Anda di halaman 1dari 3

1.

BERANDA

2. OTOGEN

Kiat menghadapi matel yang merampas paksa kendaraan






Mustafa Iman17:17 WIB - Kamis, 26 Januari 2017

Sebuah spanduk yang mengimbau masyarakat untuk melapor ke polisi jika terjadi perampasan kendaraan
bermotor oleh debt collector, tampak membentang di pinggir jalan. | Dokumen Forwot

Perampasan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, yang


dilakukan oleh penagih utang (debt collector) masih saja terjadi. Tak hanya di
rumah atau kantor, para penagih yang diutus pemberi utang (kreditur), juga
kadang mengadang si pengutang di jalanan, lalu merampas kendaraan
tersebut.

Sebagian besar debitur (pihak yang berutang) biasanya pasrah karena


menganggap peristiwa itu terjadi akibat kesalahan mereka sendiri yang telat
membayar cicilan kendaraan.
Tetapi, seperti yang bisa Anda baca pada spanduk dalam foto di atas,
perampasan tersebut tidak dibenarkan.

Perampasan yang dilakukan oleh penagih utang yang mengatasnamakan


perusahaan pembiayaan (leasing) termasuk melanggar hukum pidana. Polisi
bisa menindak tegas para penagih utang --dikenal juga dengan sebutan mata
elang (matel)-- yang merampas barang di tengah jalan.

"Merampas atau mengambil paksa kendaraan kredit yang bermasalah tidak


dibenarkan," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Shinto
Silitonga, seperti dikutip detikNews (15/11/2016).

Para perampas paksa tersebut, seperti dituturkan Kompas.com, bisa dijerat


Pasal 368 dan Pasal 365 KUHP Ayat 2, 3, dan 4 junto Pasal 335.

Pasal 368 mengatur soal pemerasan dan pengancaman dengan hukuman


maksimal 9 (sembilan) tahun penjara. Sementara Pasal 365 terkait dengan
pencurian yang ancaman hukumannya bisa sampai hukuman mati jika
tindakan pencurian itu menyebabkan kematian.

Oleh karena itu, Anda sebaiknya tetap tenang jika mendadak diberentikan
oleh para matel di jalanan. Ajak mereka bicara baik-baik dan selesaikan
masalah dengan tenang, seperti disarankan oleh situs Duitpintar.com.

Langkah pertama yang mesti dilakukan adalah meminta identitas debt


collector itu untuk menghindari penipuan.

"Tanya dulu identitas dia siapa, sebagai apa, lihat ID card-nya juga. Takutnya
orang-orang seperti itu mereka azas manfaat, sebenarnya dia bukan debt
collector, tapi ternyata dia begal atau yang lain (kriminal)," saran Asep
Mulyana, Manager Executive Branch Head Federal International Finance
(FIF) Group Bandung 1.

Lagipula, jika tidak ada perjanjian fidusia antara debitur dengan kreditur, maka
kendaraan tersebut seharusnya tidak bisa diambil paksa.

Kalaupun ada perjanjian fidusia, seharusnya debitur tidak perlu menggunakan


jasa matel karena mereka berhak meminta bantuan polisi untuk mengambil
kendaraan yang cicilannya tak dibayar debitur.

Apa itu perjanjian fidusia?


Jaminan fidusia diatur dalam Undang-Undang No. 42 tahun 1999. Menurut
Pasal 1 UU tersebut, fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Sederhananya, selama benda yang dikredit belum lunas dibayar, benda


tersebut masih milik sang kreditur. Oleh karenanya, ia bisa ditarik kembali
kapan saja oleh si pemberi utang itu.

"Hak fidusia itu mulai berlaku setelah krisis tahun 1998. Dikeluarkannya
jaminan fidusia sebenarnya untuk memproteksi. Kita masih menggunakan.
Sebenarnya perjanjian kredit itu untuk proteksi kita dan ada ketentuan yang
mengatur itu," kata Director Chief Sales and Distribution Adira Finance, Hafid
Hadeli kepada VIVA.co.id.

Akan tetapi, lanjutnya, banyak perusahaan leasingyang enggan memberikan


jaminan fidusia pada kredit kendaraan. Alasannya, ada biaya pembuatan
fidusia sebesar Rp1 juta per kendaraan.

Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non-Bank 2 Otoritas Jasa


Keuangan (OJK) Dumoly Pardede, dikutip Okezone (15/1/2017), menyatakan,
meskipun ada perjanjian fidusia, perusahaan leasing diingatkan agar tidak
semena-mena saat melakukan penarikan.

"OJK menegaskan pengambilannya harus beretika. Kalau dia menggunakan


agen penarik piutang dan perlakuannya tidak baik, menarik di pinggir jalan
dengan kasar ya kami akan tindak," kata Dumoly.

Jika debitur melakukan penarikan barang secara kasar, Dumoly meminta


debitur untuk segera melaporkannya dan OJK akan memberikan surat
peringatan kepada pihak leasing.

Oleh karena itu, jika Anda mengkredit kendaraan bermotor, disarankan agar
memasukkan jaminan fidusia pada perjanjian kredit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai