OLEH KELOMPOK 3
A.KAPASITAS PRODUK
1. Mengukur Kapasitas
Pengertian kapasitas produksi
Secara mudah kita dapat memahami kapasitas produksi adalah kapasitas atau
kekuatan perusahaan memproduksi barang dan jasa dalam suatu jangka tertentu dan dapat
dibatasi lagi pada suatu lokasi produksi. Untuk perusahaan yang tertata rapi maka akan
benarbenar memperhitungkan kapasitas produksi untuk membuat perkiraan potensi
pendapatan yang mungkin didapatkan perusahaan.
Pengertian Kapasitas Produksi Menurut Render dan Heizer (2001: 186) adalah hasil
produksi (output) maksimal dari sistem pada periode tertentu. Menurut Handoko (2001:297-
298) Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu,
dan merupakan keluaran tertinggi yang mungkin selama periode tertentu. Menurut Yamit
(2011: 67) Kapasitas produksi diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat
diproduksi dalam satuan waktu tertentu.
Perencanaan Kapasitas Produksi (Production Capacity Planning)
Perencanaan Kapasitas Produksi atau Production Capacity Planning merupakan salah
satu proses yang penting dalam suatu sistem produksi. Kapasitas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mencapai, menyimpan atau menghasilkan sedangkan yang dimaksud
dengan Kapasitas Produksi adalah jumlah unit maksimal yang dapat dihasilkan dalam jangka
waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
Dalam Manajemen Operasi dan Produksi, Kapasitas Produksi perlu ditentukan dan
direncanakan dengan baik sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan. Kapasitas
produksi ini biasanya dinyatakan dengan jumlah unit yang dihasilkan (Volume) per satuan
waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas produksi diantaranya seperti jumlah
tenaga kerja yang digunakan, kemampuan dan keahlian tenaga kerja, jumlah mesin dan
peralatan kerja yang digunakan, perawatan mesin, tingkat kecacatan produk, pemborosan
dalam proses produksi, pasokan bahan baku dan bahan-bahan pendukung dan produktivitas
kerja.
Secara definisi kita dapat mengartikan bahwa Perencanaan Kapasitas Produksi
merupakan proses untuk menentukan kapasitas produksi yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan manufakturing untuk memenuhi perubahaan permintaan terhadap setiap
produknya. Proses perencanaan Kapasitas Produksi ini sangat penting untuk dilakukan karena
dengan perencanaan kapasitas produksi ini manajemen dapat menentukan pemanfaatan
sumber daya yang optimal serta membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan kapasitas produksi seperti penambahan fasilitas produksi, modifikasi
lini produksi, penambahan tenaga kerja, pembelian mesin dan peralatan kerja.
Pengukuran Kinerja pada Perencanaan Kapasitas Produksi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, satuan unit Kapasitas Produksi biasanya diukur
dengan “jumlah unit” yang dihasilkan (Output) per satuan waktu atau per periode tertentu.
Namun pada kondisi dan produk tertentu, kapasitas produksi dapat juga diukur
dengan satuan unit yang lain seperti ton, liter dan waktu kerja. Dalam menilai dan
menentukan kefektifan terhadap perencanaan kapasitas produksi, manajemen pada umumnya
dapat menggunakan dua indikator kinerja efisiensi kapasitas (Capacity Efficiency
Performance Indicators) yaitu Rasio Efisiensi dan Rasio Utilisasi dari Kapasitas Desain
(Design Capacity) dan Kapasitas Efektif (Effective Capacity).
Dengan perhitungan rasio Efisiensi dan rasi Utilisasinya ini, manajemen akan
mengetahui seberapa jauh perencanaan kapasitas berjalan dengan semestinya. Faktor-faktor
penentu Keefektifan Perencanaan kapasitas diantaranya seperti faktor Fasilitas (mesin,
peralatan, tata letak), faktor tenaga kerja, faktor operasional, faktor rantai pasokan dan faktor
ektsternal. Kedua indikator tersebut dinyatakan dengan persentase (%).
Rumus Kapasitas Produksi:
Efisiensi = (Output Aktual / Kapasitas Efektif) x 100
Utilisasi = (Output Aktual / Kapasitas Desain) x100
Keterangan:
Kapasitas Desain adalah tingkat output maksimum atau kapasitas layanan dari suatu
suatu operasi, proses atau fasilitas. Kapasitas Desain juga dapat dikatakan sebagai
output maksimun ideal yang tidak memiliki output cacat atau rusak.
Kapasitas Efektif adalah Kapasitas Desain yang dikurangi dengan jumlah unit yang
cacat, waktu perawatan dan kapasitas yang hilang akibat pergantian model yang
menggunakan fasilitas produksi yang sama.
Output Aktual adalah Output nyata yang dihasilkan oleh fasilitas produksi, biasanya
tidak melebihi jumlah kapasitas efisiensi. Namun harus diusahakan sedapat mungkin
untuk mendekati atau sama dengan kapasitas efektif.
Penentuan kapasitas produk
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat
diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu, misalnya sebuah pesawat airbus
boing 737 memiliki kapasitas tempat duduk 300 seat setiap kali trip, atau sebuah Rumah
Sakit memiliki kapasitas rawat inap sebanyak 50 kamar, dan sebagainya.
Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kap asitas sumber dayayang
dimiliki antara lain: kapasitasi mesin, kapasitas tenaga kerja, kapasitas bahan baku, kapasitas
modal. Kapasitas produksi juga berkaitan erat dengan skedul ataujadwal produksi yang
tertuang dalam jadwal produksi induk (master production shedule), karena jadwal produksi
induk mencerminkan apa dan berapa yang harus diproduksi dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek
Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani secara ekonomis
hal-hal yang bersifat mendadak dimasa yang akan dating, misalnya untuk memenuhi
permintaan yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka waktu pendek. Menghadapi
kondisi diatas jika kapasitas produksi tidak mampu memenuhi maka perusahaan dapat
melakukan sub-kontrak kepada perusahaan lain, pada saat terjadi lonjakan jumlah
permintaan.
Jika perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi jangka pendek terdapat lima langkah
yang harus dilakukan sebagaiberikut:
1. Meningkatkan jumlah sumber daya.
2. Memperbaiki penggunaan sumber daya.
3. Memodifikasi produk.
4. Memperbaiki permintaan.
5. Tidak memenuhi permintaan
Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang
Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi dalam menghadapi
segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat diperkirakan sebelumnya. (dari hasil
forecasting). Tujuan utama perusahaan dalam menentukan jumlah produksi yang dapat
menghasilkan biaya minimum dengan memperhatikan antara lain: pola permintaan jangka
Panjang dan siklus kehidupan produk yang dihasilkan. Dalam mengantisipasi gejolak
kapasitas jangka panjang terdapat dua strategi yang dapat ditempuh perusahaan yaitu (1) Strat
egi melihat dan menunggu perkembangan (wait and see strstegy). (2) Strategi ekspansionis,
yaitu berproduksi dengan kapasitas produksi yang selalu melebihi atau diatas volume
permintaan.
Metode Perencanaan Kapasitas Produksi untuk menentukan kapasitas produksi
optimum, terdapat berbagai macam factor yang harus diperhatikan, factor-factor produksi
antara lain: (1). kapasitas bahan baku (2), Kapasitas jam kerja mesin (3). Kapasitas jam
tenaga kerja (4). Kapasitas modal kerja. Dari beberapa factor tersebut diusahakan untuk
memperoleh kombinasi jumlah dan jenis produksi yang akhirnya dapat menghasilkan
keuntungan maksimal atau beban biaya yang paling minimal.
Metode Break Even Point
Metode break event point (BEP) baik linear maupun nonlinear dapat digunakan untuk
menentukan kapasitas produksi optimum. BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total
pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR = TC) atau dapat juga dikatakan laba
(revenue) p = 0.
Menurut Krajewski dan Ritzman (1999), dalam membuat sesuatu keputusan yang berkaitan
dengan peningkatan kapasitas produksi, manajer operasi harus mempertimbangkan tiga
aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Ramalkan permintaan secara aktual. Sebuah peramalan yang akurat merupakan hal
yang paling pokok bagi keputusan kapasitas. Manajemen harus mengetahui produk
yang sedang ditambahkan dan produk yang sedang dihentikan produksinya, begitu
juga volume yang diperkirakan.
2. Memahami teknologi dan peningkatan kapasitas. Jumlah alternatif yang tersedia
mungkin cukup banyak, tapi setelah volume ditentukan. Keputusan teknologi-nya
dapat dipandu dengan analisis biaya. Kajian ulang biasanya dapat mengurangi jumlah
alternatif menjadi beberapa saja. Teknologi juga menentukan peningkatan
kapasitasnya. Manajer operasi bertanggung jawab akan teknologi dan peningkatan
kapasitas yang tepat.
3. Temukan tingkat operasi (volume) yang optimal. Teknologi dan peningkatan
kapasitas menentukan ukuran optimal suatu fasilitas. Ada dua kemungkinan dengan
tingkat operasi, yaitu apabila lebih kecil, maka biaya tetapnya akan sangat
memberatkan dan jika lebih besar, maka fasilitas tersebut memerlukan lebih dari satu
manajer untuk mengawasi.
4. Dibuat untuk perubahan. Dalam dunia yang cepat berubah, manajer operasi harus
menciptakan fleksibilitas dan peralatan. Manajer operasi ini mengevaluasi sensitivitas
keputusan dengan menguji beberapa proyeksi pendapatan suatu resiko.
BAB IX
PERSEDIAAN
B.PERSEDIAAN
1. Menilai Pentingnya Persediaan
Persediaan merupakan barang atau bahan yang disimpan dan akan digunakan pada
saat tertentu dan dengan tujuan tertentu. Misalnya untuk proses produksi, untuk dijual
kembali atau sebagai cadangan dari peralatan yang digunakan. Untuk lebih jelasnya berikut
adalah beberapa penjelasan mengenai persediaan menurut para ahli : Dalam bukunya Sofyan
Assauri (2004;169) berpendapat, bahwa : Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts
yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses
produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
komponen atau langganan setiap waktu.
Hani Handoko mengemukankan bahwa persediaan atau inventory adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menunjukan segala sesuatu atau sumber daya yang disimpan
sebagai antisipasi pemenuhan terhadap munculnya permintaan (Hani Handoko, 2000;333)
Secara sederhana diungkapkan bahwa “Inventory atau persediaan merupakan simpanan
material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.” (Lalu Sumayang,
2003;189) Menurut Warren (2005;452) menyatakan “Persediaan (inventory) digunakan untuk
mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam bisnis
perusahaan dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu”
Berdasarkan definisi yang dikemukaan para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa persediaan merupakan simpanan barang yang digunakan untuk memenuhi permintaan
para konsumen. Pada PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai aset : (i)
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (ii) dalam proses produksi untuk kemudian dijual;
(iii) BAB IX 681 dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu asset yang diklasifikasikan
sebagai persediaan bergantung pada bisnis atau usaha yang dijalankan oleh suatu entitas.
Misalnya, bangunan, rumah dan apartemen merupakan sebuah aktiva tetap atau investasi bagi
perusahaan yang bergerak dibidang penjualan alat elektronik. Namun bagi perusahaan
properti hal tersebut merupakan suatu persediaan yang akan dijual dalam kegiatan usahanya.
Karena itu, persediaan diklasifikasikan berdasarkan jenis perusahaannya. Bagi perusahaan
yang bergerak di bidang perdagangan atau perusahaan dagang mencatat persediaan sebagai
persediaan barang dagang (merchandise inventory), persediaan disini merupakan barang yang
dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dalam usaha normalnya tanpa
melalui perubahan bentuk dan kualitas.
Sedangkan bagi perusahaan jasa persediaannya berupa biaya jasa yang belum diakui
pendapatannya. Sesuai PSAK 14 (revisi 2008) biaya persediaan meliputi biaya tenaga kerja
dan biaya personalia yang secara langsung menangani pemberian jasa. Namun biaya yang
berkaitan dengan personalia penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya
persediaan, tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Lain halnya dengan
perusahaan manufaktur, pada jenis perusahaan ini persediaan diartikan sebagai barang yang
dibeli oleh perusahaan untuk diproses kembali menjadi barang jadi atau barang setengah jadi
yang kemungkinan menjadi bahan baku bagi perusahaan lain. Tergantung usaha utama yang
dijalankan oleh perusahaan tersebut. Oleh Karena itu kalsifikasi persediaan menjadi lebih
beragam. Terdapat tiga jenis persediaan pada perusahaan manufaktur, yaitu :
1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Inventory) Merupakan barang atau
bahan yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain yang disimpan dan akan
diolah melalui proses produksi sehingga akan menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan.
2. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work In Process Inventory) Merupakan
persediaan barang yang keluar dari setiap bagian atau departemen dalam
sebuah perusahaan yang masih memerlukan proses lebih lanjut untuk menjadi
barang jadi yang siap untuk dijual. Namun bagi perusahaan lain barang
setengah jadi tersebut merupakan barang jadi karena memang proses
produksinya hanya sampai disitu. Kemungkinan juga barang tersebut adalah
bahan baku bagi perusahaan lain. Sehingga persediaan barang dalam proses
sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak
saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian
barang jadi.
3. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Inventory) Adalah barang hasil
proses produksi dalam bentuk final, yang tidak memerlukan proses lebih lanjut
lagi sehingga dapat segera dijual,
Cakupan Barang dalam Persediaan
Ada beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu perusahaan terkait
dengan pengakuan atas persediaan. Seharusnya perusahaan telah mencatat perpindahan hak
kepemilikan atas barang yang dibeli dan dijualnya. Namun dalam kenyataannya hal tersebut
sulit untuk dilakukan. Kesulitan dalam menentukan perpindahan hak kepemilikan atas barang
terdapat pada klasifikasi persediaan yang mencakup barang yang ada pada suatu perusahaan
tapi bukan miliknya dan barang miliknya namun tidak ada di perusahaan tersebut. Dalam
sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi. Dalam
neraca perusahaan dagang, persediaan pada umumnya merupakan nilai yang paling signifikan
dalam aset lancar.
Dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat penting dalam menentukan hasil operasi
perusahaan dalam periode tertentu. Oleh karena itu, ketepatan pengakuan kepemilikan
persediaan barang sangat berpengaruh terhadap reabilitas hasil dari proses akuntansi.
Pengakuan kepemilikan persediaan yang kurang tepat dalam jumlah yang material
mengakibatkan laporan keuangan yang disusun terhadap data dapat menyesatkan bagi
pengambilan keputusan bisnis pihak-pihak yang berkepentingan.
Tujuan utama dari perusahaan menyiapkan persediaan adalah untuk mempermudah
atau memperlancar operasional perusahaan baik produksi maupun penjualan. Sehingga apa
yang direncanakan dan ditargetkan dapat tercapai tanpa kendala yang disebabkan oleh
kurangnya suatu barang. Disamping itu tujuan dari persediaan sebagaiberikut:
Secara mudah kita dapat memahami kapasitas produksi adalah kapasitas atau
kekuatan perusahaan memproduksi barang dan jasa dalam suatu jangka tertentu dan dapat
dibatasi lagi pada suatu lokasi produksi. Untuk perusahaan yang tertata rapi maka akan benar-
benar memperhitungkan kapasitas produksi untuk membuat perkiraan potensi pendapatan
yang mungkin didapatkan perusahaan.
Kapasitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai, menyimpan atau
menghasilkan sedangkan yang dimaksud dengan Kapasitas Produksi adalah jumlah unit
maksimal yang dapat dihasilkan dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.
Dalam Manajemen Operasi dan Produksi, Kapasitas Produksi perlu ditentukan dan
direncanakan dengan baik sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan. Kapasitas
produksi ini biasanya dinyatakan dengan jumlah unit yang dihasilkan (Volume) per satuan
waktu.
Secara definisi kita dapat mengartikan bahwa Perencanaan Kapasitas Produksi
merupakan proses untuk menentukan kapasitas produksi yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan manufakturing untuk memenuhi perubahaan permintaan terhadap setiap
produknya.
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya
tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengankata lain total biaya
sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.
Persediaan merupakan simpanan barang yang digunakan untuk memenuhi permintaan
para konsumen. Pada PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai aset : (1)
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (2) dalam proses produksi untuk kemudian dijual;
(3) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kajianpustaka.com/2020/08/kapasitas-produksi.html?m=1
https://journal.ikippgriptk.ac.id/
https://www.coursehero.com/file/59718893/Meeting-4-ANALISIS-KEMACETAN-DAN-
TEORI-KENDALApptx/
file:///C:/Users/gamsir_maib/Downloads/S_MTK_0902136_Chapter3.pdf
file:///C:/Users/gamsir_maib/Downloads/UEU-paper-6500-EMA402-12-Manajemen-
Persediaan1.pdf
http://taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id