Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN OPERASIONAL

“KAPASITAS PRODUK DAN PERSEDIAAN”

OLEH KELOMPOK 3

1. ADHA ALFIAN S1B119002


2. WA ODE RESNIA S1B119035
3. WINDIASMARITA S1B119037
4. ADE RISKI WAHYUNI S1B119038
5. ADHITYA PRATAMA S1B119039
6. ANNISA FITRI S1B119043
7. ARY FAHRIAWAN S1B118091

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAB VIII
KAPASITAS PRODUK

A.KAPASITAS PRODUK
1. Mengukur Kapasitas
Pengertian kapasitas produksi
Secara mudah kita dapat memahami kapasitas produksi adalah kapasitas atau
kekuatan perusahaan memproduksi barang dan jasa dalam suatu jangka tertentu dan dapat
dibatasi lagi pada suatu lokasi produksi. Untuk perusahaan yang tertata rapi maka akan
benarbenar memperhitungkan kapasitas produksi untuk membuat perkiraan potensi
pendapatan yang mungkin didapatkan perusahaan.
Pengertian Kapasitas Produksi Menurut Render dan Heizer (2001: 186) adalah hasil
produksi (output) maksimal dari sistem pada periode tertentu. Menurut Handoko (2001:297-
298) Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu,
dan merupakan keluaran tertinggi yang mungkin selama periode tertentu. Menurut Yamit
(2011: 67) Kapasitas produksi diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat
diproduksi dalam satuan waktu tertentu.
Perencanaan Kapasitas Produksi (Production Capacity Planning)
Perencanaan Kapasitas Produksi atau Production Capacity Planning merupakan salah
satu proses yang penting dalam suatu sistem produksi. Kapasitas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mencapai, menyimpan atau menghasilkan sedangkan yang dimaksud
dengan Kapasitas Produksi adalah jumlah unit maksimal yang dapat dihasilkan dalam jangka
waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
Dalam Manajemen Operasi dan Produksi, Kapasitas Produksi perlu ditentukan dan
direncanakan dengan baik sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan. Kapasitas
produksi ini biasanya dinyatakan dengan jumlah unit yang dihasilkan (Volume) per satuan
waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas produksi diantaranya seperti jumlah
tenaga kerja yang digunakan, kemampuan dan keahlian tenaga kerja, jumlah mesin dan
peralatan kerja yang digunakan, perawatan mesin, tingkat kecacatan produk, pemborosan
dalam proses produksi, pasokan bahan baku dan bahan-bahan pendukung dan produktivitas
kerja.
Secara definisi kita dapat mengartikan bahwa Perencanaan Kapasitas Produksi
merupakan proses untuk menentukan kapasitas produksi yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan manufakturing untuk memenuhi perubahaan permintaan terhadap setiap
produknya. Proses perencanaan Kapasitas Produksi ini sangat penting untuk dilakukan karena
dengan perencanaan kapasitas produksi ini manajemen dapat menentukan pemanfaatan
sumber daya yang optimal serta membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan kapasitas produksi seperti penambahan fasilitas produksi, modifikasi
lini produksi, penambahan tenaga kerja, pembelian mesin dan peralatan kerja.
Pengukuran Kinerja pada Perencanaan Kapasitas Produksi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, satuan unit Kapasitas Produksi biasanya diukur
dengan “jumlah unit” yang dihasilkan (Output) per satuan waktu atau per periode tertentu.
Namun pada kondisi dan produk tertentu, kapasitas produksi dapat juga diukur
dengan satuan unit yang lain seperti ton, liter dan waktu kerja. Dalam menilai dan
menentukan kefektifan terhadap perencanaan kapasitas produksi, manajemen pada umumnya
dapat menggunakan dua indikator kinerja efisiensi kapasitas (Capacity Efficiency
Performance Indicators) yaitu Rasio Efisiensi dan Rasio Utilisasi dari Kapasitas Desain
(Design Capacity) dan Kapasitas Efektif (Effective Capacity).
Dengan perhitungan rasio Efisiensi dan rasi Utilisasinya ini, manajemen akan
mengetahui seberapa jauh perencanaan kapasitas berjalan dengan semestinya. Faktor-faktor
penentu Keefektifan Perencanaan kapasitas diantaranya seperti faktor Fasilitas (mesin,
peralatan, tata letak), faktor tenaga kerja, faktor operasional, faktor rantai pasokan dan faktor
ektsternal. Kedua indikator tersebut dinyatakan dengan persentase (%).
Rumus Kapasitas Produksi:
Efisiensi = (Output Aktual / Kapasitas Efektif) x 100
Utilisasi = (Output Aktual / Kapasitas Desain) x100
Keterangan:
 Kapasitas Desain adalah tingkat output maksimum atau kapasitas layanan dari suatu
suatu operasi, proses atau fasilitas. Kapasitas Desain juga dapat dikatakan sebagai
output maksimun ideal yang tidak memiliki output cacat atau rusak.
 Kapasitas Efektif adalah Kapasitas Desain yang dikurangi dengan jumlah unit yang
cacat, waktu perawatan dan kapasitas yang hilang akibat pergantian model yang
menggunakan fasilitas produksi yang sama.
 Output Aktual adalah Output nyata yang dihasilkan oleh fasilitas produksi, biasanya
tidak melebihi jumlah kapasitas efisiensi. Namun harus diusahakan sedapat mungkin
untuk mendekati atau sama dengan kapasitas efektif.
Penentuan kapasitas produk
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat
diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu, misalnya sebuah pesawat airbus
boing 737 memiliki kapasitas tempat duduk 300 seat setiap kali trip, atau sebuah Rumah
Sakit memiliki kapasitas rawat inap sebanyak 50 kamar, dan sebagainya.
Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kap asitas sumber dayayang
dimiliki antara lain: kapasitasi mesin, kapasitas tenaga kerja, kapasitas bahan baku, kapasitas
modal. Kapasitas produksi juga berkaitan erat dengan skedul ataujadwal produksi yang
tertuang dalam jadwal produksi induk (master production shedule), karena jadwal produksi
induk mencerminkan apa dan berapa yang harus diproduksi dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek
Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani secara ekonomis
hal-hal yang bersifat mendadak dimasa yang akan dating, misalnya untuk memenuhi
permintaan yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka waktu pendek. Menghadapi
kondisi diatas jika kapasitas produksi tidak mampu memenuhi maka perusahaan dapat
melakukan sub-kontrak kepada perusahaan lain, pada saat terjadi lonjakan jumlah
permintaan.
Jika perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi jangka pendek terdapat lima langkah
yang harus dilakukan sebagaiberikut:
1. Meningkatkan jumlah sumber daya.
2. Memperbaiki penggunaan sumber daya.
3. Memodifikasi produk.
4. Memperbaiki permintaan.
5. Tidak memenuhi permintaan
Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang
Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi dalam menghadapi
segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat diperkirakan sebelumnya. (dari hasil
forecasting). Tujuan utama perusahaan dalam menentukan jumlah produksi yang dapat
menghasilkan biaya minimum dengan memperhatikan antara lain: pola permintaan jangka
Panjang dan siklus kehidupan produk yang dihasilkan. Dalam mengantisipasi gejolak
kapasitas jangka panjang terdapat dua strategi yang dapat ditempuh perusahaan yaitu (1) Strat
egi melihat dan menunggu perkembangan (wait and see strstegy). (2) Strategi ekspansionis,
yaitu berproduksi dengan kapasitas produksi yang selalu melebihi atau diatas volume
permintaan.
Metode Perencanaan Kapasitas Produksi untuk menentukan kapasitas produksi
optimum, terdapat berbagai macam factor yang harus diperhatikan, factor-factor produksi
antara lain: (1). kapasitas bahan baku (2), Kapasitas jam kerja mesin (3). Kapasitas jam
tenaga kerja (4). Kapasitas modal kerja. Dari beberapa factor tersebut diusahakan untuk
memperoleh kombinasi jumlah dan jenis produksi yang akhirnya dapat menghasilkan
keuntungan maksimal atau beban biaya yang paling minimal.
Metode Break Even Point
Metode break event point (BEP) baik linear maupun nonlinear dapat digunakan untuk
menentukan kapasitas produksi optimum. BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total
pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR = TC) atau dapat juga dikatakan laba
(revenue) p = 0.

Strategi dan Pertimbangan Kapasitas Produksi 

Strategi kapasitas produksi digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan dan


pengelolaan kapasitas yang baik. Tujuan dari peningkatan kapasitas adalah untuk pencapaian
tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi dan penetapan ukuran
fasilitas. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu strategi pengelolaan kapasitas yang
tepat.

Menurut Krajewski dan Ritzman (1999), dalam membuat sesuatu keputusan yang berkaitan
dengan peningkatan kapasitas produksi, manajer operasi harus mempertimbangkan tiga
aspek, yaitu sebagai berikut: 

1. Menentukan ukuran capacity cushions. Strategi kapasitas yang pertama adalah


menentukan ukuran kapasitas cushions. Kapasitas cushion digunakan untuk untuk
pengelolaan permintaan pada perusahaan, karena permintaan perusahaan tidak
menentu, seperti permintaan yang meningkat/menurun. 
2. Menentukan waktu dan ukuran ekspansi. Ekspansi atau peningkatan kapasitas
dilakukan sebagai upaya mengantisipasi permintaan terhadap volume dan kapasitas
produksi. Ekspansi merupakan tujuan strategi perusahaan untuk berkembang pada
masa yang akan datang. Dalam melakukan ekspansi, perhitungan biaya ekspansi yang
ditempuh merupakan strategi yang benar. Dalam strategi ekspansionis maka
perusahaan senantiasa menerapkan strategi dimana kapasitas yang direncanakan naik
secara bertahap, tidak sering dan selalu melebihi nilai permintaan, sedangkan pada
strategi wait and see penambahan kapasitas dilakukan seiring dan sesuai dengan
penambahan permintaan sehingga penambahan kapasitas yang dilakukan sering
dengan jumlah yang tidak besar. 
3. Menghubungkan kapasitas dan keputusan operasional. Dalam melakukan
perencanaan kapasitas sebaiknya pihak perusahaan mempertimbangkan keputusan
kapasitas dengan keputusan operasional lainnya yang berada pada perusahaan agar
dijadikan bahan pertimbangan.
4. Prioritas pada persaingan. Perubahan keputusan yang memprioritaskan persaingan
untuk dapat mempercepat pelayanan, akan menyebabkan dibutuhkannya tingkat
capacity cushion yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat dengan
cepat merespon perubahan pada pasar dan mengantisipasi kenaikan permintaan yang
tak terduga.

Pertimbangan kapasitas produksi di suatu perusahaan digunakan untuk bahan pertimbangan


terciptanya keputusan yang baik mengenai kapasitas produksi. Menurut Heizer dan Render
(2015), terdapat beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kapasitas
produksi, yaitu:

1. Ramalkan permintaan secara aktual. Sebuah peramalan yang akurat merupakan hal
yang paling pokok bagi keputusan kapasitas. Manajemen harus mengetahui produk
yang sedang ditambahkan dan produk yang sedang dihentikan produksinya, begitu
juga volume yang diperkirakan. 
2. Memahami teknologi dan peningkatan kapasitas. Jumlah alternatif yang tersedia
mungkin cukup banyak, tapi setelah volume ditentukan. Keputusan teknologi-nya
dapat dipandu dengan analisis biaya. Kajian ulang biasanya dapat mengurangi jumlah
alternatif menjadi beberapa saja. Teknologi juga menentukan peningkatan
kapasitasnya. Manajer operasi bertanggung jawab akan teknologi dan peningkatan
kapasitas yang tepat. 
3. Temukan tingkat operasi (volume) yang optimal. Teknologi dan peningkatan
kapasitas menentukan ukuran optimal suatu fasilitas. Ada dua kemungkinan dengan
tingkat operasi, yaitu apabila lebih kecil, maka biaya tetapnya akan sangat
memberatkan dan jika lebih besar, maka fasilitas tersebut memerlukan lebih dari satu
manajer untuk mengawasi.
4. Dibuat untuk perubahan. Dalam dunia yang cepat berubah, manajer operasi harus
menciptakan fleksibilitas dan peralatan. Manajer operasi ini mengevaluasi sensitivitas
keputusan dengan menguji beberapa proyeksi pendapatan suatu resiko.

2. Analisis Kemacetan & Teori Kendala


Perusahaan yang beroperasi pada lingkungan yang cepat berupaya dan harus bersaing
secara nasional maupun internasional akan selalu beradaptasi dengan lingkungan agar dapat
bertahan. Berbagai cara untuk meningkatkan kinerja harus ditempuh oleh
perusahaan.Perusahaan harus selalu melakukan re evaluasi terhadap kinerjanya. Dalam
meningkatkan kinerjanya, perusahaaan akan mencari cara untuk mengeliminir pemborosan-
pemborosan dan melakukan perbaikan secara terus menerus (Wulan Adayani, 2002).
Dalam memproduksi barang dan jasa, perusahaan selalu memperhatikan masalah
biaya secara total ataupun secara terinci yang berkaitan dengan life cycle product dan sales
life cycle. Dimulai pada saat perusahaan melakukan riset dan pengembangan, desain,
produksi, pemasaran dan pelayanan kepada pelanggan. Kemudian juga pada saat memasuki
siklus penjualan mulai dari tahap pengenalan, pertumbuhan, matang dan penurunan.
Sehingga pihak manajemen harus cermat menganalisis setiap biaya yang terjadi dalam siklus
hidup produk agar dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Metode yang dapat membantu menganalisis cost life cycle yaitu target costing, theory
of constraint dan life cycle costing. Target costing tersebut mengelola biaya pada aktivitas
desain. Dalam theory of constraint mengelola biaya pada saat proses produksi sedangkan life
cycle costing tersebut untuk meminimalkan biaya secara keseluruhan (Blocher, 2009). Pada
tulisan ini pembahasan hanya dibatasi mengenai theory of constraint/ teori kendala.
Theory of constraint merupakan suatu cara untuk memenej batasan-batasan dalam
lingkungan yang dinamis (Hirsch, 1994). Fokus theory of constraint adalah:
pertama,memaksimalkan throughput yaitu penjualan dikurangi dengan biaya bahan. Kedua,
bertujuan untuk meminimalkan inventory dan biaya operasional (Hirsch, 1994;Ruhl, Jack M,
1999; Atwater, Brand M. L Gagne, 1997;Atkinson, A, 2004).
Gagasan utama perusahaan dalam meningkatkan throughput dapat diartikan penjualan
dikurangi bahan langsung yang meliputi pembelian komponen dan biaya penanganan bahan.
Theory of constraint menitik beratkan pada perhatian manajer terhadap kecepatan bahan baku
dan komponen yang dibeli diproses menjadi produk yang siap dijual dan diserahkan kepada
pelanggan.
Suatu kendala akan ditemukan disetiap sistem, dan dapat didefinsikan sebagai suatu
yang dapat membatasi kinerja suatu sistem untuk mencapai tujuan. Konsep utama TOC yaitu
throughput. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas melalui penjualan (penjualan
bahan yang diperlukan dalam produk terjual). Dengan kata lain bahwa throughput merupakan
perbedaan antara penjualan dikurangi biaya langsung. Dalam pasar kompetitif kemampuan
untuk menghasilkan throughput yang lebih cepat merupakan salah satu faktor suksesnya
suatu perusahaan. Kecepatan yang dimaksud meliputi pengembangan produk, proses produk
dan pengiriman produk pelanggan.Campbell,R dalam makalahnya yang berjudul theory of
constraints menyatakan rumus bahwa : Throughput = Revenues – Cost of Raw Materials.
Berikut ini diungkapkan mengenai implementasi Theory of Constraint dalam Cost Life
Cycle:
Pengukuran TOC Ada tiga pengukuran yang digunakan dalam theory of constraint
throughput, throughput adalah harga yang dihasilkan suatu sistem melalui penjualan.
Throughput tidak sama dengan penjualan (Rohl, Jock, 1996). Untuk menghitung throughput
dapat diilustrasikan sebagai berikut: apabila perusahaan menjual produk sebesar
Rp.50.000,00 Jika produk mengandung komponen yang dibeli dari supplier sebesar
Rp.35.000,00 Maka throughput adalah Rp. 15.000,00 yang diperoleh dari (Rp. 50.000,00 –
Rp. 35.000,00) jumlah sebesar Rp. 15.000,00 yang dihasilkan oleh perusahaan. Nilai lain
juga harus dikurangi dari pendapatan penjualan ketika menghitung throughput termasuk
biaya: 1) subkontrak, 2) Komisi penjualan yang dibayarkan, 3) Biaya dinas, dan 4)
transportasi jika perusahaan tidak memiliki alat transportasi sendiri.
Pada konsep TOC biaya tenaga kerja tidak langsung tidak dikurangi dengan
penjualan, kerena seringkali tenaga kerja sekarang apalagi ternaga ahli sering di anggap biaya
tetap. Pendifinisian throughput ini dapat mengurangi ketidakjelasan mengenai nilai yang
termasuk dalam persediaan dan nilai yang dianggap sebagai biaya periode/priode expenses.
Analisis kapasitas (capasity analysis) menentukan kapasitas terobosan atas sentra
kerja di dalam sistem dan pada akhirnya kapasitas bagi keseluruhan sistem. Konsep penting
dalam analisis kapasitas adalah peranan dari kendala atau kemacetan.
Istilah kemacetan (bottleneck) mengacu pada leher dari sebuah botol secara harfiah
yang membatasi aliran atau dalam kasus sistem produksi, hambatan dalam terobosan. Waktu
kemacetan (bottleneck time) adalah waktu dari sentra kerja yang paling lambat (salah satunya
yang memakan waktu terlalu lama) dalam suatu sistem produksi. Waktu terobosan adalah
waktu yang diperlukan bagi suatu produk untuk berjalan melalui proses produksi dan tidak
menunggu, jalur terlama melalui sistem.
Teori kendala (theory of constraints – TOC) adalah kumpulan pengetahuan yang
berhubungan dengan segala sesuatunya yang membatasi atau menghambat kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuannya. Memahami dan mengelola keterbatasan ini melalui
proses 5 (lima) langkah sebagai dasar dari TOC sebagai berikut:
Langkah 1, Identifikasi kendala.
Langkah 2, Mengembangkan suatu rencana untuk mengatasi kendala yang telah
diidentifikasi.
Langkah 3, Fokus pada sumber daya untuk menyelesaikan langkah 2
Langkah 4, Mengurangi pengaruh dari kendala dengan meringankan beban kerja atau dengan
memperluas kapabilitas. Pastikan bahwa kendala telah dipahami oleh seluruh orang yang
memiliki dampak pada mereka.
Langkah 5, Ketika satu set kendala telah diatasi, kembali ke langkah 1 dan identifikasi
kendala yang baru.
Kendala yang krusial dalam banyak sistem adalah kemacetan, berikut empat perinsip
manajemen kemacetan, yaitu:
1. Merilis order pekerjaan pada sistem dalam kecepatan yang ditetapkan oleh kapasitas
kemacetan.
2. Waktu yang hilang pada saat kemacetan terjadi merepresentasikan kapasitas yang
hilang dari keseluruhan sistem.
3. Meningkatkan kapasitas dari jalur yang tidak terjadi kemacetan adalah sebuah
fatamorgana.
4. Meningkatkan kapasitas dari kemacetan akan meningkatkan kapasitas keseluruhan
sistem.
3. Analisis Titik Impas
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya
tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengankata lain total biaya
sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi
apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan
volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel.Apabila
penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan
menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan
melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.Adapun beberapa manfaat
dari Break Even Point (BEP) antara lain sebagaimana berikut:
1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan,
sertahubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkatpenjualan
yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu analisis
yang digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat
pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume produksi. Model yang paling
banyak dipakai adalah dengan menggunakan kurva BEP. Selain memberikan informasi
mengenai keterkaitan antara biaya dan pendapatan, diagram ini juga menunjukkan laba atau
kerugian yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output). Tujuan dari analisis
BEP yaitu untuk mengetahui besarnya penerimaan pada saat titik balik modal, yaitu yang
menunjukkan suatu proyek tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami
kerugian.
Menurut Munawir (2004), faktor-faktor yang dapat berubah dalam hubungannya
dengan analisa break even point antara lain: biaya variabel, harga jual, maupun komposisi
penjualan. Perubahan merupakan salah satu faktor penentu break even point atau faktor yang
mengakibatkan perubahan-perubahan pada faktor-faktor yang lain. Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi titik break even
point:
1. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara
keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan akan berubah pula, dengan perubahan
jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat break even akan berubah pula
2. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begiu
pula besarnya penjualan pada tingkat break even juga akan berubah.
3. Perubahan Komposisi Penjualan.
Analisa break even atau analisa biaya, volume, dan laba yang diuraikan di muka selalu
diterapkan untuk satu macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya
memproduksi dan menjual satu macam barang atau secara total. Apabila perusahaan
memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula
diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan tersebut.
Kurva BEP merupakan keterkaitan antara jumlah unit yang dihasilkan dan volume yang
terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari penjualan atau penerimaan dan biaya
(pada sumbu Y). BEP terjadi jika pendapatan dari penjualan (TR) berada pada titik
keseimbangan dengan total biaya (TC).Sedangkan biaya tetap (FC) adalah variabel yang
tidak berubah meskipun jumlahvolume yang dihasilkan berubah.Kurva BEP dapat dilihat
pada gambar 1 agar dapat lebih jelas mengenai perpotongan antara garis penerimaan dan
biaya total.
4. Penurunan Risiko dengan Perubahan Bertahap
Untuk mengurang risiko, perubahan tambahan yang akan melindungi perkiraan permintaan
dapat menjadi opsi yang tepat. Diilustrasikan 4 pendekatan atas kapasitas yang baru.
Pertama, mengarahkan kapasitas yang mana , memperoleh kapasitas untuk
mendahului permintaan , dengan kapasitas baru yang diperoleh pada permulaan periode 1.
Kapasitas ini menangani permintaan yang meningkat hingga permulaan periode 2. Pada
permulaan periode 2, kapasitas baru kembali diperoleh , memungkinkan bagi organisasi
untuk mendahului permintaan hingga permulaan periode 3. Proses ini dapat berlanjut secara
tak terbatas hingga masa mendatang . Kapasitas di sini diperoleh dengan tambahan pada
permulaan periode 1 dan pada permulaan periode 2. Akan tetapi, para manajer juga dapat
memilih untuk memperluas peningkatan pada permulaan periode 1.
Kedua, peningkatan yang akan memuaskan permintaan yang diperkirakan hingga
permulaan periode 3. Kelebihan kapasitas memberikan manajer operasional fleksibilitas.
Misalnya, dalam industri hotel, tambahan kapasitas dalam bentuk ruangan dapat
memungkinkan opsi varietas ruangan yang lebih banyak dan kemungkinan fleksibilitas dalam
jadwal pembersihan ruangan. Dalam pabrikan, kelebihan kapasitas dapat digunakan untuk
melakukan lebih banyak pemasangan, memperpendek pelaksanaan produksi, dan
menurunkan biaya persediaan.
Ketiga, memperlihatkan sebuah opsi kapasitas yang tertinggal, dengan menggunakan
waktu lembur atau subkontrak untuk mengakomodasi kelebihan permintaan Terakhir.
Keempat melintasi permintaan dengan membangun kapasitas yang “rata-rata",
kadang kala tertinggal permintaan dan kadang kala mendahului permintaan. Baik opsi
tertinggal maupun melintasi memiliki keuntungan penangguhan belanja modal.
Dalam kasus di mana iklim bisnis adalah stabil, memutuskan di antara alternatif
relatif lebih mudah. Total biaya masing-masing alternatif dapat dihitung, dan alternatif
dengan total biaya yang paling sedikit yang dipilih . Namun , ketika kebutuhan kapasitas
merupakan subjek pada ketidaktahuan yang signifikan, maka model "probabilistik" mungkin
sesuai. Satu teknik untuk memuat keputusan dalam perencanaan kapasitas yang berhasil
dengan permintaan yang tidak pasti adalah teori keputusan, meliputi penggunaan nilai uang
yang diperkirakan.

BAB IX
PERSEDIAAN

B.PERSEDIAAN
1. Menilai Pentingnya Persediaan
Persediaan merupakan barang atau bahan yang disimpan dan akan digunakan pada
saat tertentu dan dengan tujuan tertentu. Misalnya untuk proses produksi, untuk dijual
kembali atau sebagai cadangan dari peralatan yang digunakan. Untuk lebih jelasnya berikut
adalah beberapa penjelasan mengenai persediaan menurut para ahli : Dalam bukunya Sofyan
Assauri (2004;169) berpendapat, bahwa : Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts
yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses
produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
komponen atau langganan setiap waktu.
Hani Handoko mengemukankan bahwa persediaan atau inventory adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menunjukan segala sesuatu atau sumber daya yang disimpan
sebagai antisipasi pemenuhan terhadap munculnya permintaan (Hani Handoko, 2000;333)
Secara sederhana diungkapkan bahwa “Inventory atau persediaan merupakan simpanan
material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.” (Lalu Sumayang,
2003;189) Menurut Warren (2005;452) menyatakan “Persediaan (inventory) digunakan untuk
mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam bisnis
perusahaan dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu”
Berdasarkan definisi yang dikemukaan para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa persediaan merupakan simpanan barang yang digunakan untuk memenuhi permintaan
para konsumen. Pada PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai aset : (i)
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (ii) dalam proses produksi untuk kemudian dijual;
(iii) BAB IX 681 dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu asset yang diklasifikasikan
sebagai persediaan bergantung pada bisnis atau usaha yang dijalankan oleh suatu entitas.
Misalnya, bangunan, rumah dan apartemen merupakan sebuah aktiva tetap atau investasi bagi
perusahaan yang bergerak dibidang penjualan alat elektronik. Namun bagi perusahaan
properti hal tersebut merupakan suatu persediaan yang akan dijual dalam kegiatan usahanya.
Karena itu, persediaan diklasifikasikan berdasarkan jenis perusahaannya. Bagi perusahaan
yang bergerak di bidang perdagangan atau perusahaan dagang mencatat persediaan sebagai
persediaan barang dagang (merchandise inventory), persediaan disini merupakan barang yang
dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dalam usaha normalnya tanpa
melalui perubahan bentuk dan kualitas.
Sedangkan bagi perusahaan jasa persediaannya berupa biaya jasa yang belum diakui
pendapatannya. Sesuai PSAK 14 (revisi 2008) biaya persediaan meliputi biaya tenaga kerja
dan biaya personalia yang secara langsung menangani pemberian jasa. Namun biaya yang
berkaitan dengan personalia penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya
persediaan, tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Lain halnya dengan
perusahaan manufaktur, pada jenis perusahaan ini persediaan diartikan sebagai barang yang
dibeli oleh perusahaan untuk diproses kembali menjadi barang jadi atau barang setengah jadi
yang kemungkinan menjadi bahan baku bagi perusahaan lain. Tergantung usaha utama yang
dijalankan oleh perusahaan tersebut. Oleh Karena itu kalsifikasi persediaan menjadi lebih
beragam. Terdapat tiga jenis persediaan pada perusahaan manufaktur, yaitu :
1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Inventory) Merupakan barang atau
bahan yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain yang disimpan dan akan
diolah melalui proses produksi sehingga akan menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan.
2. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work In Process Inventory) Merupakan
persediaan barang yang keluar dari setiap bagian atau departemen dalam
sebuah perusahaan yang masih memerlukan proses lebih lanjut untuk menjadi
barang jadi yang siap untuk dijual. Namun bagi perusahaan lain barang
setengah jadi tersebut merupakan barang jadi karena memang proses
produksinya hanya sampai disitu. Kemungkinan juga barang tersebut adalah
bahan baku bagi perusahaan lain. Sehingga persediaan barang dalam proses
sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak
saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian
barang jadi.
3. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Inventory) Adalah barang hasil
proses produksi dalam bentuk final, yang tidak memerlukan proses lebih lanjut
lagi sehingga dapat segera dijual,
Cakupan Barang dalam Persediaan
Ada beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu perusahaan terkait
dengan pengakuan atas persediaan. Seharusnya perusahaan telah mencatat perpindahan hak
kepemilikan atas barang yang dibeli dan dijualnya. Namun dalam kenyataannya hal tersebut
sulit untuk dilakukan. Kesulitan dalam menentukan perpindahan hak kepemilikan atas barang
terdapat pada klasifikasi persediaan yang mencakup barang yang ada pada suatu perusahaan
tapi bukan miliknya dan barang miliknya namun tidak ada di perusahaan tersebut. Dalam
sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi. Dalam
neraca perusahaan dagang, persediaan pada umumnya merupakan nilai yang paling signifikan
dalam aset lancar.
Dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat penting dalam menentukan hasil operasi
perusahaan dalam periode tertentu. Oleh karena itu, ketepatan pengakuan kepemilikan
persediaan barang sangat berpengaruh terhadap reabilitas hasil dari proses akuntansi.
Pengakuan kepemilikan persediaan yang kurang tepat dalam jumlah yang material
mengakibatkan laporan keuangan yang disusun terhadap data dapat menyesatkan bagi
pengambilan keputusan bisnis pihak-pihak yang berkepentingan.
Tujuan utama dari perusahaan menyiapkan persediaan adalah untuk mempermudah
atau memperlancar operasional perusahaan baik produksi maupun penjualan. Sehingga apa
yang direncanakan dan ditargetkan dapat tercapai tanpa kendala yang disebabkan oleh
kurangnya suatu barang. Disamping itu tujuan dari persediaan sebagaiberikut:

1. Ketepatan Waktu Pemenuhan Permintaan


Dengan adanya persediaan, memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
internal maupun eksternal tanpa tergantung pada supplier. Dalam hal ini perencanaan untuk
persediaan sangat diperlukan agar tidak terjadi agar permasalahan yang disebabkan kuantitas
dan waktu pengiriman barang. Disamping itu penggunaan barang juga dapat dibatasi
sehingga penggunaan barang yang berlebihan dapat dihindari. Persediaan ini juga diperlukan
untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan dan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan pelanggan yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan
dan tidak terduga.
2. Ekonomis
Persediaan juga dilakukan dengan mempertimbangkan sisi ekonomis. Pertimbangan
dari sisi ekonomis tersebut meliputi; penghematan biaya dengan adanya potongan pembeliaan
apabila dilakukan pembelian dalam jumlah banyak sehingga secara tidak langsung dapat
mengurangi biaya pengangkutan per unit dan akhirnya harga per unitnya akan menjadi lebih
murah dan sebagainya.
Pertimbangan ekonomis dalam perusahaan tekstil paling banyak dilakukan untuk
pembelian bahan baku benang, karena keberadaan benang tersebut sangat dipengaruhi oleh
kondisi ekternal atau kondisi negara penghasil kapas di dunia. Sehingga seringkali terjadi
pembelian benang yang melebihi permintaan
3. Antisipasi Pemintaan Tidak Terduga
Permintaan yang tidak terduga perlu di antisipasi agar kebutuhan barang dapat
dipenuhi dan tidak mengganggu kelancaran operasional. Antisipasi tersebut dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan pada data masa lalu, tren permintaan atau penjualan. Antisipasi
permintaan tidak terduga juga bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan dalam
proses produksi, sehingga penggantian barang akibat kegagalan proses produksi di
perusahaan tekstil yang berkisar antara 2% – 5% dapat diantisipasi.
Dalam penjualan seringkali permintaan tidak terduga tersebut muncul karena kondisi
penjualan dan kondisi permintaan dari pelanggan sebagai akibat dari musim atau tren dan
kondisi tersebut diantisipasi dalam kurun waktu 3 bulan sebelum musim tersebut.
Permasalahan Persediaan
Permasalahan persediaan di perusahaan tekstil sering sekali ditemui karena
perusahaan sering kali belum menyadari bahwa persediaan atau stock adalah biaya yang
harus diperhitungkan. Permasalahan persediaan baru akan muncul menjadi besar apabila
barang yang akan tidak bisa masuk ke gudang atau gudang penuh. Apabila gudang masih bisa
menyimpan barang maka kondisi tersebut bukan sebagai suatu masalah. Selain itu
permasalahan yang akan terkuak apabila akan memproduksi suatu barang tetapi bahan baku
tidak ada dan gudang terlihat penuh, atau pelanggan/marketing membutuhkan barang jadi
tetapi barang tidak ada sementar gudang penuh. Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan
permasalahan persediaan adalah :
1. Pembelian benang atau bahan baku yang tidak sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan
dengan alasan murah atau hampir mirip dengan yang dibutuhkan
2. Perubahan desain atau corak kain yang diproduksi sehingga benang yang sudah dibeli
tidak dapat digunakan
3. Kualitas bahan baku yang dibeli tidak sesuai dengan standar atau perubahan supplier
4. Pendataan bahan baku yang kurang baik, sehingga banyak bahan baku yang tersedia
tetapi tidak diketahui dan dilakukan pembelian kembali
5. Terjadinya kegagalan produksi baik dari proses rajut maupun proses celup
Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan (Inventory Control) pada perusahaan tekstil sangat
diperlukan karena barang yang dipesan dan disimpan sangat berpengaruh oleh perubahan
iklim dan suhu ruangan penyimpanan. Sehingga penentuan suatu kebijakan pemesanan harus
mempertimbangkan pada:
1. Kapan barang tersebut dibutuhkan
2. Berapa banyak barang tersebut dibutuhkan
3. Apa jenis barang yang dibutuhkan
4. Berapa lama lead time pembelian
5. Berapa stok barang yang ada pada saat dipesan dan pada barang dating
6. Berapa banyak pemakaian/pengeluaran/penjualan barang tersebut pada 1 (satu)
periode
7. Dll
Oleh karena itu pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan tingkat optimal
persediaan dengan biaya persediaan yang minimum sehingga operasional perusahaan dapat
berjalan lancar. Dengan demikian pengendalian persediaan sangat tergantung pada:
1. Perencanaan Penjualan
2. Perencanaan Produksi
Penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan.
Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya
persediaan barang yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah
beban biaya yang meliputi :
 Biaya penyimpanan
 Biaya bunga
 Biaya pemeliharaan
 Biaya penyusutan
 Biaya kualitas
Sehingga akan berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. Sebaliknya persediaan
barang yang terlalu kecil akan mengakibatkan permasalahan dalam kegiatan produksi
maupun penjualan yang dapat mengakibatkan kerugian dan hilangnya peluang perusahaan.
Tujuan Pengendalian Persediaan
Persediaan itu penting tetapi lebih penting lagi adalah mengendalikan persediaan.
Pengendalian persediaan perlu dilakukan karena persediaan bisa mengakibatkan perusahaan
stop operasi. Sehingga pengendalian persediaan dimaksudkan untuk mengoptimalisasi biaya
dan menjaga barang yang disimpan. Dengan kata lain tujuan utama dari pengendalian
persediaan adalah kelancaran proses produksi dan penjualan dengan menggunakan biaya
yang sehemat dan seoptimal mungkin.
Biaya Persediaan
Biaya persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat dari proses persediaan.
Biaya persediaan yang perlu dipertimbangkan adalah :
1) Biaya Pembelian (Purchasing Cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau
mendapatkan barang. Biaya tersebut diperhitungkan mulai dari pencarian
pemasok sampai barang tersebut berada di tempat
2) Biaya penyimpanan (Storage Cost)
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan
barang.
Biaya ini meliputi:
a. Biaya Modal Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal,
dimana modal perusahaan memiliki ongkos (expense) yang dapat diukur
dengan suatu bunga bank. Oleh karena itu biaya yang ditimbulkan karena
memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam suatu biaya sistem
persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai
persediaan untuk periode waktu tertentu.
b. Biaya Gudang Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan
sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka
biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan
mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan Barang yang disimpan dapat mengalami
kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang atau jumlahnya
berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur
dari pengalaman sesuai persentasenya.
d. Biaya Kadaluarsa (Absolence) Barang yang disimpan dapat mengalami
penurunan nilai karena penurunan kualitas akibat penyimpanan sehingga pada
saat dijual harga akan menjadi turun atau perlu diberikan diskon dengan kata
lain terjadi penurunan nilai jual terhadap barang tersebut
e. Biaya Asuransi Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-
hal yang tak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis
barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan Biaya ini dikeluarkan untuk
mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan,
penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan
barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan
biaya peralatan handling.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa persediaan pada perusahaan
tekstil itu sangat penting dan perlu direncanakan dan dikendalikan dengan baik karena
apabila persediaan tidak direncanakan dan dikendalikan dengan baik akan berakibat pada :
1. Tingginya biaya produksi sebagai akibat biaya persediaan
2. Tidak lancarnya proses produksi dan penjualan
3. Memburuknya kinerja operasional maupun keuangan perusahaan
2. Manajemen Persediaan
Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau
dijual kembali.
Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang
jadi ataupun suku cadang. Apabila persediaan besar akan timbul biaya persediaan dan
persediaan kecil terjadi kekurangan persediaan.
Persediaan merupakan sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan
digunakan berarti dana yang terkait di dalamnya tidak dapat digunakan.
Fungsi persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman barang
2) Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3) Menghilangkan resiko kenaikan harga barang/inflasi.
4) Menghilangkan resiko kesulitan bahan yang tidak tersedia dipasaran (bahan
musiman)
5) Mendapatkan keuntungan dari potongan kuantitas
6) Memberikan pelayanan kepada langganan
Tujuan adanya persediaan adalah:
1) Untuk memperoleh diskon sehingga harga per unit jadi kecil.
2) Biaya pengangkutan per unit menjadi rendah.
3) Agar dapat memenuhi permintaan konsumen/pelanggan sebaik mungkin.
4) Mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan.
5) Memperkecil investasi dalam persediaan dan biaya pergudangan.
6) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
7) Menghilangkan risiko kelangkaan bahan baku (untuk yang bersifat musiman).
Sistem pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan:
1) Tingkat persediaan yang harus dijaga,
2) Kapan menambah persediaan harus dilakukan,
3) Berapa besar pesanan harus diadakan.
Sehingga menjamin ketepatan dalam jumlah dan waktu.
Berdasarkan fungsinya, persediaan dapat dikelompokkan 4 jenis persediaan, yaitu:
Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi
ataupun suku cadang. Apabila persediaan besar akan timbul biaya persediaan dan persediaan
kecil terjadi kekurangan persediaan.
Persediaan merupakan sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan
digunakan berarti dana yang terkait di dalamnya tidak dapat digunakan.
Fungsi persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman barang
2) Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3) Menghilangkan resiko kenaikan harga barang/inflasi.
4) Menghilangkan resiko kesulitan bahan yang tidak tersedia dipasaran (bahan musiman)
5) Mendapatkan keuntungan dari potongan kuantitas
6) Memberikan pelayanan kepada langganan
Tujuan adanya persediaan adalah:
1) Untuk memperoleh diskon sehingga harga per unit jadi kecil.
2) Biaya pengangkutan per unit menjadi rendah.
3) Agar dapat memenuhi permintaan konsumen/pelanggan sebaik mungkin.
4) Mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan.
5) Memperkecil investasi dalam persediaan dan biaya pergudangan.
6) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
7) Menghilangkan risiko kelangkaan bahan baku (untuk yang bersifat musiman).
Sistem pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan:
1) Tingkat persediaan yang harus dijaga,
2) Kapan menambah persediaan harus dilakukan,
3) Berapa besar pesanan harus diadakan. Sehingga menjamin ketepatan dalam jumlah
dan waktu.
Berdasarkan fungsinya, persediaan dapat dikelompokkan 4 jenis persediaan, yaitu:
1) Batch stock/lot size inventory, persediaan diadakan dalam jumlah besar yang
dibutuhkan pada saat tertentu. Disini terjadi pembelian besar-besaran, yang tujuannya
adalah:
a) Memperoleh potongan harga.
b) Efisiensi produksi.
c) Hemat biaya angkut.
2) Fluctuation stock, jumlah persediaan disesuaikan dengan jumlah permintaan yang
sifatnya berfluktuasi dan tidak beraturan (jumlah persediaan tidak tetap dalam satu
periode).
3) Anticipation stock, persediaan diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman dalam satu tahun. Selain itu untuk
menjaga kemungkinan sulitnya perolehan bahan baku.
4) Pipeline inventory, persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari tempat asal
barang dipergunakan.
Jenis persediaan berdasarkan jenis dan posisi barang dalam urutan pengerjaan produk, antara
lain:
1) Bahan baku (raw materials stock), meliputi semua bahan yang digunakan dalam
proses produksi untuk menghasilkan suatu produk.
2) Bagian produk/parts yang dibeli (purchased parts/component stock), yaitu
barangbarang yang terdiri dari parts yang dipesan dari perusahaan lain, yang dapat
secara langsung di assembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi. Jadi
bentukbarang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan bentuk.
3) Bahan pembantu/barang perlengkapan (supllies stock), yaitu bahan yang diperlukan/
digunakan dalam proses produksi agar berhasil dengan baik, contoh: minyak pelumas
yang digunakan untuk memperlancar jalannya mesin produksi.
4) Barang setengah jadi/barang dalam proses (work in process/process stock).
5) Barang jadi (finished goods stock).
Biaya-biaya yang timbul dari adanya persediaan, antara lain:
1) Biaya pemesanan (ordering cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan.
Yang termasuk biaya ini antara lain:
a) Biaya administrasi pembelian dan penempatan order (cost of placing order).
b) Biaya pengangkutan dan bongkar muat (shipingand handling cost).
c) Biaya penerimaaan.
d) Biaya pemeriksaan
2) Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying cost), disebut juga
sebagai biaya untuk mengadakan persediaan (stock holding cost), biaya ini
berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang selalu ada di gudang, sehingga
besarnya bervariasi tergantung jumlah barang di gudang.
Yang termasuk dalam biaya ini, antara lain:
a) Biaya pergudangan (storage cost) terdiri dari:
 Biaya sewa gudang.
 Upah dan gaji tenaga pengawas dan pelaksana pergudangan.
 Biaya peralatan material handling di gudang.
 Biaya administrasi gudang, dll.
b) Pajak kekayaan atas investasi dalam persediaan untuk jangka waktu satu tahun,
dihitung atas dasar investasi dari persediaan rata-rata selama satu tahun.
c) Resiko ketinggalan jaman/menjadi tua.
d) Kerusakan.
e) Kecurian.
f) Turunnya nilai/harga barang dalam persediaan.
g) Bunga atas modal yang diinvestasikan dalam inventory untuk mengganti hilangnya
kesempatan menggunakan modal tersebut. Dlm investasi lain sehingga disebut
sebagai cost of forgone investment opportunity.
3) Biaya kekurangan persediaan (out of stock cost), yaitu biaya tambahan yang
dikeluarkan sebagai berikut:
a) Pelanggan meminta/memesan suatu barang, sedangkan barang/bahan yang dibutuhkan
tidak tersedia.
b) Pengiriman kembali pesanan (order).
4) Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated cost), terdiri dari:
a) Biaya kerja lembur
b) Biaya latihan
c) Biaya pemberhentian kerja
d) Biaya pengangguran (idle time cost)
Biaya ini terjadi karena adanya penambahan/pengurangan kapasitas produksi.
Hal yang menyebabkan terjadinya persediaan, antara lain:
1) Tertundanya penjualan.
2) Kehilangan penjualan.
3) Kehilangan pelanggan
3. Model Persediaan
Model-Model Persediaan
1.Model kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) dasar
Model kuantitas pesanan ekonomis dasar (economic order quantity-EOQ) adalah
salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling sering digunakan. Teknik ini relatif
mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi misalnya jumlah permintaan
diketahui, waktu tunggu konstan, persediaan dalam perjalanan, tidak tersedia diskon
kuantitas, biaya variabel (meliputi biaya pemasangan, biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan dalam waktu tertentu) serta biaya kekurangan persediaan yang dapat dihindari.
2.Model Kuantitas Pesanan Produksi
Model ini dapat digunakan dalam dua situasi pertama, saat persediaan mengalir atau
menumpuk secara berkelanjutan selama suatu waktu setelah pesanan ditempatkan. Kedua
saat unit yang dihasilkan dan dijual secara keseluruhan. Dalam kondisi ini perusahaan akan
menghitung tingkat produksi harian (aliran persediaan) dan tingkat permintaan harian.
Karena sesuai untuk lingkungan produksi, model ini biasanya disebut model kuantitas
pesanan produksi (Production order quantity model).
3.Model Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas (quantity discount) merupakan pengurangan harga untuk pembelian
barang jika membeli dalam kuantitas besar ini dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan.
4. Metode Probabilistik Persediaan
A.Metode Probabilistik Persediaan
Metode probabilistik Persediaan adalah suatu sistem pengendalian persediaan yang
jarak waktu antar pemesanan adalah tetap, namun jumlah pesanan berubah-ubah. Persediaan
pengamanan dalam sistem ini tidak hanya untuk meredam fluktuasi permintaan selama lead
time, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan.
Pada metode Probabilitstik ini setiap kali pemesanan jumlah yang dipesan sangat
bergantung pada sisa persediaan pada saat periode pemesanan tercapai, sehingga setiap
pemesanan dilakukan, ukuran lot pemesanan tidak sama.
Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan metode P adalah:
a. Interval waktu pemesanan yang dinotasikan dengan T adalah tetap.
b. Jumlah permintaan tidak pasti atau berfluktuasi dan jumlah barang yang dipesan tidak
tetap tergantung pada jumlah persediaan di gudang. Jumlahbarang yang dipesan yang
dinotasikan dengan q0 besarnya merupakan selisih antara persediaan maksimum yang
diinginkan yang dinotasikan dengan R dengan persediaan yang ada pada saat
pemesanan dilakukan yang dinotasikan dengan r.
c. Tidak memiliki titik pemesanan kembali, sebagai gantinya adalah selang waktu yang
tetap untuk pemesanan kembali.
d. Adanya persediaan pengaman yang akan digunakan untuk menghadapi adanya
perubahan permintaan dalam interval pemesanan.
Berdasarkan ini terlihat bahwa mekanisme pengendalian dilakukan dengan melakukan
pemesanan menurut interval waktu T dan besarnya ukuran lot q0 bergantung pada nilai R dan
r, yaitu sebesar q0 = R - r. Terdapat kemungkinan adanya suatu periode waktu tertentu di
mana barang tidak ada di gudang atau terjadi kekurangan persediaan (out of stock).
Kekurangan persediaan mungkin terjadi selama T dan selama waktu ancang-ancang atau lead
time (L). Oleh sebab itu, cadangan pengaman yang diperlukan untuk meredam fluktuasi
kebutuhan selama T dan selama lead time L tersebut. Penentuan besarnya cadangan
pengaman (ss) diperoleh dengan mencari kesinambungan antara tingkat pelayanan dan
ongkos persediaan yang ditimbulkan.
Pada metode P ini terdapat beberapa asumsi yang digunakan antara lain :
Permintaan selama horison perencanaan bersifat probabilistik dan berdistribusi
1. normal dengan rata-rata (D) dan standar deviasi (S).
2. Waktu antar pemesanan konstan T untuk setiap kali pemesanan, barang akan datang
secara serentak dengan lead time (L).
3. Harga barang konstan baik terhadap kuantitas barang yang dipesan maupun waktu.
4. Ongkos pesan yang dinotasikan dengan A konstan untuk setiap kali pemesanan dan
ongkos penyimpanan yang dinotasikan dengan h sebanding dengan harga barang dan
waktu penyimpanan.
5. Ongkos kekurangan persediaan yang dinotasikan dengan cu sebanding dengan jumlah
barang yang tidak dapat dilayani, atau sebanding dengan waktu (tidak tergantung pada
jumlah kekurangan). Parameter-parameter yang digunakan dalam metode P adalah
harga barang per unit yang dinotasikan dengan p, ongkos tiap kali pesan (A), ongkos
penyimpanan per unit per tahun (h) dan ongkos satuan kekurangan persediaan
(cu)Tujuan dari metode P adalah meminimasi ekspektasi biaya total persediaan (OT)
secara horison perencanaan dengan mengoptimasikan tingkat pelayanan. Ekspektasi
biaya inventori yang dimaksud disini terdiri dari empat elemen biaya, yaitu biaya beli
(Ob), biaya pemesanan (Op), biaya penyimpanan (Os), dan biaya kekurangan barang
(Ok) yang dinyatakan dalam perumusan sebagai berikut:
OT = Ob + Op + Os + Ok
1. Biaya Pembelian (Ob)
Biaya beli barang Ob merupakan perkalian antara ekspektasi jumlah barang yang dibeli (D)
dengan harga barang per unitnya (p), secara matematis ditulis
Ob = D × p
2. Biaya Pengadaan (Op)
Biaya pengadaan per tahun (Op) dapat dinyatakan sebagai berikut
Op = (biaya tiap kali pesan) × (frekuensi pemesanan per tahun)
Op = A × f
Jika setiap kali pemesanan dilakukan dengan selang waktu T, maka frekuensi pemesanan per
tahun sebesar :
F= 1/T
3. Biaya Penyimpanan (Os)
Biaya simpan per tahun (Os) merupakan perkalian antara ekspektasi persediaan per tahun (m)
dengan biaya simpan per tahun (h) atau
Os = m × h
Untuk menghitung persediaan rata-rata per tahun (m) maka akan diamati keadaan persediaan
setiap siklusnya dalam keadaan steady state.
Posisi Persediaan Metode P dalam Keadaan Steady State
Dalam suatu siklus tertentu, persediaan akan berakhir pada tingkat (s + TD) di awal siklus
dan pada tingkat (s) di akhir siklus.
KESIMPULAN

Secara mudah kita dapat memahami kapasitas produksi adalah kapasitas atau
kekuatan perusahaan memproduksi barang dan jasa dalam suatu jangka tertentu dan dapat
dibatasi lagi pada suatu lokasi produksi. Untuk perusahaan yang tertata rapi maka akan benar-
benar memperhitungkan kapasitas produksi untuk membuat perkiraan potensi pendapatan
yang mungkin didapatkan perusahaan.
Kapasitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai, menyimpan atau
menghasilkan sedangkan yang dimaksud dengan Kapasitas Produksi adalah jumlah unit
maksimal yang dapat dihasilkan dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.
Dalam Manajemen Operasi dan Produksi, Kapasitas Produksi perlu ditentukan dan
direncanakan dengan baik sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan. Kapasitas
produksi ini biasanya dinyatakan dengan jumlah unit yang dihasilkan (Volume) per satuan
waktu.
Secara definisi kita dapat mengartikan bahwa Perencanaan Kapasitas Produksi
merupakan proses untuk menentukan kapasitas produksi yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan manufakturing untuk memenuhi perubahaan permintaan terhadap setiap
produknya.
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya
tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengankata lain total biaya
sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.
Persediaan merupakan simpanan barang yang digunakan untuk memenuhi permintaan
para konsumen. Pada PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai aset : (1)
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (2) dalam proses produksi untuk kemudian dijual;
(3) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kajianpustaka.com/2020/08/kapasitas-produksi.html?m=1
https://journal.ikippgriptk.ac.id/
https://www.coursehero.com/file/59718893/Meeting-4-ANALISIS-KEMACETAN-DAN-
TEORI-KENDALApptx/
file:///C:/Users/gamsir_maib/Downloads/S_MTK_0902136_Chapter3.pdf
file:///C:/Users/gamsir_maib/Downloads/UEU-paper-6500-EMA402-12-Manajemen-
Persediaan1.pdf
http://taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai