Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Adly Mufasya

211611054
SUMBER AJARAN DALAM ISLAM
Sumber hukum merupakan segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan sebagainya yang
digunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu. Dalam ajaran Islam terdapat
sumber hukum pokok yang menjadi pedoman atau rujukan bagi umat Islam. Sumber hukum Islam utama
ada tiga, yaitu:

• Al Aquran
• Sunnah (Hadist)
• Jtihad

1. Al – Qur’an
Kitab suci umat Islam yang berisi firman firman Allah SWT yang di wahyukan dalam bahasa Arab
kepada rosul terakhir Nabi Muhammad Saw, dimulai dari surat Al Fatihah sampai surat Al naas dan
membacanya dinilai ibadah. Al Qur'an berisi pedoman pedoman dalam Islam .
"Hai, orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

2. Hadist (sunnah)
Sunnah merupakan sumber ajaran islam kedua setelah Al-Qur’an. sunnah artinya cara yang dibiasakan
atau cara yang dipuji. Sedangkan menurut istilah agama yaitu perbuatan nabi. Perbuatan dan takririnya
(yakni ucapan dan perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkan). Seluruh umat
Islam telah sepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber dan hukum Islam setelah Al Quran.

3. Ijtihad
Menurut bahasa ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran. Sedangkan menurut
istilah ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara sungguh-sungguh untuk
menetapkan suatu hukum. Ijtihad dapat dilakukan ketika suatu masalah yang hukumnya tidak ada di
dalam Al Quran dan hadist. Sehingga bisa menggunakan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran,
namun tetap mengacu berdasarkan Al Quran dan hadist. Ijtihad merupakan sumber hukum Islam setelah
Al Quran dan hadist. Ketika melakukan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al Quran dan hadist.
Bentuk ijtihad itu ada ada tiga macam, yakni:

• Ijma, adalah kesepakatan dan ketetapan hati untuk melaksanakan sesuatu. Ijma dilakukan
untuk merumuskan suatu hukum yang tidak disebutkan secara khusus dalam Al Quran dan
hadis.
• Qiyas, adalah mempersamakan hukum suatu masalah yang belum ada kedudukan hukumnya
dengan masalah lama yang pernah karena ada alasan yang sama.
• Maslahah mursalah, merupakan cara dalam menetapkan hukum. Di mana berdasarkan
pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.
DOA IFTITAH
Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyatakan bahwa doa iftitah atau
istiftah dianjurkan untuk dibaca di awal mula shalat pada rakaat pertama. Hukum membaca
doa iftitah atau istiftah adalah sunnah, jadi jika tidak dibaca maka tidak membatalkan shalat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata pada Abu Hurairah,
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam setelah bertakbir ketika shalat, ia diam
sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah,
kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan
ayat. Apa yang engkau baca ketika itu adalah:..(beliau menyebutkan doa istiftah)” (HR.
Muttafaqun ‘alaih)”
Hukum membaca doa iftitah

Menurut imam Hanafiyah, Syafi'iyah, dan Hambaliyah membaca doa iftitah hukumnya
sunnah baik bagi imam, makmum, dan orang yang sholat sendirian (baik fardu maupun
nafilah). Tidak disunnahkan bagi makmum membaca doa iftitah setelah imam memulai
bacaan dalam setiap rakaat, baik dengan suara keras maupun samar.
Menurut kalangan Malikiyah, membaca doa iftitah hukumnya makruh karena para sahabat
meninggalkannya, walaupun hadits yang menyatakan hal tersebut riwayatnya sahih.
Malikiyah merujuk pada Malik ra. yang menyatakan bahwa hukum bacaan tersebut mandub.

PENENTUAN SATU SYAWAL

“Apabila kalian melihat hilal (bulan ramadha) maka puasalah dan apabila kalian melihat hilal
(bulan syawal) maka erbukalah (lebaran) dan apabila tertutup awan (mendung) maka
berpuasalah 30 hari” (H.R. Muslim)
Hilal menjadi tanda berakhirnya bulan dalam penanggalan Islam untuk memasuki bulan baru.
Biasanya, pengamatan hilal dilakukan untuk menentukan jatuhnya bulan Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah
Metode penentuan hilal biasanya dilakukan dengan dua cara, rukyat dan hisab. Rukyat
merupakan metode pemantauan hilal menggunakan pandangan mata. Sementara hisab
merupakan metode pemantauan hilal berdasarkan perhitungan matematik astronomi.
Hilal atau bulan sabit muda pertama merupakan penanda apakah hari berikutnya sudah
berganti bulan atau belum
TARAWIH
Disebutkan dari Abu Huraihah, Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa beribadah di
malam Ramadan karena iman kepada Allah dan mengharap pahala, maka ia dihapus dosanya
yang telah lampau" (H.R. Bukhari)
Terdapat dua pendapat umum tentang jumlah rakaat dalam salat tarawih. Yang pertama,
adalah 8 rakaat, dan dengan demikian secara total salat malam yang dikerjakan adalah 11
rakaat ditambah dengan tiga rakaat salat witir. Yang kedua, adalah 20 rakaat, dan dengan
demikian secara total 23 rakaat, ditambah dengan tiga rakaat salat witir. Kedua pendapat itu
sama-sama memiliki dalil.
Dalil Salat Tarawih 8 Rakaat
Artinya: Dari ‘Ā’isyah, istri Nabi saw, (diriwayatkan bahwa) ia berkata, "Pernah Rasulullah
melakukan salat pada waktu antara setelah selesai Isya yang dikenal orang dengan ‘Atamah
hingga Subuh sebanyak sebelas rakaat di mana beliau salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan
beliau salat witir satu rakaat [H.R Muslim].
Dalil Salat Tarawih 20 Rakaat
Imam al-Tirmidzi sendiri pernah berkata, "Mayoritas ulama mengikuti riwayat Umar, Ali dan
sahabat Rasulullah yang lainnya sebanyak 20 rakaat. Ini adalah pendapat al-Tsauri, Abdullah
bin Mubarak dan al-Syafii. Al-Syafii berkata: Seperti ini yang saya jumpai di Negeri kami
Makkah. Umat Islam salat 20 rakaat" (Sunan al-Tirmidzi 3/169).

Anda mungkin juga menyukai