Legislasi
Nasional Prioritas 2021 dan akan segera dibahas di Dewan Perwakilan
Rakyat.

Jika disahkan, RUU KUP akan mengubah sejumlah undang-undang, di


antaranya Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPN-PPnBM). Salah satu yang diubah
adalah Pasal 4A ayat 2 yang berisi daftar kelompok jenis barang yang
tidak dikenai PPN. RUU KUP menghapus barang kebutuhan pokok dari
daftar tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (berbaju putih) saat berkunjung ke Pasar Santa,
Jakarta Selatan, 14 Juni 2021. Foto: Instagram @smindrawati

Mendadak sontak rencana itu menuai beragam tanggapan. Seperti


halnya di Pasar Tebet Barat, keresahan pedagang terasa di Pasar
Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Sri, pedagang aneka bumbu kering
dan basah di pasar itu, khawatir ketentuan pajak ini akan berdampak
sampai ke level importir. “Para importir bahan pokok, seperti
bawang bombai, bisa mengurangi stoknya bila tren permintaan di
pasar turun akibat kenaikan harga,” ucap perempuan 55 tahun itu,
Jumat, 18 Juni lalu.

Protes terhadap pajak sembako—istilah yang mencuat di tengah


kegaduhan RUU KUP ini—bermunculan, memenuhi pemberitaan dan
media sosial. Sejumlah asosiasi pedagang hingga perkumpulan nelayan
mendesak pemerintah membatalkan niat menghapus barang
kebutuhan pokok dari daftar barang tak kena PPN. “Ini bisa
berdampak sangat signifikan bagi pemasaran produk hasil bumi,” kata
Wakil Sekretaris Jenderal Kelompok Tani Nelayan Andalan Nasional
Zulharman Djusman.

Seakan-akan berupaya meredam kekhawatiran pedagang, Menteri


Keuangan Sri Mulyani Indrawati tiba-tiba muncul di Pasar Santa, yang
berjarak tak sampai 2 kilometer dari kompleks rumah dinas menteri
Widya Chandra, Jakarta Selatan. Momen kunjungan itu disebarluaskan
via akun Instagram miliknya, @smindrawati, Senin, 14 Juni lalu.
Dalam potongan video, Menteri Sri Mulyani terlihat menjawab
pertanyaan dari seorang pedagang bumbu dapur tentang rencana
pajak barang kebutuhan pokok. “Memang Ibu kena pajak? Padahal aku
enggak ngambil pajak. Enggak ada PPN sekarang. Yang barang-barang
untuk rakyat ini tidak dikenain,” tuturnya.

Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah tidak mengenakan pajak


sembako di pasar tradisional. Ia pun meyakinkan bahwa pemerintah
tidak akan asal memungut pajak hanya untuk penerimaan negara.
“Namun disusun untuk melaksanakan asas keadilan,” ujarnya.

•••

RANCANGAN Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara


Perpajakan sebenarnya merupakan rencana perubahan kelima
terhadap Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Namun revisi kali ini bersifat sapu
jagat alias omnibus law, hendak mengubah beberapa undang-undang
sekaligus. Selain terhadap Undang-Undang KUP, perubahan dilakukan
terhadap Undang-Undang Pajak Penghasilan, Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta
Undang-Undang Cukai.

RUU ini sudah memantik kegaduhan pada pertengahan Mei lalu, ketika
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto
mengungkapkan bahwa salah satu isi rancangan undang-undang baru
itu adalah rencana penerapan pengampunan pajak (tax amnesty) jilid
II. Kritik muncul lantaran pemerintah dianggap tak belajar dari
kegagalan tax amnesty jilid I pada 2016-2017 dan hanya mengamini
usul pengusaha.

Kali ini permasalahan mencuat dari rencana perubahan Undang-


Undang PPN-PPnBM, terutama Pasal 4 yang memuat jenis barang dan
jasa yang tak dikenai PPN. Draf RUU KUP menghapus barang
kebutuhan pokok dalam Pasal 4A ayat 2. Dalam Pasal 4A ayat 3,
sejumlah jasa yang sebelumnya tak dikenai PPN juga dicoret, di
antaranya, yang paling menarik perhatian, jasa pelayanan kesehatan
medis, pelayanan sosial, dan pendidikan.

Dalam rapat bersama Komisi XI DPR, yang antara lain membidangi


keuangan, Kamis, 10 Juni lalu, Menteri Sri Mulyani Indrawati
menyinggung rencana reformasi sistem PPN dalam RUU KUP. Sistem
yang berlaku saat ini dinilai kurang memenuhi rasa keadilan, terlalu
banyak mengandung pengecualian dan fasilitas pajak yang tidak
efektif. Akibatnya, negara sulit meningkatkan kepatuhan pajak dan
mengoptimalkan pendapatan.

Sri Mulyani membandingkan kinerja PPN Indonesia dengan sejumlah


negara lain. Di Asia Tenggara, Indonesia berada di bawah Thailand
dan Singapura. Di dunia, Indonesia pun masih tertinggal dibanding
Afrika Selatan dan Argentina.

Menurut dia, kebijakan pengecualian serta fasilitas pajak terhadap


barang dan jasa saat ini tidak mempertimbangkan jenis, harga, dan
kelompok masyarakat yang mengonsumsinya. Sri Mulyani
mencontohkan, beras, daging, jasa kesehatan estetika, serta
pendidikan, apa pun jenis dan harganya, tidak dikenai PPN.
Padahal konsumennya memiliki daya beli yang berbeda. “Mengingat
orang yang mampu justru tidak membayar pajak saat mengonsumsi
barang atau jasa yang tidak dikenai PPN,” kata Sri Mulyani. Artinya,
menurut dia, fasilitas yang ada sekarang tidak tepat sasaran.

Karena itu, pemerintah berencana mengubahnya. Barang dan jasa


yang dikonsumsi masyarakat banyak, yakni kelas menengah ke bawah,
akan dikenai tarif lebih rendah. Sebaliknya, barang dan jasa yang
dikonsumsi kelompok ekonomi atas bisa dikenai PPN lebih tinggi.
“Dengan demikian, yang mampu menyubsidi yang kurang mampu,”
ujar Sri Mulyani.

Penjelasan Sri Mulyani senapas dengan rekomendasi Bank Dunia,


pertengahan tahun lalu. Organisasi keuangan internasional yang juga
diawaki Sri Mulyani sebagai direktur pelaksana pada 2010-2016 itu
meminta pemerintah Indonesia mengurangi fasilitas pengecualian
terhadap ketentuan PPN. Bank Dunia menilai belanja perpajakan
(tax expenditure) akibat fasilitas pengecualian PPN terhadap
komoditas tertentu lebih banyak dinikmati masyarakat kelas
menengah ke atas ketimbang warga kelas bawah. “Sebagian besar
pengecualian pajak ini dinikmati oleh rumah tangga yang lebih kaya
dan jika dihapuskan akan mengurangi ketimpangan,” demikian
dituliskan Bank Dunia dalam publikasi berjudul
“Public Expenditure Review: Spending for Better Results” pada 23 Juni
2020.

Dalam hitungan Bank Dunia, biaya fiskal untuk mengatasi dampak


penghapusan pengecualian PPN hanya sekitar 0,2 persen dari produk
domestik bruto (PDB). Sebaliknya, penghapusan pengecualian PPN ini
bisa memberikan keuntungan fiskal 0,4 persen dari PDB. Artinya, ada
laba fiskal—untuk negara—sebesar 0,2 persen dari PDB. Sebagian
tambahan penerimaan negara ini dapat digunakan untuk mengurangi
tekanan ekonomi yang dialami 40 persen masyarakat termiskin di
Indonesia, di antaranya melalui bantuan tunai.

•••

TOH, dalih optimalisasi penerimaan negara dan rasa keadilan tak


cukup untuk meredam kekhawatiran banyak kalangan terhadap
rencana perubahan Pasal 4 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
yang diusung dalam Rancangan Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Bukan hanya soal pajak sembako, protes
mencuat lantaran RUU KUP juga menghapus jasa pendidikan dari
daftar jasa yang tak dikenai PPN.

Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, Didik J. Rachbini, menilai


tidak sepantasnya pendidikan dikenai pajak. Ia mengatakan, meski
rasio pajak terhadap produk domestik bruto Indonesia merosot dan
jauh tertinggal dibanding sejumlah negara tetangga,
pemerintah semestinya tak gelap mata. DPR pun, kata dia, tidak boleh
sewenang-wenang menyetujui usul itu. “Tabrak sana-sini, tanpa
melihat esensi.”
Didik mengingatkan, pendidikan adalah alat untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, bukan sarana bisnis. Menurut dia, penyelenggara
pendidikan selama ini mengumpulkan dana dari masyarakat untuk
dikembalikan kepada masyarakat, tanpa bantuan pemerintah. Padahal,
dia menambahkan, mencerdaskan kehidupan bangsa sebenarnya
merupakan tugas negara. “Masyarakat membantu, tidak dibantu
negara. Pemerintah mengenakan pajak, itu menindas. Anggaran tidak
disiasati dengan begitu,” ucapnya.

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia


Unifah Rosyidi juga berharap pemerintah tak mengatasi kesulitan
keuangan negara dengan menarik PPN dari sektor jasa pendidikan.
“Maksimalkan dari sektor lain,” tutur Unifah. Menurut dia, saat ini
sejumlah sekolah swasta tengah megap-megap akibat menurunnya
daya beli masyarakat. “Kami minta tolong dikaji lagi, dibatalkan,
karena masyarakat sedang sangat susah.”

Staf Khusus Kementerian Keuangan Bidang Komunikasi Yustinus


Prastowo berharap publik tak keliru menafsirkan RUU KUP. Dia
mengatakan tak semua item barang dan jasa, misalnya barang
kebutuhan pokok, akan dikenai PPN ketika kelak RUU KUP disahkan.
Pemerintah, dia menerangkan, bisa mengatur jenis-jenis kebutuhan
pokok yang tarif pajaknya dinihilkan lewat aturan turunan berbentuk
peraturan pemerintah (PP). “Melalui PP kita bisa melakukan
pengecualian, mana kebutuhan pokok yang di-exclude sehingga tidak
kena PPN. Bisa diatur di PP, dan itu dikonsultasikan dengan DPR,” kata
Prastowo dalam diskusi online, Jumat, 18 Juni lalu.

Rencananya, surat Presiden Joko Widodo berisi rencana pembahasan


sejumlah rancangan undang-undang, termasuk RUU KUP, akan
dibacakan dalam rapat paripurna DPR, Selasa, 22 Juni, pekan ini.
“Selanjutnya, diputuskan bahwa RUU ini akan dibahas di Komisi XI,”
ujar anggota Komisi XI DPR dari Fraksi NasDem, Fauzi Amro, Jumat,
18 Juni lalu.

RETNO SULISTYOWATI, FRANCISCA CHRISTY ROSANA, CAESAR AKBAR

Reporter Retno Sulistyawati - profile - https://majalah.tempo.co/profile/retno-sulistyawati?retno-sulistyawati=162416523144

Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Sembako Sri Mulyani
Indrawati | Sri Mulyani Joko Widodo

Anda mungkin juga menyukai