Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI DI DESA LANDI


KANUSUANG KECAMATAN MAPILLI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

HILDAWATI
A0213013

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2020

i
Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit
Mahoni di Desa Landi Kanusuang Kecamatan Mapilli
Kabupaten Polewali Mandar

HILDAWATI
A0213013

Skripsi adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar


sarjana Kehutanan
pada
program Studi Pertania dan Kehutanan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN DAN


KEHUTANAN UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE 2020

ii
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

PROGRAM SARJANA

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawa ini :

Nama : Hildawati

NIM : A0213013

Program Studi : Kehutanan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pupuk Kandang Sapi

Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni di Desa Landi Kanusuang Kecamatan

Mapilli Kabupaten Polewali Mandar” adalah benar merupakan hasil karya saya

di bawah arahan dosen pembimbing dan belum pernah di ajukan ke perguruan

tinggi mana pun serta seluruh yang diikuti maupun dirujuk telah saya nyatakan

dengan benar.

Majene, 29 Desember 2020

Hildawati
NIM A 0213013

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PENGARUH PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP


PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI DI DESA LANDI
KANUSUANG KECAMATAN MAPILLI KABUPATEN
POLEWALI MANDAR
Nama : Hildawati
NIM : A0213013

Disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Daud Irundu, S.Hut.,M. Hut Wahyudi, S.Hut.,M .Agr


NIDN1986072112019031011 NIDN. 0922087602
Disetujui oleh

Dekan, Ketua Program Studi


Fakultas Pertanian dan Kehutanan
Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Kaimuddin, M.SI Daud Irundu, S.Hut.,M.Hut


NIP.196005121989031003 NIDN1986072112019031011

HALAMAN PERSETUJUAN

iv
Skripsi dengan judul :

Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni di


Desa Landi Kanusuang
Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar

Disusun oleh :

Telah dipertahankan di depan tim Penguji Skripsi


Fakultas Pertanian dan Kehutanan
Universitas Sulawesi Barat
Pada tanggal 27 November 2020 dan dinyatakan LULUS

SUSUNAN TIM PENGUJI

Tim Penguji Tanda Tangan Tanggal

1. Makmur, SP.,MP

2. Fitri Indhasari, S. Hut, M. Hut

3. Ir. Qaisar, MP

SUSUNAN KOMISI PEMBIMBING

Komisi Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

1. Daud Irundu, S.Hut.,M.Hut

2. Wahyudi, S.Hut.,M.Hut

ABSTRAK

v
HILDAWATI. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit
Mahoni di Desa Landi Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar.
Dibimbing oleh. Daud Irundu dan Wahyudi

Skripsi ini membahas mengenai pengaruh pupuk kandang sapi terhadap


pertumbuhan bibit tanaman Mahoni, adapun parameter tanaman yang di ukur
yakni pertambahan tinggi, diameter batang, dan jumlah daun tanaman bibit
Mohoni. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana respon
peningkatan pertumbuhan bibit tanaman mahoni dengan perlakuan pemberian
pupuk kandang sapi. Metode yang digunakan adalah metode rangcangan acak
Kelompok (RAK), dengan 5 Perlakuan dan 4 Kelompok, dengan demikian
terdapat 20 unit bibit mahoni yang disediakan. Hasil penelitian: 1) Perlakuan
pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman mahoni
pada parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Data hasil
pengamatan terlihat bahwa perlakuan PK0 (tanpa pupuk kandang) menghasilkan
pertumbuhan tinggi tanaman mahoni terendah yaitu 0,16 cm diikuti oleh
perlakuan PK1, PK2, PK3 dan PK4 angka pertumbuhan yang tertinggi
ditunjukkan oleh perlakuan PK4 yaitu 0,66 cm, pertumbuhan diameter batang
tanaman mahoni terendah yaitu PK0, 0,11 mm diikuti oleh perlakuan PK1, PK2,
PK4 dan PK3 angka pertumbuhan yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan PK3
yaitu 0,41 mm dan jumlah daun terlihat bahwa perlakuan PK0 (tanpa pupuk
kandang) menghasilkan jumlah daun tanaman mahoni terendah yaitu 0,63 diikuti
oleh perlakuan K1, K2, K3 dan K4, angka penambahan jumlah daun yang
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan K4 yaitu 0,63. 2) Pengaruh perlakuan PD
(pupuk kandang sapi 80% (2500 gram) per volume polibag) memberikan hasil
tertinggi terhadap pertumbuhan tanaman bibit mahoni pada variabel tinggi dan
jumlah daun.

Kata Kunci: Pupuk Kandang Sapi dan Tanaman Mohoni

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunianya sehingga penulis berhasil menyelesaikan penelitian dan penyusunan
karya ilmiah ini disusun guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Program Studi Kehutanan Program Sarjana Universitas Sulawesi Barat, dengan
judul peneliti Hildawati Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan
Bibit Mahoni di Desa Landi Kanusuang Kec. Mapilli Kabupaten Polewali
Mandar.
Penulis menyadari bahwa, tampa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini, Oleh karna itu, penulis, penulis
mengucapkan terimah kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Kaimuddin, MSI selaku dekan fakultas pertanian dan kehutanan.
2. Daud Irundu, S. Hut, M. Hut selaku pembimbing I sekaligus ketua Program
Studi Kehutanan.
3. Wahyudi, S.Hut., M.Agr. selaku pembimbing II.
4. Makmur,SP.,MP selaku penguji I
5. Fitri Indhasari,S.Hut.,M.Hut selaku penguji II
6. Ir. Qaisar,MP selaku penguji III
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa, dan semua pihak terkait tanpa terkecuali
yang telah banyak membantu sehingga proposal penelitian ini dapat
terselesaikan.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Majene, Desember 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... v
ABSTRAK.................................................................................................... vi
PRAKATA.................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalsifikasi dan Morfologi Tanaman Mahoni........................................... 6
2.2 Pertumbuhan Tanaman Mahoni............................................................... 8
2.2.1 Pembinihan Tanaman Mahoni.............................................................. 9
2.3 Pupuk Kandang Sapi................................................................................ 11
2.4 Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit................ 12
2.5 Manfaat Tumbuhan Mahoni.................................................................... 14
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................... 17
3.2 Bahan dan Alat......................................................................................... 17
3.3 Metode Penelitian.................................................................................... 18
3.4 Prosedur Kerja......................................................................................... 19

viii
3.5 Variable Pangamatan............................................................................... 21
3.6 Analisis Data............................................................................................ 22
3.7 Defenisi Operasional................................................................................ 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Tinggi Tanaman Mahoni
Bibit Mahoni (cm).................................................................................. 24
4.2. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Diameter Batang Tanaman
Bibit Mahoni (mm)................................................................................. 28
4.3. Pengaruh Pupuk kandang Terhadap Jumlah Daun Tanaman
Mahoni (helai)......................................................................................... 31
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 34
5.2 Saran........................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 36
LAMPIRAN.................................................................................................. 38
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………… 60

ix
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1.2 Pohon Mahoni.......................................................................................... 7


2.2 Daun Mahoni........................................................................................... 7
3.2 Pertumbuhan Tanaman Mahoni............................................................... 9
4.2 Bibit Tanaman Mahoni............................................................................ 11
5.4 Pertambahan Tinggi Tanaman Mahoni (cm)........................................... 25
6.4 Pertambahan Diameter Tanaman Mahoni (mm)...................................... 28
7.4 Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Mahoni......................................... 31
8. Lokasi Tempat Penelitian di Desa Landi Kecamatan Mapilli Kabupaten
Polewali Mandar........................................................................................ 53
9. Persedian Media Tanah dan Pupuk Kandang Sapi.................................... 53
11. Pengisian Media Tanah dan Pupuk Kandang Sapi ke Dalam Polybag.... 54
12. Bibit Mahoni di Penampungan (Lokasi Penelitian) Desa Landi
Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar.................................... 55
13. Susunan Polybag Sesuai Denah Rancangan Penelitian dengan
Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)................................ 55
14. Penyiraman Tanaman Bibit Mahoni........................................................ 56
15. Pengukuran tinggi tanaman bibit mahoni……………………………. 57
16. Pengukuran diameter batang tanaman bibit mahoni…………………. 57
17. Pengamatan jumlah daun tanaman bibit mahoni……………………... 58
18. Bibit tanaman mahoni selama 4 minggu……………………………… 58
19. Bibit tanaman mahoni selama 4 minggu……………………………… 59
20. Bibit tanaman mahoni selama 8 minggu……………………………… 59

x
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1.1 Denah Percobaan penelitian..................................................................... 39


2.2 Pengukuran Awal Tinggi Tanaman Mahoni (cm)................................... 39
2.11 Hasil Pertambahan Tinggi Tanaman Mahoni Selama 8 minggu (cm)... 43
2.13 Hasil Pengukuran Awal Diameter Tanaman Mahoni (mm).................. 44
2.22 Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Mahoni Selama 8 minggu (mm……47
3.24 Pengukuran Awal Jumlah Daun Tanaman Mahoni (helai).................... 48
3.33 Hasil Pengamatan Jumlah Daun Mahoni Selama 8 minggu (helai)...... 51

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mahoni (Swietenia macrophylla King) merupakan salah satu jenis

tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, yang mana jenis ini

terutama menghasilkan kayu yang digolongkan ke dalam kelompok kayu indah

oleh Peraturan Menteri Kehutanan No. 163 tahun 2003. Jenis ini termasuk ke

dalam Famili Meliaceae dan merupakan jenis eksotik yang tidak tumbuh secara

alami di kawasan tropis timur jauh, termasuk di Indonesia. Mahoni ini memiliki

sebaran alami di kawasan Tropis Amerika Tengah dan Selatan meliputi Mexico

sampai Bolivia serta termasuk Brazil bagian tengah (Krisnawati, Kallio and

Kanninen, 2011).

Mahoni telah diintroduksi ke banyak daerah atau pulau di Indonesia dan

telah mencapai aklimatisasi, yaitu dapat tumbuh dengan baik, berbunga dan

berbuah serta menjadikan salah satu tanaman yang mempunyai prospek sangat

baik karena dengan memberikan manfaat multiguna, seperti kayunya dapat

digunakan sebagai bahan baku industri kehutanan, termasuk industri vinir dan

kayu lapis, panel kayu, bangunan rumah dan produk kayu interior lainnya

temasuk kerajinan tangan. Kayu mahoni banyak disukai orang karena memiliki

warna dan serat yang indah, kuat dan mudah dikerjakan. Selain kayunya yang

bermanfaat, buah mahoni dapat digunakan sebagai obat dan pestisida sedangkan

kulitnya sebagai pewarna alami. Lebih jauh lagi jenis mahoni ini juga umum

1
ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung dan merupakan jenis yang memiliki

kemampuan menyerap polutan yang cukup baik (Murniati, 2002; Hadi dan

Napitupulu, 2011). Selain berguna pula untuk tujuan reboisasi, untuk tujuan

pembangunan kebun kayu bagi pemenuhan industri secara massif, jenis ini juga

telah diuji coba di Kalimantan Timur, yang mana dapat dikembangkan bersama

dengan tanaman kehutanan cepat tumbuh lainnya serta memiliki kualitas kayu

yang baik dan dapat menjadi rekomendasi yang cocok untuk pengembangan hutan

tanaman industri (Krisnawati, Kallio and Kanninen, 2011; Erwin, 2012).

Tanaman mahoni mudah dibudidayakan dan tidak membutuhkan

persyaratan tumbuh spesifik. Di Pulau Jawa tanaman mahoni ini telah

dibudidayakan pada berbagai jenis tanah, meskipun selanjutnya diketahui bahwa

pertumbuhan yang sangat optimum bagi mahoni ini adalah pada tanah yang

ringan dengan porositas yang tinggi, bersih dari batu dan mudah dikerjakan serta

tidak terlalu kering ataupun basah (Soerjaningrat, 1970; Mindawati dan

Megawati, 2013).

Akan tetapi penggunaan pupuk pada upaya budidaya tanaman hutan telah

diaplikasikan sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil perbanyakan tanaman

sesuai yang diharapkan, yaitu untuk mendapatkan tanaman yang memiliki

viabilitas lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih optimal dan produksi kayu yang

lebih baik. Meskipun jenis ini cukup adaptif dan tidak memiliki persyaratan

tumbuh spesifik, namun upaya perbanyakan secara optimal masih perlu dikaji

lebih lanjut untuk mendapatkan informasi pendukung yang efektif bagi tujuan

pembudidayaan jenis mahoni ini. Salah satu informasi pendukung dalam upaya

2
perbanyakan tanaman mahoni tersebut adalah hasil kajian pengaruh pemberian

pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan bibit mahoni yang sekiranya dapat

menjadi informasi tambahan bagi upaya budidaya tanaman mahoni dimasa yang

akan datang.

Pupuk kandang sapi mempunyai kelebihan pada kadar serat yang tinggi

seperti selulosa, pupuk kandang sapi dapat memberikan manfaat pada tanaman

dan tanah yang menyediakan unsur hara macro dan micro bagi tanaman,

menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan

prositase, aerase dan komposisi nikkroorganisme tanah dan daya serap air yang

lebih lama pada tanah, (Hartatik dan Widowati, 2010). Kandungan serat yang ada

di dalam pupuk kotoran sapi, ketika sudah terjadi dekomposisi komponen karbon

dan selulosa, bermanfaat untuk menyediakan energi bagi mikroorganiseme yang

bertanggung jawab pada trasformasi nutrient. Kegiatan transformasi nutrient

(unsur hara) ini merupakan fingsi kandang untuk aerasi dan kesuburan tanah.

(Setiawan, 2010) menyatakan bahwa secara umum kotoran sapi pedaging banyak

mengandung unsur N dibandingkan sapi perah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Bibit Mahoni

di Desa Landi Kanususuang Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang

sapi terhadap pertumbuhan bibit tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King).

3
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana respon

peningkatan pertumbuhan bibit tanaman mahoni dengan perlakuan pemberian

pupuk kandang sapi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan bibit tanaman mahoni.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Dapat memberikan kontribusi pengetahuan ilmiah khususnya dalam

bidang budidaya tanaman kehutanan.

2. Bagi Masyarakat

a) Dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat terkait pengaruh

pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan bibit mahoni.

b) Dapat menggunakan hasil penelitian ini pada waktu yang akan datang

untuk diterapkan dalam upaya penyediaan bibit yang berkualitas.

3. Bagi Peneliti

a) Dapat mengetahui pengaruh pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan

bibit mahoni.

4
b) Melatih kemampuan peneliti untuk memecahkan masalah serta dapat

mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat, untuk dapat dikembangkan lebih

lanjut

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mahoni

Integrated Taxonomic Information System, menjelaskan bahwa mahoni

secara ilmiah dinamai sebagai Swietenia macrophylla king. Secara lengkap

sistematika tanaman mahoni ini adalah, sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Tracheophyta

Subdivision : Spermatophytina – spermatophytes

Class : Magnoliopsida

Superorder : Rosanae

Order : Sapindales

Family : Meliaceae

Genus : Swietenia Jacq.

Species : Swietenia macrophylla King

Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5 –

25 m (bahkan ada yang mencapai lebi dari 30 m), berakar tunggang dengan

batang bulat, percabangan banyak, dan kayunnya bergetah. Daunnya berubah

daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung daun

pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip dengan panjang daun 3 – 15

cm. Daun yang masih muda berwarna merah dan berubah menjadi hijau. Bunga

tanaman mahoni adalah bunga majemuk, tersusun dalam karangan yang keluar

dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga silindris, berwarna coklat muda. Kelopak

6
bunganya lepas satu sama lain dengan bentuk menyerupai sendok, berwarna hijau.

Mahkota bunga silindris, berwarna kuning kecoklatan. Tanaman mahoni ini baru

akan berbunga setelah usia 7 atau 8 tahun. Setelah berbunga tahap selanjutnya

adalah berbuah. Buah mahoni merupakan buah kotak dengan bentuk bulat telur

berlekuk lima. Ketika buah masih muda berwarna hijau dan setelah besar

berwarna coklat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak

tebal dan warnanya coklat kehitaman. Buah yang sudah tua sekali kulit buahnya

akan pecah dengan sendirinya. (Sutarni, 1995)

Gambar 1.2 Pohon Mahoni (Google 2017)

Gambar 2.2 Daun Mahoni (Google 2017)

7
2.2 Pertumbuhan Tanaman Mahoni

Pertumbuhan merupakan pertambahan atau perkembangan elemen-elemen

antara lain: tinggi pohon dan diameter batang pohon sampai dengan waktu

tertentu. Riap didefinisikan sebagai pertambahan pertumbuhan dimensi pohon

(tinggi, diameter, bidang dasar, volume) atau dari tegakan yang dihubungkan

dengan umur dalam satuan luas tertentu. Riap merupakan salah satu faktor yang

harus diperhatikan dalam pengelolaan hutan produksi lestari (Ruchaemi, 2013).

Pertumbuhan merupakan hasil dari interaksi berbagai proses fisilogis dan

untuk mengetahui mengapa pertumbuhan pohon berbeda pada berbagai variasi

keadaan lingkungan dan perlakuan diperlukan pengertian bagaimana proses

fisiologis dipengaruhi oleh lingkungan. Proses fisiologis adalah fotosintesa,

respirasi dan transpirasi. Pada dasarnya, pohon tumbuh melalui dua jalur

pertumbuhan yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan

primer adalah pertumbuhan yang membuat batang menjadi panjang dan membuat

cabang karena adanya titik tumbuh apical diujung pohon. Jaringan yang terbentuk

oleh titik tumbuh apikal disebut jaringan primer. Pertumbuhan sekunder adalah

pertumbuhan yang membuat diameter batang menjadi besar. Penambahan

besarnya batang dilakukan melalui kegiatan lapisan tumbuh yang disebut

kambium. Kambium terletak di antara bagian luar kayu dan bagian dalam kulit.

Kambium membentuk kayu baru dan kulit baru setiap tahun dan berkembang di

antara kayu dan kulit yang dibentuk terdahulu. Jaringan yang terbentuk oleh

meristem lateral disebut jaringan sekunder. Pertumbuhan sekunder tidak

8
membentuk tipe sel baru dan merubah struktur kayu, karena yang bertanggug

jawab pada hal tersebut adalah pertumbuhan primer (Yunianti dan Muin, 2009).

Tanaman mahoni dapat tumbuh baik pada daerah beriklim tipe A - C

(Schmidt dan Ferguson), walaupun dapat tumbuh pada tipe iklim D, suhu rata-rata

20 - 28⁰C. Tumbuh baik pada dataran rendah sampai 1500m dpl (di atas

permukaan laut) pada berbagai jenis tanah yang bebas genangan dan pH 6,5 – 7,5

(Lemmens et al, 1995).

Gambar 3.2 Pertumbuhan Tanaman Mahoni

2.2.1 Pembenihan Tanaman Mahoni

Mindawati dan Megawati (2013) serta Mindawati dan Tata (2001),

menjelaskan berbagai aspek pembenihan tanaman mahoni sebagai tanaman

potensial untuk pembangunan tanaman hutan, sebagai berikut:

9
1. Pengadaan benih

a. Pemanenan buah: Buah sebaiknya dipetik langsung dari pohon sebelum

buah merekah atau dapat juga benihnya dikumpulkan dari bawah tegakan

sesaat setelah jauh.

b. Ekstraksi benih: ekstraksi benih dilakukan dengan cara kering yaitu buah

diperam kemudian di jemur dibawah sinar matahari selama 1-4 hari hingga

merekah atau bisa dilakukan pemecahan secara manual sampai benih

keluar dari buah.

c. Penyimpanan benih dan pengendalian hama penyakit benih : Sebelum

dilakukan penyimpanan, kadar air benih harus diturunkan terlebih dahulu

beni dijemur selama 1-2 hari lalu kering-anginkan selama 1 hari hingga

kadar air mencapai 5%-8%.

2. Perkecambahan

a. Sebelum benih ditanam, sebaiknya media semainya disterilkan terlebih

dahulu dengan cara disangrai atau diberi fungisida. Untuk mencegah

serangan hama, bak kecambah dibuat setinggi ± 1 meter dari permukaan

tanah.

b. Ukuran bak kecambah 5x1 m atau 2x1 m. Perkecambahan benih dilakukan

dengan cara menabur benih dan membenamkannya dalam media sedalam

2/3 bagian dengan posisi sayap di atas. Bak kecambah diberih naungan

dari paranet 60%.

c. Cara lain penaburan biji dapat dilakukan ke kontainer atau kantong plastik

semai yang sudah diberi lobang-lobang kecil. Media yang digunakan

10
adalah media yang sama dengan yang digunakan sama seperti pada bak

kecambah.

3. Persemaian

Persemaian dapat dibuat secara permanen untuk penyediaan bibit dalam

jumlah banyak atau persemaian sementara untuk areal tanam terbesar. Benih

disemai dengan cara membenamkannya sedalam 1 cm dalam bak kecambah yang

telah berisi media semai dengan jarak sekitar 5x3 cm secara teratur. Penyapihan

dari bak kecambah kedalam kantong bibit, harus dilakukan dengan hati-hati agar

akar tidak patah atau rusak semai ditanam secara berdiri tegak dan akar semai

tidak melipat. Penyepihan dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan dilakukan

dibawah naungan.

Gambar 4.2 Bibit Tanaman Mahoni

2.3 Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran-kotoran

ternak, urine, serta sisa-sisa makanan ternak tersebut. Pupuk kandang ada yang

11
berupa cair dan ada pula yang berupa padat, tiap jenis pupuk kandang memiliki

kelebihan masing-masingnya. Setiap hewan akan menghasilkan kotoran dalam

jumlah dan komposisi yang beragam. Kandungan hara pada pupuk kandang dapat

dipengaruhi oleh jenis ternak, umur ternak, bentuk fisik ternak, pakan dan air

(Pranata, 2010).

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran

sapi yang baik untuk memperbaiki kesuburan, sifat fisika, kimia dan biologi

tanah, meningkatkan unsur hara makro dan mikro, meningkatkan daya pegang air

dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Pupuk kandang merupakan salah satu

contoh pupuk organik dan merupkan bahan yang sangat penting dalam upaya

memperbaiki keseburan tanah. Penggunaannya masih sering dibarengi dengan

pupuk anorganik atau pupuk kimia buatan pabrik bahkan untuk saat ini

penggunaan pupuk anorganik sudah menjadi keharusan dalam budidaya pertanian.

Hanya saja kenyatannya dilapangan sering kali pengguna pupuk anorganik tanpa

aturan, selalu berlebihan dan tidak berimbang, sehingga sangat merugikan lahan

pertanian yang sebenarnya masih produktif (Hadisumitro, 2002; Napitulu, Sujalu

dan Martinus, 2014).

2.4 Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit

Pupuk kandang sapi merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang

termasuk dalam kelompok pupuk organik. Pupuk tersebut baru dapat digunakan

untuk tanaman setelah pengalami penguraian oleh jasad renik (mikrobia) atau

perombakan atau dekomposisi mejadi unsur-unsur mineral yang sebelumnya

terikat dalam bentuk senyawa organik. Persentase kandungan unsur haranya

12
terdapat dalam bentuk padat (feces) maupun cair (urine) yaitu unsur nitrogen (N)

padat 60% dan cair 85%. Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk

panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses

penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, misalnya pupuk

kandang dari kuda, kambing, domba, dan ayam. Pada pupuk dingin terjadi

sebaliknya, C/N rasio yang tinggi menyebapkan pupuk kandang terurai lebih lama

dan tidak menimbulkan panas, misalnya pada pupuk kandang sapi, kerbau, dan

babi (Napitulu, Sujalu dan Martinus, 2014).

Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa pupuk kandang sapi banyak mengandung

mikroorganisme pengurai yang bermanfaat untuk meningkatkan jenis dan

populasi mikroorganisme tanah. Ciri ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat

secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yakni berwarna coklat kehitaman, cukup

kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah

C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan tempratunya relatif

stabil (Napitulu, Sujalu dan Martinus, 2014).

Lingga dan Marsono (2009), menjelaskan bahwa pupuk organik baik

diaplikasikan sebagai pupuk dasar meskipun unsur-unsur haranya tergolong

sedikit, namun lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk lainnya.

Beberapa keunggulan yang terdapat dalam pupuk organik, antara lain :

1. Dapat memperbaki dan menjaga struktur tanah tetap gembur sehingga

pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik.

2. Meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga

ketersediaan air yang dibutuhkan tenaman memadai.

13
3. Menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah. Bahan organik menjadi makan

utama bagi organisme dalam tanah seperti cacing, semut dan mikroorganisme

tanah lainnya. Cacing dan semut dapat membantu menjaga kegemburan tanah

dan sementara jasad renik amat berperan dalam mengubah pupuk organik

menjadi senyawa-senyawa yang dapat diserap oleh tanaman.

4. Mengurangi penyumbatan fosfor dan meningkatkan ketersediaan unsur-unsur

hara bermanfaat. Bahan organik yang mengandung asam humus dapat

membantu membebaskan unsur-unsur yang tersekat, sehingga mudah diserap

oleh tanaman. Kelemahan yang ditimbulkan akibat pemakaian pupuk organik

adalah karena proses fermentasinya lama, biaya tenaga kerja dan

transportasinya tinggi, serta sering muncul gulma dan penyakit.

2.5 Manfaat Tumbuhan Mahoni

Mindawati dan Megawati (2013) menjelaskan bahwa pohon mahoni

memiliki banyak manfaat baik secara ekonomi maupun ekolagi dari semua bagian

tubuh tanaman. Manfaat tersebut adalah:

1. Kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan sifatnya tidak

mudah berubah. Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel,

furnitur, barang-barang ukiran dan kerajinan.

a. Kontruksi bangunan, kayu mahoni sangat baik untuk membuat rangka atap,

kusen, daun pintu dan jendela.

b. Veneer dan kayu lapis, sangat baik karena mempunyai permukaan dekoratif

yang indah dan warna khas coklat.

14
c. Mebelair, karena sifat kekuata, keawetan serta warna dan dekoratifnya

banyak dipergunakan dan disukai pembuatan lemari, kursi, meja dan tempat

tidur.

2. Kualitas kayu mahoni sangat baik, mempunyai berat jenis berkisar 0,53 hingga

0,72, termasuk kelas III hingga kelas kuat II. Kayu mahoni mempunyai

penyusutan ke arah radial 0,9 % hingga 3,3 % dan ke arah tanggensial 1,3 %

hingga 5,7 %. Penggeringan secara alami alami kayu mahoni dengan tebal 2,5

cm dari kadar air awal 40, selama 40 hari bias mencapai kadar air kering udara.

Sedangkan dengan dapur penggering kayu mahono dengan tebal 2,5 cm, bias

mencapai kadar air hingga 10 % dengan suhu berkisar 43 Cº dengan

kelembaban nisbi berkisar 75 % hingga 33 %.

3. Ekstrak biji mahoni dapat digunakan sebagai pestisida nabati yang rama

lingkungan untuk mengendalikan hama pada pertanaman kubis, yaitu plutella

xylostella dan crocidolomia binolalis khusus pada saat hama berada pada

stadia larva.

4. Kulit batang pohon mahoni dapat dijadikan pewarna alami untuk mewarnai

benang bahang kain dan tidak mudah luntur.

5. Getah pohon mahoni disebut blendok dapat digunakan sebagai bahan baku

perekat atau lem.

6. Pohon mahoni dapat dijadikan pohon hias yang ditanam di tepi jalan sebagai

peneduh terutama di sepanjang jalan utama atau jalan raya karena pohon

mahoni merupakan salah satu jenis pohon yang bias mengurangi polusi udara

15
sekitar 47 % - 69 % hingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter

udara karena daunnya dapat menyerap polutan-polutan di sekitarnya.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Landi Kanusuang Kecamatan

Mapilli Kabupaten Polewali Mandar dan dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu

September – Oktober 2017.

3.2 Bahan dan alat

3.2.1 Bahan yang digunakan penelitian ini, antara lain:

a. Bibit tanaman mahoni, sebagai objek yang menjadi bahan pengamatan

dalam melakukan penelitian.

b. Pupuk kandang kotoran sapi, sebagai persedia bagi unsur yang dibutuhkan

tanaman, pupuk didapatkan di lokasi Desa Landi Kanusuang Kec. Mapilli

c. Tanah, sebagai tempat akar tumbuh terpancang dan mengambil zat-zat

untuk keperluan hidu pnya

d. Air, sebagai alat pelarut dan penghantar zat hara ke akar tanaman.

e. Polybag ukuran 20 x 25 cm, digunakan sebagai tempat untuk persemaian

tanaman.

f. Label, digunakan untuk menandai polibag dengan dosis pupuk kandang

sapi.

3.2.3 Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Meteran, digunakan untuk mengukur tinggi tanaman.

b. Gayung, sebagai alat yang digunakan untuk menyiram media tanaman.

17
c. Kaliper atau jangka sorong, digunakan untuk mengukur diameter batang

tanaman.

d. Alat tulis menulis.

e. Spidol, digunakan untuk menandai titik pengukuran diameter pada batang

tanaman.

f. Timbangan, digunakan untuk mengukur dosis pupuk kandang sapi.

g. Kamera.

h. Laptop.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode rangcangan acak Kelompok

(RAK), dengan 5 Perlakuan dan 4 Kelompok, dengan demikian terdapat 20 unit

bibit mahoni yang disediakan.

Tabel 1. Denah Percobaan Penelitian

KELOMPOK
I II III IV
PK4 PK1 PK3 PK3

PERLAKUAN PK3 PK0 PK2 PK2


PK0 PK4 PK4 PK1
PK2 PK3 PK1 PK0
PK1 PK2 PK0 PK4

Keterangan:

PK0 = Pupuk Kandang 0 % (kontrol) per volume polybag.

PK1 = Pupuk Kandang 20 % (625 gram) per volume polybag.

18
PK2 = Pupuk Kandang 40 % (1250 gram) per volume polybag.

PK3 = Pupuk Kandang 60 % (1875 gram) per volume polybag.

PK4 = Pupuk Kandang 80 % (2500 gram) per volume polybag.

Polybag yang berukuran 20 x 25 cm diisi pupuk kandang sapi kemudian

ditimbang perlakuan tersebut diulangi sebanyak 5 kali untuk mencari rata-rata

volumenya sehingga hasil 3125 gram dan dibagi 5 dengan jumlah perlakuan =

untuk perlakuan pertama sebanyak 625 gram, perlakuan ke dua 625gram + 625

gram = 1250, perlakuan ke tiga 1250 gram + 625 gram = 1875 gram, dan

kemudian perlakaun ke empat 1875 gram + 625 gram = 2500 gram.

3.4 Prosedur kerja

3.4.1 Penyiapan media

Dalam penelitian ini akan menggunakan media tanam yaitu tanah, dan

pupuk kandang sapi. Sebelum media dicampur terlebih dahulu tanah dikeringkan,

dengan cara dijemur selama 1 hari, setelah itu barulah media dicampur. Dalam

proses pencampuran media, alat ukur yang digunakan adalah polybag berukuran

25 x 20 cm.

3.4.2 Penyiapan bibit

Bibit yang akan digunakan terlebih dahulu disortir berdasarkan jumlah

daunnya yaitu 12 helai daun serta bebas dari serangan hama dan penyakit,

penyortiran dilakukan di Desa Landi Kanusuang Dusun tannga-tannga. Setelah

melakukan penyortiran bibit mahoni tersebut dipindahkan ke polybag berukuran

25 × 20 cm.

19
3.4.3 Proses adaptasi dan pemeliharaan

Setelah penyiapan bibit selesai, bibit mahoni akan dipindahkan ke

lapangan dengan masa adaptasi selama 7 hari. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari

yaitu pagi dan sore hari dengan menggunakan gayung agar tanaman tidak

kekurangan air. Selain itu juga dilakukan pembersihan gulma dan perbaikan posisi

polybag.

3.4.4 Proses pengolahan pupuk kandang

a. Bahan yang dibutuhkan

1) Kotoran hewan, menggunakan kotoran sapi sebanyak 200 kg.

2) Arang sekam yang telah dibakar secukupnya.

3) Jerami yang sudah dibentuk secukupnya.

4) 20 liter air.

5) 5 sendok makan EM4.

6) Dedaunan secukupnya.

7) 5 sendok makan gula pasir

b. Langkah-langkah membuat pupuk kandang

1) Siapkan media pembuatan pupuk dan tempatkan di tempat sejuk tanpa

terkena sinar matahari langsung ataupun air hujan

2) Buat larutan dekomposer dari campuran EM4, gula dan air

3) Campurkan kotoran hewan dengan arang sekam dan aduk hingga rata

4) Taburkan dekomposer tersebut ke larutan kotoran hewan secukupnya

dan aduk sampai rata

20
5) Taburkan jerami, dedak, dan dedaunan atau bubuk gergaji sebagai

lapisan kedua, kemudian siram dengan dekomposer yang sudah dibuat

sebelumnya

6) Tutup rapat bahan-bahan tersebut dengan jerami atau bisa juga karung

goni

7) Aduk adonan pupuk ini hingga merata di hari kedua dan tutup

kembali secara rapat-rapat

8) Cek secara berkala hasil adonan, jika tangan menjadi sangat panas

ketika mengaduk adonan pupuk ini, tandanya pupuk belum siap untuk

digunakan

9) Cek kembali di hari keempat, yang mana biasanya saat kamu

mengaduk adonan pupuk dengan tangan tidak akan terasa panas

seperti sebelumnya. Jika begini, berarti pupuk organik siap untuk

kamu gunakan.

3.5 Variabel pengamatan

3.5.1 Tinggi (cm).

Pengukuran tinggi bibit dilakukan setelah proses adaptasi bibit di lapangan

yaitu selama 7 hari. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 2 bulan. Tinggi

diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk bibit.

3.4.2 Diameter (mm).

Pengukuran diameter bibit dilakukan dengan menggunakan meteran,

diukur pada pangkal batang sekitar 3 cm dari permukaan tanah yang sudah

ditandai dengan spidol. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama dua bulan.

21
3.5.2 Jumlah daun (helai)

Rata-rata bibit mahoni yang diamati memiliki 12 helai daun. Pengamatan

akan dilakukan setiap minggu selama 2 bulan untuk mengetahui pertambahan

jumlah daun.

3.6 Analisis data

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Aplikasi SPSS

versi 2020, apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan

menggunakan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada tingkat signifikansi 5%).

Model linier rancangan acak kelompok seperti yang dijelaskan oleh Hanafiah

(2010) adalah, sebagai berikut:

Yij =  + i + j + ij

Di mana,

Yij = nilai pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

 = rata-rata umum

i = pengaruh kelompok/blok ke -i

j = pengaruh perlakuan ke-j

ij = komponen acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam Rancangan Acak Kelompok

a) Hipotesis pengaruh perlakuan

H˳: α1 = …= αi = o (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang

diamati)

H1 : paling sedikit ada satu I dimana αi ≠ o

22
b) Hipotesis pengaruh pengelompokan

H˳: β1 = ...= βj = o (kelompok tidak berpengaruh terhadap respon yang

diamati)

H1: paling sedikit ada satu j dimana βj ≠ o

3.7 Defenisi Operasional

1. Mahoni (Swietenia Macrophylla King) famili Meliaceace. Tanaman mohoni

adalah tanaman tahunan dengan tinggi yang bisa mencapai 10-20 m dan

diameter lebih dari 100 cm. Sistem perakaran tanaman mahoni yaitu akar

tunggang dan batang berbentuk bulat, berwarna cokelat tua keabu-abuan, dan

memiliki banyak cabang sehingga kanopi berbentuk paying dan sangat rimbun.

(suhano, 2010).

2. Pembibitan pohon adalah tempat yang dikelola dan dirancang untuk

memproduksi bibit yang dibesarkan di dalam kondisi baik samapi bibit siap

untuk di tanam.

3. Pertumbuhan merupakan pertambahan/perkembangan elemen-elemen antara

lain: tinggi pohon dan diameter batang pohon sampai dengan waktu tertentu.

4. Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang membuat batang menjadi

panjang dan membuat cabang karena adanya titik tumbuh apical diujung

pohon.

5. Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang membuat diameter batang

menjadi besar.

23
6. Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang yang berasal dari kotorang sapi

yang baik untuk memperbaiki kesuburan, sifat fisika, kimia, dan biologi tanah,

meningkatkan unsur hara makro dan mikro, meningkatkan daya pegang air,

dan meningkatkan kapasitas tukar kation.

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh pupuk kandang terhadap tinggi bibit Mahoni

4.1.1 Rata-rata pertambahan tinggi bibit Mahoni (cm)

Berdasarkan data hasil pengukuran tinggi bibit mahoni (sweeteniasp)

selama 8 minggu diperoleh hasil rata-rata pertambahan tinggi seperti disajikan

pada gambar 1.

Pertambahan Tinggi Tanaman Mahoni


0.7
0.6 0.66
Tinggi Bibit (cm)

0.5 0.52
0.4
0.3 0.35
0.28
0.2
0.1 0.16

0
PK0 PK1 PK2 PK3 PK4

Perlakuan

Gambar 5.4 Pertambahan Tinggi Tanaman Mahoni (cm)

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa pertambahan tinggi

rata-rata bibit terendah hingga tertinggi masing-masing berurutan yakni PK0,

PK1, PK2, PK3, dan PK4. Dengan respon pertambahan tinggi terbesar 0,66 cm

per pekan. Pemberian pupuk kandang sapi pada beberapa dosis yang berbeda

dapat menambah tinggi tanaman mahoni, semakin tinggi dosis pupuk kandang

25
sapi yang diberikan semakin tinggi tanaman mahoni. Pada pemberian dosis pupuk

kandang 80% (2500 gram)/tanaman memberikan pengaruh yang paling baik

terhadap dimater batang tanaman mahoni yaitu 0,66 cm.

Data hasil pengamatan terlihat bahwa perlakuan PK0 (tanpa pupuk

kandang) menghasilkan tinggi tanaman mahoni terendah yaitu 0,16 cm dikuti oleh

perlakuan PK1, PK2, PK3. Angka pertumbuhan yang tertinggi ditunjukkan oleh

perlakuan PK4 yaitu 0,66 cm. pada perlakuan PK0 tanaman mahoni hanya

mendapatkan unsur hara dari media yang digunakan, sehinnga pertumbuhan yang

baik perlu dilakukan pemupukan dengan dosis yang tepat. Tanah yang miskin

akan unsur hara perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk organik seperti pupuk

kandang agar tanah menjadi lebih gembur dan subur.

Lingga (1999) menyatakan bahwa tanah yang akan ditanami dengan

tanaman dan berproduksi dengan baik, tanah itu harus mempunyai persedian yang

cukup akan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dari dalam tanah. Tidak

hanya saja yang diperlukan harus tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan

tanaman, tetapi juga harus ada keseimbangan diantara unsur-unsur hara tersebut

yang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman.

4.1.2. Analisis pengaruh pupuk kandang sapi terhadap tinggi tanaman mahoni

(cm)

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam/uji-f (uji hipotesis) dapat dilihat

pada Tabel 1.Hasil analis sidik ragam/uji-f (uji hipotesis) menggunakan SPSS

Keragama Jumlah D Kuadrat


n Kuadrat b Tengah F Sig.
Perlakuan 0,638 4 0,159 17,129 0,000

26
Galat 0,140 15 0,009
Total 3,851 20
Keterangan: Berdasarkan analisis sidik ragam menggunakan SPSS dimana

perlakuan kita dapat melihat jumlah kuadrat pertambahan tinggi 0,638 kemudian

pertambahan tinggi kuadrat trengah 0,159 dengan 4 kali pengamatan dan uji-

f/hipotesis 17,129 yang berarti uji f menerima angka signifikan 0,000.

Maka dapat disimpulkan angka yang tidak melebihi nilai taraf 0,05 pada

tabel singnifikan berarti bepengaruh nyata..

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan nilai siknifikan 0,000. Hal ini

bermakna pupuk kandang mempengaruhi pertambahan tinggi bibit tanaman

mahoni. Penjelasannya bahwa nilai sig, tidak melebihi taraf 0,05 pada kotak

siginifikansi 5% berarti berpengaruh nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa

komposisi pupuk kandang dapat berpengaruh terhadap pertambahan tinggi

tanaman mahoni yang berarti hipotesisnya adalah menolak H0 dan menerima H1.

Berdasarkan analisis tersebut sehingga dapat dilakukan uji lanjut (Ducan).

4.1.3. Uji pengaruh pupuk kandang terhadap tinggi (cm)

Tabel 2. Hasil uji lanjut Duncan pada taraf signifikansi 5%.

Perlakua Subset
n N 1 2 3
PK 0 4 ,1550
PK 1 4 ,2775 ,2775
PK 2 4 ,3475
PK 3 4 ,5200
PK 4 4 ,6600
Sig. ,093 ,321 ,058
Keterangan: Berdasarkan uji lanjut Duncan pengaruh pupuk kandang

terhadap tinggi terlihat bahwa dari 5 perlakuan menunjukkan perlakuan PK0 dan

27
PK1 berbeda nyata dimana nilai rata-rata PK0 ,1550 , PK2 ,2775 sama-sama

memiliki 4 kali pengamatan, kemudian perlakuan PK1 dan PK2 juga berbeda

nyata dimana nilai rata-rata PK1 ,2775, PK2 ,3475 dan juga sama-sama memiliki

4 kali pengamatan, begitupun dengan PK3 dan PK4 juga berbeda nyata dimana

nilai rata-rata PK3 ,5200 , PK4 6600 sama-sama memiliki 4 kali pengamatan.

Dari lima penjelesan perlakuan di atas menunjukkan bahwa perlakuan

PK4 (pupuk kandang sapi 80% per volume polybag) memberikan nilai rata-rata

tertinggi pertambahan tinggi tanaman bibit mahoni dan berbeda nyata dengan

PK0, PK1 dan PK2 tetapi tidak berbeda nyata dengan PK3.

Maka dapat disimpulkan angka yang diikuti huruf yang berbeda berarti

berbeda nyata pada taraf uji lanjut Duncan 0,05

4.2. Pengaruh pupuk kandang terhadap Diameter batang Mahoni (mm)

4.2.1. Rata-rata pertambahan Diameter batang Mahoni (mm)

Berdasarkan data hasil pengukuran dimeter batang mahoni (sweeteniasp)

selama 8 minggu diperoleh hasil rata-rata pertambahan tinggi seperti disajikan

pada gambar 2.

Pertambahan Diameter
Tanaman Mahoni
0.5
Diameter (mm)

0.4
0.3
0.2 0.41
0.25 0.28 0.28
0.1 0.11
0
PK0 PK1 PK2 PK3 PK4
Perlakuan

28
Gambar 6.4 Pertambahan Diameter Tanaman Mahoni (mm)

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa pertambahan diameter

batang rata-rata bibit terendah hingga tertinggi masing-masing yakni PK0, PK1,

PK2, PK4, dan PK3. Dengan respon pertambahan dimater batang terbesar 0,41

per pekan. Pemberian pupuk kandang sapi pada beberapa dosis yang berbeda

dapat menambah dimater batang tanaman mahoni, namun semakin tinggi dosis

pupuk kandang sapi yang diberikan tidak berpengaruh pada diameter batang

tanaman mahoni. Pada pemberian dosis pupuk kandang 60% (1875

gram)/tanaman memberikan pengaruh yang paling baik terhadap dimater batang

tanaman mahoni yaitu 0,41mm.

Berdasarkan dari data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa parameter diameter batang menunjukkan bahwa perlakuan PK3

menghasilkan angka tertinggi, meskipun hasil dari rata-rata menunjukkan angka

tertinggi pada PK3. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dosis tersebut kebutuhan

unsur hara untuk pertumbuhan tanaman mahoni sudah cukup. Karena pupuk

kandang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat tanah yang

keras dengan pemeberian pupuk kandang, maka tanah menjadi gembur dan

remah, sifat kimia tanah artinya pupuk kandang dapat menambah unsur hara

sedangkan sifat biologi dapat meningkatkan kandunganjasad renik dalam tanah

yang berfungsi sebagai dekomposer.

Menurut Sutanto (2002) bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang alami

dan tidak merusak tanah, menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium,

kalsium, dan bekerang) dan mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium).

29
Selain itu pupuk kandang berfungsi meningkatkan daya menahan air, aktivitas

mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah.

Sehingga akar-akar tanaman lebih mudah menembus tanah untuk mendapatkan

unsur hara.

4.2.2. Analisis pengaruh pupuk kandang sapi terhadap Diameter batang Mahoni

(mm)

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam/uji-f (uji hipotesis) dapat dilihat

pada: Tabel3. Hasil analissidikragam/uji-f (uji hipotesis) menggunakan SPSS

Keragama Jumlah D Kuadrat


n Kuadrat b Tengah F Sig.
Perlakuan 0,180 4 0,045 15,579 0,000
Galat 0,043 15 0,003
Total 1,644 20
Keterangan: Berdasarkan analisis sidik ragam menggunakan SPSS dimana

perlakuan kita dapat melihat jumlah kuadrat pertambahan Diameter 0,180

kemudian pertambahan tinggi kuadrat tengah 0,045 dengan 4 kali pengamatan

dan uji-f/hipotesis 15, 579 yang berarti uji f menerima angka signifikan 0,000.

Maka dapat disimpulkan angka yang tidak melebihi nilai taraf 0,05 pada

tabel singnifikan berarti bepengaruh nyata.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan nilai siknifikan 0,000. Hal ini

bermakna pupuk kandang mempengaruhi pertambahan diameter batang bibit

tanaman mahoni. Penjelasannya bahwa nilai sig, tidak melebihi taraf 0,05 pada

kotak siginifikansi 5% berarti berpengaruh nyata, sehingga dapat disimpulkan

bahwa komposisi pupuk kandang dapat berpengaruh terhadap pertambahan

diameter batang tanaman mahoni yang berarti hipotesisnya adalah menolak H0

30
dan menerima H1. Berdasarkan analisis tersebut sehingga dapat dilakukan uji

lanjut (Ducan).

4.2.3. Uji pengaruh pupuk kandang sapi terhadap Diameter batang mahoni (mm)

Tabel4. Hasil uji lanjut Duncan pada tarafsiginifikansi 5%.

Perlakua Subset
n N 1 2 3
PK 0 4 ,1125
PK 1 4 ,2500
PK 2 4 ,2800
PK 4 4 ,2800
PK 3 4 ,4100
Sig. 1,000 ,466 1,000
Keterangan: : Berdasarkan uji lanjut Duncan pengaruh pupuk kandang

terhadap Diameter terlihat bahwa dari 5 perlakuan menunjukkan perlakuan PK0

memiliki nilai rata-rata ,1225 paling rendah tidak berbeda nyata dari 4 perlakuan.

PK1, PK2, PK4 berbeda nyata dimana nilai rata-rata PK1 ,2500 , PK2 ,2800, PK4

,2800 sama-sama memiliki 4 kali pengamatan, kemudian perlakuan PK3

memiliki nilai rata-rata paling tinggi dari 4 perlakuan, dapat kita lihat bahwa PK3

tidak berbeda nyata dengan PKO, PK1, PK2, dan PK4 dimana nilai rata-rata

PK3 ,4100.

Perlakuan di atas menunjukkan bahwa perlakuan PK3 (Pupuk Kandang

Sapi 60% per volume polybag) memberikan nilai rata-rata tertinggi terhadap

pertambahan diameter batang tanaman mahoni dan berbeda nyata dengan PK0,

PK1, PK2, dan PK4.

Dapat di simpulkan angka yang di ikuti huruf yang berbeda berarti

berbeda nyata pada taraf uji lanjut Duncan 0,05,

4.3. Pengaruh pupuk kandang sapi terhadap Jumlah Daun Mahoni (helai)

31
4.3.1. Rata-rata jumlah daun mahoni (helai)

Berdasarkan data hasil pengukuran jumlah daun mahoni (sweeteniasp)

selama 8 minggu diperoleh hasil rata-rata pertambahan jumlah daun terlihat

bahwa perlakuan PK0 (tanpa pupuk kandang) 0,63 helai seperti disajikan pada

gambar 3.

Gambar
Pertambahan Jumlah Daun
Tanaman Mahoni 7.4 Pertambahan
3
Jumlah Daun
Helai Daun

2
Tanaman Mahoni
1
(helai)
0
PK0 PK1 PK2 PK3 PK4
Diagram di
Perlakuan
atas menunjukan

bahwa perlakuan PK4 (pupuk kandang sapi 80% per volume polybag)

memberikan nilai rata-rata tertinggi terhadap pertambahan jumlah daun tanaman

mahoni tetapi tidak bebeda nyata dengan PK0, PK1, PK2, dan PK3.

4.3.2. Analisis pengaruh pupuk kandang sapi terhadap jumlah daun Mahoni

(helai)

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam/uji-f (uji hipotesis) dapat dilihat

pada: Tabel 5. Hasil analis sidik ragam/uji-f (uji hipotesis) menggunakan SPSS

32
Keragama Jumlah D Kuadrat
n Kuadrat b Tengah F Sig.
Perlakuan 1,74
7,004 4 1,751 ,205
6
Kelompok 1,592 3 ,531 ,529 ,671
Galat 12,037 12 1,003
Total 71,036 20
Keterangan: Berdasarkan analisis sidik ragam menggunakan SPSS dimana

perlakuan kita dapat melihat jumlah kuadrat pertambahan jumlah daun 7,004

kemudian pertambahan tinggi kuadrat tengah 1,751 dengan 4 kali pengamatan

dan uji-f/hipotesis 1,746 yang berarti uji f menolak angka signifikan ,205

Maka dapat disimpulkan angka yang tidak melebihi nilai taraf 0,05 pada

tabel singnifikan berarti tidak bepengaruh nyata..

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan nilai siknifikan ,205. Hal ini

bermakna pupuk kandang tidak mempengaruhi pertambahan jumlah daun bibit

tanaman mahoni. Penjelasannya bahwa nilai sig, melebihi taraf 0,05 pada kotak

siginifikansi 5% berarti tidak berpengaruh nyata, sehingga dapat disimpulkan

bahwa komposisi pupuk kandang sapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap

pertambahan jumlah daun tanaman mahoni yang berarti hipotesisnya adalah

menolak H1 dan menerima H0. Berdasarkan analisis tersebut sehingga dapat

dilakukan uji lanjut (Duncan).

4.3.3. Uji pengaruh pupuk kandang terhadap jumlah daun Mahoni (helai)

Tabel 6. Hasil uji lanjut Duncan pada taraf siginifikansi 5%.

Subset
Perlakuan N 1 2
PK 0 4 ,6250
PK 1 4 1,4075 1,4075
PK 3 4 1,6400 1,6400

33
PK 2 4 1,8200 1,8200
PK 4 4 2,4450
Sig. ,143 ,199
Keterangan: : Berdasarkan uji lanjut Duncan pengaruh pupuk kandang

terhadap Jumlah Daun menunjukkan PK0, PK1, PK3, PK2 berbeda nyata terlihat

bahwa dari 5 perlakuan menunjukkan perlakuan PK0 memiliki nilai rata-rata ,

6250, PK1 1,4075, PK3 1,6400, PK2 1,8200 sama-sama memiliki 4 kali

pengamatan, kemudian perlakuan PK4 tidak berbeda nyata PK0, PK1, PK2, PK3

dimana PK4 memiliki nilai rata-rata 2,4450.

Dapat di simpulkan angka yang di ikuti huruf tida berbeda nyata pada taraf

uji lanjut Duncan 0,05,

34
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

tanaman mahoni pada parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah

daun. Data hasil pengamatan terlihat bahwa perlakuan PK0 (tanpa pupuk

kandang) menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman mahoni terendah yaitu

0,16 cm diikuti oleh perlakuan PK1, PK2, PK3 dan PK4 angka pertumbuhan

yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan PK4 yaitu 0,66 cm, pertumbuhan

diameter batang tanaman mahoni terendah yaitu PK0, 0,11 mm diikuti oleh

perlakuan PK1, PK2, PK4 dan PK3 angka pertumbuhan yang tertinggi

ditunjukkan oleh perlakuan PK3 yaitu 0,41 mm dan jumlah daun terlihat bahwa

perlakuan PK0 (tanpa pupuk kandang) menghasilkan jumlah daun tanaman

mahoni terendah yaitu 0,63 diikuti oleh perlakuan K1, K2, K3 dan K4, angka

penambahan jumlah daun yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan K4 yaitu

0,63.

2. Pengaruh perlakuan pupuk kandang (pupuk kandang sapi 80% (2500 gram) per

volume polibag) memberikan hasil tertinggi terhadap pertumbuhan tanaman

bibit mahoni pada variabel tinggi dan jumlah daun.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini maka disarankan:

35
1. Bagi peneliti lain: dilanjutkan penelitian relevansi mendapatkan hasil

pertambahan diameter yang lebih baik pada perlakuan pupuk kandang (pupuk

kandang sapi 80% (2500 gram) per volume polibag) maka perlu dilakukan

pemilihan bibit tanaman mahoni yang seragam dalam pertumbuhan dan

genetiknya.

2. Bagi masyarakat: disaran kepada masyarat untuk budidayakan tanaman mahoni

karena dapat tumbuh pada berbagai tempat dan jenis tanah.

3. Bagi pengusaha: kayu mahoni mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi

untuk bahan baku industri dan mempunyai kualitas kayu.

36
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, 2012. Studi Tentang Pertumbuhan Tanaman Mahoni (Swietenia


macrophylla King) di Areal Kampus Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. Karya ilmiah tidak dipublikasikan. Jurusan Manajemen
Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hadi, Q. A. dan Napitupulu, R. M. 2011. Tanaman investasi pendulang rupiah.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Hadisumitro, L. M. 2002. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2010. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers.


Jakarta.

Integrated Taxonomic Information System: Swietenia macrophylla King.

Kastono, D. 1999. Budidaya Tanaman Semusim: Bagian Tembakau. Diktat Mata


Kuliah Budidaya Tanaman Semusim. Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta.

Krisnawati, H., Kallio, M. and Kanninen, M. 2011 Swietenia macrophylla King:


ecology, silviculture and productivity. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Lemmens, RH. M.J.I. Soerianegara and W.C. Wong (eds.) 1995. Plant Resources
of South East Asia 5(2) Timber Trees : Minor Commerces timber. Bogor.

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Mindawati, N. and Tata, M.H 2001 Aspek silvikultur jenis khaya, mahoni dan
meranti. Prosedings Ekspose Pengembangan jenis tanaman potensial
(khaya, mahoni dan meranti) untuk pembangunan hutan tanaman: 42-46
hal.

Mindawati, N. dan Megawati. 2013. Manual Budidaya Mahoni (Swietenia


macrophylla King.) Pusat penelitian dan Pengembangan Peningkatan.

Napitulu, M., Sujalu, A.P., Martinus, H. 2014. Pengaruh Pupuk NPK Mutiara
dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Terung (Solanum melogena L.). Laporan Penelitian Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Pada Masyarakat. Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda. Samarinda.

37
Pranata, S. A. 2010. Meningkat Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. AgroMedia
Pustaka. Jakarta,

Produktivitas Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor,


Indonesia.

Ruchaeni, A 2013. Ilmu Pertumbuhan Hutan. Mulawarman University Prees.


Samarinda.

Setiawan, BS 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Jakarta: Penebar


Swdaya.

Soerjaningrat, M.S. 1970. Suatu Studi Tentang Permudaan Buatan Mahoni Daun
Lebar di KPH Tasikmalaya. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan


Pengembangannya). Kanisius: Yogyakarta.

Sutanto, R. 2002. Pertanian organik. Kanisius: Yogyakarta.

Sutarni, M.S. 1995. Flora Eksotika Tanaman. Penerbit Kansius. Jakarta


Taxonomic Serial No.: 29027

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=29027#null [20 September 2017].

Yunianti, A. D. dan Muin, M. 2009. Pertumbuhan Pohon dan Kualitas Kayu.


Buku ajar tidak dipublikasikan. Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin.

38
LAMPIRAN

39
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel 1. Denah Percobaan Penelitian

KELOMPOK
I II III IV
PK4 PK1 PK3 PK3

PERLAKUAN PK3 PK0 PK2 PK2


PK0 PK4 PK4 PK1
PK2 PK3 PK1 PK0
PK1 PK2 PK0 PK4

Keterangan:

PK0 = Pupuk Kandang 0 % (kontrol) per volume polybag.

PK1 = Pupuk Kandang 20 % (625 gram) per volume polybag.

PK2 = Pupuk Kandang 40 % (1250 gram) per volume polybag.

PK3 = Pupuk Kandang 60 % (1875 gram) per volume polybag.

PK4 = Pupuk Kandang 80 % (2500 gram) per volume polybag.

Lampiran 2. Tabel 2. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni (cm).

Tabel hasil pengukuran awal tinggi tanaman mahoni (cm)

Jumla
Perlakuan Rerata
Perlakuan h
I II II IV
PK 0 27.4 22.8 22.3 32.7 105.2 26.3
PK 1 27.7 22.9 23.6 32.8 107 26.75
PK 2 27.2 22.8 22.6 33.5 106.1 26.53
PK 3 27.3 22.4 22.1 32.7 104.5 26.13
PK 4 27.7 22.3 22.2 32.5 104.7 26.18
Jumlah 137.3 113.2 112.8 164.2 527.5 131.88
Rerata 27.46 22.64 22.56 32.84 105.5 26.38

40
Lampiran 2.Tabel 3. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni pada minggu ke-1

(cm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 27.60 23.00 22.50 32.90 106.00 26.50
PK 1 28.00 23.20 23.70 33.10 108.00 27.00
PK 2 27.40 23.00 22.80 33.70 106.90 26.73
PK 3 27.90 23.00 22.70 33.30 106.90 26.73
PK 4 28.30 23.00 22.80 33.10 107.20 26.80
115.2 166.1
Jumlah 139.20 114.50 535.00 133.75
0 0
Rerata 27.84 23.04 22.90 33.22 107.00 26.75

Lampiran 2.Tabel 4. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni pada minggu ke-2

(cm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 28.00 23.00 22.60 33.00 106.60 26.65
PK 1 28.50 23.60 24.00 33.40 109.50 27.38
PK 2 27.60 23.30 23.20 33.80 107.90 26.98
PK 3 28.60 23.60 23.10 34.00 109.30 27.33
PK 4 28.80 23.50 23.70 33.90 109.90 27.48
117.0 168.1
Jumlah 141.50 116.60 543.20 135.80
0 0
Rerata 28.30 23.40 23.32 33.62 108.64 27.16

Lampiran 2.Tabel 5. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni pada minggu ke-3

(cm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 28.10 23.30 22.70 33.30 107.40 26.85
PK 1 29.00 24.00 24.00 33.50 110.50 27.63
PK 2 28.10 23.70 24.00 33.80 109.60 27.40

41
PK 3 29.00 24.10 23.50 34.00 110.60 27.65
PK 4 29.50 23.50 24.30 34.20 111.50 27.88
118.6 168.8
Jumlah 143.70 118.50 549.60 137.40
0 0
Rerata 28.74 23.72 23.70 33.76 109.92 27.48

Lampiran 2.Tabel 6. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni pada minggu ke-4

(cm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 28.10 23.50 22.80 33.40 107.80 26.95
PK 1 29.10 24.00 24.40 33.50 111.00 27.75
PK 2 28.30 24.00 24.10 34.00 110.40 27.60
PK 3 29.00 24.50 23.50 34.10 111.10 27.78
PK 4 31.00 23.60 24.50 35.00 114.10 28.53
119.6 170.0
Jumlah 145.50 119.30 554.40 138.60
0 0
Rerata 29.10 23.92 23.86 34.00 110.88 27.72

Lampiran 2.Tabel 7. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni pada minggu ke-5

(cm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 28.30 23.60 23.00 33.50 108.40 27.10
PK 1 29.30 24.20 25.00 33.70 112.20 28.05
PK 2 28.40 24.50 24.90 34.30 112.10 28.03
PK 3 29.30 25.30 24.10 34.90 113.60 28.40
PK 4 33.00 23.70 24.80 35.50 117.00 29.25
121.3 171.9
Jumlah 148.30 121.80 563.30 140.83
0 0
Rerata 29.66 24.26 24.36 34.38 112.66 28.17

42
Lampiran 2.Tabel 8. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni pada minggu ke-6

(cm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 28.40 23.80 23.10 33.70 109.00 27.25
PK 1 29.60 24.50 25.30 34.00 113.40 28.35
PK 2 28.90 24.90 25.30 34.70 113.80 28.45
PK 3 30.00 25.90 24.70 35.50 116.10 29.03
PK 4 33.70 24.50 25.50 36.20 119.90 29.98
123.6 174.1
Jumlah 150.60 123.90 572.20 143.05
0 0
Rerata 30.12 24.72 24.78 34.82 114.44 28.61

Lampiran 2.Tabel 9. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni pada minggu ke-7

(cm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 28.60 23.90 23.30 33.80 109.60 27.40
PK 1 29.90 24.80 25.60 34.30 114.60 28.65
PK 2 29.40 25.30 25.70 35.10 115.50 28.88
PK 3 30.70 26.50 25.30 36.10 118.60 29.65
PK 4 34.40 25.30 26.20 36.90 122.80 30.70
125.8 176.2
Jumlah 153.00 126.10 581.10 145.28
0 0
Rerata 30.60 25.16 25.22 35.24 116.22 29.06

Lampiran 2.Tabel 10. Hasil pengukuran tinggi tanaman mahoni pada minggu ke-

8(cm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 28.70 24.10 23.40 34.00 110.20 27.55
PK 1 30.20 25.10 25.90 34.60 115.80 28.95
PK 2 29.90 25.70 26.10 35.50 117.20 29.30

43
PK 3 31.40 27.10 25.90 36.70 121.10 30.28
PK 4 35.10 26.10 26.90 37.60 125.70 31.43
128.1 178.4
Jumlah 155.30 128.20 590.00 147.50
0 0
Rerata 31.06 25.62 25.64 35.68 118.00 29.50

Lampiran 2.Tabel 11. Hasil pertambahan tinggi tanaman mahoni selama 8

minggu (cm).

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 0.16 0.16 0.14 0.16 0.62 0.16
PK 1 0.31 0.28 0.29 0.23 1.11 0.28
PK 2 0.34 0.36 0.44 0.25 1.39 0.35
PK 3 0.51 0.59 0.48 0.50 2.08 0.52
PK 4 0.93 0.48 0.59 0.64 2.64 0.66
Jumlah 2.25 1.87 1.94 1.78 7.84 1.96
Rerata 0.45 0.37 0.39 0.36 1.57 0.39

Lampiran 2. Tabel 12. Hasil analisis sidik ragam/uji-f (uji hipotesis)

menggunakan SPSS. Tinggi Mahoni (cm)

Keragama Jumlah D Kuadrat


n Kuadrat b Tengah F Sig.
Perlakuan 0,638 4 0,159 17,129 0,000
Galat 0,140 15 0,009
Total 3,851 20

Keterangan: angka yang tidak melebihi nilai taraf 0,05 pada tabel signifikansi 5%

berarti berpengaruh nyata.

44
Lampiran 2. Tabel 13. Hasil pengukuran diameter tanaman bibit mahoni (mm)

Tabel hasil pengukuran awal diameter tanaman mahoni (mm).

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 4.00 4.00 4.50 4.50 17.00 4.25
PK 1 4.50 4.00 4.50 5.00 18.00 4.50
PK 2 5.50 4.50 4.00 5.00 19.00 4.75
PK 3 5.00 5.00 5.00 4.50 19.50 4.88
PK 4 8.00 5.00 4.00 6.00 23.00 5.75
Jumlah 27.00 22.50 22.00 25.00 96.50 24.13
Rerata 5.40 4.50 4.40 5.00 19.30 4.83

Lampiran 2. Tabel 14. Hasil pengukuran diameter tanaman mahoni pada minggu

ke-1 (mm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 4.00 4.00 4.50 4.50 17.00 4.25
PK 1 4.50 4.00 4.50 5.00 18.00 4.50
PK 2 5.50 4.50 4.00 5.00 19.00 4.75
PK 3 5.00 5.00 5.00 4.50 19.50 4.88
PK 4 8.00 5.00 4.00 6.00 23.00 5.75
Jumlah 27.00 22.50 22.00 25.00 96.50 24.13
Rerata 5.40 4.50 4.40 5.00 19.30 4.83

Lampiran 2. Tabel 15. Hasil pengukuran diameter tanaman mahoni pada minggu

ke-2 (mm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 4.00 4.00 4.50 5.00 17.50 4.38
PK 1 5.00 4.50 4.50 5.00 19.00 4.75
PK 2 6.00 5.00 4.50 5.50 21.00 5.25
PK 3 6.00 6.00 5.50 5.00 22.50 5.63
PK 4 8.50 5.50 4.50 6.50 25.00 6.25
Jumlah 29.50 25.00 23.50 27.00 105.00 26.25

45
Rerata 5.90 5.00 4.70 5.40 21.00 5.25

Lampiran 2. Tabel 16. Hasil pengukuran diameter tanaman mahoni pada minggu

ke-3 (mm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 4.50 4.20 4.50 5.00 18.20 4.55
PK 1 6.00 4.50 4.50 5.50 20.50 5.13
PK 2 6.50 5.00 4.50 6.00 22.00 5.50
PK 3 6.50 6.00 6.50 6.00 25.00 6.25
PK 4 8.50 6.00 5.00 6.50 26.00 6.50
Jumlah 32.00 25.70 25.00 29.00 111.70 27.93
Rerata 6.40 5.14 5.00 5.80 22.34 5.59

Lampiran 2. Tabel 17. Hasil pengukuran diameter tanaman mahoni pada minggu

ke-4 (mm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 4.50 4.50 4.50 5.00 18.50 4.63
PK 1 6.00 5.00 5.00 5.50 21.50 5.38
PK 2 7.00 5.00 5.00 6.50 23.50 5.88
PK 3 6.50 6.50 7.00 6.50 26.50 6.63
PK 4 9.50 6.00 5.00 7.00 27.50 6.88
Jumlah 33.50 27.00 26.50 30.50 117.50 29.38
Rerata 6.70 5.40 5.30 6.10 23.50 5.88

Lampiran 2. Tabel 18. Hasil pengukuran diameter tanaman mahoni pada minggu

ke-5 (mm)

Perlakuan Perlakuan Jumlah Rerata

46
I II II IV
PK 0 4.50 4.50 5.00 5.00 19.00 4.75
PK 1 6.50 6.00 5.50 6.00 24.00 6.00
PK 2 7.00 6.00 6.00 6.50 25.50 6.38
PK 3 7.50 7.50 7.00 7.00 29.00 7.25
PK 4 9.50 6.00 6.00 7.50 29.00 7.25
Jumlah 35.00 30.00 29.50 32.00 126.50 31.63
Rerata 7.00 6.00 5.90 6.40 25.30 6.33

Lampiran 2. Tabel 19. Hasil pengukuran diameter tanaman mahoni pada minggu

ke-6 (mm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 5.00 4.50 5.00 5.50 20.00 5.00
PK 1 6.50 6.00 5.50 6.00 24.00 6.00
PK 2 7.50 6.00 6.00 7.00 26.50 6.63
PK 3 7.50 7.50 7.50 7.50 30.00 7.50
PK 4 10.00 6.50 6.00 7.50 30.00 7.50
Jumlah 36.50 30.50 30.00 33.50 130.50 32.63
Rerata 7.30 6.10 6.00 6.70 26.10 6.53

Lampiran 2. Tabel 20. hasil pengukuran diameter tanaman mahoni pada minggu

ke-7 (mm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 5.00 5.00 5.00 5.50 20.50 5.13
PK 1 7.00 6.50 5.50 6.00 25.00 6.25
PK 2 7.50 6.00 6.50 7.00 27.00 6.75
PK 3 8.00 7.50 7.50 8.00 31.00 7.75
PK 4 10.00 6.50 6.50 8.00 31.00 7.75
Jumlah 37.50 31.50 31.00 34.50 134.50 33.63
Rerata 7.50 6.30 6.20 6.90 26.90 6.73

47
Lampiran 2. Tabel 21. Hasil pengukuran diameter tanaman mahoni pada minggu

ke-8 (mm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 5.00 5.00 5.00 5.50 20.50 5.13
PK 1 7.00 6.50 6.00 6.50 26.00 6.50
PK 2 8.00 6.00 6.50 7.50 28.00 7.00
PK 3 8.00 8.00 8.00 8.50 32.50 8.13
PK 4 10.50 7.00 6.50 8.00 32.00 8.00
Jumlah 38.50 32.50 32.00 36.00 139.00 34.75
Rerata 7.70 6.50 6.40 7.20 27.80 6.95

Lampiran 2. Tabel 22. Hasil pengukuran diameter tanaman mahoni selama 8

minggu (mm)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 0.13 0.13 0.06 0.13 0.45 0.11
PK 1 0.31 0.31 0.19 0.19 1.00 0.25
PK 2 0.31 0.19 0.31 0.31 1.12 0.28
PK 3 0.38 0.38 0.38 0.50 1.64 0.41
PK 4 0.31 0.25 0.31 0.25 1.12 0.28
Jumlah 1.44 1.26 1.25 1.38 5.33 1.33
Rerata 0.29 0.25 0.25 0.28 1.07 0.27

Lampiran 2. Tabel 23. Hasil analisis sidik ragam/uji-f (uji hipotesis)

menggunakan SPSS. Diameter Batang (mm)

Keragama Jumlah D Kuadrat


n Kuadrat b Tengah F Sig.
Perlakuan 0,180 4 0,045 15,579 0,000
Galat 0,043 15 0,003
Total 1,644 20

Keterangan: angka yang tidak melebihi nilai taraf 0,05 pada tabel signifikansi 5%

berarti berpengaruh nyata.

48
Lampiran 3. Tabel 24. Hasil pengukuran jumlah daun tanaman mahoni (helai)

Tabel hasil pengukuran awal jumlah daun tanaman mahoni (helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 4 4 4 4 16.00 4.00
PK 1 4 4 4 4 16.00 4.00
PK 2 4 4 4 4 16.00 4.00
PK 3 4 4 4 4 16.00 4.00
PK 4 4 4 4 4 16.00 4.00
Jumlah 20.00 20.00 20.00 20.00 80.00 20.00
Rerata 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00

Lampiran 3. Tabel 25. Hasil pengukuran jumlah daun mahoni pada minggu ke-1

(helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 4 4 4 4 16.00 4.00
PK 1 4 4 4 4 16.00 4.00
PK 2 4 4 6 4 18.00 4.50
PK 3 6 4 4 6 20.00 5.00
PK 4 4 4 4 6 18.00 4.50
Jumlah 22.00 20.00 22.00 24.00 88.00 22.00
Rerata 4.40 4.00 4.40 4.80 17.60 4.40

Lampiran 3. Tabel 26. Hasil pengukuran jumlah daun mahoni pada minggu ke-2

(helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 6 6 6 6 24.00 6.00

49
PK 1 6 6 6 6 24.00 6.00
PK 2 6 10 4 6 26.00 6.50
PK 3 8 6 4 8 26.00 6.50
PK 4 6 6 8 6 26.00 6.50
Jumlah 32.00 34.00 28.00 32.00 126.00 31.50
Rerata 6.40 6.80 5.60 6.40 25.20 6.30

Lampiran 3. Tabel 27. Hasil pengukuran jumlah daun mahoni pada minggu ke-3

(helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 6 6 6 6 24.00 6.00
PK 1 11 10 6 6 33.00 8.25
PK 2 8 12 6 12 38.00 9.50
PK 3 10 8 8 12 38.00 9.50
PK 4 8 10 12 8 38.00 9.50
Jumlah 43.00 46.00 38.00 44.00 171.00 42.75
Rerata 8.60 9.20 7.60 8.80 34.20 8.55

Lampiran 3. Tabel 28. Hasil pengukuran jumlah daun mahoni pada minggu ke-4

(helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 6 8 6 6 26.00 6.50
PK 1 11 12 11 8 42.00 10.50
PK 2 10 13 8 14 45.00 11.25
PK 3 12 8 12 13 45.00 11.25
PK 4 8 14 16 8 46.00 11.50
Jumlah 47.00 55.00 53.00 49.00 204.00 51.00
Rerata 9.40 11.00 10.60 9.80 40.80 10.20

Lampiran 3. Tabel 29. Hasil pengukuran jumlah daun mahoni pada minggu ke-5

(helai)

50
Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 8 8 6 6 28.00 7.00
PK 1 12 16 13 8 49.00 12.25
PK 2 12 15 10 20 57.00 14.25
PK 3 14 8 14 16 52.00 13.00
PK 4 8 28 20 8 64.00 16.00
Jumlah 54.00 75.00 63.00 58.00 250.00 62.50
Rerata 10.80 15.00 12.60 11.60 50.00 12.50

Lampiran 3. Tabel 30. Hasil pengukuran jumlah daun mahoni pada minggu ke-6

(helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 8 8 8 8 32.00 8.00
PK 1 14 18 13 8 53.00 13.25
PK 2 14 17 10 22 63.00 15.75
PK 3 16 10 16 18 60.00 15.00
PK 4 10 32 24 10 76.00 19.00
Jumlah 62.00 85.00 71.00 66.00 284.00 71.00
Rerata 12.40 17.00 14.20 13.20 56.80 14.20

Lampiran 3. Tabel 31. Hasil pengukuran jumlah daun mahoni pada minggu ke-7

(helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 8 10 8 8 34.00 8.50
PK 1 14 18 15 10 57.00 14.25
PK 2 16 17 10 24 67.00 16.75
PK 3 18 10 16 20 64.00 16.00
PK 4 10 36 28 10 84.00 21.00
Jumlah 66.00 91.00 77.00 72.00 306.00 76.50

51
Rerata 13.20 18.20 15.40 14.40 61.20 15.30

Lampiran 3. Tabel 32. Hasil pengukuran jumlah daun mahoni pada minggu ke-8

(helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 10 10 8 8 36.00 9.00
PK 1 16 20 15 10 61.00 15.25
PK 2 18 20 12 26 76.00 19.00
PK 3 20 12 18 22 72.00 18.00
PK 4 12 40 32 12 96.00 24.00
102.0
Jumlah 76.00 85.00 78.00 341.00 85.25
0
Rerata 15.20 20.40 17.00 15.60 68.20 17.05

Lampiran 3. Tabel 33. Hasil pengamatan jumlah daun mahoni pada selama 8

minggu (helai)

Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II II IV
PK 0 0.75 0.75 0.50 0.50 2.50 0.63
PK 1 1.50 2.00 1.38 0.75 5.63 1.41
PK 2 1.75 2.00 0.78 2.75 7.28 1.82
PK 3 1.78 1.00 1.75 2.03 6.56 1.64
PK 4 1.00 4.50 3.50 0.78 9.78 2.45
Jumlah 6.78 10.25 7.91 6.81 31.75 7.94
Rerata 1.36 2.05 1.58 1.36 6.35 1.59

Lampiran 3. Tabel 34. Hasil analisis sidik ragam/uji-f (uji hipotesis)

menggunakan SPSS. Jumlah Daun Mahoni (helai)

Keragama Jumlah d Kuadrat


n Kuadrat b Tengah F Sig.
Perlakuan 7,004 4 1,751 1,746 ,205
Kelompok 1,592 3 ,531 ,529 ,671

52
Galat 12,037 12 1,003
Total 71,036 20
Keterangan: angka yang tidak melebihi nilai taraf 0,05 pada tabel signifikansi 5%

berarti berpengaruh nyata.

53
Lampiran 4.

Dokumentasi hasil penelitian

Gambar 8. Lokasi tempat penelitian di Desa Landi Kecamatan Mapilli


Kabupaten Polewali Mandar.

Gambar 9. Persedian media tanah dan pupuk kandang sapi

53
Gambar 10. Persedian media tanah dan pupuk kandang sapi

Gambar 11. Pengisian media tanah dan pupuk kandang sapi ke dalam polybag

54
Gambar 12. Bibit mahoni di penampungan (lokasi penelitian) Desa Landi
Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar

Gambar 13. Susunan polybag sesuai denah rancangan penelitian dengan


menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

55
Gambar 14. Penyiraman tanaman bibit mahoni

Gambar 14. Penyiraman tanaman bibit mahoni

56
Gambar 15. Pengukuran tinggi tanaman bibit mahoni (cm).

Gambar 16. Pengukuran diameter batang tanaman bibit mahoni (mm).

57
Gambar 17. Pengamatan jumlah daun tanaman bibit mahoni (helai).

Gambar 18. Bibit tanaman mahoni selama 4 minggu.

58
Gambar 19. Bibit tanaman mahoni selama 8 minggu.

Gambar 20. Bibit tanaman mahoni selama 8 minggu.

59
RIWAYAT HIDUP

HILDAWATI, Lahir di Sila-Sila, Desa LaKanusuang

Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar Pada

tanggal 05 Juli 1994. Lahir Sebagai anak Pertama dari

empat bersaudara atas pasangan ayahanda Hider dan ibunda

Rustina.

Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan formal pada tahun 2001 di

SDN 019 Inpres Sila-sila tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Wonomulyo dan tamat pada tahun

2010. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada SMK Negeri Rea Timur

Kabupaten Polewali Mandar 2010 dan tamat pada tahun 2013.

Pada tahun yang sama penulis mengikuti seleksi ujian masuk perguruan tinggi dan

memilih Universitas Sulawesi Barat dan resmi tercatat sebagai mahasiswa

Program Strata Satu (S1) di Universitas Sulawesi Barat (UNSULBAR)

60

Anda mungkin juga menyukai