Anda di halaman 1dari 96

Jokowi memilih Jenderal Andika

Perkasa sebagai calon tunggal


Panglima TNI.
.

Andika Perkasa hanya memiliki masa tugas pendek.

Sistem regenerasi buruk bagi institusi tentara.


.

PEMILIHAN Panglima Tentara Nasional Indonesia pengganti Marsekal Hadi


Tjahjanto berujung antiklimaks. Presiden Joko Widodo mengambil jalan tengah
dengan mengedepankan faktor politis ketimbang menjaga proses regenerasi yang
berkualitas di institusi tentara.

Presiden menetapkan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa


menjadi calon tunggal Panglima TNI pada Rabu, 3 November lalu. Setelah
melewati uji kelayakan dan kepatutan di Dewan Perwakilan Rakyat, alumnus
Akademi Militer 1987 itu akan mulai bertugas pada 1 Desember mendatang.

Jatuhnya pilihan Jokowi kepada Andika pada detik-detik terakhir menandakan


Presiden memilih jalan kompromi. Sebab, sudah lama dia bertahan atas desakan
sejumlah kalangan agar mengangkat Andika sebagai Panglima. Apalagi Presiden
disebut-sebut menginginkan calon lain.

Jokowi akhirnya memilih Andika sebagai Panglima TNI meski hanya memiliki
masa tugas selama 13 bulan. Wajar jika timbul kecurigaan Presiden tidak sanggup
membendung permintaan kelompok yang menginginkan Andika menjadi
Panglima.

Sejatinya sikap Jokowi menghindari memilih Andika berlangsung sudah lama.


Nama mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ini sebagai
calon kuat Panglima bergema sejak pertengahan 2019, menggantikan Hadi
Tjahjanto, yang saat itu sudah bertugas lebih dari dua tahun.

Nyatanya, pengangkatan itu tidak pernah terjadi. Presiden berkukuh


mempertahankan Hadi hingga pensiun. Guna meredam kegaduhan,
Jokowi membuat jabatan Wakil Panglima TNI dalam Peraturan Presiden Nomor
65 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia. Posisi ini
tidak pernah terisi hingga sekarang.

Saat itu, belum ada sikap terang dari Jokowi siapa kandidat Panglima yang dia
inginkan, hinggaberdampak buruk karena membelah institusi tentara. Bahkan,
sejak awal 2021, terjadi perkubuan kuat di lingkup internal TNI antara pendukung
Andika dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono, yang lebih
diunggulkan.
Gerbong politik besar di belakang Andika menjadi faktor pemaksa Jokowi
memilihnya. Andika adalah menantu mantan Kepala Badan Intelijen Negara,
Abdullah Mahmud Hendropriyono, yang juga sangat dekat dengan Ketua Umum
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Tidak salah jika tekanan politik besar membuat Jokowi mengabaikan begitu saja
soal kinerja dan rekam jejak kandidat pilihannya. Sulit menemukan prestasi dan
terobosan Andika dalam meningkatkan kemampuan dan profesionalitas prajurit
sejak menjadi KSAD. Kasus pembunuhan tokoh Papua, Theys Hiyo Eluay, pada
2001, juga sempat menyeret namanya.

Sebetulnya, sebagai Panglima Tertinggi TNI, Jokowi memegang kekuasaan penuh


memilih siapa pun yang diinginkan orang nomor satu di organisasi tentara.
Pertimbangan utama tentu kandidat adalah prajurit terbaik, cakap dan profesional
dalam menggerakkan roda organisasi.

Jokowi melepaskan begitu saja kesempatan meniru proses regenerasi Panglima


TNI yang mulus di era pemerintahan sebelumnya. Dia meminggirkan tradisi
rotasi antarmatra yang dimulai sejak Reformasi demi politik akomodasi segelintir
orang. Padahal pola itu membangun rasa kesetaraan antarmatra, kesempatan yang
sama, dan membangun soliditas internal TNI.

Dari aspek administrasi kenegaraan, keputusan soal Panglima kali ini sudah pasti
akan menimbulkan kerumitan baru. Setahun ke depan, Presiden harus mencari
dan mengangkat kembali pengganti Andika. Apalagi jika yang terpilih menjadi
salah satu dari kepala staf, yang mayoritas memiliki masa tugas tinggal setahun.

Artinya, setara dengan lama masa jabatan Hadi Tjahjanto, Jokowi mesti
mengangkat tiga Panglima TNI baru. Ini kebijakan mubazir dan mungkin bisa
menjadi kontraproduktif menjelang Pemilihan Umum 2024. Apalagi setiap
pergantian Panglima selalu melahirkan perseteruan dan perkubuan di lingkup
internal tentara.

Kontestasi Panglima TNI ini makin menunjukkan rendahnya komitmen Jokowi


dalam mempertahankan supremasi sipil dalam urusan militer. Pelbagai
kebijakannya makin mendorong institusi tentara naik tangga terhormat dalam
percaturan politik kita. Ini menyedihkan karena terjadi di era pemerintahan sipil.

Andika Perkasa Panglima TNI TNI Hadi Tjahjanto Joko Widodo


Rusak Demokrasi karena Ulah
Pendengung
i

Ilustrasi Buzzer. (foto: Istockphoto)

Buzzer pemerintah kian menjadi ancaman serius bagi demokrasi. .

Hasil penelitian LP3ES mengkonfirmasi keberadaan pendengung yang disewa


oleh lingkaran elite politik.

Pendengung politik merajalela karena aparat hukum pun melindungi mereka. .

BUZZER kian menjadi ancaman serius bagi demokrasi yang tengah merosot di


negeri ini. Memanfaatkan ruang siber yang tanpa batas, para pendengung itu
merekayasa informasi serta memanipulasi opini publik demi kepentingan
penguasa. Berkedok kebebasan berekspresi, mereka tak segan mengumbar fitnah
untuk menyerang balik pengkritik pemerintah.

Hasil penelitian Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan


Sosial (LP3ES) mengkonfirmasi keberadaan buzzer yang mendapat order dari
lingkaran pejabat pemerintah dan elite politik lain. Bekerja demi uang, pasukan
buzzer bekerja secara terorganisasi untuk memanipulasi opini publik. Mereka
direkrut para koordinator untuk berkomplot dengan pembuat konten dan sejumlah
influencer (pemengaruh) di media sosial.

Penelitian yang sama mengungkap, para buzzer menggarap isu-isu yang ditentang
publik, seperti revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi dan
pembahasan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja. Menjelang revisi
Undang-Undang KPK, misalnya, para pendengung menghasut warganet bahwa
lembaga itu telah dikuasai kelompok Islam radikal yang mereka sebut “Taliban”.
Di ranah komersial, buzzer awalnya banyak disewa untuk mempromosikan
produk atau jasa tertentu. Sampai di sini, meski bisa menyesatkan konsumen,
buzzer belum begitu meresahkan. Namun, ketika merambah dunia politik, daya
rusak pasukan siber itu lebih besar, terutama ketika mereka menjadi agen
propaganda hitam untuk meraih dan melanggengkan kekuasaan.

Pada pemilihan presiden 2019, misalnya, kubu Joko Widodo dan kubu Prabowo
Subianto tak hanya menggunakan buzzer untuk memoles citra jagoan masing-
masing. Pendengung juga saling serang menggunakan kabar bohong untuk
menjatuhkan lawan. Akibatnya, secara politik, masyarakat terbelah demikian
tajam, sehingga sulit untuk direkatkan kembali.

Setelah Jokowi memenangi pemilihan presiden, barisan buzzer terus mendapat


panggung. Mereka kian sering menjadi bagian dari permainan politik untuk
kepentingan jangka pendek. Tak hanya memanipulasi opini untuk mendukung
kebijakan pemerintah yang keliru, buzzer siap menghajar balik siapa pun yang
lantang mengkritik pemerintah.

Pendengung politik merajalela karena aparat hukum melindungi mereka. Aparat


begitu gandrung memakai Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
untuk mengkriminalkan pengkritik pemerintah. Namun undang-undang tersebut
tak pernah dipakai untuk menjerat buzzer yang merisak, memfitnah, dan
menyerang kehidupan pribadi (doxing) pengkritik penguasa.

Bila dibiarkan beranak-pinak, jaringan buzzer seperti itu sangat berbahaya.


Demokrasi mensyaratkan adanya percakapan publik yang kritis mengenai
kebijakan apa pun yang diambil pemerintah. Kritik publik ibarat rem pengaman
untuk mencegah penguasa dari kecenderungan berbuat sewenang-wenang. Ketika
elite politik makin anti terhadap kritik, demokrasi pelan-pelan akan bergerak
mundur. Penggunaan buzzer untuk menghantam balik kritik publik akan
mempercepat pembusukan demokrasi sekaligus menjadi penanda kemunculan
otoritarianisme.

Demokrasi Undang-Undang Cipta Kerja Buzzer | Influencer Undang-Undang


KPK Pemilu 2019 Jokowi
Omong Kosong Penurunan
Deforestasi
i

Omong Kosong Penurunan Deforestasi

Jokowi mengklaim Indonesia punya komitmen kuat mencegah krisis iklim.


.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan langsung membantahnya.

Deklarasi Galsgow tak akan nol deforestasi.


.

PEMERINTAH Indonesia tanpa rasa malu memamerkan kebohongan tentang laju


penurunan kerusakan hutan atau deforestasi kepada dunia internasional. Klaim
sesat ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Iklim Ke-26 atau
Conference of the Parties (COP26) di Glasgow, Skotlandia. Menurut Jokowi, laju
deforestasi di Indonesia mencapai titik terendah dalam dua dekade terakhir dan
angka kebakaran hutan turun 89 persen.

Kenyataannya, hutan Indonesia terus digunduli tanpa rehabilitasi yang setimpal.


Data resmi pemerintah pada 2019-2020 menyebutkan deforestasi seluas 115.460
hektare, tapi rehabilitasi lahan hanya 3.100 hektare. Data sejumlah organisasi
pemantau hutan menyebutkan deforestasi Indonesia masih sekitar 500 ribu
hektare.

Soal kebakaran hutan, klaim Jokowi juga janggal sebagai komitmen Indonesia
terhadap mitigasi krisis iklim. Tahun lalu angka kebakaran hutan turun dari 1,6
juta hektare menjadi 300 ribu hektare. Tapi itu karena pandemi dan curah hujan
yang tinggi, bukan usaha pemerintah. Pelbagai bencana hidrometeorologi di
Indonesia telah membantah klaim Jokowi soal komitmen melindungi lingkungan.
Investigasi majalah Tempo di Papua menunjukkan beberapa perusahaan yang
mengantongi hak pengusahaan hutan melanggar sejumlah aturan dan ketentuan
dalam manajemen hutan lestari. Dari menebang di luar rencana kerja, memotong
pohon di luar konsesi, hingga pengingkaran pajak. Semua pelanggaran ini
bermuara dari bolong besar Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), yang
digadang-gadang pemerintah sebagai sistem unggul mencegah kayu ilegal.

Jika tata kelola SVLK kuat, kayu bermasalah dari Papua tak akan bisa keluar dari
Indonesia hingga ke luar negeri. Di atas kertas, sistem ini mampu melacak kayu
yang ditebang dengan pelanggaran-pelanggaran itu sehingga sertifikat legalnya
tak akan bisa terbit. Belum lagi problem lingkungan dan konflik dengan
masyarakat adat karena konsesi menyerobot tanah ulayat.

Pangkal soal bolong SVLK adalah masalah menahun yang tak kunjung
diperbaiki: independensi lembaga sertifikasi. SVLK membiarkan lembaga
sertifikasi bekerja mengaudit dengan mendapat bayaran dari perusahaan kayu.
Akibatnya, alih-alih jadi filter mencegah kayu ilegal, SVLK menjadi sistem yang
mencuci kayu ilegal di hutan-hutan Indonesia.

Maka, ketimbang mengklaim capaian kosong yang membuat kita malu di depan
dunia internasional, seharusnya Jokowi menunjukkan komitmennya pada
perbaikan tata kelola kehutanan. Hutan Indonesia rusak akibat ketiadaan
komitmen negara pada perlindungan lingkungan yang akuntabel.

Namun permintaan ini juga akan menggantang asap. Sehari setelah Jokowi
menandatangani janji menghentikan deforestasi 2030 dalam Deklarasi Glasgow,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar membantah klaim
Jokowi di Glasgow.

Di Twitter ia menulis bahwa “pembangunan besar-besaran di era Jokowi tak akan


berhenti atas nama emisi dan deforestasi”. Alih-alih berpikir menyetop deforestasi
untuk mengendalikan pembangunan, pemerintah Indonesia berpikir sebaliknya.
Pernyataan Menteri Siti menjadi bukti klaim kosong Jokowi dalam komitmen
turut serta mencegah pemanasan global.

COP26 Deforestasi Papua Barat SVLK Industri Kayu Papua


Terjerembap Kereta Cepat
i

Pengerjaan kereta cepat Indonesia China di tunel 1 inlet sepanjang 1467 meter di kawasan Halim, Jakarta, 23 September
2021. Tempo/Tony Hartawan

Sekali disetujui, penggunaan anggaran negara untuk proyek kereta cepat


Jakarta-Bandung bakal sulit dikendalikan. .

Perubahan kebijakan ini menabrak komitmen awal Presiden Joko Widodo


sendiri soal kemandirian pendanaan proyek tersebut.

Anggaran negara seharusnya tidak dipakai untuk mendanai proyek komersial


yang perencanaannya tak akurat dari awal. .

KEPUTUSAN pemerintah menggelontorkan anggaran negara untuk mendanai


proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sungguh penuh risiko. Selain melanggar
komitmen awal Presiden Joko Widodo sendiri, jika tak dikelola dengan saksama,
kucuran dana itu bisa berujung pada kerugian negara.

Ketika diresmikan Presiden Joko Widodo pada Januari 2016, proyek


pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung diperkirakan memakan biaya US$
6,07 miliar atau sekitar Rp 87,6 triliun. Proyek diperkirakan selesai dan bisa
digunakan publik pada 2019. Kini, selain waktu penyelesaian proyek yang molor,
biayanya melar.

Walhasil, Kementerian Badan Usaha Milik Negara tak punya pilihan


selain merombak pelaksana proyek. Di bawah PT Kereta Api Indonesia (Persero)
—pemimpin baru konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia yang menguasai
60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC—biaya proyek
diperkirakan mencapai US$ 8 miliar. Itu sudah mencakup perubahan trase kereta
dan desain sejumlah stasiun.
Karut-marut proyek ini memang dimulai sedari awal. Setoran modal dari Pilar
Energi—konsorsium PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga
(Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) atau PTPN VIII—tak
kunjung dibayar karena buruknya perencanaan. Pemerintah semula berencana
menyetor modal dalam bentuk lahan di sepanjang jalur kereta cepat. Rencana tak
realistis ini ditolak Beijing Yawan, konsorsium beberapa perusahaan pelat merah
Cina di PT KCIC, yang berkeras setoran modal harus berupa dana segar.

Kalaupun kini permintaan modal awal sudah bisa dipenuhi dengan kucuran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bukan berarti masalah kelar.
Pembengkakan biaya proyek harus tetap ditutup para pemegang saham. Di sini
ada potensi masalah baru. Kinerja keuangan keempat anggota konsorsium Pilar
Energi belum begitu moncer.

Pada semester pertama tahun ini, PTPN VIII memang mencatat laba bersih Rp
1,45 triliun. Tapi itu terjadi setelah restrukturisasi utang Rp 41 triliun. Laba Jasa
Marga yang naik drastis pada periode yang sama menjadi Rp 855,63 miliar juga
lebih didorong oleh pelepasan investasi sebesar Rp 788,74 miliar. Artinya,
kewajiban menyokong kesuksesan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bisa
menjadi beban keuangan tambahan untuk semua BUMN itu.

Semua masalah ini seharusnya tak terjadi jika sedari awal pemerintah serius
mengkaji kesiapan BUMN yang terlibat. Akurasi data perencanaan dan asumsi
pembiayaan dalam dokumen proyek pun seperti tak dihitung dengan cermat.
Banyak suara kritis yang mempertanyakan kelaikan proyek sejak awal tak
didengarkan. Tuntutan Dewan Perwakilan Rakyat yang meminta proyek ini
diaudit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebelum anggaran
dicairkan sudah tepat.

Apalagi estimasi keuntungan dari proyek ini belum terlalu jelas. Pemerintah


mengambil risiko besar dengan menyetujui pelaksanaan proyek kereta cepat
ketika kajian prospek bisnisnya masih berkabut. Kini KCIC harus berjibaku
merombak sejumlah desain agar stasiun kereta cepat terkoneksi dengan kawasan
yang berpotensi menjadi pengguna layanan mereka. Jangan sampai pemerintah
dipaksa menggelontorkan subsidi untuk tiket kereta cepat jika kelak jumlah
penumpang tak mencapai target dan biaya operasionalnya defisit.

Kini nasi sudah menjadi bubur. Proyek sudah berjalan 80 persen dan November
2022 diperkirakan rampung. Ada kabar Presiden Jokowi berencana mengundang
Presiden Cina Xi Jinping untuk menggunakan kereta cepat itu seusai Konferensi
Tingkat Tinggi G20 di Bali tahun depan. Publik hanya bisa harap-harap cemas
jika pertaruhan besar proyek kereta cepat ini berakhir runyam.

Kereta Cepat Joko Widodo PT KAI BUMN APBN


Nama Jenderal Andika Perkasa
menguat sebagai calon Panglima TNI
dalam dua pekan terakhir.
.

Jenderal Andika Perkasa disebut-sebut menolak jabatan di luar TNI yang


ditawarkan oleh Istana.

Prabowo Subianto disebut mengirim surat berisi dukungan untuk Andika


Perkasa. .

PESAN pendek dikirimkan Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal Hadi


Tjahjanto kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa pada
Rabu, 3 November lalu. Ia mendoakan Andika agar lancar mengikuti proses uji
kelayakan dan kepatutan di Dewan Perwakilan Rakyat serta segera dilantik
menjadi Panglima TNI yang baru.

“Saya mengucapkan selamat atas penunjukan Pak Andika,” ujar Hadi kepada
Tempo, Jumat, 5 November lalu. Hadi kerap disebut mendorong Kepala Staf TNI
Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono sebagai suksesornya.

Dua narasumber yang mengetahui penunjukan Panglima TNI bercerita, nama


Yudo sempat menguat pada awal hingga pertengahan Oktober lalu. Salah satu
pertimbangannya: Presiden Joko Widodo belum pernah menunjuk Panglima TNI
dari matra laut. Padahal Jokowi menggembar-gemborkan Indonesia sebagai poros
maritim dunia.
Jenderal Andika Perkasa saat menjalani uji kelayakan dan kepatutan dengan Komisi I DPR RI di
Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 6 November 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Namun, Rabu itu, Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengantar surat presiden
mengenai penunjukan Andika sebagai calon Panglima TNI ke DPR. Menerima
warkat itu, Ketua DPR Puan Maharani mengumumkan bahwa Presiden Joko
Widodo hanya mengusulkan Andika sebagai satu-satunya kandidat Panglima TNI
pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto.

Sinyal Jokowi memilih Andika tampak sejak lima hari sebelumnya atau 29
Oktober. Menantu bekas Kepala Badan Intelijen Negara, Abdullah Mahmud
Hendropriyono, itu ikut mengantar rombongan Presiden ke Bandar Udara
Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Presiden Jokowi hendak
bertolak ke Roma, Italia, untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi G20.

Dua narasumber yang mengetahui penunjukan Panglima TNI bercerita, tim di


lingkaran inti Jokowi menyodorkan tiga calon pengganti Hadi Tjahjanto ke meja
presiden. Selain Andika dan Yudo Margono, ada nama Panglima Komando
Cadangan Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal Dudung Abdurachman.

Setidaknya ada enam kriteria yang dipakai para pembantu presiden untuk menapis
nama calon panglima. Mereka menimbang sisa masa dinas, kemampuan
konsolidasi internal, dan rekam jejak. Selain itu, tim melihat faktor loyalitas,
komunikasi dengan presiden, dan agenda politik seperti pemilihan presiden 2024.

Dua narasumber yang mengetahui penetapan Panglima TNI menyatakan Jokowi


akhirnya memilih Andika Perkasa karena faktor masa dinas. Andika, lulusan
Akademi Militer 1987, akan pensiun pada Desember 2022. Ia hanya akan
bertugas selama 13 bulan, yang membuatnya menjadi Panglima TNI dengan masa
jabatan tersingkat setelah era Reformasi.

Sedangkan Yudo, lulusan Akademi Angkatan Laut 1988, purnatugas pada


November 2023, tepat di tengah masa kampanye Pemilihan Umum 2024. Para
narasumber ini menyebutkan Jokowi tak ingin mengajukan calon panglima baru
pada masa kampanye untuk menjaga stabilitas politik. Skenario Jokowi adalah
memilih panglima yang pensiun setelah 2024, setelah Andika lengser.

Baca: Skenario Istana di Tengah manuver Calon Panglima TNI

•••

PENASIHAT senior Kantor Staf Presiden, Andi Widjajanto, mengatakan


pembahasan suksesi Panglima TNI bergulir sejak Maret 2021. Namun Presiden
Joko Widodo ingin memberi kesempatan kepada Marsekal Hadi Tjahjanto
memimpin perayaan ulang tahun TNI yang terakhir kalinya pada 5 Oktober lalu.
Karena itu, pengajuan pengganti Hadi baru diproses setelah pekan pertama
Oktober.

Menurut Andi, diskusi di Kantor Staf Presiden soal pergantian panglima turut
mencermati persepsi publik. Dalam kajian itu, publik beranggapan bahwa perlu
ada rotasi antarmatra dalam penunjukan panglima yang baru. “Masyarakat
melihat rotasi itu harus Angkatan Darat, Udara, lalu Laut. Padahal bisa Darat,
Udara, kemudian Darat lagi,” ujar mantan Sekretaris Kabinet ini.

Andi menyebutkan Presiden juga menerima kajian mengenai agenda politik


hingga 2024. Proses kampanye dan pemungutan suara Pemilu 2024 yang berjalan
sejak pertengahan 2023 membutuhkan pengamanan dari TNI dan kepolisian. Andi
menilai tak ideal jika ada pergantian pucuk pimpinan TNI ataupun Kepolisian RI
di tengah situasi keamanan tersebut.

“TNI dan Polri pasti menggelar operasi besar pengamanan pemilu. Titik puncak
operasi itu harus diprediksi sehingga sebaiknya tak dilakukan rotasi dalam kondisi
tersebut,” kata analis utama politik dan keamanan Laboratorium Indonesia 2045
ini.

Dua orang yang mengetahui rencana pergantian Panglima TNI bercerita, Istana
makin intens membahas kandidat pengganti Marsekal Hadi sejak September lalu.
Keduanya menyatakan Jokowi melibatkan tim lawas untuk memetakan calon
potensial. Pembahasan itu disebut-sebut berjalan ketika Jokowi berkunjung ke
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 9-13 September lalu.

Andi disebut sebagai salah satu pakar militer yang dilibatkan untuk memberikan
analisis. Sebelum bertugas di Kantor Staf Presiden, ia anggota Tim Sebelas dan
Tim Transisi yang membantu pencalonan Jokowi sebagai presiden pada 2014.
Andi membantah jika disebut memberi masukan kepada Presiden. “Presiden
sudah tahu calon panglima yang akan dipilih,” tuturnya.

Andika Perkasa memiliki kedekatan dengan Jokowi. Kariernya pun melesat


selama Jokowi menjadi presiden. Tiga hari setelah Jokowi dilantik sebagai
presiden pada 20 Oktober 2014, Andika diangkat menjadi Komandan Pasukan
Pengamanan Presiden. Sekitar dua tahun mengawal Jokowi, Andika dimutasi
menjadi Panglima Komando Daerah Militer Tanjungpura.

Pada Januari 2018, Andika menyandang tiga bintang dengan menjadi Komandan
Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI Angkatan Darat.
Sekitar enam bulan kemudian, ia memimpin Komando Cadangan Strategis
Angkatan Darat. Tak sampai lima bulan memimpin Kostrad, Andika dipilih oleh
Presiden sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

Sebelum dicalonkan sebagai panglima, Andika dikabarkan akan mengisi posisi


Wakil Panglima TNI pada 2019. Jabatan itu dihapus oleh Presiden Abdurrahman
Wahid pada tahun 2000. Jokowi lantas menghidupkan kembali jabatan itu melalui
Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi TNI.
Namun, hingga kini, kursi wakil panglima masih kosong.

Sejumlah narasumber di Istana dan TNI bercerita, Andika dua kali ditawari posisi
Wakil Panglima TNI. Namun dua kali pula dia menolak. Ia memilih tetap
memimpin Angkatan Darat. Pada November 2019, Andika enggan berkomentar
saat ditanyai soal tawaran tersebut. “Kalau itu, jangan tanya saya. Tanya yang
punya rencana,” ujarnya.

Dua narasumber yang mengetahui penunjukan Andika menjelaskan, mantan


Panglima Kostrad itu setidaknya dua kali bertemu dengan Menteri Sekretaris
Negara Pratikno sejak September lalu. Pertemuan itu terjadi di Kementerian
Sekretariat Negara dan Markas Besar Angkatan Darat.

Dalam forum pertama, Pratikno disebut menerangkan ada penugasan lain untuk
Andika di luar institusi TNI. Narasumber yang sama menyebutkan Andika
ditawari memimpin Badan Intelijen Negara, Kementerian Dalam Negeri, atau
Kantor Staf Presiden. Andika tak langsung memberi jawaban saat itu.

Pertemuan kedua, giliran Pratikno menyambangi Markas Besar Angkatan Darat.


Kunjungan ini dipublikasikan di kanal YouTube TNI Angkatan Darat pada 11
Oktober lalu. Pejabat yang mengetahui pertemuan itu mengatakan Andika
memilih merampungkan program Kepala Staf Angkatan Darat hingga pensiun
jika ditugasi di luar TNI. Artinya, Andika menolak tawaran Presiden.

Pratikno tak merespons pertanyaan yang dikirim ke nomor pribadinya hingga


Sabtu, 6 November lalu. Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara Bidang
Komunikasi dan Media, Faldo Maldini, juga bungkam. Penasihat senior Kantor
Staf Presiden, Andi Widjajanto, mengatakan pertemuan Pratikno dan Andika tak
membicarakan posisi panglima. “Soal penanganan Covid-19,” ucapnya.

Ditemui ketika mengantar surat presiden soal calon Panglima TNI di DPR,
Menteri Pratikno menjelaskan bahwa Presiden sudah memilih Andika sebagai
calon Panglima TNI sebelum menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Italia.
Ia tak menjelaskan secara rinci alasan Jokowi menunjuk Andika.

Pratikno hanya menyebutkan syarat menjadi Panglima TNI adalah pernah


menjabat kepala staf, sementara posisi Panglima TNI saat ini diisi Marsekal Hadi
Tjahjanto yang berasal dari Angkatan Udara. Karena itu, pilihan yang tersedia
adalah Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

“Presiden sudah memilih Angkatan Darat. Angkatan Laut kan bisa nanti pada
periode berikutnya,” kata Pratikno pada Rabu, 3 November lalu.

Ihwal pertemuan dengan Andika di Markas Besar Angkatan Darat, Pratikno


mengklaim tak membahas rotasi Panglima TNI. “Saya mampir ke fasilitas gym
beliau dan tidak membicarakan hal itu,” ujar mantan Rektor Universitas Gadjah
Mada ini.

Baca: Bintang Empat Harta Berlipat

•••

PENCALONAN Andika Perkasa sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia


juga didukung oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Empat pejabat yang
diwawancarai Tempo secara terpisah mengungkapkan, bekas Komandan Jenderal
Komando Pasukan Khusus itu disebut mengirimkan surat kepada Presiden yang
secara implisit mendorong Andika sebagai pemimpin TNI.

Surat Prabowo itu, menurut dua pejabat, dikirim setelah Andika bertandang ke
Kementerian Pertahanan pada 6 Oktober lalu. Sumber yang sama menyebutkan
Andika bertemu dengan Prabowo setelah Menteri Sekretaris Negara Pratikno
mengabarkan soal penugasan di luar TNI.
Presiden Joko Widodo mengendarai sepeda saat masih dikawal Komandan Paspampres Mayor
Jenderal TNI Andika Perkasa (kanan), di kawasan Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, November
2014. Dok. TEMPO/Dasril Roszandi

Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, menjelaskan bahwa Prabowo


menghormati dan mengikuti keputusan Presiden Joko Widodo soal pemilihan
Panglima TNI. Prabowo menilai para kepala staf dari tiga matra sama-sama layak
memimpin TNI. “Pak Prabowo siap bekerja sama dengan siapa pun yang menjadi
Panglima TNI,” kata Dahnil pada Jumat, 5 November lalu.

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri


juga disebut-sebut mendukung Andika sebagai calon Panglima TNI. Dua orang
yang mengetahui dukungan tersebut, seorang di antaranya petinggi partai banteng,
mengatakan bahwa Megawati pernah menyampaikan usulnya itu dalam suatu
pertemuan dengan Jokowi.

Dua sumber yang sama mengatakan Megawati berhubungan baik dengan Andika.
Pada Mei lalu, misalnya, Andika bertamu ke rumah presiden kelima itu di Jalan
Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Megawati juga dekat dengan mertua
Andika, Abdullah Mahmud Hendropriyono. Saat Megawati menjadi presiden,
Hendro menjabat Kepala Badan Intelijen Negara.

Hendropriyono pun disebut-sebut meminta dukungan Megawati. Seorang


narasumber yang mengetahui lobi-lobi yang dilancarkan Hendro bercerita,
mantan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia itu mendatangi
rumah Megawati sebelum pertemuan Mega dengan Jokowi.

Adapun Hendropriyono juga disebut-sebut pernah melobi Presiden dalam suatu


pertemuan. Tiga purnawirawan tentara yang mengetahui pertemuan tersebut
mengatakan Hendro menyampaikan kondisi politik saat itu. Setelah itu, ia
menyarankan Jokowi memilih menantunya sebagai calon panglima.

Baca: Lobi Mertua Calon Panglima

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto tak merespons pertanyaan


yang dilayangkan Tempo ke nomor telepon selulernya. Adapun anggota Komisi
Pertahanan DPR dari PDI Perjuangan, Effendi Muara Sakti Simbolon, hanya
memberikan emotikon bergambar hati ketika ditanyai soal dukungan Megawati
untuk Andika.
Hendropriyono juga tak menjawab pertanyaan yang dikirim ke nomor ponselnya.
Pada pertengahan Juni lalu, Hendropriyono menyatakan kepada wartawan bahwa
dia tak pernah melobi Jokowi agar Andika bisa menjadi panglima. “Saya tidak
pernah begitu hina mau nyosor meminta-minta jabatan. Tidak untuk menantu,
anak, apalagi untuk saya sendiri,” tutur Hendro.

Kepada Tempo, Diaz Hendropriyono, putra Hendro, juga menyatakan ayahnya tak
cawe-cawe dalam urusan pemilihan Panglima TNI. “Keluarga hanya mendoakan
yang terbaik,” ujarnya.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa di Kompleks Parlemen Senayan,
Jakarta, 20 Januari 2020. ANTARA/Puspa Perwitasari

Pada Sabtu, 6 November lalu, Andika akhirnya lolos uji kelayakan dan kepatutan
di Komisi Pertahanan DPR. Komisi Pertahanan menerima usul Presiden Jokowi
yang mengajukan Andika sebagai calon tunggal pengganti Marsekal Hadi
Tjahjanto.

Andika Perkasa pun mengumbar sejumlah rencana kerja meski masa tugasnya


sebagai Panglima TNI kurang dari 400 hari. Misalnya memperkuat intelijen di
daerah konflik, memperbaiki operasi militer di perbatasan, serta meningkatkan
diplomasi militer. Namun ia mewanti-wanti publik agar tak berharap terlalu tinggi
kepada TNI. “Saya tak ingin orang yang melihat kami berharap terlalu tinggi,”
kata Andika.

BUDIARTI UTAMI PUTRI

Yudo Margono Andika Perkasa Panglima TNI Megawati Soekarnoputri Dudung


Abdurachman Hadi Tjahjanto AM Hendropriyono Prabowo Subianto Andi
Widjajanto Pratikno
Jalasena Menahan Kecewa
i

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono (kanan bawah) mengemudikan Ranpur LVT-7 saat meninjau
latihan operasi amfibi di Pantai Todak, Dabo Singkep , Kepulauan Riau, 25 Oktober 2021. ANTARA/Fakhri Hermansyah

Laksamana Yudo Margono menenangkan anak buahnya yang kecewa soal


Panglima TNI. .

Dudung Abdurachman dan Eko Margiyono calon kuat Kepala Staf Angkatan
Darat.

Megawati Soekarnoputri disebut-sebut menyukai Dudung Abdurachman. .

PESAN WhatsApp dikirimkan oleh Laksamana Yudo Margono sekitar dua jam
setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani mengumumkan Jenderal
Andika Perkasa sebagai calon Panglima Tentara Nasional Indonesia. Berisi tiga
kalimat, Kepala Staf TNI Angkatan Laut itu meminta anak buahnya menghormati
keputusan Presiden Joko Widodo.

“Kita sebagai prajurit Jalasena harus tetap loyal dan menghormati keputusan
tersebut,” tulis Yudo di grup WhatsApp perwira tinggi Markas Besar Angkatan
Laut. Jalasena adalah tanda kehormatan dari pemerintah buat mereka yang berjasa
untuk Angkatan Laut. Menyatakan keputusan itu sebagai yang terbaik, Yudo
meminta jajarannya tetap memajukan angkatannya.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Julius


Widjojono membenarkan ihwal pesan yang dikirim Yudo itu. “Beliau menyebut
keputusan presiden itu terbaik untuk bangsa dan meminta semua jajaran tetap
bekerja,” ujarnya melalui telepon, Jumat, 5 November lalu.
Menurut seorang perwira dan mantan petinggi Angkatan Laut, pesan tersebut
menjadi obat penenang. Sejak isu pergantian Panglima TNI berembus awal tahun
ini, matra laut berharap Yudo menggantikan Panglima TNI Marsekal Hadi
Tjahjanto. Apalagi hanya ada dua calon kuat panglima, yakni Yudo dan Andika.

Sedangkan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo disebut
tak menjadi calon kuat karena satu matra dengan Hadi Tjahjanto. Petinggi
Angkatan Laut juga percaya diri karena selama Jokowi menjadi presiden belum
ada panglima dari korps baju putih. Apalagi Jokowi menginginkan Indonesia
menjadi poros maritim dunia dan memiliki program tol laut.

Selama menjadi presiden, Jokowi tiga kali memilih calon Panglima TNI, yaitu


Jenderal Gatot Nurmantyo dari Angkatan Darat dan Marsekal Hadi Tjahjanto dari
Angkatan Udara. Setelah itu, Presiden menyerahkan lagi posisi panglima kepada
Angkatan Darat dengan mengajukan Andika Perkasa. Undang-Undang TNI
menyatakan posisi panglima dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi
dari tiap angkatan yang menjadi kepala staf.

Mantan Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana (Purnawirawan) Ade Supandi,


mengaku menerima banyak pesan bernada kecewa dari koleganya. Salah satu isi
pesan itu menyebutkan tidak ada satu pun panglima yang bisa menyelesaikan
permasalahan di Papua ataupun di Laut Natuna. “Angkatan Laut terbiasa
berenang, kecewa tapi enggak kelihatan,” ujar Ade.

Istana agaknya menyadari kekecewaan di TNI Angkatan Laut. Menurut seorang


perwira tinggi yang dekat dengan Yudo, Panglima TNI Hadi Tjahjanto menemui
lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1988 itu sehari setelah pengumuman
Andika sebagai calon panglima. Dalam pertemuan itu, Hadi menyampaikan
tawaran agar Yudo berkenan menjadi Wakil Panglima TNI.

Dua orang yang mengetahui proses pemilihan calon panglima membenarkan


kabar tersebut. Ade Supandi pun mengaku mendengar adanya tawaran dari Istana.
Namun dia menyarankan Yudo tak mengambil posisi itu karena tak strategis. Ia
menilai jabatan itu kalah pamor dari Kepala Staf Umum TNI. Posisi wakil
panglima, kata Ade, “Cukup dipegang perwira bintang tiga.”

Dimintai tanggapan pada Jumat, 5 November lalu, Hadi mengatakan bahwa


komunikasi antara panglima dan para kepala staf bukan kegiatan istimewa. Ihwal
tawaran kursi Wakil Panglima TNI, ia menyatakan jabatan itu sepaket dengan
posisi Panglima TNI. “Artinya yang bisa menawarkan adalah pejabat di atas
struktur tersebut,” tutur Hadi melalui WhatsApp.

Jika skenario Istana berjalan, akan ada pergantian Kepala Staf Angkatan Laut.
Ada dua nama kuat yang disebut-sebut menjadi pengganti Yudom yakni Panglima
Komando Gabungan Wilayah 1 Laksamana Madya Muhammad Ali dan Rektor
Universitas Pertahanan Amarulla Octavian. Ali lulusan Akademi Angkatan Laut
tahun 1989 dan Octavian seangkatan dengan Yudo.

Yudo tak mengangkat panggilan telepon atau membalas pesan yang dilayangkan
Tempo. Saat pengumuman nama panglima, dia menghabiskan hari di kantor
dengan bermain tenis. Yudo berpasangan dengan salah satu atlet tenis nasional
melawan anak buahnya. Selesai salat magrib, ia makan bakso bersama di
lapangan tenis yang baru diresmikan itu.

•••

SINYAL bakal segera terisinya posisi Kepala Staf TNI Angkatan Darat
dilontarkan oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno. “Saat pergantian panglima
tentu saja harus segera ada pengisian KSAD yang baru,” ujar Pratikno setelah
menyerahkan surat presiden ihwal pencalonan Panglima TNI, Rabu, 3 November
lalu.

Saat ini ada 15 jenderal berpangkat letnan jenderal di Angkatan Darat. Mereta di
antaranya Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Bakti Agus Fadjari, Inspektur
Jenderal Angkatan Darat Benny Susianto, Panglima Komando Cadangan Strategis
Dudung Abdurachman, dan Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat Teguh
Arief Indatmoko.

Selain itu, Kepala Staf Umum TNI Eko Margiyono, Wakil Menteri Pertahanan
Muhammad Herindra, dan Kepala Badan Intelijen Strategis Joni Supriyanto.
Analisis Utama dari Laboratorium Indonesia 2045, Andi Widjajanto, menuturkan,
ada dua nama kuat untuk menggantikan Andika, yaitu Dudung Abdurachman dan
Eko Margiyono.

Menurut Andi, posisi kepala staf setelah era Reformasi lebih banyak diisi tentara
yang pernah atau sedang bertugas sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis
Angkatan Darat. “Pada masa Presiden Jokowi, semua KSAD juga pernah
menjabat Pangkostrad,” kata mantan Sekretaris Kabinet ini. Ia merujuk pada
Gatot Nurmantyo, Mulyono, dan Andika Perkasa, yang pernah memimpin
Kostrad.

Andi pun menilai Presiden Joko Widodo mempertimbangkan faktor kedekatan


dan masa pensiun. Dudung lulusan Akademi Militer angkatan 1988 dan akan
pensiun pada November 2023. Sedangkan Eko setingkat di bawah Dudung dan
baru pensiun pada April 2025.

Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman, di kawasan Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta, 1
November 2021. Dok Kostrad

Ihwal kedekatan dengan Presiden, Andi menilai Dudung dan Eko mempunyai
hubungan yang sama. Keduanya pernah menjabat Panglima Komando Daerah
Militer Jayakarta. Posisi itu otomatis masuk ring satu protokol presiden, misalnya
ikut mengantar ataupun menjemput presiden ketika bepergian. “Ada kesempatan
bertemu dan berinteraksi,” ujar Andi.

Anggota Komisi Pertahanan dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan,


Syaifullah Tamliha, mengatakan pemilihan Kepala Staf TNI Angkatan Darat akan
menghitung faktor Pemilihan Umum 2024. Jika Jokowi memilih Eko, kata
Syaifullah, berarti pemerintah ingin mencari kepala staf yang bisa mengamankan
pemilu sampai perhelatan itu berakhir.

Sedangkan jika Dudung yang terpilih artinya pemerintah berpikir tahapan pemilu
sudah bisa berjalan baik. Syaifullah menilai pergantian kepala staf pada 2023 juga
dianggap tak mempengaruhi persoalan keamanan. “Intinya, calon kuat ya dua
orang itu,” ucapnya, Kamis, 4 November lalu.

Dudung Abdurachman disebut-sebut disukai oleh Ketua Umum Partai Demokrasi


Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Salah satunya karena dia berani
berhadapan dengan Front Pembela Islam pada November 2020. Saat itu, Dudung
memerintahkan anak buahnya mencopot spanduk FPI.

Megawati juga disebut menyukai Dudung karena ia membangun patung mantan


presiden Sukarno di Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah, pada Februari
2020. Ketika itu, Megawati, Ketua DPR Puan Maharani, Menteri Pertahanan
Prabowo Subianto, dan Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan hadir
dalam peresmian patung tersebut.

Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto, yang juga datang, bercerita bahwa Megawati
gembira karena setelah 75 tahun baru ada patung Sukarno dan diperkenalkan
sebagai proklamator. “Ibu sangat senang,” ujarnya. Selain itu, mertua Dudung,
Mayor Jenderal (Purnawirawan) Cholid Ghozali, pernah menjabat Ketua Dewan
Penasihat Baitul Muslimin Indonesia, organisasi sayap PDIP.

PUTRI BUDIARTI, RAYMUNDUS RIKANG

Andika Perkasa Panglima TNI Hadi Tjahjanto Jokowi Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut | TNI AL
Deforestasi Terencana di Papua
i

Konsesi PT Prabu Alaska di Kabupaten Kaimana, Papua Barat, pada April 2021. Forest Watch Indonesia

Hutan primer di Papua menyusut 19 ribu hektare karena deforestasi yang


dilegalkan pemerintah .

Ada banyak pelanggaran dalam praktik manajemen hutan lestari.

Pemerintah tak memberikan sanksi dan mengabaikan praktik umum di HPH


Papua ini. .

Presiden Joko Widodo mengklaim laju deforestasi Indonesia turun ke titik


terendah dalam 20 tahun terakhir. Laporan penurunan emisi atau Nationally
Determined Contribution Indonesia kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyebutkan area deforestasi terencana selama 2013-2020 hanya seluas 39.285
hektare. Penelusuran Tempo di Papua menemukan sebaliknya: area deforestasi
selama 2019-2020 saja seluas 19.807 hektare. Perusahaan kayu melanggar
sejumlah ketentuan manajemen hutan lestari dan produksi kayu legal.

TIBA-TIBA saja, seorang laki-laki gempal masuk ke ruang pertemuan kantor PT


Prabu Alaska di Kaimana, Papua Barat, pada akhir April lalu. “Kamu tahu kita
keluarga?” katanya kepada Samuel Farisa, wakil suku Tanggarofa. Samuel tak
sempat menjawab pertanyaan itu karena tangan laki-laki gempal ini mendarat di
pipinya. Plak!

Samuel, 42 tahun, meringis menahan sakit. Tujuh wakil suku Tanggarofa dan
Wanusanda di ruangan itu hanya bengong. Juru bicara PT Prabu Alaska, Dirgan
Laberis, juga tak berkata-kata, sampai laki-laki gempal itu ke luar ruangan.
Dia adalah Kapten Frans Aboda, Komandan Komando Rayon Militer (Koramil)
Buruway. Wartawan Tempo yang berada di ruangan itu melihat pembicaraan
antara juru bicara Prabu Alaska dan wakil-wakil masyarakat adat menjadi
canggung. Obrolan tentang kompensasi kayu di lahan adat itu pun bubar seiring
muazin di masjid Prabu Alaska mengumandangkan ikamah salat Jumat.

Tumpukan Kayu di Pelabuhan PT Prabu Alaska, di Kabupaten Kaimana, Papua Barat, April 2021.
TEMPO/Erwan Hermawan

Menurut Samuel, Frans Aboda menamparnya karena tak terima atas berita di
media lokal yang menyebutnya menerima kayu Prabu Alaska secara ilegal.
Sebulan sebelumnya, Samuel bersama Sulfianto Alis, Direktur Eksekutif
Perkumpulan Panah Papua, lembaga swadaya masyarakat pemantau hutan,
mengecek operasi Prabu Alaska yang menebang pohon di lahan ulayat. Ketika
mengontrol ke dalam hutan itu, mereka menemukan tempat penimbunan kayu
olahan.

Dari tentara yang menjaganya, Samuel mendapat informasi kayu itu


diperuntukkan bagi Komandan Koramil. Sulfianto memberikan temuan tersebut
kepada sejumlah wartawan media lokal Papua Barat sehingga beritanya lumayan
menghebohkan. “Saya tak tahu kayu itu untuk siapa,” kata Aboda pada Juli lalu,
ketika sudah tak menjabat Komandan Koramil.

Mengolah dan menimbun kayu di area konsesi amat terlarang. Perusahaan


pemegang hak pengusahaan hutan (HPH) harus mengirimkan kayu bulat tebangan
mereka ke tempat pengolahan kayu agar pajak mereka tercatat. Rupanya, setelah
berita itu beredar, Aboda mencari Samuel hingga ia mendapat kabar manajemen
Prabu Alaska mengundang wakil dua suku ke kantor perusahaan untuk
membicarakan urusan kayu di lahan adat.
Konsesi milik PT Prabu Alaska di Kabupaten Kaimana, Papua Barat, pada April 2021. Forest
Watch Indonesia

Keterangan Aboda bertolak belakang dengan penjelasan Budi Nugraha, konsultan


Prabu Alaska yang menjadi penanggung jawab perusahaan di Kaimana. “Kayu itu
untuk pagar Koramil,” tutur Budi. “Saya kira tidak melanggar karena pajaknya
sudah dibayar, yang menggergaji juga bukan karyawan, tapi penduduk yang kami
sewa.”

Tempo mengecek tempat penimbunan kayu itu beberapa hari setelah insiden
penggamparan Samuel. Sudah tak ada aktivitas pengolahan kayu di sana. Namun
serbuk gergaji berceceran. Para pekerja mengatakan tak tahu siapa yang
menggergaji kayu di wilayah adat itu.
Tuntutan wakil dua suku di Papua Barat itu punya dasar hukum, yakni Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 62 Tahun 2020 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja PHPL dan Verifikasi Legalitas Kayu. Aturan ini
mewajibkan perusahaan pemegang HPH meminta izin kepada masyarakat adat
yang tinggal di area konsesi sebelum menebang pohon.

Suasana Pelabuhan PT Prabu Alaska di Kampung Mandewa, Buruway, Kaimana, April 2021.
TEMPO/Erwan Hermawan

Keputusan ini diperkuat Peraturan Gubernur Papua Barat Nomor 4 Tahun 2014
tentang kewajiban perusahaan membayar Rp 10-150 ribu per meter kubik kayu
yang mereka tebang di lahan adat. Dirgan Laberis mengatakan kompensasi sudah
mereka bayarkan kepada suku Tanggarofa di Fruata. Samuel Risa menolak
penjelasan ini karena kayu yang ditebang itu berada di wilayah adat Tanggarofa di
Rauna, tiga jam dengan kapal cepat dari Kaimana.

Persetujuan masyarakat adat adalah salah satu syarat bagi perusahaan pemilik
HPH seperti Prabu Alaska untuk mendapatkan sertifikat PHPL. Sertifikat ini
menjadi syarat perusahaan bisa menjual kayu hingga ke luar negeri. “Prabu
Alaska tidak pernah sosialisasi menebang kayu kepada kami,” ujar Samuel.

Masalahnya, kendati belum ada izin masyarakat adat, PT Lambodja Sertifikasi


tetap menerbitkan sertifikat PHPL Prabu Alaska untuk masa tebang enam bulan
ke depan pada Maret lalu. PT Lambodja memberikan sertifikat “baik” untuk
manajemen kayu perusahaan ini. “Kami punya bukti-bukti sosialisasi penebangan
kayu kepada masyarakat,” ucap Isbat, Direktur Utama Lambodja.

Dirgan justru mengakui ada persoalan dengan dua suku adat saat perusahaannya
melakukan penebangan pada awal 2021. Dirgan beralasan operator tebang tak
tahu batas wilayah adat antarmarga di area konsesi perusahaannya. “Kami hanya
tahu batas antarkonsesi,” ujar Dirgan. “Karena masalah belum clear, meski sudah
ada sertifikat, kayu belum kami jual.”

Untuk menyelesaikan persoalan itu, Dirgan mengundang dua suku yang lahannya
masuk area konsesi. Namun pembicaraan buyar karena insiden penggamparan
Samuel Farisa. Di ujung pembicaraan sebelum salat Jumat, Dirgan mengatakan
perusahaannya setuju membayar tiap meter kubik kayu yang mereka tebang di
lahan adat. “Soal siapa yang berhak, silakan dirundingkan di marga,” katanya.
•••

AREA konsesi PT Prabu Alaska Unit I paling luas di Papua Barat dibanding 36


perusahaan lain di pulau paling timur Indonesia itu. Dari 5,5 juta hektare hutan
primer Papua Barat yang sudah dibagi-bagi ke 37 perusahaan, wilayah konsesi
perusahaan milik pengusaha Kim Johanes Mulia ini seluas 322.780 hektare, yang
izinnya terbit pada 2016. Luas ini setara dengan lima kali wilayah Jakarta,
membentang dari Fakfak hingga Kaimana di Papua Barat. Area konsesi lain
perusahaan ini di Papua seluas 6.435 hektare.

Perusahaan kayu tertua di Papua Barat yang masih beroperasi adalah PT


Hanurata. “Kami beroperasi sejak 1996,” tutur manajer Hanurata, Untung
Karyadi. Saham perusahaan ini dimiliki Yayasan Harapan Kita dan Yayasan
Trikora, yang terafiliasi dengan keluarga mantan Presiden Soeharto. Sama seperti
Prabu Alaska, perusahaan ini punya dua area konsesi: 234.470 hektare di Papua
Barat dan 56.235 hektare di Jayapura, Papua.

Di Papua, wilayah konsesi hutan terluas dipegang Korindo Group, korporasi milik
taipan Korea Selatan, Robert Seung. Melalui PT Inocin Abadi dan PT Tunas
Timber Lestari, perusahaan ini mengelola 314 ribu hektare lahan. Ada juga PT
Bade Makmur Orissa, anak usaha PT Pelayaran Korindo, yang menguasai lahan
konsesi hutan tanaman industri seluas 99.750 hektare.

Global Land Analysis and Discovery University of Maryland, Amerika Serikat,


mencatat deforestasi oleh perusahaan-perusahaan kayu di Pulau Papua pada 2019-
2020 seluas 19.807 hektare. Menurut hitungan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK), setiap hektare hutan Papua yang hilang akan melepaskan
karbon sebanyak 412,4 ton setara CO2. Artinya, karbon yang terlepas akibat
aktivitas perusahaan sebanyak 8,2 juta ton dalam dua tahun itu setara dengan
emisi karbon 3 juta mobil yang berjalan 19 ribu kilometer setahun.

Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Sarwono


Kusumaatmadja tak mempersoalkan deforestasi terencana dan legal ini. Asal
sesuai dengan aturan, kata mantan Menteri Lingkungan Hidup ini, “Mereka bisa
diajak mengelola hutan secara lestari.”

Masalahnya, tak semua perusahaan beroperasi sesuai dengan harapan Sarwono.


Ketentuan manajemen hutan lestari diatur secara rigid dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P21 Tahun 2020 serta Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor 62 Tahun 2020.
Dua aturan ini terus diperbarui dengan ditambahi pelbagai ketentuan pencegahan
perusakan lingkungan.

Temuan Tempo selama April-Mei 2021 di Papua dan Papua Barat menunjukkan
banyak pelanggaran terhadap dua aturan tersebut. Selain berkonflik dengan
masyarakat adat, seperti yang dialami dua suku di Kaimana, beberapa perusahaan
menebang kayu di luar rencana kerja tahunan (RKT) mereka, menebang kayu
dengan menyeberang ke lahan konsesi perusahaan lain, juga kurang membayar
pajak.

Paiman, operator tebang PT Widjaja Putra Jaya, yang menjadi kontraktor PT


Prabu Alaska, misalnya, mengaku menebang pohon di wilayah PT Hanurata pada
2020. “Saya kira masih di Prabu Alaska, ternyata sudah masuk Hanurata,”
ujarnya.
Untung Karyadi membenarkan adanya penyerobotan penebangan oleh operator
Prabu Alaska di wilayah konsesinya. Menurut dia, persoalan itu sudah selesai
secara baik-baik. “Kami ambil kayunya, mereka bayar operator tebangnya,” ucap
Untung.

Namun masalah tak selesai begitu saja. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor P.54 Tahun 2019 mengenai audit kepatuhan terhadap pemegang
izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, seharusnya Prabu Alaska membayar
denda 15 kali tarif provisi sumber daya hutan (PSDH) karena menebang di luar
area konsesi mereka. PSDH adalah semacam pajak kayu yang dihitung dari
volume pohon yang ditebang. Pada 2020, perusahaan ini hanya melaporkan
pembayaran PSDH Rp 12,2 miliar.

Pantauan satelit citra planet basemaps dengan resolusi 5 meter persegi


menunjukkan Prabu Alaska juga menebang kayu di blok tebangan yang masuk
RKT 2021 pada 2020. Tiga mantan operator alat berat yang mengangkut kayu
Prabu Alaska mengkonfirmasinya. Salah satunya Efron—demikian eks operator
pria asal Maluku itu biasa dipanggil. “Soalnya di area 2021 kayunya lebih
banyak,” katanya. Efron mencatat sekitar 3.000 meter kubik kayu merbau yang ia
tebang di blok 2021. Di pasar, harga kayu endemis Papua ini dijual Rp 13,5 juta
per kubik.

Dari area Prabu Alaska, Tempo bergerak ke wilayah konsesi PT Inocin Abadi,
anak usaha Korindo Group di Papua. Para tentara berseliweran di sepanjang jalan
masuk area konsesi. Menurut citra satelit, blok tebangan di koordinat 06.89211°
Lintang Selatan dan 140.64296° Bujur Timur itu telah ditebang pada 2020. Tapi,
di lapangan, petugas memasang plang bertulisan “RKT 2021”.

Mikael Omba, penduduk adat Kampung Naga yang wilayah ulayatnya berada di
wilayah konsesi Inocin, mengatakan setiap tahun perusahaan ini menebang kayu
di luar rencana kerja mereka. “Biasanya mereka tebang dulu baru minta izin,”
ucapnya.

Yulian Mohammad Riza, Manajer Hubungan Masyarakat Korindo Group,


membantah kabar bahwa Inocin menebang kayu di luar area kerjanya. “Kami
tegaskan, perusahaan tidak pernah menebang di luar RKT,” katanya. “Kami telah
memberikan tanda yang jelas di tiap blok tebangan yang bisa dilihat siapa pun di
lapangan.”

Samuel Farisa. TEMPO/Erwan Hermawan


Direktur Prabu Alaska Adi Gunawan, lewat Santi, sekretarisnya, menolak
memberi penjelasan tentang pelanggaran serius perusahaannya dalam penebangan
kayu. Menurut Santi, Adi sedang sibuk menyelesaikan masalah di perusahaan.
Saeful Ichwan Suryawan, Direktur PT Intishar Sadira Ehsan yang menerbitkan
sertifikat legal kayu Prabu Alaska, juga tak mau berkomentar dengan alasan masa
kontrak sertifikasinya habis pada Oktober 2020. “Terima kasih informasinya.
Kami harus belajar lagi,” tuturnya.

Dari area penebangan, Tempo mengecek kayu dari lahan konsesi tiga perusahaan
itu ke pelabuhan angkut. Pelabuhan kayu Prabu Alaska berada di sempadan
Sungai Mandewa, dua jam dari Kaimana memakai kapal cepat. Pada sore akhir
April itu, hujan mengguyur pelabuhan, membasahi kertas-kertas kuning kode bar
(barcode) di tumpukan kayu merbau sepanjang 5 meter berdiameter 60-170
sentimeter.

Ketika kode bar itu dipindai dengan telepon seluler, muncul pranala ke sebuah
situs web. Namun situs itu macet, tak bisa dibuka. Pemindaian di Kaimana, yang
koneksi Internet-nya cukup, sama saja. Dalam Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
atau SVLK, kode bar seharusnya terkoneksi ke situs yang merekam informasi
kayu. Kode bar berfungsi sebagai alat pelacakan sejak penebangan hingga
pengolahan oleh industri kayu, bahkan sampai ke toko akhir di luar negeri.

Di kertas kuning kode bar berlogo Indonesian Legal Wood itu tertera sertifikat
nomor 107-VLK-ISE-X/2017. Sertifikat legalitas kayu yang dikeluarkan PT
Intishar Sadira Ehsan itu berlaku pada 18 Oktober 2017-17 Oktober 2020. “Kok,
masih dipakai? Kami sudah mencabut dan meminta Prabu Alaska tak
memakainya lagi,” kata Saeful Ichwan Suryawan, Direktur Intishar.

Setelah Oktober 2020, sertifikat kayu Prabu Alaska diterbitkan oleh PT Lambodja
Sertifikasi. Isbat, Direktur Utama Lambodja, mengatakan perusahaannya
menerbitkan sertifikat pada Maret 2021. Artinya, ketika pengecekan pada April
2021, seharusnya kode bar kayu di pelabuhan Mandewa sudah memakai sertifikat
Lambodja. Isbat tak mau berkomentar tentang hal ini dengan alasan masa kontrak
auditnya berakhir pada September 2021.

Meski tak mengantongi sertifikat legalitas kayu, Prabu Alaska terus menebang
pohon pada November-Desember 2020. Dalam dua bulan itu, menurut laporan
yang dicatat KLHK, sebanyak 24.944,74 meter kubik kayu mereka hasilkan.
Perusahaan telah membayar PSDH untuk kayu sebanyak itu Rp 4,5 miliar.
Ketiadaan sertifikat kayu itu juga terekam di area tebangan.

Di koordinat 03008°19.71°° Lintang Selatan dan 133008°59.59°° Bujur Timur,


operator tebang Prabu Alaska tak memasang label di tunggak pohon yang baru
ditebang, bahkan di pohon yang akan dipotong. “Seharusnya diberi label, tapi
hajar saja,” ujar Efron.
Kayu Merbau yang ditempeli Sertifikat Legalitas Kayu. TEMPO/Erwan Hermawan

Dengan segala centang-perenang manajemen kayu itu, deforestasi legal yang


sesuai dengan aturan seperti keinginan Sarwono Kusumaatmadja tak terbukti di
lapangan. Padahal Presiden Joko Widodo mengklaim dalam pidato di konferensi
iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, bahwa Indonesia sudah bisa menekan laju
deforestasi hingga titik terendah dalam 20 tahun terakhir yang menunjukkan
komitmen pencegahan krisis iklim.

Liputan ini didukung oleh Rainforest Investigations Network of Pulitzer Center


dengan kerja sama Forest Watch Indonesia, Yayasan Auriga Nusantara,
Greenpeace Indonesia, Yayasan Pusaka, Jaringan Pemantau Independen
Kehutanan, dan Perkumpulan Panah Papua.

TIM INVESTIGASI

Penanggung jawab: Bagja Hidayat


Kepala proyek: Erwan Hermawan
Penulis: Erwan Hermawan, Dini Pramita, Agung Sedayu
Penyunting bahasa: Edy Sembodo, Hardian Putra Pratama, Iyan Bastian
Periset foto: Ratih Purnama
Desainer: Rio Ari Seno

COP26 Krisis Iklim Deforestasi Papua Barat SVLK Industri Kayu Papua
SVLK Sampai di Mana
i

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya berjalan di sela-sela
menghadiri KTT Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris, 1 November 2021. ANTARA/Biro Pers
Media Kepresidenan/Laily Rachev

Presiden Jokowi mengklaim laju deforestasi Indonesia terendah dalam 20 tahun


terakhir. .

Deforestasi terencana di Papua mengandung banyak pelanggaran.

Apa fungsinya Indonesia memiliki SVLK? .

SEHARI setelah Presiden Joko Widodo menandatangani Deklarasi Glasgow di


sela Konferensi Perubahan Iklim Ke-26 atau Conference of the Parties (COP26)
di Glasgow, Skotlandia, untuk menghentikan degradasi dan deforestasi pada 2030,
Senin, 1 November lalu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya
Bakar menulis di akun Twitter: “Pembangunan besar-besaran era Jokowi tak
boleh berhenti atas nama emisi karbon atau deforestasi.”

Cuitan ini memantik keriuhan warganet yang tak setuju terhadap pernyataan
pejabat yang seharusnya melindungi lingkungan hidup dan mengatur tata kelola
kehutanan agar tak merusak bumi itu. Tak berhenti di situ, Wakil Menteri Luar
Negeri Mahendra Siregar juga menilai penandatanganan Deklarasi Glasgow
bukan berarti Indonesia akan mencapai nol deforestasi, yang membingungkan dan
memicu ledekan media internasional.

Tempo, yang sejak April lalu menyiapkan liputan tentang deforestasi terencana di
Papua, melayangkan permintaan wawancara kepada Menteri Siti dengan
pertanyaan pokok: mengapa pemerintah membiarkan praktik lancung perusahaan-
perusahaan pemilik hak pengusahaan hutan membabat rimba Papua? Tempo
menemukan pelbagai pelanggaran perusahaan yang melanggar prinsip-prinsip
manajemen hutan lestari.

Menteri Siti tak pernah menjawab surat itu hingga kini. Biasanya, ia ringan
jempol menjawab pelbagai pertanyaan seputar kebijakan pengelolaan hutan,
meski tak komplet dan lengkap. Pertanyaan kemudian dikirim kepada Direktur
Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari yang baru, Agus Justianto, pada 26 Juli lalu.
Agus meminta pertanyaan dikirimkan kepada Istanto, Direktur Usaha Hutan
Produksi.

Siti Nurbaya Bakar di Jakarta, Oktober 2019. TEMPO/Subekti

Istanto setuju menjawab pertanyaan Tempo. Kami sepakat bertemu dua hari
kemudian. Namun, sehari sebelum wawancara, ia membatalkan rencana
pertemuan dengan alasan ada rapat. Berkali-kali ditagih, ia tak merespons pesan,
setali tiga uang dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup
Bambang Hendroyono. Juru bicara Kementerian, Nunu Anugrah, hanya
mengatakan surat sudah sampai kepada para direktur jenderal.

Dua penasihat senior Menteri Siti, Agus Pambagyo dan Sarwono


Kusumaatmadja, juga tak bersedia menjawab pertanyaan tentang deforestasi di
Papua. Agus menyarankan Tempo mengontak Chalid Muhammad, penasihat lain
Menteri Siti. Mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia itu
menganjurkan Tempo menghubungi Rasio Ridho Sani, Direktur Jenderal
Penegakan Hukum. Rasio bersedia bertemu. Namun, ketika membaca pertanyaan
tersebut, ia tak lagi merespons pesan Tempo.

Deforestasi terencana di Papua semestinya tak melanggar prinsip-prinsip


manajemen hutan lestari karena Indonesia sudah memiliki Sistem Verifikasi
Legalitas Kayu (SVLK), yang kini berubah nama menjadi Sistem Verifikasi
Legalitas dan Kelestarian. Pemerintah Indonesia acap mengklaim SVLK sebagai
sistem terbaik untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari.

Dalam forum COP26 pada Kamis, 4 November lalu, Agus Justianto berpidato
mempromosikan SVLK sebagai “alat kebijakan dan sistem yang dirancang untuk
meningkatkan tata kelola hutan yang baik”. Lewat SVLK, kata Agus, Indonesia
mendukung pertumbuhan dan pemasaran produk kehutanan yang legal dan lestari
guna menekan kerusakan hutan. SVLK, dia menambahkan, terbukti
meningkatkan perdagangan produk kehutanan secara legal dan terkendali.
Para pejabat Kementerian Lingkungan Hidup yang hadir dalam pertemuan online
itu tak menjawab pertanyaan Tempo tentang temuan pelanggaran SVLK di Papua.
Seusai pertemuan, Tempo bertemu dengan Istanto untuk menanyakan hal seputar
deforestasi terencana di Papua. Ia memanggil anak buahnya, Kepala Subdirektorat
Sertifikasi dan Pemasaran Hasil Hutan Yoga Prayoga, untuk memberi jawaban.

Yoga menjelaskan panjang-lebar perihal SVLK dan mengapa masih ada sistem
yang bolong sehingga deforestasi terencana di Papua memungkinkan pelanggaran.
Namun, di akhir pembicaraan, Yoga meminta seluruh penjelasannya tak dikutip
dengan alasan ia bukan juru bicara Kementerian.

COP26 Deforestasi Papua Barat SVLK Papua


Dari Papua ke Penjuru Dunia
i

Kapal tongkang pengangkut kayu di Pelabuhan Prabu Alaska, Kaimana, Papua Barat, April 2021. TEMPO/Erwan
Hermawan

Sejumlah perusahaan HPH di Papua melanggar ketentuan kuota pengolahan


kayu. .

Juga ketidaksinkronan pembayaran provisi sumber daya hutan dan dana


reboisasi.

Pemerintah Papua Barat memakluminya. .

SUDAH sebulan kapal Bahtera Ana 2 terparkir di pelabuhan Mandewa di


Kampung Gaka, Kaimana. Kapal yang bersandar di pelabuhan PT Prabu Alaska,
perusahaan pemilik hak pengusahaan hutan (HPH) di Papua Barat, berkapasitas
4.000 meter kubik itu hanya terisi kayu di buritan belakang yang membuat
posisinya miring. “Produksi terhambat, hujan terus,” kata Rante, pegawai Prabu
Alaska, pada akhir April lalu.

Penjelasan Rante bertolak belakang dengan pernyataan Manajer Hubungan


Masyarakat PT Prabu Alaska Dirgan Laberis. Ia mengatakan perusahaannya
belum menjual kayu yang mereka panen pada 2020 dan 2021 karena pemenuhan
hak masyarakat adat berupa kompensasi atas kayu di tanah ulayat belum selesai.

Kompensasi kepada masyarakat adat adalah satu syarat penting perusahaan


pemilik HPH di Papua untuk mendapatkan sertifikat legalitas kayu. Di Papua
Barat, syarat ini diperkuat peraturan gubernur yang menetapkan tarif kompensasi
tiap meter kubik kayu dari pohon di lahan masyarakat adat. Perusahaan baru bisa
menjual kayu mereka jika mengantongi sertifikat legalitas kayu dari lembaga
sertifikasi.
Jika pasokan kayu tak terhambat cuaca buruk, menurut Rante, kapal Bahtera Ana
2 sudah berlayar mengirimkan 4.000 meter kubik kayu merbau ke Pelabuhan
Tanjung Perak di Surabaya. Sebelum diekspor ke Amerika Serikat, Cina,
Australia, dan India, ribuan kubik kayu tersebut diolah di pabrik-pabrik
pengolahan di Jawa Timur.

Menurut laporan suplai kayu di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


(KLHK), ada belasan perusahaan yang menerima langsung kayu Prabu Alaska
sepanjang 2019-2020. Pada 2019, ada CV Jasa Mitra Abadi, PT Alam Lestari
Jaya Salbach, PT Aneka Wood Profil Indah, PT Hutan Lestari Mukti Perkasa, PT
Iswa Timber, PT Korindo Abadi, PT Mitra Usaha Raya, dan PT Nusantara Timber
Pratama.

Pada 2020, Prabu Alaska mengirim kayu ke CV Jasa Mitra Abadi, PT Iswa
Timber, CV Surabaya Trading & Co, PT Alam Beserta Kita, PT Alam Lestari
Jaya Salbach, PT Balikpapan Forest Industries, PT Kayumas Podo Agung, PT
Nusantara Timber Pratama, dan PT Gema Lestari Indonesia. Kecuali PT
Balikpapan, semua perusahaan ini berkantor di Jawa Timur.

Kayu yang akan dimuat ke Kapal Tongkang di Pelabuhan Prabu Alaska, Kaimana, Papua Barat,
April 2021. TEMPO/Erwan Hermawan

Dari 86.086 meter kubik kayu yang diproduksi Prabu Alaska pada 2019, hanya
6.202 meter kubik atau 7,20 persen yang dikirim ke industri pengolahan di Papua.
Pada tahun berikutnya, malah semua kayu sebanyak 96.226 meter kubik mengalir
ke luar Papua, ke Jawa dan Kalimantan.

Pengiriman kayu ke luar Papua ini melanggar Peraturan Gubernur Papua Barat
Nomor 51 Tahun 2018 yang mengatur perusahaan kayu hanya boleh mengirim
separuh volume kayu ke luar Papua karena separuhnya lagi harus diolah oleh
industri kayu Papua untuk mendorong perputaran ekonomi daerah. Pelanggaran
atas aturan ini adalah denda sepuluh kali provisi sumber daya hutan (PSDH) yang
dihitung dari kelebihan volume kayu.

Tarif PSDH untuk merbau Rp 185 ribu per meter kubik, 10 persen dari patokan
harga jualnya, seperti diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.64/2017. Maka, pada 2019, karena volume kayu yang tak
dikirim ke industri kayu Papua sebanyak 37.748,16 meter kubik, Prabu Alaska
seharusnya membayar denda kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat Rp 6,9
miliar. Pada 2020 pun semestinya lebih besar: Rp 8,9 miliar.
Direktur Prabu Alaska Adi Gunawan menolak mengomentari pelanggaran ini.
Melalui Santi, sekretarisnya, ia mengatakan sedang berfokus membenahi
perusahaannya. Adapun Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat Hendrik Runaweri
mengatakan Prabu Alaska diizinkan menjual semua kayu ke luar Papua karena
sedang membangun industri pengolahan di Fakfak. Di Pulau Papua, industri besar
kayu hanya ada di Provinsi Papua milik Korindo Group dan PT Sinar Wijaya.
“Gubernur sudah memberikan izin menjual kayu lebih dari 50 persen ke luar
Papua,” ucap Hendrik.

Pelanggaran kuota penjualan kayu ke luar Papua tak hanya dilakukan Prabu
Alaska. PT Teluk Bintuni Mina Agro Karya, yang menguasai 237.750 hektare di
Papua Barat, juga mengirim 56,5 persen kayunya ke industri luar Papua pada
2020. Manajemen Teluk Bintuni berdalih kelebihan kuota kayu penjualan 2020
berasal dari produksi tahun sebelumnya. “Penjualan log kami antarpulau tidak
lebih 50 persen,” tutur Direktur PT Teluk Bintuni Pakat Ginting.

Urusan ingkar kuota ini membuat pembayaran pajak kayu perusahaan pemilik
HPH turut bermasalah. Ada dua jenis pajak kayu yang harus dibayar perusahaan
tersebut. Selain PSDH, ada pungutan dana reboisasi untuk menggantikan
deforestasi di tempat lain. Sementara tarif PSDH dalam rupiah, dana reboisasi
dalam dolar Amerika Serikat.

Basis kedua pajak ini adalah kubikasi kayu. Data PSDH dan dana reboisasi
berbasis dokumen produksi dan data penjualan beberapa perusahaan pemilik HPH
di Papua tak sinkron. Prabu Alaska, misalnya, hanya membayar PSDH dan dana
reboisasi untuk 66.666 meter kubik kayu. Padahal produksi kayu 2020 perusahaan
ini sebanyak 96.266 meter kubik.

Jika tarif PSDH Rp 2.200-920.000 per meter kubik dan tarif dana reboisasi US$
4-16, kurang bayar Prabu Alaska untuk dua jenis pungutan ini pada tahun lalu
sebesar Rp 1,8-34 miliar. Ini baru dari satu perusahaan. Dana reboisasi dipungut
pemerintah Indonesia sejak 1998 sebagai usaha menyeimbangkan jumlah pohon
di hutan-hutan Indonesia.

Pengecekan silang pada PSDH dan dana reboisasi PT Teluk Bintuni dan PT Tunas
Timber Lestari, anak usaha korporasi asal Korea Selatan, Korindo Group, juga tak
sinkron. Pada 2020, PT Teluk Bintuni memproduksi kayu 114.228 meter kubik,
tapi hanya membayar PSDH dan dana reboisasi untuk 111.831 meter kubik.
Begitu juga PT Tunas Timber, yang kurang bayar 5.000 meter kubik.

Budi Nugraha, konsultan Prabu Alaska yang menjadi penanggung jawab kantor di
Kaimana, berdalih kurang bayar itu terjadi karena ada penjualan kayu limpahan
dari produksi 2019. Sedangkan Pakat Ginting dari Teluk Bintuni mengklaim
sudah mengecek data pembayaran pajak ke sistem data KLHK. “Kami pastikan
tidak ada kurang bayar,” katanya.

Nyatanya, problem-problem dalam pemanenan kayu dari blok tebangan hingga


pengiriman kayu ke industri tak mempengaruhi aliran kayu dari di Papua. Kunci
verifikasi legalitas kayu ada di lembaga sertifikasi. Masalahnya, para konsultan
lembaga ini dibayar oleh perusahaan ketika mengaudit operasi mereka.

Konflik kepentingan ini tak kunjung terselesaikan oleh Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu (SVLK), yang digadang-gadang sebagai sistem unggul pencegah kayu
ilegal. Nama SVLK bahkan kini sudah berganti menjadi Sistem Verifikasi
Legalitas dan Kelestarian. Tanpa penempatan lembaga sertifikasi independen,
bolong besar SVLK akan abadi.
Sebab, sejak keluar dari pelabuhan angkut, kayu dari lahan konsesi tiap
perusahaan pemegang HPH akan terus mengalir hingga industri pengolahan di
Jawa dan Kalimantan. Dari Gresik dan Surabaya, sebagian besar kayu Prabu
Alaska dikirim ke Cina dan India.

Iswa Timber, misalnya, mengekspor 5.567 meter kubik mebel merbau ke India
dan Cina dengan nilai ekspor sebesar US$ 3,9 juta atau sekitar Rp 55,5 miliar. Di
pabrik PT Iswa di Desa Segoro Madu, Gresik, tampak gelondongan kayu besar
tergeletak di halamannya. Latif, seorang petugas keamanan, tak mengizinkan
Tempo menemui pemimpin perusahaan pada Selasa, 2 November lalu. Latif
mengatakan bosnya tak ada di kantor. “Manajemen sudah menerima surat
Tempo,” ucapnya. “Nanti kami hubungi.”

Selain diangkut ke Jawa Timur, kayu dikirim Prabu Alaska untuk memenuhi
kebutuhan PT Balikpapan Forest Industries (BFI) pada 2020 sebanyak 3.365,33
meter kubik. Anak usaha Korindo Group di Kalimantan Timur ini menjadi salah
satu penyuplai kayu untuk PT Sumitomo Forestry Indonesia. “Kami sudah
mengecek kayu yang kami terima dari Indonesia, sudah mengikuti SVLK,” ujar
Yuuko Iizuka, Manajer Umum Departemen Kelestarian Sumitomo Forestry di
Jepang.

Seperti disebutkan Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat Hendrik Runaweri,


industri pengolahan kayu di Papua antara lain dimiliki Korindo Group di Asiki,
Boven Digoel. Selain menerima kayu dari luar grup, PT Korindo Abadi
menampung kayu produksi anak-anak usaha perseroan. Kayu olahan lalu diekspor
ke banyak negara, terutama ke Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Uni Emirat
Arab, Oman, dan Qatar. Sebagian kecil kayu dikirim ke Korea Selatan, Belgia,
dan Amerika Serikat.

Sepanjang 2019, Korindo Abadi menerima semua kayu produksi PT Tunas


Timber Lestari sebanyak 76.699 meter kubik. Juga sebagian kayu dari PT Inocin
Abadi, yang memproduksi 51.154,6 meter kubik. Dalam laporannya ke KLHK,
Inocin mengklaim sebagian kayu dipasok kepada sejumlah perajin di Boven
Digoel dan Merauke. Karena itu, dalam dokumen perusahaan pada 2019-2020
Korindo mengklaim semua kayu mereka diolah di industri Papua.

Menurut Manajer Advokasi Yayasan Pusaka Bentala, Tigor Hutapea, klaim


Korindo memasok kayu ke perajin tergolong janggal karena perajin kecil di dua
kabupaten itu lebih banyak menerima kayu dari masyarakat, bukan perusahaan
pemegang HPH besar semacam anak-anak usaha Korindo. “Pengusaha lokal
mendekati pemilik ulayat secara langsung untuk membeli kayu. Mereka akan
mendatangkan pekerja untuk menebang, mengolah menjadi kayu balok, dan
menjualnya ke kota.”
Kayu yang akan dimuat ke Kapal Tongkang di Pelabuhan Prabu Alaska, Kaimana, Papua Barat,
April 2021. TEMPO/Erwan Hermawan

Kecurigaan Tigor dikonfirmasi mantan petugas bagian pelayaran Korindo Group


di Asiki, Hasan—bukan nama sebenarnya. Laki-laki 51 tahun ini mengatakan
perusahaannya memasok kayu ke anak-anak usaha lain di luar Papua, seperti di
Kalimantan dan Maluku. “Tidak dimasukkan ke dokumen resmi,” tuturnya.

Pengakuan Hasan dikonfirmasi sejumlah perajin kayu di Boven Digoel dan


Merauke. Adi Muslimin, pemilik usaha mebel dan furnitur di Merauke, mengaku
tak pernah memperoleh kayu dari Korindo atau perusahaan lain. “Saya tidak
pernah mendengar ada yang mendapatkan kayu dari Korindo,” ujarnya. “Kami
mendapatkannya dari masyarakat pemilik ulayat.”

Ketua marga Kinggo dari suku Mandobo, Petrus Kinggo, mengatakan hal yang
sama. Masyarakat, ucap dia, bernegosiasi dengan para pengusaha kayu kecil dan
menengah. Cara ini, Petrus menjelaskan, membuat masyarakat memilih pohon
dengan jenis dan ukuran yang siap tebang saja untuk dijual ke perajin mebel.

Di Papua, aliran kayu setelah penebangan ini penting karena Gubernur Papua
menerbitkan peraturan nomor 18 tahun 2010 yang melarang semua kayu dari
hutan Papua diolah industri di luar pulau ini. Pelanggaran atas ketentuan ini,
menurut pasal 18, adalah pencabutan izin usaha.

Manajer Hubungan Masyarakat Korindo Group Yulian Mohammad Riza


mengatakan operasi semua perusahaan telah sesuai dengan regulasi pemerintah
Indonesia dan Papua. Ia mengakui perusahaannya menerima kayu dari Prabu
Alaska. “Tapi sudah memenuhi aspek legalitas yang dibuktikan dengan SVLK
dan sertifikat pengelolaan hutan produksi lestari,” katanya melalui pernyataan
tertulis pada 29 Juli lalu. “Semua kayu yang kami produksi diekspor secara legal,
sesuai dengan ketentuan sertifikasi V-Legal.”

Di luar dua perusahaan sedarah tersebut, Korindo Abadi mendapat pasokan kayu
dari PT Wukirasari, anak usaha Sinar Wijaya Group. Wukirasari mengelola lahan
konsesi 116.320 hektare hingga 2052. Pemilik Sinar Wijaya mengambil alih
perusahaan ini dari Ting Ting Hung alias Paulus George Hung, yang masuk daftar
hitam pembalakan liar semasa Menteri Kehutanan M.S. Kaban pada 2006.
Masyarakat terpinggirkan dari hutan
yang menjadi ruang hidup mereka.

Konflik antara masyarakat adat di Papua dengan perusahaan kayu telah


berjalan puluhan tahun.
.

Masyarakat yang memprotes ulah perusahaan kerap mendapatkan intimidasi


dan kekerasan serta cap anggota gerakan separatis.
.

SETAHUN lalu, 27 Juli 2020, tiga marga yang menghuni wilayah lintas negara
Kampung Naga di Boven Digoel, Papua, dan Kampung Kuem di Papua Nugini,
mengirim surat gugatan kepada PT Tunas Timber Lestari. Perwakilan marga
Kuranop, Ekogi, dan Gembenop memprotes operasi anak usaha Korindo Group
itu karena masuk wilayah adat mereka.

Masyarakat adat cemas Korindo melakukan praktik seperti tahun sebelumnya


yang membabat hutan lalu menanaminya dengan sawit melalui izin baru dan anak
usaha baru. “Kami sudah terlampau marah,” tutur Kaspar Ekogi, 68 tahun, pada
akhir April lalu. “Kami dianggap orang asing di tanah sendiri.”

PT Tunas Timber Lestari berdiri pada 20 April 2010. Perusahaan ini mengantongi
izin hak pengusahaan hutan Papua seluas 214.935 hektare dari Menteri Kehutanan
Zulkifli Hasan. Wilayah konsesi Tunas Timber meliputi distrik Jair, Kombut,
Mindiptana, dan Sesnukt di Kabupaten Boven Digoel, kabupaten paling timur
Papua di perbatasan Papua Nugini.

Pembukaan hutan di RKT 2021 PT Inocin Abadi yang diduga sudah dibuka di tahun sebelumnya.
Forest Watch Indonesia/Aziz
Pemilik perusahaan ini adalah Kim Hoon, Arifin Tatang Nurshofwan, dan Vinoba
Chandra. Modal awal Rp 5 miliar sebagian besar dipasok PT Pelayaran Korindo,
sedangkan sisanya dari PT Bade Makmur Orissa. Dua perusahaan itu milik
Korindo Group, konglomerasi Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia sejak
1969.

Menurut catatan PT Ayamaru Sertifikasi, yang menilai kinerja pengelolaan hutan


produksi lestari pada 2018, PT Tunas Timber Lestari awalnya bernama PT Tunas
Sawaerma yang mengantongi izin sebagai perusahaan kayu pada 1989. Operasi
Tunas Timber baru dimulai pada 2010 setelah mendapat perpanjangan izin pada
2009 dari Menteri Kehutanan Malam Sambat Kaban.

Kaspar mengingat, pada tahun itu, manajemen Tunas Timber mengumpulkan


seluruh masyarakat adat pemilik ulayat di Distrik Getentiri. Perusahaan berjanji
meningkatkan kualitas kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan masyarakat jika
penduduk adat bersedia melepas lahan mereka. “Sampai sekarang ganti rugi tidak
pernah ada,” ujarnya.

Menurut Gerson Gembenop, tokoh marga Gembenop, perusahaan memberikan


bagi hasil kepada masyarakat pemilik ulayat Rp 10 ribu per meter kubik kayu,
yang tak pernah berubah sejak 2010. Uang diberikan secara kolektif kepada ketua
dusun dua kali setahun Rp 150 juta.

Ketua dusun adat membagikan uang itu merata ke setiap orang pemilik tanah
ulayat, termasuk anak-anak. Setelah dibagi, setiap orang menerima Rp 500-600
ribu setahun. Padahal Gerson tahu kayu meranti dari tanah adat yang dijual Tunas
Timber berharga Rp 5-13 juta per meter kubik.

Gerson mengatakan, sebelum Tunas Timber datang, mereka hidup sejahtera. Dari


berburu, memancing, dan menjual rotan dan damar, setiap orang mendapat Rp 10
juta per bulan. Gerson pernah bekerja serabutan di Tunas Timber dengan gaji
yang acap dipotong tanpa alasan. Rata-rata gaji buruh seperti dia Rp 700 ribu per
bulan. Sementara itu, harga bahan pangan di Papua dua-tiga kali lipat lebih mahal
dari harga pangan di Jakarta. Sementara harga sekilogram telur Rp 24 ribu, di
Papua bisa tembus Rp 40 ribu.

Manajemen PT Tunas Timber, menurut Gerson, tak transparan mensosialisasi


rencana penebangan. Akibatnya, masyarakat adat tak tahu kapan hutan di tanah
ulayatnya ditebang. “Mereka tebang dulu baru minta izin,” ucap laki-laki 54 tahun
ini.

Di luar penebangan, hutan ulayat juga ditebang untuk akses jalan. Laporan Badan
Penelitian Pengembangan dan Inovasi Manokwari menyebutkan lebar jalan utama
Tunas Timber rata-rata 12 meter sejauh 30 kilometer dan jalan cabang selebar 8
meter sejauh 70 kilometer.

Belakangan, Tunas Timber juga menebang kayu Cina (Podocarpus sp). Padahal,


Kaspar Ekogi menjelaskan, tak ada jenis kayu ini yang masuk rencana kerja
produksi Tunas Timber. “Ini membuat kami makin kesal karena hutan dibabat
habis,” katanya.

Diameter kayu Cina yang ditebang juga di bawah 40 sentimeter, batas lingkar
pohon yang boleh dibabat. Menurut aturan Tebang Pilih Tanam Indonesia dan
Tebang Rumpang, diameter pohon yang boleh ditebang di hutan daratan tanah
kering 30 tahun mesti di atas 40 sentimeter. Akibat tebang habis ini, penduduk
tiga marga kesulitan mencari sagu, makanan pokok orang Papua.
Masalahnya, masyarakat adat tak bisa berbuat banyak. Menurut Kaspar, jika ada
penduduk memprotes, esoknya datang tentara atau polisi. Dengan intimidasi
seperti itu, penduduk adat lebih memilih bungkam. Mereka paling takut dicap
sebagai anggota gerakan separatis jika memprotes ulah Tunas Timber.

Masyarakat adat selalu ingat kejadian pada 2018. Waktu itu Linus Omba, Ketua
Kampung Naga, berurusan dengan Korindo Group. Tanah ulayat Linus masuk
wilayah konsesi PT Inocin Abadi, juga anak usaha Korindo Group. Ia pun
memasang salib kayu berwarna merah setinggi empat meter di wilayah PT Papua
Agro Lestari, perusahaan perkebunan sawit Korindo Group.

Di wilayah konsesi itu Linus juga memasang papan bertulisan putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2002 yang menyebut hutan adat bukan hutan
negara. Bendera Merah Putih juga dipasang agar ia tak dicap sebagai anggota
kelompok separatis. Hasilnya, polisi mendatangi rumahnya. Mereka membawa
Linus ke kantor Kepolisian Sektor Asiki. Para polisi memaksa laki-laki 42 tahun
ini mencabut salib dan bendera. “Di dekat telinga saya mereka menembakkan
pistol,” tuturnya.

Pangkal kemarahan Linus adalah ketika manajemen PT Inocin berunding dengan


Ketua Adat Suku Marind mengenai lahan yang masuk dalam rencana kerja
tahunan 2015-2020. Masalahnya, menurut Linus, lahan yang diklaim suku Marind
itu adalah tanah ulayat warga Omba dari suku Wambon Tekamerop.

Tempat penimbunan kayu PT Tunas Timber Lestari di dalam kawasan hutan. Forest Watch
Indonesia/Aziz

Sepanjang 2015-2018, ia meminta bernegosiasi dengan Inocin dan dipertemukan


dengan Ketua Adat Marind untuk meluruskan persoalan. “Perusahaan tidak mau
ikut campur, malah meminta kami berunding secara adat dengan orang Marind,”
ujarnya.

Manajer Advokasi Yayasan Pusaka Tigor Hutapea mengatakan pola yang kerap
digunakan perusahaan untuk menguasai wilayah adat adalah dengan menciptakan
konflik di antara masyarakat adat. "Duduk adat seringkali tidak membuahkan
solusi karena perusahaan berani investasi uang agar masyarakat yang pro
perusahaan tetap berpihak kepada mereka," kata dia.

Manajer hubungan masyarakat Korindo Group, Yulian Mohammad Riza,


membantah jika tindakan perusahaannya menyebabkan konflik horizontal suku
adat di Papua. “Mekanisme mendapatkan izin dari pemilik ulayat sudah sesuai
dengan prosedur,” katanya dalam keterangan tertulis pada 29 Juli lalu. Ia
menjelaskan penyelesaian konflik antarmarga diserahkan kepada suku-suku yang
bersengketa.

Korindo, menurut Yulian, hanya bertindak sebagai penerima izin. Ia mengklaim


konflik perusahaan dengan masyarakat adat sudah selesai. Ia menunjukkan bukti
Korindo mendapat pengakuan Tropical Forest Foundation melalui studi social
impact assessment (SIA), sebagai salah satu indikator Forest Stewardship Council
tak lagi mengalami konflik perusahaan dengan masyar

Menanggapi kekisruhan ini, Bupati Boven Digoel Hengky Yaluwo berjanji


memanggil semua pengelola perusahaan di wilayahnya untuk memperbarui
hubungan dengan masyarakat adat. “Kepentingan masyarakat adat harus
didahulukan oleh para pengusaha di sini,” katanya. Hengky berjanji tak segan
mengusir perusahaan yang tak memberikan kesejahteraan kepada masyarakat
adat.

Ancaman Hengky didahului FSC. Lembaga nonprofit sertifikasi pengelolaan


hutan dari Bonn, Jerman, ini mencabut sertifikat Korindo di Papua pada 16
Oktober dengan alasan “kegagalan menyepakati verifikasi independen.” Salah
satu pertimbangan pencabutan adalah pelanggaran hak asasi manusia dalam
operasi perusahaan.

Korindo Deforestasi Masyarakat Adat Industri Kayu Papua


Cuci Piring Kereta Cepat
i

Presiden Joko Widodo bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri
Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, serta Direktur Utama PT
KCIC Dwiyana Slamet Riyadi meninjau pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Bekasi, Jawa Barat, 18
Mei 2021. presiden.go.id/BPMI Setpres/Lukas

Modifikasi rencana proyek kereta cepat Jakarta-Bandung digeber. .

Perencanaan dan pelaksanaan proyek sembrono berbuah ongkos yang


membengkak.

Presiden Joko Widodo .

DI bawah banjuran hujan bulan November, Tonot Partadisastra berusaha


menunjukkan persimpangan antara rel kereta cepat Jakarta-Bandung dan ujung
jalan kawasan Kota Deltamas, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dua kawasan itu
dipisahkan portal bambu.

Sore itu, Kamis, 4 November lalu, derasnya hujan menghalangi laju minibus
rombongan Tonot untuk menyeberang ke bibir rel, yang tiang-tiangnya sudah
terpancang. “Itu sudah rel kami. Itu pekerja proyek kami juga,” kata Tonot kepada
Tempo sambil menunjuk arah rel dan dua pria berpayung helm proyek yang
berjalan sambil berhujan-hujan dari kawasan Deltamas menuju proyek rel kereta.

Kawasan Kota Deltamas dan calon stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung di


Karawang, Jawa Barat, cukup dekat, sekitar 3 kilometer. Tapi jarak sedekat itu tak
berarti. Tidak ada akses yang menghubungkan langsung keduanya.

Tonot, Manager Integration Development PT Kereta Cepat Indonesia China


(KCIC), mengajak Tempo ke sana untuk menunjukkan bahwa di titik itulah
mereka akan membangun jalan penghubung antara Deltamas dan stasiun. Jalan itu
akan menyisir sisi rel, menyeberangi Ci Beet, anak Sungai Citarum yang menjadi
batas Karawang dan Bekasi, dan berakhir di ujung tanah Deltamas. “Karena
penghuni Deltamas itulah konsumen potensial kereta cepat,” ujar Tonot.

Tonot adalah wajah manajemen baru KCIC, yang sedang mengutak-atik


megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Perencanaan yang selama ini
ditengarai sembrono, ditambah asumsi keuangan yang agresif, membuat proyek
rancangan Menteri Badan Usaha Milik Negara pada masa pemerintahan Presiden
Joko Widodo periode 2014-2019, Rini Soemarno, itu terancam pampat.

Presiden Joko Widodo bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut
Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Jawa
Barat Ridwan Kamil, serta Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi meninjau
pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Bekasi, Jawa Barat, 18 Mei 2021.
presiden.go.id/BPMI Setpres/Lukas

Selain itu, arus penumpang diprediksi jauh di bawah target ketika kelak sepur
cepat beroperasi komersial. Posisi empat stasiunnya jauh dari hunian calon
penumpang. Makanya PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang kini memimpin
konsorsium badan usaha milik negara dalam proyek ini sekaligus menggawangi
KCIC, menyesuaikan sejumlah perencanaan agar proyek bisa selesai dan layak
secara keekonomian. Setidaknya modal investasi proyek bisa balik dalam waktu
38,5 tahun, seperti proyeksi pemerintah saat ini.

KCIC mulanya memimpikan Stasiun Karawang, yang berada di tengah sawah


Desa Wanakerta, Telukjambe Barat, bakal menjadi kawasan terpadu berisi hunian
dan area komersial. Gara-gara kekurangan dana dan membengkaknya biaya
proyek konstruksi, bunga tidur itu dikubur dulu. Tonot, yang belum lama ini
direkrut manajemen baru KCIC untuk merekayasa penataan stasiun dan kawasan
di sekitarnya, harus putar otak. Sebelum bergabung pada April lalu, Tonot
mengerjakan perencanaan teknik dan desain proyek Mass Rapid Transit Jakarta.

Tonot sudah punya rencana selain membangun akses stasiun ke Deltamas:


membikin jalan baru sepanjang 1 kilometer dari Stasiun Karawang menuju
kawasan industri Artha Industrial Hill yang dikembangkan grup Artha Graha
Network milik Tomy Winata dan Karawang Jawa Barat Industrial Estate milik
Lippo Group. “Mereka itu juga konsumen kereta cepat,” ucap Tonot.
Rencana lain pun sudah menunggu, seperti meminta Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat membuka pintu baru di jalan tol Jakarta-Cikampek
pada kilometer 41 yang akan disambungkan ke stasiun. Rencana-rencana ini,
membangun akses dari dan ke stasiun-stasiun kereta cepat, rupanya baru
terpikirkan setelah PT Kereta Api Indonesia ditunjuk memimpin konsorsium
empat BUMN, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, yang patungan dengan
konsorsium BUMN Cina di KCIC.

•••

UPAYA menyelamatkan proyek kereta cepat Jakarta Bandung sebenarnya dimulai


pada 2019. Kala itu mulai muncul indikasi keterlambatan penyerahan lahan siap
bangun dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai pelaksana
pembebasan lahan kepada High-Speed Railway Contractor Consortium (HSRCC),
yang ditunjuk sebagai kontraktor perencanaan teknik, pengadaan, dan konstruksi
(EPC) kereta cepat Jakarta-Bandung. Konsorsium EPC ini terdiri atas PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk yang kebagian 30 persen pekerjaan konstruksi dan
konsorsium Cina pimpinan Sinohydro yang mendapat 70 persen kontrak EPC,
seperti pembangunan jembatan hingga terowongan.

Pekerja menyelesaikan pembangunan Stasiun Kereta Cepat Indonesia China yang terintegrasi
dengan LRT di kawasan Halim, Jakarta, $ November 2021. Tempo/Tony Hartawan

Pada Juli itu, masih di tahun yang sama, rapat digelar di kantor Kementerian
Koordinator Kemaritiman dan Investasi untuk membahas percepatan proyek.
Masalah baru muncul tak lama kemudian: HSRCC mengajukan penyesuaian
harga EPC yang berpotensi membikin biaya proyek membengkak dari rencana
awal senilai US$ 6,07 miliar atau sekitar Rp 86,9 triliun dengan kurs saat ini.
Kereta Cepat Indonesia China akhirnya menunjuk Beijing Jingtie Foreign
Economic & Technical Cooperation Co Ltd mengkaji rencana pengelolaan operasi
dan indikasi pembengkakan biaya.

Baca: Cepat-cepat Sepur Kilat

Hasilnya mulai terlihat enam bulan kemudian. Pada Januari 2020, KCIC
memaparkan estimasi pembengkakan biaya proyek mencapai US$ 2,28 miliar—
sekitar Rp 32,6 triliun. Tepat setahun kemudian, pada Januari 2021, HSRCC
mengklaim pembengkakan biaya mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,6
triliun. Faktor terbesar melarnya biaya itu tentu saja perubahan desain yang
memaksa pembebasan sejumlah lahan baru.
Mulanya, trase sepur cepat dirancang mengikuti kelok jalan tol Jakarta-Bandung.
Baru belakangan disadari, sepur berkecepatan 350 kilometer per jam tidak
mungkin menikung patah di persimpangan tol Jakarta-Cikampek dan jalan tol
Cipularang.

Trase akhir digeser, dari sisi jalan tol Jakarta-Cikampek di Cikarang langsung
masuk ke Teluk Jambe, Karawang. Dari situ, jalur rel kereta cepat mengambil
ancang-ancang garis lurus menuju Bandung. Apesnya, trase baru ini harus
membelah kawasan industri. “Mungkin perencanaannya tidak optimal di awal.
Jadi resistansi pemilik kawasan besar,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Investasi
dan Pertambangan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Septian
Hario Seto, Jumat, 5 November lalu.

Kawasan industri yang dimaksud adalah Artha Industrial Hill dan Karawang Jawa
Barat Industrial Estate. Saat pembebasan lahan, enam perusahaan tenant yang
tergabung dalam konsorsium Trans Heksa Karawang sempat menolak proyek
kereta cepat. Trans Heksa adalah pengelola jalan kawasan dari dan menuju enam
perusahaan tersebut, di antaranya PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Perusahaan
Industri Ceres. “Tapi sekarang sudah sepakat,” kata Seto. Tiang rel cepat yang
melayang itu kini sudah terbangun, membelah jalan Trans Heksa yang
menghubungkan Artha Industrial Hill dan Karawang Jawa Barat Industrial
Estate.

Proyek pembangunan jalur kereta cepat Jakarta Bandung di Padalarang, Kabupaten Bandung
Barat, 28 September 2021. TEMPO/Prima Mulia

Melarnya biaya proyek juga dipicu keberadaan kawasan Halim Perdanakusuma di


Jakarta, lokasi stasiun pertama kereta cepat. Selain membutuhkan pembebasan
lahan, KCIC harus membangun jalur di bawah tanah untuk menyeberangi jalan tol
karena trasenya melintasi kawasan keselamatan operasi penerbangan Bandar
Udara Halim Perdanakusuma. Agar tak mengganggu operasi jalan tol di atasnya,
pengeboran jalur bawah tanah ini menggunakan metode tunnel boring machine
dengan diameter 13,9 meter. Biayanya jelas lebih mahal.

Pada Kamis siang, 4 November lalu, satu sisi lantai terowongan di kawasan Halim
sudah siap dipasangi bantalan rel berbahan beton. Sedangkan sisi lain masih
mentah. “Karena sisi ini masih dipakai untuk akses pengecoran. Jadi satu sisi
dulu,” tutur Yogi Tresnansyah, petugas keselamatan HSRCC di dalam terowongan
Halim.
Sebagian bantalan rel memang sudah stand by di atas terowongan, menunggu
waktu pemasangan. Bantalan ini berbahan beton dan permukaannya semulus
granit keset. Synohidro membuat separuh pertama bantalan, sisanya dipasrahkan
kepada WIKA—kode saham Wijaya Karya—yang sudah diajari cara
membuatnya. "Dulu pas bangun terowongan ini tiap satu engineer Cina ditemani
empat engineer Indonesia," ucap Yogi, yang pernah mengikuti pelatihan
keselamatan proyek bawah tanah di tambang batu bara Sawahlunto, Sumatera
Barat.

Kini jumlah tenaga kerja Cina di kawasan proyek Halim Perdanakusuma tinggal
empat orang. Mereka bertahan untuk menggarap sejumlah bagian akhir. Sisa
puluhan lain adalah pekerja lokal. “Nanti ini tinggal instalasi listrik, pemasangan
blast track, dan lain-lain.”

Di tengah potensi pembengkakan biaya, proyek sepur cepat makin terjepit. Empat
BUMN konsorsium PSBI belum beres menyetor modal.

Struktur pembiayaan kereta cepat Jakarta Bandung sejak awal rada-rada ajaib.
Dari biaya total proyek yang mencapai US$ 6,07 miliar, sebanyak 75 persen atau
US$ 4,55 miliar berasal dari pinjaman Bank Pembangunan Cina (CDB). Sisanya,
US$ 1,52 miliar, berasal dari setoran modal konsorsium BUMN Cina dan
Indonesia. Menggenggam 60 persen saham di KCIC, konsorsium BUMN
Indonesia semestinya menyetor US$ 911 juta, tapi baru menyanggupi US$ 614
juta, sambil megap-megap.

Pembangunan stasiun depo kereta cepat Jakarta Bandung di perbatasan Cileunyi Wetan dan
Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 5 November 2021. TEMPO/Prima mulia

Ketika membopong proyek kereta cepat, Direktur Utama Wijaya Karya saat itu,
Bintang Perbowo, yang didukung Menteri BUMN Rini Soemarno, menjanjikan
model pembiayaan nirtunai. Empat BUMN konsorsium PSBI dijamin tidak akan
keluar duit.

Baca: Belum Cukup Umur Buat Kereta Cepat

Aset di sisi jalan tol Jakarta-Bandung untuk lahan rel, misalnya, bakal dihitung
sebagai setoran modal PT Jasa Marga (Persero) Tbk, yang kebagian 12 persen
saham PSBI. Setoran modal PT Kereta Api Indonesia (KAI) berupa lahan
perseroan yang terpakai untuk stasiun. Adapun modal PT Perkebunan Nusantara
VIII lebih unik: sebidang tanah di Walini, Kabupaten Bandung Barat. Perkebunan
teh seluas 1.270 hektare yang telah banyak meranggas itu dinilai sendiri mencapai
Rp 3,14 triliun.

Ketika empat BUMN itu akhirnya dipaksa memberikan setoran tunai sebagai
syarat pencairan pinjaman CDB, semua kedodoran. KAI pada 2017 harus
menggayung utang sebesar Rp 478 miliar. Setoran kedua sebesar Rp 950 miliar
berasal dari optimalisasi 325 juta meter persegi aset KAI.

Ketika proyek sudah berjalan, bolong-bolong struktur pembiayaan itu makin


menganga. Beijing Yawan, konsorsium BUMN Cina di KCIC, menganggap lahan
Walini bukanlah bagian dari modal proyek. “Lahan itu harus dimonetisasi dulu,
baru bisa jadi modal proyek,” kata Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo di
Jakarta, Rabu, 3 November lalu.

Kondisi inilah yang memaksa PSBI menyurati Kementerian BUMN pada 5


Februari lalu mengenai kekurangan setoran modal tunai dari konsorsium BUMN
senilai Rp 4,3 triliun dan dampak potensi pembengkakan biaya proyek. Surat
melayang saat pandemi Covid-19 sudah berlangsung setahun dan keuangan
semua BUMN babak belur. Akhirnya, pada 17 dan 24 Februari lalu, Menteri
BUMN Erick Thohir mengeluarkan jurus pamungkas: mengusulkan penyertaan
modal negara kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buat PT KAI
untuk menutup kekurangan setoran modal PSBI di KCIC.

Tak sampai sebulan setelah itu, Kementerian BUMN mengganti direksi dan
komisaris KCIC. Kendali diserahkan kepada KAI dengan penempatan pelaksana
tugas Presiden Direktur PT Reska Multi Usaha, Dwiyana Slamet Riyadi, sebagai
Presiden Direktur KCIC serta Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan
Usaha Jeffrie Korompis sebagai komisaris KCIC. Keduanya menggeser
perwakilan Wijaya Karya.

KCIC menyebut pergantian itu sebagai bagian dari persiapan masa operasi yang
sudah dekat. Namun, sesungguhnya, bongkar-pasang itu bertujuan membersihkan
manajemen proyek yang lama. “Iya, untuk benerin manajemen proyek,” tutur
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo ketika dihubungi pada Jumat, 5
November lalu.

Di bawah kemudi KAI, estimasi biaya ditaksir menjadi US$ 8 miliar. Semula
pembengkakan biaya membuat proyek ini diperkirakan menelan ongkos US$ 9,9
miliar pada skenario bawah dan US$ 11 miliar pada skenario atas. “Kami nego
agar masinis kereta cepat pakai masinis KAI, tinggal dilatih saja,” ujar Dwiyana
Slamet Riyadi di kantornya di Jakarta, Kamis, 4 November lalu. Sebelumnya,
pengadaan masinis dan kru sepur cepat ini bakal mengambil lulusan segar.

Pembengkakan biaya juga bisa ditekan lewat sejumlah penyesuaian. KCIC,


misalnya, menunda pembangunan Stasiun Walini. Gara-gara penundaan ini,
sejumlah spekulan yang telah memborong tanah di sekitar Walini gigit jari.

KCIC membatalkan pembangunan Stasiun Walini karena potensi penumpangnya


belum ada. Penggantinya adalah Padalarang, yang akan menjadi titik pergerakan
penumpang ke Kota Bandung. Pengembangan transit-oriented development
Stasiun Karawang juga diundur.

Toh, upaya menekan pembengkakan biaya ini tetap bukanlah satu-satunya jalan
keluar. Yang mendesak adalah pemenuhan kekurangan setoran modal PSBI di
KCIC.

Walhasil, pada 6 Oktober lalu, Presiden Joko Widodo meneken Peraturan


Presiden Nomor 93 Tahun 2021 yang mengubah Peraturan Presiden Nomor 107
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara
Jakarta dan Bandung. Menelan ludah sendiri, Jokowi membolehkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara mengucur ke proyek tersebut, baik berupa
penyertaan modal negara maupun penjaminan utang kepada pemimpin
konsorsium BUMN.

•••

ALASAN pemerintah berencana mengucurkan penyertaan modal negara (PMN)


atau jaminan utang buat PT Kereta Api Indonesia sudah jelas: pelaksanaan proyek
strategis nasional kereta cepat Jakarta-Bandung berlanjut, tidak mangkrak dan
mubazir. Pemerintah sudah kepalang basah. Perkembangan proyek per 22
Oktober lalu sudah 79,3 persen.

Kemajuan proyek ini sebetulnya dihitung berdasarkan biaya yang sudah keluar
dibanding rencana biaya awal. Jika dibandingkan dengan hasil pekerjaan, kata
komisaris KCIC, Jeffrie Korompis, “Masih ada disparitas.” Perbedaan-perbedaan
inilah yang sedang diaudit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). “Disparitasnya itu seperti barangnya sudah ada tapi masih dalam bentuk
material dan lain-lain. Belum jadi utuh,” ucap Jeffrie.

Sejak Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021 diberlakukan, pemerintah tak


pernah terbuka mengakui ada salah perencanaan dan perhitungan, atau ambisi
yang terlalu tinggi, dalam proyek sepur cepat. Wajar saja, perencana sekaligus
pengeksekusi proyek masih rezim pemerintahan yang sama. Menterinya saja yang
berbeda.

Baru dalam diskusi tertutup pada 11 Oktober lalu dengan Komisi VI Dewan
Perwakilan Rakyat, yang salah satu tugasnya mengawasi perusahaan pelat merah,
Kementerian BUMN mengakui kecerobohan rencana proyek. Wakil Menteri
BUMN Kartika Wirjoatmodjo, yang hadir dalam diskusi kelompok terpumpun
tersebut, mengatakan Kementerian BUMN saat ini kebagian tugas cuci piring
kotor sepur cepat. “Ya, memang spesialisasinya ini,” tutur Tiko—panggilan
Kartika Wirjoatmodjo—sambil mengirim emotikon tertawa, ketika dihubungi
pada Jumat, 6 November lalu. “Urus Jiwasraya, Waskita Karya, Kereta Cepat,
Garuda Indonesia.”
Tiko mengakui asumsi-asumsi dalam studi kelayakan dan rencana proyek sepur
cepat terlalu agresif. Begitu konstruksi dimulai, tantangannya terlampau banyak.
“Seperti isu geologis tanahnya hingga trase yang melalui berbagai obyek yang
mesti dipindahkan,” ujarnya.

Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya, Andre
Rosiade, mengungkapkan, selama pembahasan usul PMN, Kementerian BUMN
membuka semua masalah sepur cepat. Sebagai partai politik pendukung
pemerintah, Gerindra tak bisa berbuat banyak selain mendukung kebijakan
Presiden Joko Widodo. “Mereka minta tolong, menjelaskan kondisi riilnya bahwa
‘barang ini’ harus diselamatkan,” ucap Andre, Rabu, 3 November lalu.

Kendati menyetujui PMN buat KAI dalam APBN 2022, Komisi VI mewanti-
wanti agar proyek sepur cepat diaudit. Pemerintah dan parlemen akhirnya sepakat
BPKP masuk mengaudit proyek. “PMN baru akan dicairkan kalau audit BPKP
sudah beres,” kata Andre.

Kepada koleganya di parlemen, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo sempat


mengungkapkan kekhawatirannya. Si kolega menyebut Didiek takut kena
masalah hukum ketika mengiyakan penugasan pemerintah menjadi pemimpin
konsorsium PSBI. Pasalnya, ada banyak dugaan penggelembungan biaya dalam
proses konstruksi. Ditanyai tentang kekhawatiran itu, Didiek menjawab
diplomatis. “Yang berat itu, sampai sekarang, meyakinkan diri sendiri.”

Kini pemerintahan Joko Widodo periode kedua sedang menegosiasikan klausul


perjanjian dengan Cina yang dibuat oleh pemerintahan Jokowi periode pertama
untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Pemerintah berharap bisa
memanjangkan libur bayar utang dari 10 tahun pertama menjadi 15-20 tahun
pertama. Ada juga niat meminta penurunan bunga utang hingga membagi porsi
tanggungan pembengkakan biaya, agar para penguasa di kedua periode itu
selamat semua.

Kereta Cepat Utang | Piutang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jokowi PT
KAI PT Wijaya Karya | Wika
Kereta Cepat Belum Feasible
i

Dirut PT KAI Didiek Hartantyo di kantor redaksi Tempo, Jakarta, 3 November 2021. TEMPO/Subekti

Kereta cepat pada akhirnya meminta APBN juga.


.

BUMN tak sanggup beroperasi karena utang dan masalah lapangan.

Proyek yang tak layak dan dipaksakan.


.

PENGESAHAN Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021 menjadi pintu masuk


pemerintah untuk mengongkosi megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung
dengan anggaran negara, menyimpang dari janji Presiden Joko Widodo dulu.
Skenarionya, duit negara akan masuk lewat penyertaan modal negara (PMN)
kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang kini ditunjuk sebagai pemimpin
baru konsorsium badan usaha milik negara dalam proyek ini, menggantikan PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk. Negara kelak juga bisa memberikan penjaminan
utang oleh operator, termasuk ketika pengoperasian kereta cepat tak kunjung
mendatangkan keuntungan.

Bagi Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero),


perusahaannya amat memerlukan jaminan dari pemerintah. Kepada Retno
Sulistyowati, Khairul Anam, dan Aisha Shaidra dari Tempo, Rabu, 3 November
lalu, Didiek menjelaskan duduk soal proyek yang kini terancam bubar itu.

Kapan pertama kali KAI dikabari untuk mengambil alih konsorsium BUMN
dalam proyek ini?

Sekitar akhir 2019 atau awal 2020 sudah ada arahnya seperti itu. Makanya
menaruh Pak Edo (Dwiyana Slamet Riyadi, sebelumnya memimpin anak usaha
KAI) di PT Kereta Cepat Indonesia China sekitar Maret lalu.
Bagaimana perkembangan rencana suntikan PMN ke KAI untuk proyek ini?

Kami sedang mengupayakan pencairan dan proses dengan Kementerian


Keuangan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara menyusul Peraturan
Presiden (Perpres) 93 Tahun 2021. Harapannya November ini bisa cair.

Tidak menunggu hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan (BPKP)?

Kalau itu (ekuitas dasar) enggak. BPKP itu nanti kalau ada cost overrun. Sebelum
komite memutuskan jumlahnya, BPKP dulu yang review. Yang minta BPKP itu
Menteri BUMN, setelah kami evaluasi dengan konsultan. Kami bakal review studi
kelayakannya. Negosiasi cost overrun itu panjang banget karena kepentingannya
macam-macam, ya. Makanya sampai sekarang soal cost overrun belum duduk,
padahal harus segera ditangani.

Jadi layak atau tidak proyek ini sebenarnya?

Kalau ditanya feasible apa enggak, belum tahu, nih. Sekarang kami realistis, lihat
Pak Erick Thohir (Menteri BUMN), Pak Tiko (Wakil Menteri BUMN Kartika
Wirjoatmodjo), realistis. Bikin perpres itu saja prosesnya enggak gampang. Berat.

Audit BPKP nanti hanya terhadap cost overrun atau total proyek
konstruksi?

Saya belum komunikasi jelas, ya, dengan BPKP. Kalau saya sih maunya total saja,
karena kalau dengar rapat dengan Komisi VI DPR kan audit investigatif, agar
jelas. Saya sepakat. Saya sampaikan apa adanya.

Apakah sudah ada indikasi penyelewengan sehingga biaya menggelembung?

So far belum ada, ya. Maksud saya, kami belum bisa menyatakan sampai saat ini.
Kami sudah memegang peran penting dalam proyek ini. Makanya tata kelola,
efisiensi, selama ini dievaluasi. Kalau ada sinyalemen, itu biar saja nanti pada
waktunya auditor yang akan membuktikan.

Kenapa akhirnya KAI mau? Apakah karena ada jaminan PMN?

Begini ya, saya akan membawa penugasan ini dengan tertib. Saya ingin bisnis
kereta api tetap berkelanjutan. Bebannya berat. Sekarang ada tiga isu yang harus
diselesaikan, base equity, cost overrun, dan defisiensi. Tiga hal itu risikonya harus
ditanggung. Ini kan penugasan. Untuk menjalankan dana operasi sendiri saja kami
struggle, nih.

Anda tidak takut proyek ini menjadi Kertajati kedua, tak laku?

Enggak. Saya sih optimistis, ya. Memang nanti ini perlu waktu. Kalau ekonomi
kita tumbuh baik, akan mengubah gaya hidup orang Jakarta dan Bandung, akan
lebih dekat. Mungkin harga tanah di Padalarang sana akan naik, orang bisa tinggal
enak di sana, satu jam ke Jakarta, ada integrasi. Integrasi dan konektivitas itu
penting. Akan kami dorong integrasi, antarmodanya akan terbangun.

Ada info tentang perusahaan yang ikut “bermain” dalam pembebasan


lahan?

Saya enggak tahu nama PT-nya. Sewaktu pembebasan lahan saya tidak banyak
masuk, dapat laporan dari Direktur Utama PSBI (Pilar Sinergi BUMN Indonesia)
itu besaran saja. Kami tidak sampai ke siapa-siapanya. Bayangkan, kami cuma 25
persen. Kan, yang menjadi lead WIKA (Wijaya Karya). Kami enggak tahu.

Kereta Cepat Proyek Strategis Nasional Jokowi PT KAI


Bagaimana Laba Perbankan Papan
Atas Melejit

Manajemen PT Kereta Api Indonesia menggeber promosi dan efisiensi. .

Buku perusahaan dibebani utang-utang proyek pemerintah.

Masalah keuangan dikhawatirkan menggerus sejumlah aspek pelayanan.


.

KONSER live cooking kini bisa disaksikan di gerbong kereta eksekutif Argo
Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka, dan Argo Wilis. Sebelumnya, atraksi chef
andalan hotel-hotel papan atas di Bandung itu hanya ada di Argo Bromo Anggrek.
Manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memperluas layanan
ekstra tersebut ke kereta lain. Perusahaan menggaet sejumlah juru masak
profesional yang dirumahkan sejak bisnis perhotelan lumpuh diserang pandemi
Covid-19.

Peluncuran layanan live cooking, akhir September lalu, disertai peresmian fasilitas
Wi-Fi gratis. Perseroan juga menjanjikan waktu tempuh sejumlah perjalanan
kereta makin cepat. "Dulu ke Yogya 7 jam sekarang 6 jam. Ke Solo dari 8 jam
jadi 7 jam. Ke Surabaya semula 9 jam jadi 8 jam 15 menit. Ada Wi-Fi, ada bunga.
Jadi lebih menarik," kata Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo memamerkan
sejumlah inovasi terbarunya kepada Tempo, Rabu, 3 November lalu.

Penambahan layanan jelas bertujuan menarik penumpang lebih banyak. Adapun


percepatan waktu tempuh itu bagian dari upaya KAI menggenjot efisiensi. Makin
singkat durasi perjalanan kereta, makin hemat ongkos operasionalnya. "Kami cut
cut cost terus," ujarnya. Efisiensi juga diterapkan pada kegiatan perjalanan dinas
dan pendidikan. "Biaya-biaya kami potong, hampir Rp 6 triliun."

Efisiensi mau tak mau dilakukan di tengah kondisi keuangan perusahaan yang
minus. KAI diproyeksikan masih akan negatif pada akhir 2021, bahkan hingga
beberapa tahun ke depan, seiring dengan berbagai proyek penugasan pemerintah
yang dijalankan perusahaan.

Sampai paruh pertama tahun ini saja, badan usaha milik negara itu sudah
membukukan kerugian Rp 480 miliar. Beban keuangan juga masih besar, meski
kini sedikit lebih ringan ketimbang pada 2020 setelah perseroan merestrukturisasi
utang jangka panjangnya senilai Rp 10 triliun. "Secara cash flow (lebih) baik.
Beban di buku," Didiek menuturkan.

Ia mengungkapkan, realisasi pinjaman akan meningkat signifikan pada tahun


depan karena adanya pembayaran pekerjaan proyek. Didiek mencontohkan
proyek kereta ringan layang (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek)
yang ditargetkan rampung pada Juni 2022. "Untuk membayar (pekerjaan), kami
harus menarik pinjaman. Karena dana penyertaan modal negara sudah terpakai,
kami memakai financing."
Pembiayaan proyek LRT Jabodebek cair setelah hasil audit Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) keluar. Proyek yang digarap PT Adhi Karya
(Persero) Tbk ini menelan investasi sekitar Rp 23,3 triliun. "Jadi pencairannya
kami juga tergantung berapa lama audit atau review oleh BPKP," tutur Didiek.

Utang jumbo perusahaan pelat merah ini sebenarnya sudah tampak dalam laporan
keuangan teranyar. Per Juni 2021, KAI tercatat memikul kewajiban senilai total
Rp 37,5 triliun, meliputi utang jangka panjang Rp 28,5 triliun dan utang jangka
pendek Rp 8,9 triliun.

Suasana Stasiun LRT Harjamukti Cibubur, Jawa Barat, 18 Oktober 2021. TEMPO/Muhammad
Hidayat

Manajemen KAI menyebutkan 58 persen utang yang tercatat dalam Rencana


Kerja dan Anggaran Perusahaan 2021 digunakan untuk menjalankan penugasan
pemerintah. Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung salah satunya. Dalam rapat
dengar pendapat Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, yang antara lain
membidangi badan usaha milik negara, Kamis, 2 September lalu, Didiek sempat
memberikan catatan terhadap dampak proyek ini pada perusahaannya. "KCJB
(proyek kereta cepat Jakarta-Bandung) berkontribusi menaikkan leverage dan
biaya bunga KAI," kata Didiek saat itu.

Megaproyek ambisius pemerintah Presiden Joko Widodo ini semula diperkirakan


“cuma” memerlukan investasi US$ 6,07 miliar atau sekitar Rp 86,9 triliun. Tapi
kalkulasi konsultan menunjukkan biaya proyek menggelembung: pada skenario
rendah memerlukan tambahan modal hingga US$ 3,8 miliar dan pada skenario
tinggi sampai US$ 4,9 miliar. Adapun manajemen baru PT Kereta Cepat
Indonesia China, yang kini dipimpin KAI, memproyeksikan pembengkakan biaya
(cost overrun) US$ 1,4-1,9 miliar.

Selain menangani proyek LRT Jabodebek dan kereta cepat Jakarta-Bandung, KAI
mendapat penugasan pemerintah untuk mengoperasikan LRT Palembang di
Sumatera Selatan dan kereta Bandar Udara Soekarno-Hatta. Pembangunan LRT
Palembang dulu dipercepat untuk mendukung pesta olah raga Asian Games 2018.
Proyek ini menelan dana sekitar Rp 12,5 triliun.

Adapun kereta Bandara Soekarno-Hatta, yang beroperasi mulai 1 Desember 2017,


menghabiskan biaya sekitar Rp 5 triliun antara lain untuk pembangunan awal,
pembebasan lahan, dan konstruksi. Anggarannya berasal dari patungan KAI, PT
Angkasa Pura II (Persero), dan PT Railink—anak usaha KAI dan Angkasa Pura
II.

KAI sebelumnya menyatakan mendapat fasilitas pinjaman dari sindikasi


perbankan. Untuk proyek LRT Jabodebek, misalnya, perusahaan memperoleh
tambahan pembiayaan sebesar Rp 4,2 triliun dari rombongan bank milik negara,
milik daerah, juga swasta asing pada September 2020. Tambahan pinjaman itu
diperlukan agar pembangunan depo dan stasiun proyek LRT Jabodebek rampung
tepat waktu. Tiga tahun sebelumnya, sindikasi perbankan yang sama
mengucurkan pinjaman Rp 18,1 triliun untuk kredit investasi dan Rp 1,15 triliun
buat kredit modal kerja.

Laporan keuangan KAI semester I 2021 menunjukkan perusahaan memiliki


pinjaman jangka pendek dari sejumlah bank yang secara keseluruhan setara
dengan 4,31 persen dari total liabilitas. Perusahaan juga memperoleh fasilitas
pinjaman dari pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional senilai
Rp 3,5 triliun, setara dengan 9,44 persen dari total liabilitas. Selain itu, ada
pinjaman jangka panjang dari Himpunan Bank Milik Negara dan lembaga atau
special purpose vehicle Kementerian Keuangan senilai Rp 9,46 triliun atau setara
dengan 25,22 persen dari total liabilitas.

Pengamat transportasi dan kebijakan publik Agus Pambagio menilai tumpukan


utang KAI sudah pada tahap memprihatinkan. Ia menilai kondisi ini sebagai
sinyal SOS. "Dulu negatif, terus sempat positif di zaman Dirut (Direktur Utama
Ignasius) Jonan. Sekarang (utang) terus bertambah. Sangat mengerikan," ujarnya,
Sabtu, 6 November lalu. Agus khawatir hal ini akan berdampak pengurangan
bujet pada aspek penting lain, seperti peremajaan gerbong kereta dan lokomotif
dan pelayanan konsumen.

Sebagai perusahaan milik negara, Agus menambahkan, KAI memang tidak bisa
menolak penugasan pemerintah. "Harus mengikuti. Kalau (keuangannya) tidak
sanggup, minta penyertaan modal negara. That’s it. Rezim berikutnya nanti yang
pusing (karena warisan utang)," ucapnya.

Agus menyayangkan proyek-proyek ambisius pemerintah yang tidak dirancang


dengan baik sehingga justru menambah beban perusahaan pelat merah. Ia
mencontohkan LRT Palembang yang kini nyaris mangkrak karena minim
penumpang. "Tidak ada integrasi antarmoda transportasi," tuturnya. Demikian
pula proyek kereta bandara yang okupansinya tak sesuai dengan harapan. Dan,
sekarang, KAI akan meneruskan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang sejak
tahap studi kelayakan dipenuhi kejanggalan.

Kereta Ringan | LRT Kereta Cepat Utang | Piutang Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Kereta Bandara PT KAI
PILIHAN EDITOR
Yang Untung dan yang Berisiko
Buntung
i

Sinyal Pasar

Pasar global tak bereaksi meski The Fed mengurangi likuiditas.


.

Tak berarti badai sudah berlalu.

Apa risikonya bagi Indonesia?


.

BERITA besar itu ternyata tidak menimbulkan guncangan. Pasar keuangan global
relatif tetap tenang kendati Ketua The Federal Reserve Jay Powell mengumumkan
pengurangan suntikan likuiditas. Pasar saham di mana-mana bahkan meneruskan
tren kenaikan harga, seolah-olah tak terhentikan.

Kebijakan itu sebetulnya berdampak besar bagi pasar. Powell menyampaikan


bahwa The Fed akan mulai mengurangi pembelian aset finansial yang selama ini
nilainya mencapai US$ 120 miliar per bulan mulai November 2021. Dengan kata
lain, The Fed akan mengurangi suntikan likuiditas yang selama masa
pandemi Covid-19 menjadi bahan bakar penggerak pasar sehingga mengerek
harga berbagai aset finansial. Logikanya, jika suntikan ini mengendur, bahan
bakar berkurang, harga berbagai aset finansial berjatuhan.

Baca: Memori 2013 Kembali Menghantui

Kekhawatiran itu ternyata tidak terwujud. Pasar relatif tetap stabil. Salah satu
sebabnya: The Fed sungguh bekerja keras enam bulan terakhir untuk melempar
isyarat dan mengondisikan situasi. Sebelum akhir tahun, pengurangan pembelian
aset atau tapering akan terjadi.
Isyarat bertubi-tubi itu membuat investor mengambil berbagai langkah antisipatif
sejak jauh hari. Harga-harga aset finansial di pasar sudah tersesuaikan, priced in,
dengan segala konsekuensi jika suntikan likuiditas dolar Amerika Serikat di pasar
global mulai surut.

Yang juga tak kalah penting, pasar tidak bergejolak karena Powell masih
memberikan satu jaminan. The Fed tidak akan gegabah menaikkan bunga tanpa
menimbang dua syarat utama yang mesti terpenuhi: ekonomi Amerika mampu
mempekerjakan semua orang yang membutuhkan kerja dan secara rata-rata inflasi
tidak melebihi 2 persen. Dua syarat ini memang tak mudah terpenuhi.

Karena itu, tak seperti perkiraan banyak analis yang memprediksi kenaikan bunga
rujukan The Fed bahkan hingga dua kali pada tahun depan, Powell menegaskan
bahwa The Fed akan bersikap sabar dalam hal kebijakan bunga. Pasar pun menilai
pernyataan itu sebagai jaminan stabilitas.

Jika tak ada kenaikan bunga dalam tempo dekat, para manajer pengelola investasi
tak perlu merealokasi dana investasi portofolio secara besar-besaran. Ini tentu
kabar sukacita bagi pasar negara berkembang. Sejarah tapering 2013
menunjukkan negara berkembanglah yang menjadi korban terbesar. Dana
investasi bisa keluar secara masif dari negara-negara berkembang, berpindah ke
pasar yang lebih mapan di Amerika atau Eropa.

Tetap tenangnya pasar, termasuk di Indonesia, tak berarti badai benar-benar sudah
berlalu. Perubahan kebijakan likuiditas The Fed pasti berdampak pada komposisi
investasi portofolio asing di Indonesia. Tetap ada risiko realokasi dana investasi.

Salah satunya: dana asing yang mendekam dalam obligasi terbitan pemerintah RI
terus menyusut. Per awal November ini posisinya tinggal Rp 934 triliun, setara
dengan posisi pada Mei 2020, di awal pandemi mengamuk. Sebagai pembanding,
dana asing yang parkir di sini sempat mencapai Rp 1.077 triliun pada Januari
2020.

Perubahan kebijakan The Fed juga menetralkan dampak positif yang seharusnya
muncul dari lonjakan harga komoditas ekspor Indonesia. Teorinya, jika dolar hasil
ekspor meningkat, kurs rupiah menguat. Sayangnya, kali ini kurs rupiah tak
kunjung menguat meski penerimaan ekspor Indonesia sedang tinggi. Dimulainya
tapering membuat nilai rupiah tetap tertekan, apalagi jika kelak suku bunga
akhirnya harus naik.

Baca: Dua Gejolak Menjelang Akhir Tahun

Ekonomi Indonesia secara makro, atau nilai rupiah, boleh saja saat ini dalam
posisi kurang menguntungkan lantaran perubahan kebijakan The Fed. Namun,
bagi para taipan eksportir komoditas, pemegang konsesi tambang batu bara
misalnya, kombinasi ini justru menimbulkan keuntungan ganda. Naiknya harga
komoditas membuat dolar yang masuk kantong mereka lebih besar pula. Pada saat
yang sama, nilai tukar rupiah terus menurun.

Hasilnya, para bohir berpenghasilan dolar kini mempunyai kekuatan dana


melimpah untuk mengongkosi segala kebutuhan mereka di dalam negeri dengan
rupiah. Ketika ekonomi terpapar risiko, beberapa orang justru tertawa bahagia
menikmati rezeki berganda.
Main Mata Mafia Tanah Takapuna
i

Situasi di Takapuna Residance, 4 November 2021/TEMPO/ Sahat Simatupang

Pengusaha properti di Sumatera Utara terjerat perkara korupsi Bank BTN


senilai Rp 17,4 miliar. .

Ada dugaan keterlibatan mafia tanah.

Siapa saja yang terlibat? .

PULUHAN rumah toko di perumahan Takapuna Residence, Kecamatan Sunggal,


Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, terlihat kosong pada Kamis, 4
November lalu. Spanduk bertulisan “Dijual” terpasang di sejumlah bangunan.
Kompleks ruko yang menempel di perumahan seluas 5.000 meter persegi itu
tengah terjerat masalah mafia tanah. “Banyak di antara pemilik yang ingin
melepas ruko karena sertifikatnya bermasalah,” ujar Cici, salah seorang penghuni
kompleks, pada hari itu.

Para pemilik baru mengetahui ruko bermasalah setahun lalu. Kala itu, Kejaksaan
Tinggi Sumatera Utara membongkar kejahatan pengembang Takapuna Residence,
PT Krisna Agung Yudha Abadi (KAYA). Direktur PT Krisna Agung, Canakya
Suman, 41 tahun, diduga menggelapkan 35 sertifikat lahan.

Menurut jaksa, ia kemudian menjual sertifikat itu kepada 19 orang senilai Rp 14,7


miliar. Ada 151 ruko yang berdiri di atas 35 sertifikat tersebut. Canakya lalu
mengagunkan sertifikat itu ke Bank Tabungan Negara cabang Medan. Ada dua
perkara akibat sengkarut sertifikat ini.

Untuk kasus pertama, Pengadilan Negeri Medan menyatakan Canakya bersalah


dan dihukum 28 bulan penjara pada Desember 2020. Ia terbukti menjual semua
sertifikat ke pihak lain di tengah proses peralihan hak tanggungan, hak atas
jaminan atas penguasaan tanah. Vonis ini lebih ringan dari tuntutan jaksa, yakni
tiga tahun enam bulan penjara.

Melanjutkan kasus ini, Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara membuka perkara baru
pada Mei lalu. BTN merasa rugi karena kredit itu macet. Manajemen bank pelat
merah ini baru belakangan mengetahui 35 sertifikat yang sudah diagunkan itu
dijual ke pihak lain. Kerugian negara diperkirakan mencapai Rp 14,7 miliar,
senilai dengan penjualan 35 sertifikat tersebut.

Situasi di lantai atas Takapuna Residance, 4 November 2021/TEMPO/ Sahat Simatupang

Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara mulai memanggil para saksi kasus korupsi ini
pada 24 Mei lalu. Selain Canakya, jaksa turut memeriksa mitra bisnisnya,
Mujianto, dan seorang notaris, Elviera, serta manajemen BTN cabang Medan.
Jaksa menuduh mereka sebagai orang yang paling mengetahui perkara ini.

Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Yos Arnold


menjelaskan penyaluran kredit dianggap bermasalah lantaran melabrak prosedur
standar operasi pemberian kredit. Surat Edaran Direksi BTN Nomor 18 Tahun
2011 mencantumkan batas pencairan kredit di tingkat kantor cabang sebenarnya
hanya Rp 10 miliar.

Jika ada pinjaman yang lebih besar dari nilai tersebut, yang berwenang
mencairkan pinjaman adalah kantor pusat BTN. “Tapi mengapa kredit itu tetap
diberikan?” ujarnya.

•••

VONIS Pengadilan Negeri Medan kepada Canakya Suman kian membuat pemilik
rumah toko Takapuna Residence ketar-ketir. Saat dijual pada 2018, harga ruko
lebih dari Rp 900 juta per unit. Menurut Cici, banyak pemilik ruko yang ingin
menjual ruko di bawah harga pasar. Ia memilih tetap bertahan.

Perumahan yang hanya berjarak 9 kilometer dari pusat Kota Medan ini dikelilingi
perumahan elite. Sekitar 300 meter dari kompleks ruko terhampar lapangan golf,
sarana olahraga milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, dan sekolah
internasional Kingston School.

Kawasan yang dulu lahan milik PT Perkebunan Nusantara II itu dipenuhi


pepohonan rindang dan lintasan joging. “Semoga proses hukum saat ini bisa
memperjelas hak pemilik ruko,” kata Cici.

Tim penyidik Bidang Tindak Pidana Khusus (Pidsus) Kejati Sumatera Utara melakukan
penggeledahan di kantor PT Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Medan , 30 Juni 2021/Dok.
Penkum Sumatera Utara

Kredit macet PT Krisna Agung Yudha Abadi bermula ketika Canakya memohon
kredit ke BTN cabang Medan pada Juli 2014. Dengan modal agunan 93 sertifikat
hak guna bangunan, ia memperoleh pinjaman senilai Rp 39,5 miliar.

Saat proses permohonan kredit, semua sertifikat itu diketahui belum tercatat atas
namanya, melainkan milik PT Agung Cemara Realty. Ini perusahaan properti
milik Mujianto, rekan bisnis Canakya. Mujianto memberikan kuasa kepada
sebagian sertifikat itu kepada Canakya lewat notaris Elviera.

Proses perpindahan kuasa sertifikat ini menjadi salah satu obyek penyidikan jaksa.
Peran notaris juga disorot karena seharusnya sertifikat itu tak boleh dikeluarkan,
apalagi dijual tanpa sepengetahuan bank. Sebanyak 35 sertifikat kemudian diduga
dijual oleh Canakya.

Itu sebabnya Mujianto juga dituding ikut bertanggung jawab. Saat dimintai
konfirmasi tentang kongkalikong ini, Mujianto enggan menerima permintaan
wawancara Tempo. Ia menyerahkan penjelasan tentang kasus ini kepada anggota
stafnya, Rita.

Menurut Rita, yang tak mau menyebutkan nama lengkapnya, Canakya memohon


kredit atas namanya sendiri, bukan Mujianto. Namun belum semua sertifikat
dibalik nama menjadi milik Canakya. Ia mengatakan kemunculan nama Mujianto
dalam kredit hanyalah formalitas. “Nama Mujianto dan sertifikat lahan dipinjam
Canakya untuk pengajuan kredit,” ujar Rita.

Dalam perkara ini, Rita merangkap sebagai penasihat hukum Canakya. Kepada


Tempo, ia mengatakan hanya mau menjelaskan kasus ini dari sisi Mujianto.
Namun ia menyebutkan BTN sudah mendebet rekening Canakya untuk sejumlah
pembayaran. “Sebagai kreditor, Canakya Suman sudah menjalankan
kewajibannya.”

Seorang penegak hukum yang mengetahui kasus ini mengatakan Canakya diduga
menyetor Rp 10 miliar dari pinjaman sebesar Rp 39,5 miliar kepada Mujianto.
Ada pula uang komisi untuk penghubung BTN sebesar Rp 2 miliar.

Artinya, uang yang tersisa untuk membangun Takapuna Residence bersisa Rp 22


miliar. Dana ini tak cukup membangun proyek sehingga penjualan ruko seret dan
berujung kredit macet.

Keterlibatan Mujianto juga memantik kecurigaan. Ini bukan pertama kali ia


terseret kasus hukum. Ia tercatat bersengketa dengan rekan bisnisnya, Tamin
Sukardi, dalam perkara penguasaan lahan eks hak guna usaha PT Perkebunan
Nusantara II seluas 126 hektare yang terletak tak jauh dari Takapuna Residence.

Putusan pengadilan memenangkan Mujianto. Adapun Tamin dihukum penjara 6


tahun pada 2018. Hak penguasaan lahan itu lalu diberikan kepada Mujianto.

Pada 2017, Mujianto juga terseret dugaan kasus penipuan senilai Rp 3,5 miliar.
Ia menjadi tersangka bersama anggota stafnya, Rosihan Anwar.

Ia sempat ditahan di markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Namun proses


penahanan itu ditangguhkan beberapa hari berselang. Kasus itu pun berujung
surat ketetapan penghentian penuntutan saat ditangani kejaksaan.
Rita mengatakan manajemen BTN dan notaris seharusnya paling bertanggung
jawab dalam perkara ini. “Kerugian yang dialami BTN adalah kesalahan BTN dan
notaris, bukan kesalahan Mujianto,” katanya.

Hingga November ini, Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sudah memeriksa  27
saksi, baik dari pihak bank maupun para kreditor. Namun hanya Elviera, sang
notaris, yang belum bersedia meladeni pemeriksaan. Padahal kesaksiannya
dianggap penting.

Ketika dimintai konfirmasi, Elviera membantah jika dianggap tidak koperatif. Ia


berdalih tak meladeni panggilan jaksa karena terikat dengan ketentuan Majelis
Pengawas Notaris. “Saya tak bisa menghadiri pemeriksaan tanpa seizin Majelis,”
ujarnya.

Berdasarkan putusan Pegadilan Negeri Medan, penjualan 35 sertifikat HGB


terjadi pada Juni 2016-Maret 2019. Menurut dia, dokumen itu keluar dan dijual
tanpa setahu dia.

Elviera baru belakangan mengetahui Canakya menemui salah seorang anggota


stafnya untuk menyerahkan dokumen tersebut. “Dia menjual nama saya,”
tuturnya. “Ketika menemui staf saya, Canakya mengaku sudah mendapat restu
saya untuk menyerahkan dokumen tersebut.”

Elviera justru merasa menjadi korban ulah Mujianto dan Canakya. Apalagi ia
belum mendapatkan honor dari proses surat-menyurat tersebut.

Menurut dia, pemidanaan notaris dalam perkara ini bisa berdampak luas. Bakal
banyak notaris meninggalkan tugas dan profesi kenotariatan. “Saya ini hanya
korban. Saya yakin yang main mata dalam perkara ini adalah Mujianto dan
Canakya,” ujarnya.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Ari


Kurniawan enggan memberikan banyak penjelasan. BTN, kata dia, menghormati
proses hukum dan menyerahkan penanganan perkara itu kepada Kejaksaan Tinggi
Sumatera Utara.

Menurut dia, sebagian fasilitas pinjaman BTN sudah dikembalikan Canakya


secara proporsional dari hasil penjualan ruko. “Sisa pokok pinjaman sudah
berkurang lebih dari 50 persen,” ucapnya.

SAHAT SIMATUPANG (MEDAN)

Mafia Tanah Kredit Macet Bisnis Properti BTN Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara
Hujan Cambuk di Penjara Sleman
i

Suasana di Lapas Narkotika Kelas II A Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 6 Mei 2021/TEMPO/Shinta
Maharani

Sebanyak 50 narapidana mengaku disiksa saat ditahan di Lapas Narkotika


Sleman. .

Lima sipir diperiksa karena berlebihan menerapkan hukuman.

Para narapidana juga mendapatkan pelecehan seksual. .

GORESAN merah kehitaman nyaris memenuhi pangkal lengan kanan Vincentius


Titih Gita Arupadathu. Menurut laki-laki 35 tahun ini, tanda itu bekas luka
sabetan pipa air leding. Ia mendapat penyiksaan dari petugas Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, enam bulan lalu. “Saya mengalami trauma,” ujarnya, Kamis, 4
November lalu.

Warga Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, itu mengeluhkan penyiksaan sipir


berdampak pada kondisi psikologis. Ia kerap sulit tidur karena sering teringat satu
per satu wajah petugas penjara yang menyiksanya. Vincentius akhirnya lepas dari
penyiksaan itu setelah mendapat pembebasan bersyarat pada 19 Oktober lalu.

Dua pekan setelah bebas, Vincentius bersama sembilan eks narapidana dan
pendampingnya melaporkan dugaan penyiksaan itu ke Kepala Ombudsman
Republik Indonesia Perwakilan Yogyakarta Budhi Masthuri. “Dari keterangan
saksi dan pelapor, kami sudah mengumpulkan nama petugas lembaga
pemasyarakatan yang diduga menyiksa tahanan,” kata Budhi.

Vincentius mendapatkan beragam kekerasan di hari pertama ia dipindahkan dari


Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan ke Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika Sleman pada 26 April lalu. Hakim memvonisnya satu tahun lima bulan
penjara karena mengantongi sabu. Sebelumnya ia pernah dibui karena
kepemilikan ganja pada 2014-2019.

Vincentius Titih Gita Arupadathu eks narapidana Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bekas luka karena sabetan pipa
plastik petugas lapas di rumah pendampingnya di Yogyakarta, 4 November 2021/TEMPO/Shinta
Maharani

Pada hari itu, dua regu sipir menggelandang Vincentius bersama sebelas
narapidana lain ke tanah lapang berpasir yang kerap disebut “gelanggang”. Lokasi
ini disebutkan sering digunakan petugas untuk menyiksa tahanan. Di bawah terik
matahari, mereka disuruh membuka baju hingga menyisakan kolor.

Para sipir itu memerintahkan mereka jongkok, berguling, dan koprol, sambil


menyabetkan potongan pipa. Ada pula sipir yang mencambuk dengan kabel
tembaga dan memukuli tubuh narapidana memakai kayu. “Saat itu, saya dan satu
napi lain dipaksa makan pepaya busuk,” tutur Vincentius.

Ia memuntahkan sebagian pepaya benyek itu hingga membuat petugas marah.


Akibatnya, Vincentius mendapat hukuman memakan muntahannya. “Saya juga
ditendang,” ujarnya. Para petugas juga memaki para napi dengan nama-nama
binatang.

Kekerasan berlangsung hingga pukul 19.00. Mereka dimasukkan ke sel isolasi di


Paviliun Edelweis. Tapi ketenangan hanya berlangsung selama 90 menit. Petugas
regu malam menggelandang mereka ke lapangan voli dengan bentuk kekerasan
yang nyaris serupa.

Penyiksaan di penjara juga dialami Luthfi Farid. Warga asal Bekasi, Jawa Barat,
berusia 27 tahun ini mengaku dipukuli, ditendang, serta dicambuk dengan pipa air
dan kabel pada Agustus 2020. Luthfi bebas pada April lalu setelah menjalani lima
tahun dan enam bulan hukuman penjara karena kepemilikan ganja.

Saat itu, sipir mendatangi kamar sel Luthfi di Paviliun Cempaka pada pukul 4
dinihari. Petugas menyuruh dia berjalan jongkok dari kamar sel hingga lapangan
voli yang berjarak 200 meter. Selama dua jam sipir mencambukinya dengan pipa
dan kabel. Setelah itu, satu dari lima petugas tersebut memerintahkan mereka
berguling di lapangan.
Sipir menuduh Luthfi dan napi lain memiliki telepon seluler. Mereka juga
dianggap membangkang dan menyusun rencana melawan sipir. Setelah disiksa,
mereka dimasukkan ke sel isolasi di Paviliun Edelweis.

Di dalam sel isolasi gelap itu, Lutfhi mengklaim tak mendapat pakaian yang layak
untuk beribadah. Jatah makanan juga hanya diberikan sekali dalam sehari. “Sipir
berkali-kali menampar wajah kami bila ketahuan bersuara di dalam kamar,” tutur
Luthfi.

Empat eks narapidana lain juga menceritakan hal yang serupa dalam surat aduan.
Michael Bagas Galang Kurniawan, 20 tahun, misalnya mengaku mendapat
sabetan potongan selang air, kabel, dan kayu pada 26 Januari lalu bersama 20
narapidana lain saat baru tiba di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Sleman.
Para narapidana juga dipecut dengan penis sapi yang sudah dikeringkan.

Tak hanya siksaan fisik, mereka mengalami perundungan seksual karena dipaksa
menirukan tiga gaya bersetubuh dalam keadaan telanjang. Suatu hari, sipir
mengeluarkan isi mentimun dan meletakkan sambal. Kepada seorang napi, sipir
itu meminta agar dia bermasturbasi menggunakan mentimun itu.

Nama Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Sleman sempat populer karena video


yel-yel kekompakan para narapidana di YouTube viral di media sosial. Program
pemulihan narapidana kasus narkotik di penjara ini juga dianggap menonjol
karena mengadopsi sistem pesantren dan memiliki perpustakaan dengan koleksi
buku paling banyak.

Luthfi mengatakan sebaliknya. Mereka wajib bangun tidur tiap pukul 04.00.


Setelah itu, mereka diperintahkan berbaris dan mengikuti apel. “Persis latihan
militer,” ucapnya.

Sipir juga dituding tak memperlakukan narapidana yang sakit dengan layak.
Akses berobat ke poliklinik sangat terbatas. Asupan gizi juga dianggap kurang.

Anggara Adiyaksa, pendamping para narapidana, mengatakan aduan ke


Ombudsman Yogyakarta dilayangkan setelah sejumlah lembaga negara tak
mengubris laporannya. Mereka pernah mengadu ke Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta pada 16 September
2020 secara online, tapi tak direspons.

Anggara menghimpun lebih dari 50 eks napi yang mengalami kekerasan selama
mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Sleman. “Segera hentikan
kekerasan dan pelaku sesuai dengan aturan,” katanya.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Sleman Cahyo Dewanto mengatakan


kasus ini menjadi pukulan berat bagi pihaknya. Selama ini, dia menjelaskan,
Lembaga Pemasyarakatan Sleman merupakan rujukan penjara lain sebagai
lembaga pemasyarakatan yang bersih dari narkotik. “Rasanya malu, terlepas
kekerasan itu benar ada atau tidak,” ujar Cahyo.

Ia menyerahkan hasil pemeriksaan dugaan kekerasan terhadap napi kepada


Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa
Yogyakarta. Cahyo berjanji akan menerima apa pun hasil pemeriksaan dan tetap
mematuhi aturan.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Cahyo
Dewanto di ruang kerjanya, 6 Mei 2021/TEMPO/Shinta Maharani

Namun ia membantah kabar bahwa narapidana kesulitan mengakses fasilitas


kesehatan. Cahyo juga pernah mengatakan Lembaga Pemasyarakatan Sleman
mengadopsi latihan ala militer untuk mencegah kekacauan akibat budaya
senioritas. Misalnya, penjara mewajibkan setiap blok membuat yel-yel yang
diucapkan setiap pagi dan sore serta mengikuti baris-berbaris.

Dia mengklaim sipir memperlakukan semua napi setara ketika membagikan


makanan, pakaian, dan hukuman. Contohnya, jika ada narapidana melanggar
aturan, petugas memasukkan napi itu ke sel isolasi. Cahyo tak mengabulkan
permintaan Tempo untuk mengecek kondisi sel isolasi tersebut dengan alasan
keamanan.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa
Yogyakarta menarik lima petugas Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Sleman
karena terindikasi menerapkan disiplin secara berlebihan terhadap narapidana
baru. Lima petugas itu berdalih mendisiplinkan narapidana agar patuh aturan.
Tujuannya adalah memberantas peredaran narkotik, telepon seluler, dan uang
tunai.

Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham DI Yogyakarta Budi Argap Situngkir


mengatakan pihaknya melakukan investigasi mendalam tentang kekerasan di
dalam penjara. Dari hasil pemeriksaan sementara terhadap lima petugas tersebut,
Budi mengatakan tindakan itu dilakukan sebagai bagian dari ketatnya
pengamanan penjara. “Saking ketatnya, lembaga pemasyarakatan seperti neraka
buat bandar narkotik,” katanya.

Kekerasan di Penjara Narapidana narkotika Kementerian Hukum dan HAM


Daerah Istimewa Yogyakarta Lembaga Pemasyarakatan
Kejaksaan Brasil diminta mendakwa
Presiden Jair Bolsonaro.
.

Bolsonaro dituduh terlibat korupsi pengadaan vaksin Covid-19 dan kejahatan


kemanusiaan.

Senat akan mengajukan kasusnya ke Mahkamah Pidana Internasional. .

TEKANAN terhadap Presiden Brasil Jair Bolsonaro terus bergulir. Setelah


Komisi Covid-19 Senat (CPI) meminta kejaksaan mendakwa Bolsonaro dalam
berbagai kebijakan penanganan pandemi Covid-19 pada akhir Oktober lalu, kini
Kantor Kejaksaan Federal Brasil memulai penyelidikan pidana terhadap Fabio
Wajngarten, mantan sekretaris pers Bolsonaro. Wajngarten dituduh telah
memberikan sumpah dan kesaksian palsu ketika memberi keterangan di hadapan
Komisi.

Pada Mei lalu, misalnya, Wajngarten membantah telah menyatakan kepada


majalah Veja bahwa pemerintah menolak membeli 70 juta dosis vaksin Covid-19
bikinan Pfizer karena inefisiensi dan ketidakmampuan manajer Kementerian
Kesehatan. Wajngarten bungkam ketika Komisi memutar rekaman wawancaranya
dengan majalah tersebut.

Sejumlah senator kemudian meminta Presiden CPI Omar Aziz memerintahkan


penangkapan terhadap Wajngarten karena berbohong, tapi Aziz menolaknya.
“Saya seorang demokrat. Jika dia berbohong, kita bisa meminta jaksa
mendakwanya. Ini bukan sidang pengadilan,” kata Aziz saat itu seperti dikutip
Prime Time Zone.

Kesaksian Wajngarten ini merupakan bagian dari penyelidikan Komisi mengenai


penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah Jair Bolsonaro. Laporan akhir
Komisi, yang telah diserahkan kepada Jaksa Agung Augusto Aras untuk
ditindaklanjuti, memaparkan sembilan dugaan kasus pidana yang melibatkan
Bolsonaro, termasuk kejahatan di ranah kesehatan masyarakat dan kejahatan
kemanusiaan. Selain menyebut Bolsonaro, Komisi menyebut 77 orang, termasuk
tiga putra Bolsonaro, turut bertanggung jawab dalam kasus-kasus tersebut.

Dokumen Komisi memaparkan Bolsonaro dan orang-orang dekatnya diduga


terlibat dalam kontrak pembelian 20 juta dosis Covaxin, vaksin Covid-19 bikinan
Bharat Biotech India, pada Februari lalu. Kementerian Kesehatan Brasil harus
membayar US$ 320 juta atau US$ 15 per dosis kepada Precisa Medicamentos,
perantara Bharat Biotech di Brasil. Saat itu, Bolsonaro malah menolak tawaran
Pfizer, yang mengajukan vaksinnya dengan harga lebih murah, yakni US$ 10 per
dosis. Padahal vaksin Pfizer sudah mendapat izin penggunaan darurat oleh
Anvisa, badan pengawas kesehatan Brasil, sedangkan Covaxin belum. Bahkan
kala itu Covaxin baru selesai uji klinis tahap pertama.
Karena Bharat Biotech tidak memiliki izin vaksin untuk kesehatan di Anvisa,
Kementerian Kesehatan meminta Manajemen Umum Obat dan Produk Biologi
(GGMED) mengeluarkan izin impor vaksin. GGMED memperingatkan bahwa
tidak mungkin menentukan kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin dengan
informasi yang tersedia saat itu. Catatan teknis Anvisa bahkan menyebutkan
risiko dan ketidakpastian dalam penggunaan Covaxin dapat memperburuk situasi
pandemi.

Soal harga vaksin juga menimbulkan pertanyaan. Dalam komunikasi


diplomatiknya, Duta Besar Brasil di India memperingatkan adanya
ketidakberesan dalam rencana pengadaan Covaxin yang begitu cepat. Ia
menyebutkan pejabat Bharat menginformasikan harganya US$ 1,34 per dosis.
Tapi, ketika kontrak dibikin pada Maret lalu, harganya melambung menjadi US$
15.

Dalam kesaksiannya kepada kejaksaan, Kepala Koordinasi Logistik Umum Luis


Ricardo Miranda mengaku mendapat tekanan yang tidak biasa mengenai impor
Covaxin. Salah satunya dari Alex Lial Marinho, salah seorang pembantu sekutu
terdekat Bolsonaro. Ia juga menerima beberapa pesan dari pejabat tinggi
Kementerian Kesehatan, bahkan pada hari libur Sabtu dan Ahad. Dia mengatakan
“atasan” mencoba mendapat kelonggaran guna memperoleh dokumen dari
Anvisa untuk impor vaksin.

Di depan Komisi, Miranda mengaku telah memperingatkan Bolsonaro soal


ketidakberesan ini dan Bolsonaro menyatakan akan melaporkannya ke polisi.
Namun Komisi tak menemukan adanya pengaduan ke polisi mengenai hal ini.

Ketika skandal ini mencuat pada Juni lalu, hakim agung Rosa Weber
memerintahkan polisi menyelidikinya. Polisi memeriksa apakah Bolsonaro
melakukan kejahatan dengan menunda atau menahan keputusan sebagai pejabat
publik karena kepentingan pribadi. Weber tidak menampik anggapan bahwa
penyelidikan ini mungkin melebar ke masalah lain dalam kontrak itu.

Belakangan, pemerintah memutuskan menangguhkan kontrak tersebut. Bolsonaro


membantah telah melakukan penyimpangan. Dia mengaku tak bisa mengikuti
segala hal yang terjadi di pemerintahan dan meletakkan kepercayaan kepada para
menterinya.

Presiden Brazil Jair Bolsonaro di Brasilia, Brazil, 20 Oktober 2021. REUTERS/Ueslei Marcelino

Laporan Komisi Covid-19 Senat itu disusun setelah mendengarkan lebih dari 100
saksi dalam 66 pertemuan. Komisi juga memeriksa sekitar 20 juta gigabita
informasi digital untuk melacak penyebab dan konsekuensi dari keputusan
Bolsonaro, seperti kebijakannya yang longgar terhadap Covid-19 karena percaya
pada terbentuknya kekebalan kelompok secara alamiah. Bolsonaro juga
meremehkan virus corona dan menganggapnya sebagai “flu kecil”. Selain itu, dia
mempromosikan penggunaan hidroksiklorokuin dan obat-obatan lain yang belum
terbukti sebagai obat Covid-19, padahal Badan Pengawas Obat Amerika Serikat
(FDA) menemukan obat antimalaria hidroksiklorokuin terbukti tidak memberikan
efek pada penyakit Covid-19. Ia juga menentang penggunaan masker dan, yang
paling kritis, gagal menyediakan stok vaksin Covid-19 secara memadai.

Untuk kasus kejahatan kemanusiaan, Komisi mengangkat penderitaan yang


dialami penduduk pribumi, yang kebanyakan bermukim di kawasan hutan
Amazon di Negara Bagian Amazonas. Komisi menyebut Bolsonaro sebagai
presiden yang mengabaikan hak-hak kaum pribumi. Ketika pandemi melanda,
pemerintah hanya sedikit memberikan bantuan kepada mereka. Vaksinasi pun
hanya mencakup penduduk sejumlah desa, yang cuma separuh dari total kaum
pribumi. Ketika Mahkamah Agung memerintahkan vaksinasi secara menyeluruh,
pemerintah menolak melakukannya dengan berbagai alasan. Pemerintah federal
baru melakukannya setelah Mahkamah berulang kali mengeluarkan perintah.

Salah satu kasus tragis terjadi di Amazonas pada Januari lalu. Pada akhir 2020,
pejabat setempat sudah memperingatkan pemerintah federal bahwa negara bagian
itu kekurangan pasokan oksigen bagi para pasien Covid-19. Bukannya memasok
bantuan oksigen, para pejabat Bolsonaro malah mengirim obat-obatan yang belum
terbukti sebagai obat Covid-19. Ketika pasokan oksigen habis, lusinan pasien pun
meninggal. Pemerintah federal juga mengirim obat-obatan tersebut ke penduduk
pribumi.

Komisi Covid-19 Senat telah menyerahkan laporannya kepada Jaksa Agung. Jika
didakwa secara resmi, Bolsonaro akan menghadapi ancaman hukuman 21-79
tahun penjara. Laporan tersebut juga akan dipresentasikan ke majelis rendah
Kongres, yang bisa mengarah pada proses pemakzulan terhadap Bolsonaro bila ia
terbukti melakukan pelanggaran.

Para senator pendukung Komisi khawatir bahwa upaya mendakwa Bolsonaro


akan menemui jalan buntu karena dibendung oleh para politikus pendukungnya.
Untuk itu, mereka mungkin akan membawa kasus kejahatan kemanusiaan
Bolsonaro ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, bila
sistem peradilan Brasil gagal menuntut sang Presiden dalam kasus penanganan
Covid-19.

Presiden Bolsonaro meremehkan laporan Komisi ini. “Ini lelucon,” tuturnya


dalam wawancara dengan stasiun radio Jovem Pan. Tapi dia mengakui laporan ini
akan menimbulkan banyak masalah. Bolsonaro menilai laporan itu akan
mempengaruhi ketidakpercayaan dunia luar yang akan mengganggu
perekonomian Brasil.

Sejak laporan itu dilansir, popularitas Bolsonaro turun. Sejak Januari hingga
Oktober, jumlah responden yang menilai pemerintahan Bolsonaro “buruk”
meningkat, dari 40 persen ke 53 persen. Adapun penilaian “baik” dan “luar biasa”
turun, dari 32 persen ke 22 persen, titik terendah sejak dia menjadi presiden pada
2019.

Brasil akan menggelar pemilihan presiden pada Oktober tahun depan dan
Bolsonaro berencana maju kembali. Turunnya popularitas ini adalah kabar buruk
bagi Bolsonaro karena, bila gagal terpilih sebagai presiden lagi, ia akan kehilangan
kekebalan untuk diadili.

Brasil Mahkamah Pidana Internasional ICC Korupsi Penanganan Covid-19


Presiden Brasil Jair Bolsonaro Vaksin Covid-19
Panas Akibat Kapal Selam
i
Perdana Menteri Marise Payne di Washington, D.C, Amerika Serikat, 28 Juli 2020. Brendan Smialowski/Pool via
REUTERS

Australia mencoba meredakan ketegangan politik di kawasan Asia Pasifik


setelah Aukus. .

Korea Utara kini menghadapi krisis pangan yang parah.

Taiwan meningkatkan latihan pasukan cadangannya di tengah gertakan Cina. .

Australia

Upaya Meredakan Keributan Setelah Aukus


MENTERI Luar Negeri Australia Marise Payne mengunjungi negara-negara Asia
Tenggara, termasuk Indonesia, mulai Jumat, 5 November lalu, untuk
mendinginkan situasi yang memanas setelah kesepakatan Australia dengan
Inggris dan Amerika Serikat dalam pembangunan kapal selam bertenaga nuklir
untuk Negeri Kanguru. Kesepakatan yang disebut Aukus itu memicu keributan di
kawasan Asia-Pasifik.

Indonesia dan Malaysia khawatir Australia akan melanggar kesepakatan


internasional mengenai larangan pengembangan senjata nuklir. Cina menilai
kesepakatan itu merusak stabilitas dan perdamaian di kawasan dan meningkatkan
perlombaan senjata. Prancis gusar karena kesepakatan itu membuat rencana
Australia membeli kapal selamnya batal.

Menteri Keuangan Australia Simon Birmingham menekankan bahwa negaranya


perlu bertindak sesuai dengan kepentingan mereka meskipun membuat gusar
Prancis. “Terus terang saja Australia lalai, dengan perubahan saran kami tentang
persyaratan kemampuan pasukan pertahanan kami, untuk terus maju tanpa
mengejar opsi alternatif tenaga nuklir,” katanya kepada stasiun radio ABC.

Korea Utara

Krisis Pangan Menjelang Musim Dingin


PEMERINTAH Korea Utara meminta rakyatnya “mengencangkan ikat pinggang”
dalam menghadapi krisis pangan, tapi masyarakat khawatir mereka tak mampu
melewati musim dingin tahun ini. “Masalah, seperti lebih banyak anak yatim-
piatu di jalanan dan kematian karena kelaparan, terus dilaporkan,” ujar Lee Sang-
yong, Pemimpin Redaksi Daily NK, kepada BBC pada Jumat, 5 November lalu.

Dalam laporan yang baru dirilis, Badan Pangan Dunia (FAO) menyatakan sekitar
10,9 juta orang atau 42,4 persen populasi negeri itu kekurangan gizi selama 2018-
2020. Badan PBB tersebut memasukkan Korea Utara ke daftar 44 negara yang
membutuhkan bantuan pangan dari luar. FAO juga memproyeksikan bahwa negeri
itu akan kekurangan sekitar 860 ribu ton makanan tahun ini, yang setara dengan
sekitar 2,3 bulan kebutuhan pangan mereka.

Korea Utara dilanda krisis pangan setelah menutup perbatasan dengan Cina dan
Korea Selatan untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19 tahun lalu.
Keadaan bertambah buruk karena separuh hasil panen padi dan jagung tahun lalu
rusak akibat badai. Untuk memastikan panen tahun ini lancar, pemerintah
mengerahkan 10 ribu orang, termasuk tentara, untuk membantu para petani.

Taiwan

Perkuat Pertahanan di Tengah Gertakan Cina

Tentara Taiwan mengajari warga masyarakat cara membidik dan menembak menjelang perayaan
Hari Nasional di Kaohsiung, Taiwan, 9 Oktober 2021. REUTERS/Ann Wang

KEMENTERIAN Pertahanan Taiwan mengatakan pada Selasa, 2 November lalu,


bahwa mereka akan meningkatkan latihan pasukan cadangannya, termasuk
menggandakan latihan tempur karena Cina meningkatkan kegiatan militer di
dekat negeri itu. Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng menggambarkan
situasi itu sebagai “yang paling serius” dalam lebih dari 40 tahun terakhir dan
meminta tambahan anggaran militer.

Ketegangan antara Taiwan dan Cina, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari
wilayah kedaulatan mereka, meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Pesawat
tempur Cina dilaporkan telah berkali-kali memasuki zona identifikasi pertahanan
udara Taiwan. Cina meningkatkan misi pesawat tempurnya di udara Taiwan sejak
medio 2020 ketika hubungan diplomatik Taiwan semakin dekat dengan Amerika
Serikat.

Shane Lee, pensiunan profesor ilmu politik dari Chang Jung Christian University
di Taiwan, mengatakan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Cina di
bawah pimpinan Presiden Xi Jinping meningkatkan misi pesawat tempurnya di
udara Taiwan agar terlihat kuat di dalam negeri sambil memperingatkan Taiwan
dan sekutu Barat-nya untuk tidak meremehkan Beijing. “Saya tidak berpikir
(invasi) akan terjadi, tapi Xi Jinping harus melakukan sesuatu untuk meredakan
beberapa ketegangan domestik,” tuturnya kepada VOA.

Cina Nuklir Korea Utara Krisis Pangan Taiwan Australia


Wawancara Arsjad Rasjid

Bersama Luhut Pandjaitan dan Erick Thohir, Arsjad Rasjid terseret dalam
polemik bisnis tes PCR. .

Arsjad menggagas pembentukan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) dan


mengajak Luhut dan kakak Erick, Boy Thohir, sebagai pendiri.

Arsjad membentuk GSI sebagai perseroan terbatas ketimbang yayasan dengan


alasan sebagai perusahaan sosial. .

MOHAMMAD Arsjad Rasjid sedang berada di Eropa ketika pemberitaan tentang


bisnis tes polymerase chain reaction (PCR) menghebohkan publik. Di sela
konferensi iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, awal November lalu, Ketua
Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia itu bertemu dengan Menteri
Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. “Dia tertawa
dan bilang, ‘Pak Arsjad, tanggung jawab kau’, he-he-he....” tutur Arsjad, 51
tahun, dalam wawancara khusus dengan Tempo, Jumat, 5 November lalu.

Nama Arsjad dan Luhut disebut dalam laporan utama majalah Tempo edisi 1-7
November 2021 mengenai keputusan pemerintah yang mewajibkan tes PCR bagi
penumpang penerbangan. Publik mempersoalkan keputusan itu meski pemerintah
sudah menurunkan harganya. Tempo menemukan nama Luhut, Arsjad, hingga
Garibaldi Thohir—kakak Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir—
terjun dalam bisnis tes usap tersebut.

Arsjad membenarkan bahwa ia menggagas pembentukan PT Genomik Solidaritas


Indonesia (GSI) pada April 2020. Perusahaan ini menjalankan unit bisnis GSI Lab
yang bergerak di bidang layanan tes usap PCR dan antigen. Dalam mendirikan
perusahaan itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Indika untuk Indonesia ini
mengajak kolega bisnisnya, antara lain Boy Thohir—sapaan Garibaldi; pendiri
firma investasi Northstar Group, Patrick Sugito Walujo; hingga Luhut, yang
disampaikan melalui keponakannya, Pandu Patria Sjahrir. Yayasan Indika untuk
Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas PT GSI. “Saya enggak ngerti
mengapa bisa meledak seperti ini. Saya benar-benar kaget dan saya merasa
bersalah karena saya yang memulainya,” ujar Arsjad.

Melalui konferensi video, Arsjad yang sedang berada di Dubai, Uni Emirat Arab,
menerima wartawan Tempo, Bagja Hidayat, Sapto Yunus, Mahardika Satria Hadi,
dan Abdul Manan. Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk ini menceritakan
awal mula pembentukan PT GSI, terseretnya nama Luhut dan Erick, hingga
dugaan konflik kepentingan dalam bisnis tes PCR.

Bagaimana ceritanya Anda terjun ke bisnis tes PCR?

Saya pertama kali menjalani tes PCR pada Maret 2020. Itu pertama kali dalam
hidup saya. Waktu itu kebetulan setelah ibu saya meninggal. Memang sudah ada
nuansa Covid-19. Banyak orang yang menghadiri acara tujuh harian ibu saya.
Oleh anggota staf kantor, saya disarankan untuk menjalani tes PCR. Saya dan
pemimpin Indika menjalani tes di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana,
Jakarta Pusat. Saat itu harganya, kalau tidak salah, Rp 4 juta. Hasilnya baru keluar
tujuh atau sepuluh hari. Malah ada salah satu anggota direksi Indika setelah dites,
hasilnya belum keluar, dia masuk rumah sakit. Sudah pakai ventilator baru keluar
hasil tes PCR-nya. Waktu saya tanya kenapa hasilnya lama, ternyata kita tidak
punya banyak (laboratorium) PCR.

Apa tindak lanjutnya setelah itu?

Suatu hari saya ngobrol dengan Pak Doni Monardo (mantan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19). Saya tanya apa saja tantangan dalam menghadapi
pandemi. Kami mencoba membantu. Salah satunya waktu itu enggak ada
laboratorium PCR. Kalau tidak salah kapasitas seluruh Indonesia hanya 10 ribu
sampel per hari. Pak Doni bilang ke saya, “Misalnya Mas mau bantu, bangun
laboratorium untuk PCR karena kita perlu untuk testing.” Ceritanya bermula dari
situ.

Berapa kapasitas laboratorium tes PCR yang dibutuhkan saat itu?

Pak Doni menjawab kalau bisa 10 ribu membantu banget. Kita perlu testing
semuanya. Tapi khususnya di Jakarta dulu. Idenya berawal dari situ. Tadinya juga
saya enggak tahu yang namanya PCR. Kebetulan kami punya perusahaan Medika
Plaza. Ada dokter Nino Susanto di situ. Saya tanya tentang PCR. Dari situ saya
mulai mengerti. Saya juga berdiskusi dengan seorang profesor lulusan Harvard
University, Amerika Serikat, yang kuliah di University of Oxford, Inggris.
Kebetulan waktu itu dia mengunjungi Indonesia. Saya diajari tentang PCR.

Bagaimana ide awal pembentukan PT Genomik Solidaritas Indonesia?

Itu inisiasinya oleh Yayasan Indika untuk Indonesia. Kebetulan saya Ketua
Dewan Pembina Yayasan Indika untuk Indonesia. Saya minta dokter Nino dan
profesor dari Oxford mencari mesin dan reagennya. Waktu itu mesinnya rebutan.
Ada dari Cina, Korea Selatan, Amerika Serikat, hingga Jerman. Akhirnya kami
mendapatkannya dari Korea Selatan. Tidak mudah karena semua orang di dunia
ingin mendapatkan mesin PCR. Dari situ saya terpikir untuk mengajak teman-
teman yang lain.
Mohammad Arsjad Rasjid saat wawancara dengan Tempo via konferensi video, 5 November
2021/Tangkapan Layar: TEMPO/ Jati Mahatmaji

Siapa saja yang Anda ajak?

Pertama saya telepon Pak Boy (Thohir). “Boy, ayo bantu.” Setelah itu, saya
telepon Pandu (Sjahrir). Pandu mengajak Pak Luhut. Terus ada Patrick Walujo
yang ikut membantu. Bapak-bapak ini ikut-ikutan saja semua. Saya terbuka
karena konsepnya adalah solidaritas. Makanya namanya PT Genomik Solidaritas
Indonesia. I actually created that name. Karena dalam konteks solidaritas, saya
ingin ini adalah solidaritas kita bersama. Sambil berjalan akhirnya kami
mendirikan perseroan terbatasnya.

Berapa modal yang terkumpul untuk membangun infrastruktur


laboratorium dan menyiapkan tenaganya?

Cukup untuk belanja modal. Harga barangnya pada waktu itu mahal. Mesin-mesin
PCR kami bisa untuk genomic sequencing guna mendeteksi varian-varian virus.
Kami adalah salah satu laboratorium terbesar yang bisa mendeteksi varian delta di
Indonesia. Bisa tanya Pak Budi (Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin). Saat
itu enggak ada yang menanyakan bagaimana balik modalnya. Saya mengatakan,
“Tolong, ya, kita perlu membangun ini. Kita perlu modal sekian.”

Kapan persisnya PT GSI beroperasi?

Kalau tidak salah April 2020. Saya masih ingat waktu itu ada diskusi Pak
Presiden bicara ingin target tes PCR sebanyak 20 ribu atau 30 ribu per hari.

Sejak kapan GSI Lab mulai melakukan pengetesan PCR?

Mulai Agustus 2020. Kami inginnya lebih cepat lagi, tapi mencari barangnya
susah.

Ketika mengajak Luhut Pandjaitan, apakah Anda tidak terpikir bahwa hal
ini kelak bisa menimbulkan persoalan?

Saya sama sekali tidak kepikiran. Semua hanya bilang, ayo bantu. Saya tidak
melihat Pak Luhut sebagai seorang menteri dan segala macam. Mungkin ini
memang salah saya. Saya terus terang enggak mikirin itu. Kami chip in sama-
sama.
Dua perusahaan yang terafiliasi dengan Luhut Panjaitan, yaitu PT Toba
Sejahtra dan PT Toba Bumi Energi, disebut menjadi pemegang saham PT
GSI. Berapa persen andilnya?

Nanti saya akan berikan struktur persahamannya.

Dalam akta PT GSI tercatat para pendiri menyetorkan modal Rp 2,960


miliar ekuivalen dengan 2.969 lembar saham. Benarkah Yayasan Indika
untuk Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas PT GSI dengan 932
lembar saham senilai Rp 932 juta?

Saya nanti kasih data exact-nya supaya enggak salah.

(Melalui pesan WhatsApp, anggota staf Arsjad Rasjid, Kiki Paruntu,


menyebutkan seluruh modal awal, persentase kepemilikan saham, dan jumlah tes
PCR yang telah dilakukan GSI sudah pernah diterbitkan dalam berita berjudul
“Staf Khusus Erick Thohir: Kalau Tidak Pakai PCR, BUMN Untung” di
Tempo.co, 2 November 2021. Kiki menyebutkan informasi mengenai revenue dan
profit GSI yang merupakan perusahaan terbatas tidak dapat diungkapkan ke
publik.)

Kapan Anda pertama kali mengetahui pemberitaan ini?

Saya waktu itu sedang muter di Eropa. Dari Roma, saya ke London, lalu ke
Glasgow.

Apakah Anda sempat berkomunikasi dengan Luhut Pandjaitan atau Erick


Thohir ketika persoalan ini muncul di media massa dan ramai
diperbincangkan publik?

Kebetulan kami bertemu di Glasgow.

Apa reaksi Pak Luhut sewaktu bertemu dengan Anda?

Dia ketawa dan bilang, “Pak Arsjad, tanggung jawab kau.” He-he-he…. Kami
memang sudah tidak pernah lagi ngomongin ini sejak awal mendirikan PT GSI.

Bagaimana dengan Erick Thohir?

Pak Erick tanya, “Sjad, ini gimana?” “Gua juga enggak tahu,” kata saya. Saya
waktu awal itu enggak mengajak ngomong Pak Erick. Saya cuma berbicara
dengan Boy. Malah saya ngomong sama Erick gara-gara (pemberitaan) ini.

Luhut dan Erick dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi atas dugaan


terlibat bisnis tes PCR. Bagaimana tanggapan Anda?

Saya bilang ini gila. Sorry to say, tapi berlebihan, lah. Ya, ampun. Ya, Allah.

Jika tujuan pendirian GSI untuk membantu meningkatkan pengetesan,


mengapa bentuknya perseroan terbatas?

Kalau mungkin dulu tahu bakal begini, saya bilang ke teman-teman bikin yayasan
saja. Karena waktu itu tarik-menariknya mau bikin yayasan atau PT. Saya yang
minta PT supaya sustainable tapi sosial. Saya berpikir ini soal giving back, it's not
taking back. Saya dari awal ngomong ke karyawan bahwa ini adalah perusahaan
sosial. Salah saya, entitasnya memang belum ada.

Mengapa tidak dibikin dalam bentuk yayasan?


Seharusnya yayasan. Tapi saya enggak mau yayasan karena fleksibilitasnya
enggak ada. Saya sebetulnya ingin menjadikan (PT GSI) ini sebagai contoh
perusahaan sosial dalam konteks mendorong pembuatan Undang-Undang
Kewirausahaan Sosial. Perusahaan sosial di Indonesia belum dikenali secara
hukum. Kalau di Amerika Serikat namanya B Corp. Di Singapura dan Inggris
juga ada PT sosial.

Apa yang membedakan yayasan dengan perusahaan sosial?

Kalau lembaga filantropi uangnya habis. Tapi PT sosial berkelanjutan. Memang


harus ada profit supaya ada sustainability. Jadi orang enggak memasukkan uang
lagi dan lagi (seperti yayasan). Uang di PT sosial bisa diputar terus untuk
kepentingan misi yang kami mau jalankan. Inilah kesepakatan di antara para
pemegang saham.

Tidak ada pembagian dividen untuk para pemegang saham?

Sebagian besar profit akan lari kembali pada misinya. Artinya, uang itu digunakan
untuk investasi lagi, dalam hal ini khusus untuk keperluan kesehatan, misalnya
genomic sequencing. Pembagian dividen disepakati harus lebih kecil dibanding
dana yang dipakai untuk kepentingan misinya.

Setelah menuai protes dari masyarakat, pemerintah akhirnya menurunkan


harga tes PCR menjadi Rp 275 ribu di Jawa-Bali dan 300 ribu untuk
wilayah selain itu. Bagaimana Anda merespons kebijakan ini?

Kami kaget ketika ada keputusan itu. Kami enggak pernah mempengaruhi
keputusan (pemerintah).

Bagaimana reaksi para pengusaha yang bernaung di bawah Kamar Dagang


dan Industri Indonesia?

Ada yang merasa bahwa itu kemurahan. Ada yang merasa mereka baru memulai
bisnisnya (tes PCR). Ada suara-suara itu.

Apakah pemerintah tidak berkomunikasi dengan Kadin sebelum


menurunkan harga tes PCR?

Tidak pernah dikomunikasikan.

Publik beranggapan pejabat publik yang namanya terseret dalam bisnis tes
PCR ini telah menangguk untung besar. Bagaimana Anda menyikapi
terjadinya konflik kepentingan tersebut?

Kalau bicara konflik kepentingan, market share PT GSI berapa sih dibanding total
semua kapasitas yang ada hari ini? Ketika dulu di awal memang sedikit
(perusahaan yang berbisnis tes PCR). Tapi hari ini kami hanya kecil daripada total
market yang ada. Pada akhirnya pemerintah menurunkan harganya. Jadi saya
enggak mengerti mengapa bisa meledak seperti ini. Saya benar-benar kaget dan
saya merasa bersalah karena saya yang memulainya, bukan mereka. Jadi saya
merasa bertanggung jawab.

MOHAMMAD ARSJAD RASJID P. MANGKUNINGRAT


• Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 16 Maret 1970 • Pendidikan: Computer
Engineering di University of Southern California, Amerika Serikat (1990);
Bachelor of Science in Business Administration di Pepperdine University,
California (1993) • Karier: Direktur Utama dan CEO Grup PT Indika Energy
Tbk (2005-2013), Komisaris PT Petrosea Tbk (2013-2015), Komisaris Utama PT
Petrosea Tbk (2015-2016), Komisaris Utama PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk
(2010-2017), Komisaris Utama PT Indika Infrastruktur Investindo (sejak Juni
2020), Komisaris Utama PT Indika Multi Properti (sejak Oktober 2019),
Komisaris PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering
(sejak April 2021), Komisaris PT Indika Inti Corpindo (sejak Juni 2020),
Komisaris PT Grab Teknologi Indonesia (sejak 2020), Komisaris PT Net
Mediatama Televisi (2014-2020), Komisaris Kideco (sejak Februari 2017),
Komisaris PT Indika Infrastruktur Energi (sejak Desember 2016), Komisaris PT
Rukun Raharja Tbk (sejak Juni 2014), Ketua Dewan Pembina Yayasan Indika
untuk Indonesia (sejak Februari 2017), Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk
(sejak April 2016), Pendiri PT Genomik Solidaritas Indonesia (2020) •
Organisasi: Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang
Pengembangan Pengusaha Nasional (2017-2021), Ketua Umum Kadin Indonesia
(sejak Juli 2021).

Meskipun pangsa pasar PT GSI kecil, keberadaan nama pejabat negara


dalam struktur pemegang saham perusahaan telah memicu kontroversi….

Di dalam bisnis, kita akan bertemu dengan conflict of interest. Makanya harus
diatur dalam tata kelola perusahaan yang baik. Jika Anda memiliki konflik
kepentingan, Anda harus mendeklarasikannya. Kalau dibilang konflik
kepentingan selalu enggak boleh, semua orang akan sulit. Di Amerika, di mana-
mana seperti itu. Kita pasti bertemu dengan konflik kepentingan, hanya harus
diatur dengan baik.

Dalam konteks PT GSI, apakah Anda menilai telah terjadi konflik


kepentingan dengan masuknya nama pejabat negara ke struktur pemegang
saham?

Kepemilikan kami cuma yayasan. Seperti Boy di Yayasan Adaro. Menurut saya
itu terlalu jauh. Saya tidak tahu struktur PT-nya Pak Luhut. Cuma dia berada di
ujung. Masak dia yang sebelumnya menjadi pengusaha enggak boleh jadi
pemegang saham? Kan, susah. Saya melihatnya ini bukan conflict of interest, tapi
semacam ada “related party” di dalam situ. Apakah kami membuat keputusannya
dan kami diuntungkan? Tidak. Dan berapa banyak (uang) yang kita bicarakan?
Pak Luhut hanya di awal saja. Pak Erick enggak pernah sama sekali. Saya tidak
ikutan dalam manajemen GSI Lab.

Bagaimana melepaskan dugaan konflik kepentingan ketika nama Luhut


masih tercatat dalam akta perusahaan itu?

Memangnya enggak boleh punya saham di perusahaan? Di sini kita juga salah lho
kalau begitu. Berarti orang yang tadinya pengusaha dan bekerja di pemerintahan
mau mengabdi enggak boleh dan harus menjual semua (sahamnya). Kan, enggak
juga. Nanti bagaimana uangnya? Dia kan mesti hidup juga. Yang paling penting
adalah dana tersebut datangnya dari mana. Bagaimana uang itu dikumpulkan dari
awal? Dan ujungnya mesti dilihat, sumber pendanaannya dari mana.

Anda tidak melihat konflik kepentingan sebagai masalah yang serius di


Indonesia?

Conflict of interest, ya, ada, tergantung kasus-kasusnya. Saya tidak mengatakan


tidak menjadi masalah. Ini menjadi masalah bukan hanya di Indonesia. Ada
konflik kepentingan, tapi bagaimana kita membuat peraturan atau mengelola
proses benturan kepentingan itu.

Tes PCR Tes Covid-19 Pandemi Arsjad Rasjid Luhut Pandjaitan Erick Thohir
Kamar Dagang dan Industri Indonesia | Kadin
Inkonsistensi Aturan Tes PCR
i

Warga antri untuk melakukan test swab PCR (Polymerase Chain Reaction) di pelataran RS. Muwardi, Solo, Jawa Tengah,
1 November 2021. TEMPO/Bram Selo

Pejabat Indonesia di balik bisnis besar tes PCR.


.

Penangkapan teroris di Lampung.

Deforestasi penyebab banjir bandang Batu, Jawa Timur.


.

PEMERINTAH kembali mengubah aturan tes PCR atau polymerase chain


reaction untuk penumpang pesawat. Kini penumpang cukup menunjukkan hasil
tes antigen. “Untuk Jawa dan Bali, perjalanan udara tak lagi menggunakan tes
PCR,” kata Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Muhadjir Effendy, Senin, 1 November lalu.

Menurut Muhadjir, perubahan aturan syarat perjalanan itu mempertimbangkan


angka penularan kasus Covid-19 nasional yang terus menurun. Cakupan vaksinasi
Covid-19 juga dinilainya cukup untuk mengantisipasi penularan virus saat libur
Natal dan tahun baru.

Dalam sebulan terakhir, pemerintah tiga kali mengubah syarat perjalanan pada
masa pandemi Covid-19. Sebelum aturan terbaru, pemerintah mewajibkan
penumpang perjalanan udara di Pulau Jawa-Bali memperlihatkan hasil negatif tes
PCR. Sedangkan penumpang calon penumpang di luar dua pulau itu bisa
menggunakan tes antigen.

Perubahan aturan itu bersamaan dengan terbitnya laporan majalah Tempo yang
menunjukkan sejumlah perusahaan jasa layanan PCR dimiliki oleh pejabat,
politikus, dan pengusaha besar. Misalnya Menteri Koordinator Kemaritiman dan
Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memiliki saham di PT Genomik Solidaritas
Indonesia (GSI).

Luhut Pandjaitan mengklaim tak pernah mengambil keuntungan dari bisnis yang


dijalankan PT GSI. “GSI bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham,”
ujar Luhut.

Peneliti dari lembaga nirlaba LaporCovid-19, Irma Handayani, mengatakan


pemerintah tidak menjadikan sains kesehatan masyarakat sebagai pertimbangan
syarat perjalanan. “Dibuatnya aturan untuk perjalanan ini demi kepentingan
ekonomi elite saja,” ucap Irma.

Wana Alamsyah, peneliti dari Indonesia Corruption Watch, menilai pemerintah


tak pernah menjelaskan detail komponen harga tes PCR. Wana menyebutkan
ketidaktransparanan itu menjadi peluang bagi kelompok tertentu untuk mengail
keuntungan berlebihan saat wabah.

Manipulasi Opini Pasukan Siber


LEMBAGA Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
(LP3ES) merilis hasil riset soal pasukan siber seperti buzzer serta manipulasi
opini publik di Indonesia. Profesor antropologi dari University of Amsterdam,
Ward Berenschot, mengatakan pasukan siber awalnya menjadi relawan atau
anggota tim sukses pada masa kampanye. Mereka kemudian berubah menjadi
pendengung pelbagai isu.

“Jaringan di Indonesia biasanya berkomunikasi hanya lewat WhatsApp dan e-


mail,” kata Berenschot, yang terlibat dalam riset, Senin, 1 November lalu.
Menurut dia, kubu Joko Widodo ataupun Prabowo Subianto menggunakan
pasukan siber pada pemilihan presiden 2019 dengan memperkuat citra,
menyerang lawan dengan berita palsu, dan membuat survei abal-abal.

Mantan juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Irma Suryani
Chaniago, membantah jika disebut menggunakan hoaks dalam berkampanye.
“Kami menggunakan cara yang konstruktif,” ujarnya.

Aset Tommy Soeharto Disita


Satgas BLBI saat menyita aset PT Timor Putra Nasional di Kawasan Industri Mandalapratama
Permai, Dawuan, Cikampek, Karawang, pada Jumat pagi, 5 November 2021. Istimewa

SATUAN Tugas Penanganan Hak Tagih Negara Dana Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia atau BLBI menyita aset milik Hutomo Mandala Putra alias Tommy
Soeharto, Jumat, 5 November lalu. Aset berupa tanah seluas 124 hektare itu
berada di Kawasan Industri Mandala Putra, Dawuan, Cikampek, Karawang, Jawa
Barat. Nilainya sekitar Rp 600 miliar.

Lahan tersebut milik Tommy melalui PT Timor Putra Nasional yang sempat
dijaminkan ke negara karena menanggung utang BLBI. “Kami perlu menyita dan
statusnya segera dibaliknamakan atas nama negara,” kata Menteri Koordinator
Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md.

Satgas telah memanggil Tommy guna menyelesaikan utang BLBI senilai Rp 2,33
triliun. Sekretaris pribadi Tommy, Alan Sumual, tak memberikan tanggapan soal
penyitaan tersebut.

Densus 88 Tangkap 4 Terduga Teroris


DETASEMAN Khusus 88 Antiteror menangkap empat terduga teroris di
Lampung pada Jumat, 5 November lalu. Mereka diduga terlibat jaringan Jamaah
Islamiyah. “Mereka ditangkap di berbagai tempat,” kata Kepala Bagian
Penerangan Hukum Kepolisian RI Komisaris Besar Ahmad Ramadhan.

Salah satu terduga teroris berinisial S, 47 tahun, ditangkap di rumahnya di


Penengahan, Lampung Selatan. Ia diduga mengikuti pelatihan fisik di wilayah
Lampung dan Jawa serta membantu menyembunyikan beberapa buron teroris.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Lampung Komisaris Besar Zahwani


Pandra Arsyad mengatakan Densus 88 juga menyita 791 kotak amal di Lembaga
Amil Zakat Baitul Maal Abdurrahman bin Auf. Menurut Ramadhan, dana dari
kotak amal itu digunakan untuk mengirim kader Jamaah Islamiyah ke Suriah,
Irak, dan Afganistan.

Banjir Menghantam Kota Batu


Rumah yang rusak akibat banjir bandang di Bulukerto, Kota Batu, Jawa Timur, 5 November 2021.
ANTARA/Zabur Karuru

BANJIR bandang menerjang sejumlah desa di Kota Batu, Jawa Timur, pada
Kamis, 4 November lalu. Enam orang meninggal dan lebih dari 140 orang
mengungsi. Banjir juga merusak 17 rumah dan 32 kendaraan.

Sejumlah aktivis lingkungan menduga banjir bandang tak hanya disebabkan oleh
curah hujan tinggi. Ketua Protection of Forest and Fauna (Profauna) Rosek
Nursahid mengatakan faktor utama pemicu bah adalah alih fungsi hutan lindung
di lereng Gunung Arjuno. “Sekitar 90 persen tutupan hutan lindung di lereng
Gunung Arjuno telah habis,” kata Rosek.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Timur menyebutkan kerusakan hutan


di Kota Batu terjadi dalam 20 tahun terakhir. Adapun Wakil Wali Kota Batu
Punjul Santoso enggan berkomentar soal penyebab banjir. “Saya masih menunggu
kajian tim teknis,” ujarnya.

Tes PCR PCR Satgas BLBI BLBI Banjir Bandang Tommy Soeharto Jamaah
Islamiyah Densus 88 Kota Batu
Malam Warna-warni Kebun Botani
i

Suasana lampu-lampu dihiburan malam Glow, di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Juli 2021/glowindonesia.com

Glow, wisata malam dengan pertunjukan lampu warna-warni di Kebun Raya


Bogor, tidak memiliki basis kajian ilmiah. .

Wisata malam itu malah berbahaya bagi pohon dan tumbuhan.

Apa dampaknya bagi satwa liar Kebun Raya Bogor? .

GAPURA bambu di jalan masuk Taman Meksiko di Kebun Raya Bogor, Jawa
Barat, membuat penasaran Melani Abdulkadir-Sunito. Pada Agustus lalu,
pengajar di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor atau IPB University ini
berkunjung ke sana setelah kebun botani 204 tahun itu lima bulan tutup akibat
Covid-19. Taman kaktus itu masih tutup karena direnovasi, begitu pula Taman
Akuatik di bawahnya. “Pagar penutupnya bertulisan ‘semua akan indah pada
waktunya’. Makin penasaran,” kata Melani, Kamis, 28 Oktober lalu.

Rasa penasaran Melani terjawab dalam kunjungan berikutnya, sepekan kemudian.


“Pengelola Kebun Raya Bogor (PT Mitra Natura Raya) telah memasang papan
info mengenai Glow di sana-sini,” ujar pendiri dan peneliti Samdhana Institute,
lembaga non-pemerintah bidang pengelolaan sumber daya alam berbasis
masyarakat. “Waktu itu anak saya mengatakan, ‘Ma, rasanya ini bukan rumahku
lagi’,” tutur Melani mengenai respons anaknya atas perubahan di Kebun Raya
Bogor.

Melani mendapati di Taman Akuatik bertebaran lampu bola yang mengapung di


kolam. Lampu-lampu lilin juga ditancapkan di dekat tanaman air. Ada kafe
berbentuk kubus. Jalan tanah dan rerumputan berganti dengan pelataran semen.
Taman Meksiko tak kalah meriah. Ada kafe yang tampak seperti rumah pueblo.
Tiang-tiang berwarna hijau yang memiliki lampu sorot dan penembak laser
ditempatkan di beberapa titik koleksi.

Melani menuangkan kegundahan itu dalam tulisan di laman Facebook miliknya


pada 30 Agustus lalu. “Glow, ‘wisata malam bernuansa digital, inovasi baru,
sensasi jelajah ditemani instalasi lampu gemerlap’ adalah keserakahan. Nilai
konservasi Kebun Raya Bogor melorot, hak hidup tetumbuhan dan makhluk lain
disingkirkan atas nama hiburan milenial dan pendapatan,” tulis Melani. Sebanyak
180 akun berkomentar. Sebagian memintanya membuatkan petisi online.

Suasana zona Meksiko, yang akan menjadi salah satu Zona GLOW, di Kebun Raya Bogor, Jawa
Barat, 5 November 2021/Tempo / Dika Yanuar

Petisi “Stop Glow-Dukung WHS KRB” pun meluncur di laman Change.org pada


27 September lalu. Dua pekan sebelumnya, muncul petisi lain yang diusung oleh
Pamong Budaya Bogor. Mereka mendesak Wali Kota Bima Arya membatalkan
Glow di Kebun Raya Bogor. Menurut mereka, kebun raya itu adalah aset negara
yang memiliki nilai nonmateriil, yaitu penelitian, kebudayaan, dan sejarah, serta
menjadi tempat sakral masyarakat Pasundan, Galuh, Pakwan, dan Pajajaran.

Dedy Darnaedi, Kepala Kebun Raya Bogor (KRB) periode 1997-2003, mengaku
mendapat banyak pertanyaan dan keluhan dari berbagai kalangan masyarakat
mengenai KRB . Ia pun mengajak empat mantan Kepala KRB lain, Made Sri
Prana (1981-1983), Usep Soetisna (1983-1987), Suhirman (1990-1997), dan
Irawati (2003-2008), membuat surat untuk meneruskan aspirasi masyarakat itu.
Surat bertajuk “Menjaga Marwah Kebun Raya” yang ditujukan kepada Sekretaris
Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu kemudian viral di grup
WhatsApp.

“Awalnya kami menyerahkan keputusan ke pimpinan untuk meninjau. Namun


sekarang sudah banyak bukti literatur yang mengatakan artificial light at night
(ALAN) itu berdampak negatif bagi ekosistem. Tidak ada satu paper pun yang
mengatakan ALAN menguntungkan,” kata Dedy saat ditemui, Ahad, 31 Oktober
lalu. “Jadi kami cenderung mengatakan jangan diadakan (Glow). Stop saja, masih
banyak alternatif,” ucap Direktur Center for Sustainable Use of Tropical Plants
Resources Studies Universitas Nasional, Jakarta, ini.

Bukti literatur yang dimaksud Dedy adalah hasil riset oleh sejumlah peneliti di
luar negeri mengenai dampak ALAN bagi tumbuhan dan hewan. Rektor IPB
University Arif Satria membenarkan kabar bahwa Wali Kota Bogor meminta
kampusnya mengkaji dampak Glow di KRB terhadap ekosistem. Arif mengatakan
waktu yang diberikan sangat singkat sehingga pihaknya membuat kajian cepat.
"Kajian cepat berdasarkan data sekunder, termasuk pengalaman di negara lain,"
tuturnya, Selasa, 26 Oktober lalu.

Salah satu literatur yang ditelaah IPB adalah laporan riset Jonathan Bennie dari
University of Exeter, Inggris, yang dipublikasikan di Journal of Ecology pada
2016. Menurut kajian itu, ALAN bisa mengubah ritme jam biologis tumbuhan.
Bila ada cahaya buatan pada malam yang seharusnya gelap, terjadi fotosintesis.
Akibatnya, laju alokasi hasil fotosintesis menurun. Jika terjadi dalam waktu lama,
hal itu akan menyebabkan metabolisme sel tumbuhan terganggu dengan gejala
kerontokan daun hingga berujung kematian.

Penelitian Kwak Myeong-ja dari Department of Environmental Horticulture


University of Seoul, Korea Selatan, juga menjadi referensi IPB. Riset yang
dipublikasikan dalam jurnal Forest pada 2018 itu menyebutkan keberadaan
ALAN untuk jangka panjang sangat memungkinkan bagi munculnya ekspresi
sifat yang sebelumnya tidak pernah ada. Sebab, ALAN menjadi faktor lingkungan
yang menyebabkan tumbuhan mengalami stres.

Gerbang Masuk untuk memulai Glow Experience, di Kebun Raya Bogor, 5 Nopember
2021/Tempo/Dika Yanuar

Wali Kota Bogor Bima Arya dalam suratnya kepada Ketua Aliansi Komunitas
Budaya Jawa Barat yang salinannya menyebar di kalangan wartawan
menjelaskan, berdasarkan kajian IPB, Glow berpotensi memberikan dampak
terhadap ekosistem KRB, lingkungan di luar KRB, dan Kota Bogor. Dalam surat
yang ditembuskan kepada Kepala BRIN dan pemimpin PT Mitra Natura Raya itu,
Bima meminta keduanya mengevaluasi konsep Glow bersama IPB. PT Mitra
Natura Raya juga diminta menghentikan operasi Glow selama evaluasi.

Director Sales and Marketing PT Mitra Natura Raya Michael Bayu Sumarijanto
mengatakan sangat menghormati keputusan Wali Kota Bima Arya. “Namun kami
sepenuhnya mengikuti keputusan BRIN,” kata Bayu menjawab surat Tempo,
Sabtu, 6 November lalu. “BRIN melakukan kajian bukan hanya mengacu pada
literatur, tapi melakukan kegiatan penelitian langsung di lokasi Glow,” ujarnya.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyatakan tidak menerima tembusan surat
Wali Kota Bogor itu. Ihwal permintaan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap
Glow, Handoko sangat setuju. “Yang saya suruh diriset itu bukan hanya Glow.
Riset juga lampu-lampu di sekeliling KRB ini yang sangat terang setelah ada jalur
pedestrian,” ucap Handoko saat ditemui di Hotel Royal, Bogor, Selasa, 2
November lalu. “Itu harus diteliti supaya saya punya basis, panduan untuk semua
kebun raya dan taman kota.”

Menurut Handoko, Glow adalah ide PT Mitra Natura Raya sebagai wisata edukasi
bagi pengunjung KRB. “Seingat saya, ide Glow itu 2020. Mereka sudah
mengurus izin ke Istana dan sebagainya. Karena mau buka Kebun Raya Bogor
untuk malam juga,” tuturnya. “Saya tanya, mengapa Glow? Mereka bilang
banyak kebun raya di dunia melakukan itu. Edinburgh, Perth, New York, macam-
macam. Singapura sudah jelas.”

Tempo mengecek ke Singapore Botanic Garden yang menjadi rujukan PT Mitra


Natura Raya dan BRIN untuk menggelar Glow. Kebun botani tropis 162 tahun itu
pernah membuat proyek pilot pertunjukan lampu di malam hari pada 2012, tapi
kabar proyek tersebut tak pernah terdengar lagi. “Singapore Botanic Garden tidak
memiliki kegiatan malam terorganisasi, termasuk pertunjukan cahaya,” kata Ng
Li-San, Direktur Komunikasi Dewan Taman Nasional Singapura, menjawab surat
elektronik Tempo, Jumat, 5 November lalu.

Handoko tidak menjawab jelas ketika ditanyai apakah ide Glow sudah dilengkapi
kajian ilmiah. “Waktu itu sejujurnya saya tanya, problem enggak? Ini kan kebun
raya. (Kata mereka) yang lain juga melakukan’,” ujarnya. Menurut dia, dalam
soal Glow, ada satu sisi yang menganggapnya berpotensi merusak ekosistem.
“Sisi yang lain mengatakan tidak ada masalah. Kebun raya itu kan taman kota.
Kebun raya itu artifisial, jadi tidak ada ekosistem alami,” ucap mantan Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tersebut.
Pernyataan Handoko tentang tidak adanya ekosistem alami di KRB berbeda 180
derajat dengan kajian cepat IPB University. Menurut telaah IPB, selama
perjalanan lebih dari 200 tahun, telah terjadi suksesi ekologi KRB menjadi relung
ekologi tersendiri. Bersama perubahan ekologi itu, terjadi asosiasi antara
tumbuhan koleksi dan satwa liar. Laporan mengenai satwa liar di KRB didominasi
penelitian burung, kelelawar, dan serangga. KRB juga kemungkinan besar
menjadi habitat amfibi, reptil, dan mamalia.

Ibnu Maryanto, profesor riset bidang zoologi pada Pusat Riset Biologi BRIN,
adalah penemu sepuluh spesies kelelawar di KRB. Penelitian yang dipublikasikan
di Jurnal Biologi Indonesia pada 2010 itu menyebutkan sembilan spesies di
antaranya adalah kelelawar subordo Megachiroptera yang merupakan pemakan
buah dan nektar sehingga berfungsi sebagai penyerbuk dan penyebar biji. Jenis
kelelawar ini mempunyai wilayah jelajah yang sempit sehingga diperkirakan
hidupnya di sekitar KRB.

Menurut Ibnu, penelitiannya di KRB pada 2008-2009 itu bertujuan


mengelompokkan kelelawar pemakan buah dan nektar berdasarkan karakteristik
pakan polen. Jenis kelelawar yang mereka tangkap untuk penelitian ini adalah
Cynopterus minutus, Cynopterus brachyotis, Cynopterus sphinx, Cynopterus
titthaecheilus, Macroglossus sobrinus, Rousettus amplexicaudatus, dan
Eonycteris spelaea. “Minimal ada 42 genus tumbuhan di Kebun Raya Bogor yang
bergantung pada kelelawar,” kata Ibnu, Rabu, 27 Oktober lalu.
Mirza Dikari Kusrini, ahli herpetologi dan pengajar di Fakultas Kehutanan dan
Lingkungan IPB University, juga melakukan penelitian di KRB saat menjadi
mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB
pada 2001. Ia menemukan delapan spesies katak dan kodok, yakni Bufo asper,
Duttaphrynus melanostictus, Rana erythraea, Rana calconota, Limnonectes
macrodon, Fejervarya limnocharis, Microhyla achatina, dan Polypedates
leucomystax.

Menurut Mirza, habitat amfibi di KRB terbagi menjadi dua area besar, yaitu
akuatik dan terestrial. Habitat akuatik adalah kolam dan sungai, sedangkan habitat
terestrial meliputi lantai hutan dan pepohonan. “Jenis-jenis yang ditemukan pada
saat itu sebenarnya adalah jenis yang umum dijumpai di permukiman, walaupun
masih ada jenis katak pohon yang agak sulit dijumpai saat ini di permukiman,”
tutur Mirza melalui pesan WhatsApp, Selasa, 2 November lalu.

Meski area penyebarannya luas, menurut Mirza, katak dan kodok itu tetap penting
karena biodiversitas di perkotaan makin berkurang. “Sesuatu yang umum bisa
menjadi langka karena habitatnya hilang,” ujarnya. “Sekarang di perumahan
urban paling bisa menemukan satu-dua kodok buduk. Kebun raya menyediakan
refugium bagi berbagai jenis satwa liar, termasuk katak di perkotaan,” ucap
Mirza, yang pada bulan ini menggelar Gerakan Observasi Amfibi Reptil Kita,
yakni kegiatan sains warga untuk mendata jenis amfibi dan reptil.

Penelitian lebah juga dilakukan Sih Kahono, peneliti Pusat Riset Biologi BRIN, di
KRB sejak 1985. Menurut doktor ekologi dari Kanazawa University, Jepang, itu,
pada awal penelitiannya di KRB, terdapat belasan pohon yang menjadi tempat
bersarang lebah madu raksasa alias Apis dorsata. “Jumlahnya terus menurun
hingga tinggal satu pohon saja pada awal Pak Joko Widodo menjabat presiden,”
katanya, Rabu, 27 Oktober lalu.

Kahono mengatakan populasi Apis dorsata di KRB kemudian meningkat dari satu
pohon tempat bersarang menjadi tiga pohon. “Pertama itu Pohon Jodoh, Ficus
albipila, yang lokasinya dekat Lapangan Sempur. Di situ ada belasan sarang,”
tuturnya. “Pohon kedua adalah kenari babi, ini lokasinya sebelum Makam Mbah
Jepra. Di situ ada 16 sarang. Yang satu lagi di dekat Tugu Kujang, di sebelah
kolam. Jenis pohonnya saya tidak tahu, di situ ada tiga sarang.”

Berdasarkan pengamatan Kahono terhadap video yang diambil oleh peneliti


BRIN, Apis dorsata tertarik pada lampu-lampu Glow. “Lebah ini mengunjungi
bunga pada siang dan malam. Sewaktu perjalanan mengunjungi bunga pada
malam itu, dia tertarik pada lampu,” katanya. “Menempel di lampu-lampu yang
kuat (kilauannya). Di satu lampu itu ada puluhan lebah. Bahkan ada yang
bergerombol di sudut lampu seperti bola.”
Mirza juga mengungkapkan dampak buruk ALAN bagi katak. “Katak adalah
satwa nokturnal. Artinya, mereka terbiasa dalam keadaan gelap,” ujarnya.
“Adanya cahaya dapat memudahkan predator mendeteksi mereka.” Mirza
mencontohkan, ketika dia melakukan penelitian di persawahan, katak sawah
cenderung bersembunyi dan sulit ditemukan ketika bulan purnama tiba. “Katak
yang sedang mencari pasangan dengan bersuara akan berhenti bersuara jika
disorot oleh lampu senter.”

Perihal perilaku seks yang terganggu oleh ALAN, Mirza menambahkan, juga
diteliti oleh Morgane Touzot dari University of Lyon, Prancis. “Penelitian
Morgane menggunakan katak yang memang umum dijumpai di Eropa, Bufo bufo.
Pada saat terkena cahaya, katak akan mengubah perilakunya dari aktif menjadi
pasif,” kata Mirza. “Katak jantan bersuara untuk mencari pasangan. Otomatis jika
katak tidak mau bersuara mereka tidak akan kawin.”

Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati, Iman Hidayat,
mengatakan belum ada bukti ilmiah Glow berdampak buruk atau tidak. “Karena
itu, tugas peneliti dan akademisi membuktikan dampaknya secara ilmiah supaya
dapat dipertanggungjawabkan,” tutur Iman melalui pesan WhatsApp, Jumat, 5
November lalu. “Pusat-pusat riset di BRIN yang memiliki kompetensi terkait
dengan biodiversitas dan ekologi akan melakukan kajian dan penelitian bekerja
sama dengan akademisi dari perguruan tinggi.”

Iman mengungkapkan, pihaknya sedang mendiskusikan metodologi yang tepat


untuk penelitian ini dengan pakar-pakar. Adapun Laksana Tri Handoko
mengatakan penelitian itu tidak bisa dilakukan di luar KRB. “Harus di kondisi
existing sehingga akan terlihat pengaruhnya. Kena matahari bagaimana, sinar dari
jalan, tanpa ada sinar, dan kena Glow bedanya kayak apa,” ujarnya. Namun,
menurut Dedy Darnaedi, penelitian harus diadakan di luar Kebun Raya Bogor.
“Di daerah yang belum pernah kena sinar lampu, agar orisinal.”

ABDUL MANAN, DINI PRAMITA, MUHAMMAD SIDIK PERMANA (BOGOR)

Kebun Raya Bogor Tumbuhan Badan Riset dan Inovasi Nasional | BRIN Satwa
Liar IPB konservasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Perubahan bangunan dan atraksi
Glow dikhawatirkan mengganggu
pengusulan Kebun Raya Bogor
menjadi Situs Warisan Dunia.
.

BRIN mengaku tidak risau karena tak ada pembangunan baru yang dilakukan
dan area yang diusulkan lebih kecil.

Dokumen tambahan soal usulan Kebun Raya Bogor sebagai Situs Warisan
Dunia dikirimkan pada 12 September 2021 ke UNESCO. .

MELANI Abdulkadir-Sunito, 58 tahun, sangat terusik oleh perubahan yang terjadi


di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Pengajar di Fakultas Ekologi Manusia IPB
University itu menyukai Kebun Raya bukan karena ia kuliah di Institut Pertanian
Bogor, tapi lantaran orang tuanya sangat suka tanaman. Sepekan sekali ia rutin
mengunjungi kebun botani yang sedang berproses menjadi Situs Warisan Dunia
Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNESCO) itu. “Kalau dalam proses pengajuan World Heritage Site ada
perubahan, itu bisa digagalkan,” kata Melani, Kamis, 28 Oktober lalu.

Kehadiran atraksi Glow, menurut anggota Perhimpunan Bogor100 (kelompok


yang ingin Kebun Raya Bogor berstatus cagar budaya dunia), merupakan batu
sandungan bagi Kebun Raya Bogor mendapatkan predikat Situs Warisan Dunia.
“Siapa bilang tidak ada pembangunan? Di Taman Meksiko dan Taman Akuatik
dibangun kafe, tempat selfie, dan pelataran semen,” ujar Melani. “Mereka
membuat perubahan-perubahan di area yang hendak di-heritage-kan. Ini kan area
original garden,” tutur penggagas petisi online “Stop Glow! Dukung WHS” itu.

Pengusulan Kebun Raya Bogor sebagai Situs Warisan Dunia, kata Melani,
dimulai sejak 2010 oleh Perhimpunan Bogor100. Namun prosesnya terhenti
ketika beberapa tokoh kunci komunitas itu meninggal. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia kemudian mengambil alih. Menurut situs web LIPI,
penyusunan dokumen Tentative List sebagai prasyarat awal nominasi dilakukan
sejak 25 September 2017. Dokumen itu diajukan ke Komite Nasional Indonesia
untuk UNESCO serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 8 Juni
2018. Kebun Raya Bogor resmi terdaftar di Tentative List UNESCO World
Heritage Site pada 26 April 2018.

Alasan utama menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai Situs Warisan Dunia adalah
untuk melindunginya. Menurut Melani, status warisan dunia dan cagar budaya
nasional punya implikasi berbeda. Kalau berstatus warisan dunia seperti Taman
Nasional Komodo, UNESCO akan datang mengecek jika ada perubahan. Status
bisa terancam dicabut. Tapi tidak ada sanksi hukum. “Ya, kita dipermalukan
secara internasional, kehilangan pengunjung. Tapi tidak ada hukuman,” ucapnya.
“Kalau statusnya cagar budaya, ada sanksi bila ada aktivitas yang merusaknya.”
Manfaat lain dari status warisan dunia, menurut Direktur Pelindungan
Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Irini
Dewi Wanti, adalah pengakuan atas identitas warisan budaya. Menurut Irini,
penetapan status cagar budaya dunia memiliki manfaat luas. “Itu juga tentu
mempunyai nilai baik bagi tumbuhannya sendiri, nilai identitas secara universal,
sampai ke ranah identitas bangsa. Ini kan tentunya menjadi simbol wajah negara
juga,” tuturnya, Jumat, 5 November lalu.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko
mengatakan, dalam usulan pertama, yang diajukan sebagai Situs Warisan Dunia
adalah keseluruhan wilayah Kebun Raya yang sekitar 87 hektare. Usulan itu, kata
Handoko, kemudian direvisi. "Mengapa? Kalau seluruhnya, penduduk bisa kena.
Nanti kalau penduduk mau renovasi (rumah atau bangunannya) kan harus minta
izin ke (kantor pusat UNESCO) Paris,” ujarnya, Selasa, 2 November lalu.

Menurut Handoko, Pemerintah Kota Bogor juga berkeberatan terhadap luas area
pada usulan awal itu. Sebab, kata dia, pihak pemerintah kota tidak mudah
melakukan perbaikan terhadap sungai yang ada di pinggir Kebun Raya Bogor. Ia
mengaku mempelajari lagi usulan itu dan melihat syarat utamanya, yaitu yang
punya makna besar untuk kemanusiaan. “Itulah yang kemudian mendorong
adanya revisi luas area yang diusulkan. Itu tidak apa-apa. Kan, proses bisa
diperbarui,” ucapnya. Dokumen perbaikan dikirimkan pada 2019.

Setelah pengajuan itu, ada permintaan menyerahkan dokumen tambahan. Menurut


Irini, ada permintaan melengkapi bahan, yaitu peta yang memperlihatkan luas
wilayah yang akan diusulkan, daftar atribut yang memiliki nilai luar biasa dan
universal, serta rencana pengelolaan di masa mendatang. Dalam dokumen terbaru
yang dikirimkan ke Sekretariat UNESCO pada 14 September 2021 itu, luas yang
diusulkan 27,1 hektare zona inti dan 92,4 hektare zona penyangga. “Tak ada
perubahan luasan. Cuma titik koordinatnya yang diperbaiki,” kata Irini.

Proyektor berkekuatan 30.000 Ansi untuk menyorotkan gambar ke arah pepohonan, di depan
Taman Astrid, Kebun Raya Bogor, Bogor/Tempo/Dody Hidayat

Di tengah proses pengajuan cagar budaya inilah ada sejumlah perubahan


bangunan yang dilakukan di Kebun Raya Bogor, termasuk atraksi Glow itu.
Melani Abdulkadir-Sunito mengaku belum menghitung seberapa besar
perubahannya. Namun dia mengingatkan syarat sebuah situs warisan dunia adalah
memiliki nilai universalitas, integritas, dan orisinalitas. Universalitas adalah
kemanfaatan sebagai area konservasi, seperti oasis di tengah kota. Integritas
adalah interaksi yang sudah terbangun lama antara tanaman dan bangunan serta
peneliti di dalamnya.

Melani memberi contoh Taman Teijsmann di Kebun Raya Bogor, yang bentuknya
seperti taman di Eropa, sebagai nilai orisinalitas. Taman itu memiliki sentral
berupa tugu untuk mengenang Johannes Elias Teijsmann, kurator Kebun Raya
yang menggeser kebun menjadi kebun botani. Menurut Melani, tugu itu diberikan
oleh teman-teman dan pengagum Teijsmann pada 1884. Marmernya khusus
dibawa dari Berlin, Jerman. “Tapi jalan batu gico—batu kali kecil yang disusun
tanpa semen—yang mengelilingi taman itu sudah dicor,” ujarnya.

Melani mendapat informasi bahwa Taman Teijsmann termasuk salah satu yang
dikeluarkan dari wilayah yang diusulkan untuk Situs Warisan Dunia. “Mereka
mengatakan apa pentingnya taman ini. Taman kosong, tidak ada koleksi
tumbuhannya,” ucap Melani menirukan argumentasi pihak BRIN yang ia dengar
dari koleganya. “Daerah terbuka tanpa ada tanaman koleksi kalau mereka mau
mengkomersialisasinya gampang sekali,” katanya.

Arca Nandi di kawasan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Juli 2020/Tempo/Amston Probel

Irini juga mengemukakan bahwa setiap perubahan di Kebun Raya pasti akan
berdampak pada proses penetapan cagar budaya dunia. Ia menilai atraksi Glow
memicu kekhawatiran dan berpotensi mengancam nilai universalitas yang
menjadi bahan argumentasi usulan menjadi Situs Warisan Dunia. “Makanya
sekretariat (UNESCO) bisa saja memberi catatan yang bisa berimbas pada proses
nominasi yang sedang berlangsung,” tuturnya. “Masak, di tengah jalan kita
melakukan perubahan?”

Laksana Tri Handoko menilai kontroversi Glow dan perubahan di Kebun Raya
Bogor tak akan berpengaruh besar terhadap pengusulan status cagar budaya
dunia. Dalam wawancara kepada Tempo, dia menunjukkan lokasi-lokasi yang
diajukan sebagai cagar budaya, yang memang sebagian kecil dari luas area Kebun
Raya. “Kami tidak ada pembangunan baru,” ujarnya. Handoko mengatakan malah
akan membongkar sembilan rumah dinas dan satu lapangan tenis.

Kalau soal luas area yang diusulkan lebih kecil daripada usulan awal, kata
Handoko, itu pertimbangan praktis. Ia menilai situs dunia lain melakukan hal
yang sama. “Di mana pun di dunia yang mengajukan WH (World Heritage) itu
sekecil mungkin. Yang penting sudah ada. Plang bisa ditempel di mana saja.
Emangnya Singapura berapa? Intinya tidak semua. Kalau terlalu luas, saat peneliti
perlu menanam anggrek, nanti enggak bisa,” ucapnya.

Irini mengatakan kini proses selanjutnya ada di UNESCO. Secara umum, kata dia,
prosesnya bisa dua tahun dari sejak kita mengusulkan. Badan dunia itu punya
mekanisme kerja dalam memproses usulan. Biasanya ada pengecekan
kelengkapan berkas, dan itu bisa ada pengembalian. “Jadi memang bisa sampai
dua tahun. Sekarang kita menunggu,” ujarnya. Ia berharap tak perlu menunggu
dua tahun.

DODY HIDAYAT

Kebun Raya Bogor Unesco BRIN Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Kota Bogor
Riset Saja Daripada Ribut
i

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko/Tempo/Tony Hartawan

Usulan operator untuk membuat atraksi glow disetujui untuk kebutuhan


edukasi. .

Setelah ada protes atas atraksi Glow, Badan Riset dan Inovasi Nasional
meminta ada kajian atas dampaknya.

Pengajuan Kebun Raya Bogor sebagai warisan cagar budaya dunia sudah
masuk daftar tentatif. .

ATRAKSI glow atau pertunjukan instalasi lampu pada malam hari di Kebun Raya
Bogor, Jawa Barat, memicu protes dari sejumlah kalangan sejak September lalu.
Para penolak glow mengkhawatirkan terganggunya ekosistem kebun botani yang
sudah berumur 204 tahun itu.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko
menjelaskan, ide awal glow muncul dari PT Mitra Natura Raya yang menjadi
mitra BRIN dalam mengelola Kebun Raya Bogor. Handoko menekankan
pentingnya mengkaji dampak lampu penerang dan efek kebisingan suara bagi
Kebun Raya Bogor. Dalam wawancara dengan Tempo, Handoko juga menjelaskan
perkembangan pengusulan Kebun Raya Bogor sebagai World Heritage Site
UNESCO.

Tanggapan Anda atas protes soal atraksi glow ini?


Protes biasa saja. Kalau tidak protes, bukan akademikus. Saya sudah baca surat
protesnya. Sejujurnya saya sendiri tidak langsung terkait dengan itu. Karena itu
pengelola kebun raya (PT Mitra Natura Raya). Makanya saya tanya, ini apa? Saya
tahu ada rencana glow itu seingat saya sebelum masa pandemi.
Bagaimana ide awal glow itu?
Mitra operator Kebun Raya, PT MNR, mempunyai usul untuk edukasi
pengunjung memakai glow. Saya waktu itu mengatakan silakan saja untuk
edukasi. Intinya, di Kebun Raya, meski sebagai mitra operator, dia tak bisa
seenaknya. Dia tidak ikut memiliki lahan. Karena lahan itu harus tetap bisa
dipakai untuk riset.

Kenapa membuat pertunjukan itu?


(Alasan operator) Kebun raya di berbagai negara melakukan itu. Singapura, Perth,
Edinburgh, New York, dan macam-macam.

Apakah ada kajian sebelumnya?


Waktu itu sejujurnya saya tanya, problem enggak? (Mereka mengatakan), “Yang
lain juga melakukan”. Makanya waktu ada yang mempertanyakan sekarang, saya
pertanyakan lagi gimana ini? Apakah betul oke bagi lingkungan? Teman-teman
saya ada dua pendapat. Ada yang mengatakan berpotensi merusak lingkungan,
ekosistem. Yang lain mengatakan tidak ada masalah karena kebun raya itu taman
kota, artifisial.

Meskipun kebun raya ini sudah berumur 200 tahun?


Iya. Tapi tiap hari kan harus dipotong. Jadi tidak ada ekosistem alami di situ. Saya
sampaikan, ya sudah suruh riset saja daripada ribut.

Glow tetap dioperasikan saat proses riset?


Kalau tidak ada glow-nya, gimana mau riset? Pertunjukan glow itu kan ada juga
unsur ceritanya. Pengunjung, rombongan sampai 20 orang, dipandu. Muatan
informasinya soal tumbuhan, tanaman, dan lingkungan. Bukan kayak suasana
dugem begitu.

Glow itu kan bagian dari artificial light at night (ALAN) yang itu sudah
banyak riset soal dampaknya?
Justru itu yang saya suruh riset. Bukan hanya glow. Kebun raya kita ini di tengah
kota sangat padat dan sangat terang. Apalagi setelah ada jalur pedestrian di
sekelilingnya. Lampunya banyak. Saya ingin sekalian dicek. Itu harus diteliti
supaya saya punya basis, panduan, untuk semua kebun raya dan taman kota.

Kalau terbukti merusak, apakah atraksi glow bisa direvisi?


Ya, dong. Yang merusak lingkungan itu kita ingin tahu apa, bukan merusak atau
tidak merusak. Termasuk di situ masalah suara. Ini juga gede pengaruhnya. Secara
umum justru yang paling gede. Apalagi di sini angkutan kota 24 jam mengitari
Kebun Raya Bogor.

Apakah ada penelitian sebelumnya soal apa yang mempengaruhi kebun


raya?
Belum ada. Makanya saya bilang lakukan, dong. Jadi (ada referensi) waktu nanti
kita mengembangkan kebon raya baru seperti di Observatorium Nasional di
Gunung Timau. Saya justru lebih khawatir di sana. Kalau ini (Kebun Raya Bogor)
kan barang artifisial dari sononya.

Kasus soal glow ini apakah akan berpengaruh terhadap nasib usul Kebon
Raya Bogor sebagai WHS?
Apa urusannya?

Permohonan itu seperti apa perkembangannya?


Sekarang masih dalam proses. Masih dalam shortlist (tentative list, redaksi).

Luas yang dimohon sebagai WHS benarkah ada perubahan?


Saya ubah dari yang awal. Luasnya tidak hafal (berdasarkan data di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan: 27,1 hektare zona inti dan 92,4 hektare zona
penyangga, redaksi). Di awal itu semua kebun raya (yang diusulkan). Tak bisa
begitu. Kalau semuanya, penduduk kena. Nanti kalau penduduk mau renovasi,
kan harus minta izin ke (kantor pusat UNESCO, badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang menangani pendidikan, sains, dan kebudayaan, ) Paris. Selalu ada
buffer zone. Di mana pun di dunia yang memohon WHS itu sekecil mungkin.
Yang penting sudah ada. Kalau terlalu luas, kalau nanti peneliti perlu menanam
anggrek, enggak bisa.

Kebun Raya Bogor Unesco BRIN Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Anda mungkin juga menyukai