Anda di halaman 1dari 13

8.

Aspek Operasional
8.1
8.2
8.3 Kapasitas Produksi
8.3.1 Pengertian Kapasitas Produksi
Sebelum memulai kegiatan produksi, langkah penting yang perlu dilakukan adalah menentukan
kapasitas produksi.
Berikut definisi kapasitas produksi dari beberapa sumber buku: 
• Menurut Handoko (1986), kapasitas produksi adalah suatu tingkat keluaran, suatu
kuantitas keluaran dalam periode tertentu dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi
yang mungkin selama periode waktu tertentu. 
• Menurut Buffa (2006), kapasitas produksi adalah kemampuan pembatas dari unit
produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk
keluaran (output) persatuan waktu. 
• Menurut Yamit (2011), kapasitas produksi adalah jumlah maksimum output yang dapat
diproduksi dalam satuan waktu tertentu. 
• Menurut Heizer dan Render (2015), kapasitas produksi adalah suatu terobosan atau
sejumlah unit yang mana tempat fasilitas dapat menyimpan, menerima atau memproduksi
dalam suatu periode waktu tertentu.
Dengan demikian kapasitas produksi merupakan suatu tingkat yang menyatakan batas
kemampuan, penerimaan, penyimpanan atau keluaran dari suatu unit, fasilitas atau output untuk
memproduksi dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas produksi menentukan persyaratan
modal sehingga mempengaruhi sebagian besar biaya. Kapasitas produksi juga menentukan
jumlah permintaan yang harus dipenuhi dengan menggunakan fasilitas produksi yang ada.
Kapasitas produksi biasanya berkaitan dengan luas produksi dan volume produksi. Menurut
Reksohadiprojo (2000), luas produksi adalah ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang
yang diproduksi oleh suatu perusahaan tertentu. Sedangkan jumlah atau volume produksi adalah
hasil produksi yang seharusnya diproduksi oleh suatu perusahaan dalam satu periode (Prasetya
dkk, 2009).
8.3.2 Aspek-aspek Kapasitas Produksi 
Terdapat beberapa aspek yang digunakan dalam menentukan kapasitas produksi di suatu pabrik,
yaitu sebagai berikut:
a. Pusat Kerja (Work Center) 
Pusat kerja adalah suatu fasilitas produksi spesifik yang terdiri dari satu atau lebih orang dan atau
mesin dengan kemampuan yang sama atau identik, yang dapat dipertimbangkan sebagai satu unit
untuk tujuan perencanaan kebutuhan kapasitas dan penjadwalan terperinci.
b. Pesanan Manufakturing (Manufacturing Orders) 
Pesanan merupakan suatu dokumen atau identitas jadwal yang memberikan kewenangan untuk
membuat part tertentu atau produk dalam jumlah tertentu. Pesanan manufakturing dapat berupa
salah satu; open orders, already in process, atau planned orders, sebagaimana dijadwalkan
melalui proses material requirement planning (MRP).
c. Routing 
Routing adalah sekumpulan informasi yang merinci metode pembuatan item tertentu, termasuk
operasi yang dilakukan, urutan operasi, berbagai pusat kerja yang terlibat, serta standar untuk
waktu setup (setup time) dan waktu pelaksanaan kerja (run time).
d. Beban (load) 
Beban adalah banyaknya kerja yang dijadwalkan untuk dilakukan oleh fasilitas manufakturing
dalam periode waktu yang ditetapkan. Beban (load) biasa dinyatakan dalam ukuran jam kerja
atau unit produksi. Load merupakan volume kerja yang dikerjakan. Sebagaimana yang biasa
digunakan dalam capacity requirement planning (CRP), beban (load) menggambarkan waktu
setup (setup time) dan waktu pelaksanaan (runtime) yang dibutuhkan dari suatu pusat kerja, tidak
termasuk waktu menunggu (waiting time), waktu antre (queue time), dan waktu bergerak (move
time).
e. Kapasitas (Capacity)
Kapasitas merupakan tingkat di mana sistem manufakturing (tenaga kerja, mesin, pusat kerja,
departemen, pabrik) berproduksi. Dengan kata lain, kapasitas merupakan tingkat output yang
dapat dicapai dengan spesifikasi produk, product mix, tenaga kerja, dan peralatan yang ada
sekarang. Dalam CRP, kapasitas berkaitan dengan tingkat output kerja dalam setiap pusat kerja.
8.3.3 Jenis-jenis Kapasitas Produksi 
Menurut Heizer dan Render (2015), terdapat tiga jenis kapasitas produksi, yaitu: 
• Kapasitas desain. Kapasitas desain merupakan output yang maksimum secara teori pada
suatu sistem dalam suatu periode waktu tertentu pada kondisi idealnya.
• Kapasitas efektif (utilization). Kapasitas efektif menunjukan output maksimum pada
tingkat operasi tertentu. Kapasitas efektif adalah kapasitas yang diperkirakan dapat
dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi yang ada sekarang.
Kapasitas efektif biasanya lebih rendah daripada kapasitas desain karena fasilitas yang
ada mungkin telah dirancang untuk versi produk sebelumnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kapasitas efektif adalah rancangan produk, kualitas bahan
yang digunakan, sikap dan motivasi tenaga kerja, perawatan mesin/fasilitas, serta
rancangan pekerjaan. 
• Kapasitas efisien (efficiency). Kapasitas efisien adalah persentase desain kapasitas yang
benar-benar tercapai. Bergantung pada bagaimana tempat fasilitas dipergunakan dan
dikelola. Kapasitas efisien mengukur seberapa baik fasilitas atau mesin ketika digunakan.
3.4 Perencanaan Kapasitas Produksi 
Perencanaan kapasitas produksi memiliki peranan penting, yaitu digunakan untuk menentukan
seberapa besar tingkat keluaran yang mampu dihasilkan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi
permintaan pasar. Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003), perencanaan kapasitas adalah proses
penentuan jumlah tenaga kerja, mesin, dan fasilitas fisik lainnya yang diperlukan untuk mencapai
sasaran keluaran tertentu. Tujuan utama dari perencanaan kapasitas adalah menyediakan
manajemen dengan kerangka kerja analisis untuk merancang sebuah strategi kapasitas yang
efektif.
Perencanaan kapasitas biasanya didasarkan pada permintaan di masa mendatang. Jika
permintaan barang dapat diprediksi dengan tingkat ketepatan yang cukup, maka penentuan
kebutuhan kapasitas dapat langsung dilakukan. Dengan adanya perencanaan kapasitas produksi
yang baik, maka perusahaan dapat menentukan perencanaan kapasitas yang efektif dengan
mempertimbangkan beberapa unsur perencanaan kapasitas, yaitu jumlah tenaga kerja, mesin, dan
fasilitas fisik lainnya.
Menurut Buffa (2006), hal-hal yang dilakukan pada proses perencanaan kapasitas produksi
adalah sebagai berikut: 
• Memperkirakan permintaan di masa depan, termasuk dampak dari teknologi, persaingan
dan hal lainnya. 
• Menjabarkan perkiraan itu dalam bentuk kebutuhan fisik.
• Menyusun pilihan terencana kapasitas yang berhubungan dengan kebutuhan. 
• Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana. 
• Memutuskan rencana pelaksanaan.
Menurut Yamit (2011), terdapat dua jenis perencanaan kapasitas produksi, yaitu: 
• Perencanaan kapasitas jangka pendek. Perencanaan kapasitas jangka pendek
digunakan untuk menangani secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa
yang akan datang, misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau
seketika dalam jangka waktu pendek. 
• Perencanaan kapasitas jangka panjang. Perencanaan kapasitas jangka panjang
merupakan strategi operasi dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan
sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
8.3.4 Strategi dan Pertimbangan Kapasitas Produksi 
Strategi kapasitas produksi digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan dan pengelolaan
kapasitas yang baik. Tujuan dari peningkatan kapasitas adalah untuk pencapaian tingkat utilitas
tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi dan penetapan ukuran fasilitas. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka perlu strategi pengelolaan kapasitas yang tepat.
Menurut Krajewski dan Ritzman (1999), dalam membuat sesuatu keputusan yang berkaitan
dengan peningkatan kapasitas produksi, manajer operasi harus mempertimbangkan tiga aspek,
yaitu sebagai berikut: 
• Menentukan ukuran capacity cushions. Strategi kapasitas yang pertama adalah
menentukan ukuran kapasitas cushions. Kapasitas cushion digunakan untuk untuk
pengelolaan permintaan pada perusahaan, karena permintaan perusahaan tidak menentu,
seperti permintaan yang meningkat/menurun. 
• Menentukan waktu dan ukuran ekspansi. Ekspansi atau peningkatan kapasitas
dilakukan sebagai upaya mengantisipasi permintaan terhadap volume dan kapasitas
produksi. Ekspansi merupakan tujuan strategi perusahaan untuk berkembang pada masa
yang akan datang. Dalam melakukan ekspansi, perhitungan biaya ekspansi yang
ditempuh merupakan strategi yang benar. Dalam strategi ekspansi perusahaan
menerapkan strategi dimana kapasitas yang direncanakan naik secara bertahap, tidak
sering dan selalu melebihi nilai permintaan, sedangkan pada strategi wait and see
penambahan kapasitas dilakukan seiring dan sesuai dengan penambahan permintaan
sehingga penambahan kapasitas yang dilakukan sering dengan jumlah yang tidak besar. 
• Menghubungkan kapasitas dan keputusan operasional. Dalam melakukan
perencanaan kapasitas sebaiknya pihak perusahaan mempertimbangkan keputusan
kapasitas dengan keputusan operasional lainnya yang berada pada perusahaan agar
dijadikan bahan pertimbangan.
• Prioritas pada persaingan. Perubahan keputusan yang memprioritaskan persaingan
untuk dapat mempercepat pelayanan akan menyebabkan dibutuhkannya tingkat capacity
cushion yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat dengan cepat
merespon perubahan pada pasar dan mengantisipasi kenaikan permintaan yang tak
terduga.

Contoh Kapasitas Produksi Pabrik Roti


Sumber: Salomonus_/www.pixabay.com
Pertimbangan kapasitas produksi di suatu perusahaan digunakan untuk bahan pertimbangan
terciptanya keputusan yang baik mengenai kapasitas produksi. Menurut Heizer dan Render
(2015), terdapat beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kapasitas
produksi, yaitu:
• Ramalkan permintaan secara aktual. Sebuah peramalan yang akurat merupakan hal
yang paling pokok bagi keputusan kapasitas. Manajemen harus mengetahui produk yang
sedang ditambahkan dan produk yang sedang dihentikan produksinya, begitu juga
volume yang diperkirakan. 
• Memahami teknologi dan peningkatan kapasitas. Jumlah alternatif yang tersedia
mungkin cukup banyak, tapi setelah volume ditentukan. Keputusan teknologi dapat
dipandu dengan analisis biaya. Kajian ulang biasanya dapat mengurangi jumlah alternatif.
Teknologi juga menentukan peningkatan kapasitas. Manajer operasi bertanggung jawab
terhadap teknologi dan peningkatan kapasitas yang tepat. 
• Temukan tingkat operasi (volume) yang optimal. Teknologi dan peningkatan kapasitas
menentukan ukuran optimal suatu fasilitas. Ada dua kemungkinan dengan tingkat
operasi, yaitu apabila lebih kecil, maka biaya tetapnya akan sangat memberatkan dan jika
lebih besar, maka fasilitas tersebut memerlukan lebih dari satu manajer untuk mengawasi.
• Dibuat untuk perubahan. Dalam dunia yang cepat berubah, manajer operasi harus
menciptakan fleksibilitas dan peralatan. Manajer operasi ini mengevaluasi sensitivitas
keputusan dengan menguji beberapa proyeksi pendapatan suatu resiko.
8.4 Lokasi Usaha
8.4.1 Pengertian Lokasi
Tidak kalah penting dengan kapasitas produksi, penentuan lokasi juga merupakan hal yang tidak
bisa dianggap remeh.
Berikut definisi dan pengertian lokasi usaha dari beberapa sumber buku: 
• Menurut Swastha (2000), lokasi adalah tempat dimana suatu usaha atau aktivitas usaha
dilakukan. Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut
menentukan tercapainya tujuan badan usaha. 
• Menurut Alma (2003), lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat
perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan
segi ekonominya. Lokasi usaha yang tepat sangat menentukan keberhasilan dan
kegagalan usaha di masa yang akan datang. 
• Menurut Suwarman (2004), lokasi adalah tempat usaha yang sangat mempengaruhi
keinginan seseorang konsumen untuk datang dan berbelanja. Pemilihan suatu lokasi
usaha yang strategis dan tepat sangat menentukan keberhasilan suatu usaha di kemudian
hari. 
• Menurut Tjiptono (2002), lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat
perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan
segi ekonominya. 
• Menurut Tarigan (2006), lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber
yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan
berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.
Dengan demikian lokasi adalah tempat suatu usaha atau aktivitas perusahaan beroperasi dan
melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang, jasa atau tempat konsumen untuk datang dan
berbelanja. Pemilihan suatu lokasi usaha yang strategis dan tepat sangat menentukan
keberhasilan suatu usaha di masa yang akan datang.
Lokasi usaha adalah hal utama yang perlu dipertimbangkan. Lokasi strategis menjadi salah satu
faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Dalam memilih lokasi
usahanya, pemilik lokasi usaha harus mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan lokasi, karena
lokasi usaha adalah aset jangka panjang dan akan berdampak pada kesuksesan usaha itu sendiri.
8.4.2 Tujuan Penentuan dan Pemilihan Lokasi 
Penentuan dan pemilihan lokasi merupakan salah satu strategi yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan, baik lokasi pabrik untuk perusahaan manufaktur ataupun lokasi usaha untuk
perusahaan jasa/retail maupun lokasi perkantorannya. Pemilihan lokasi diperlukan pada saat
perusahaan mendirikan usaha baru, melakukan ekspansi usaha yang telah ada maupun
memindahkan lokasi perusahaan ke lokasi lainnya.
Pemilihan lokasi sangat penting karena berkaitan dengan besar kecilnya biaya operasi, harga
maupun kemampuan bersaing. Menurut Munawaroh (2013), penentuan lokasi memiliki beberapa
tujuan sesuai dengan jenis usaha yang akan dilakukan, yaitu: 
• Bagi industri, untuk meminimalisir biaya. Lokasi yang tepat mendekatkan lokasi
gudang penyimpanan bahan dengan lokasi produksi bisa menghemat biaya transportasi. 
• Bagi retail dan profesional servis untuk memaksimalkan pendapatan. Pemilihan
lokasi retail dan profesional servis yang mudah dijangkau konsumen memungkinkan
terjadi penjualan dalam jumlah banyak, sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan.
• Bagi lokasi gudang untuk memaksimalkan speed delivery dan biaya minimum. Jarak
gudang dengan lokasi pabrik yang tepat akan mempercepat penyerahan barang sekaligus
meminimalkan biaya.
8.4.3 Jenis-jenis Lokasi 
Menurut Sumaatmadja (1981), berdasarkan ilmu tata ruang, lokasi dibagi menjadi dua jenis,
yaitu: 
• Lokasi absolut, yaitu suatu tempat atau wilayah yang lokasinya berkaitan dengan letak
astronomis yaitu dengan menggunakan garis lintang dan garis bujur, dan dapat diketahui
secara pasti dengan menggunakan peta. Lokasi absolut suatu daerah tidak dapat berubah
atau berganti sesuai perubahan zaman tetapi bersifat tetap karena berkaitan dengan
bentuk bumi. 
• Lokasi relatif, yaitu suatu tempat atau wilayah yang berkaitan dengan karakteristik
tempat atau suatu wilayah. Karakteristik tempat yang bersangkutan sudah dapat
diabstraksikan lebih jauh. Lokasi relatif memberikan gambaran tentang keterbelakangan,
perkembangan, dan kemajuan wilayah yang bersangkutan dibandingkan dengan wilayah
lainnya. Lokasi relatif dapat ditinjau dari site dan situasi. Site adalah semua sifat atau
karakter internal dari suatu daerah tertentu sedangkan situasi adalah lokasi relatif dari
tempat atau wilayah yang bersangkutan yang berkaitan dengan sifat-sifat eksternal suatu
daerah.
8.4.4 Aspek-aspek Pemilihan Lokasi 
Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan berbagai aspek yang tentunya diarahkan untuk
mendorong penjualan dan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Murdifin dan
Mahfud (2007), dalam penentuan dan pemilihan suatu lokasi usaha, manajemen perlu
mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut: 
• Lokasi berkaitan dengan investasi jangka panjang yang sangat besar jumlahnya yang
berhadapan dengan kondisi-kondisi yang penuh ketidakpastian.
• Lokasi menentukan suatu kerangka pembatas atau kendala operasi yang permanen
(mencakup undang-undang, tenaga kerja, masyarakat, dan lain-lain) dan kendala itu
mungkin sulit dan mahal untuk diubah. 
• Lokasi mempunyai akibat yang signifikan dengan posisi kompetitif perusahaan, yaitu
akan meminimumkan biaya produksi dan juga biaya pemasaran keluaran yang dihasilkan.
Lokasi merupakan tempat yang strategis dimana konsumen dapat menjangkau tempat usaha
(tempat makan, pusat perbelanjaan, dan lainnya) dengan mudah, aman dan memiliki tempat
parkir yang luas. Sebagai tambahan terhadap potensi pertumbuhan, faktor-faktor pentingnya
adalah karakteristik social ekonomis sekitarnya, arus lalu lintas, biaya tanah, peraturan kawasan
dan transportasi publik.
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2001), terdapat tiga jenis interaksi yang nantinya akan
mempengaruhi penentuan lokasi perusahaan/organisasi jasa, yaitu: 
• Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan/organisasi), apabila keadaannya
seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan lebih baik memilih tempat
yang dekat dengan konsumen sehingga mampu dijangkau dengan kata lain lokasi
strategis. 
• Pemberi jasa mendatangi konsumen, dalam konteks ini keberadaan lokasi tidak begitu
penting akan tetapi, diperlukan pemasar yang mampu dan berkualitas dalam
menyampaikan promosi perusahaan/organisasi. 
• Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung, berarti penyedia jasa dan
konsumen bertransaksi melalui sarana tertentu, seperti sekarang ini dunia online atau
internet telah tersebar di seluruh penjuru dunia. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak
penting selama komunikasi antara kedua belah pihak terlaksana dengan baik.
8.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lokasi 
Menurut Kasmir (2014), pemilihan lokasi usaha merupakan salah satu keputusan bisnis yang
harus dibuat secara hati-hati. Penentuan lokasi perlu dilakukan dengan matang yang terdiri dari
lokasi untuk kantor pusat, cabang, dan pabrik. Dalam kaitannya dengan studi kelayakan bisnis,
hal yang paling kompleks dan rumit yaitu penentuan lokasi pabrik. Pertimbangannya yaitu
apakah dekat dengan bahan baku atau pasar atau konsumen, biaya dan luas produksi.
Menurut Tjiptono (2002), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat/lokasi
fisik suatu usaha atau pabrik, yaitu sebagai berikut: 
• Akses, misalnya lokasi yang dilalui mudah dijangkau sarana transportasi umum atau
tidak. 
• Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandang
normal. 
• Lalu lintas (traffic), menyangkut dua pertimbangan utama, yaitu: 1) Banyaknya orang
yang lalu lalang bisa memberikan peluang besar terhadap terjadinya buying, yaitu
keputusan pembelian yang sering terjadi spontan, tanpa perencanaan, dan atau tanpa
melalui usaha-usaha khusus. 2) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa juga jadi
hambatan. 
• Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda dua maupun
roda empat. 
• Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang cukup luas apabila ada perluasan di kemudian
hari. 
• Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung produk yang ditawarkan. Sebagai
contoh, restoran/rumah makan berdekatan dengan daerah pondokan, asrama, mahasiswa
kampus, sekolah, perkantoran, dan sebagainya. 
• Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Sebagai contoh, dalam menentukan lokasi restoran,
perlu dipertimbangkan apakah di jalan/daerah yang sama terdapat restoran lainnya. 
• Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang rumah makan berlokasi
terlalu berdekatan dengan pemukiman penduduk/tempat ibadah.

Lokasi Usaha Strategis


Sumber: Dokumen Pribadi
Sedangkan menurut Hindrayani (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
usaha antara lain yaitu letak konsumen atau pasar, sumber bahan baku, sumber tenaga kerja, air
dan listrik, transportasi, lingkungan masyarakat dan sikap yang muncul, peraturan pemerintah,
pembuangan limbah industri, fasilitas pabrik dan karyawan. Adapun penjelasan dari faktor-faktor
pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut: 
• Letak konsumen atau pasar, yaitu penempatan pabrik di dekat dengan daerah
konsumen. Alasan yang mendasari pemilihan lokasi dekat dengan konsumen adalah
adanya kemudahan untuk mengetahui perubahan selera konsumen, mengurangi risiko
kerusakan dalam pengangkutan apabila barang yang diproduksi tidak tahan lama, biaya
angkut mahal, khususnya untuk produksi jasa. 
• Sumber bahan baku, yaitu penempatan pabrik di dekat dengan daerah bahan baku.
Dasar pertimbangan yang diambil adalah apabila bahan baku yang dipakai mengalami
penyusutan berat dan volume, bahan baku mudah rusak dan berubah kualitas, risiko
kekurangan bahan baku tinggi.
• Sumber tenaga kerja, alternatif yang dipakai adalah apakah tenaga kerja yang
dibutuhkan unskilled, dengan pertimbangan tingkat upah rendah, budaya hidup
sederhana, mobilitas tinggi sehingga jumlah gaji dianggap sebagai daya tarik, ataukah
tenaga kerja skilled, apabila perusahaan membutuhkan fasilitas yang lebih baik, adanya
pemikiran masa depan yang cerah, dibutuhkan keahlian, dan kemudahan untuk mencari
pekerjaan lain. 
• Air, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan apakah membutuhkan air yang jernih
alami, jernih tidak alami, atau sembarang air. 
• Suhu udara, faktor ini mempengaruhi kelancaran proses dan kualitas hasil operasi.
• Listrik, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan kapasitas tegangan yang dibutuhkan.
• Transportasi, berupa angkutan udara, laut, sungai, kereta api, dan angkutan jalan raya. 
• Lingkungan, masyarakat, dan sikap yang muncul apabila didirikan pabrik di dekat
tempat tinggal mereka, apakah menerima atau tidak. 
• Peraturan Pemerintah, undang-undang dan sistem pajak. Aspek umum yang diatur
undang-undang adalah jam kerja maksimum, upah minimum, usia kerja minimum, dan
kondisi lingkungan kerja.
• Pembuangan limbah industri, kaitannya dengan tingkat pencemaran, sistem
pembuangan limbah dari usaha yang dijalankan untuk perlindungan terhadap alam sekitar
dan menjaga keseimbangan habitat. 
• Fasilitas untuk pabrik, berupa spare part, mesin-mesin, untuk menekan biaya. 
• Fasilitas untuk karyawan, agar dapat meningkatkan semangat kerja dan kesehatan
kerja.
8.5 Promosi
8.5.1 Pengertian Promosi

Dalam mengenalkan produk/jasa yang dimiliki sebuah usaha perlu dilakukan sebuah promosi.

Berikut adalah beberapa definisi/pengertian promosi berdasarkan beberapa sumber, yaitu:

• Menurut Sistaningrum (2002:98), promosi adalah suatu upaya atau kegiatan perusahaan
dalam mempengaruhi konsumen aktual maupun konsumen potensial agar mereka mau
melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan, saat ini atau di masa yang akan
datang. 
• Menurut Gitosudarmo (2000:237), promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk
mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan
oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli
produk tersebut.
• Menurut Kotler (2011:119), promosi adalah bagian dan proses strategi pemasaran sebagai
cara untuk berkomunikasi dengan pasar, dengan menggunakan komposisi bauran promosi
(promotional mix).
• Menurut Rambat Lupiyoadi (2006:120), promosi merupakan salah satu variabel dalam
bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan
produk jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara
perusahaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi
konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya.

Dengan demikian promosi merupakan bentuk komunikasi pemasaran, artinya aktivitas


pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

8.5.2 Tujuan dan Fungsi Promosi 


Tujuan promosi adalah untuk mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk
melakukan pembelian. Promosi tidak hanya sekadar berkomunikasi ataupun menyampaikan
informasi, tetapi juga menginginkan komunikasi mampu menciptakan suasana/keadaan dimana
para pelanggan bersedia memilih dan memiliki produk. Menurut Swastha (2000:245-246), tujuan
dan fungsi promosi adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi 
Promosi dapat menambah nilai suatu barang dengan memberikan informasi kepada konsumen.
Promosi dapat memberikan informasi baik tentang barangnya, harganya, ataupun informasi lain
yang mempunyai kegunaan kepada konsumen. Tanpa adanya informasi seperti itu orang segan
atau tidak akan mengetahui banyak tentang suatu barang. Dengan demikian promosi merupakan
suatu alat bagi penjual dan pembeli untuk memberitahu kepada pihak lain tentang kebutuhan dan
keinginan mereka, sehingga kebutuhan dan keinginan tersebut dapat dipengaruhi dengan
mengadakan pertukaran yang memuaskan.
b. Membujuk dan mempengaruhi 
Promosi selain bersifat memberitahu juga bersifat untuk membujuk terutama kepada pembeli-
pembeli potensial, dengan mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari pada produk
yang lainnya.
c. Menciptakan kesan (Image) 
Promosi dapat memberikan kesan tersendiri bagi calon konsumen untuk produk yang diiklankan,
sehingga pemasar menciptakan promosi sebaik-baiknya misalnya untuk promosi periklanan
(advertising) dengan menggunakan warna, ilustrasi, bentuk atau layout yang menarik.
d. Promosi merupakan suatu alat mencapai tujuan 
Promosi dapat digunakan untuk mencapai tujuan, yaitu untuk menciptakan pertukaran yang
menguntungkan melalui komunikasi, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi. Dalam hal ini
komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk mengadakan pertukaran yang saling
memuaskan.
Contoh Promosi
Sumber: Dokumen Pribadi

8.5.3 Bauran Promosi (Promotional Mix)


Bauran promosi (Promotional Mix) adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-
variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, yang kesemuanya direncanakan
untuk mencapai tujuan program penjualan (Swastha & Irawan, 2005:349). Bauran promosi
merupakan alat-alat yang digunakan dalam promosi yang terdiri dari periklanan (advertising),
promosi penjualan (sales promotion) dan pemasaran langsung (direct marketing).
a. Periklanan (Advertising) 
Periklanan (advertising) adalah salah satu dari kegiatan variasi promosi yang digunakan untuk
mengkombinasikan barang atau jasanya dengan pembeli dan masyarakat yang ditargetkan.
periklanan (advertising) merupakan salah satu alat dari variasi promosi yang populer. Tujuan
dari periklanan (advertising) yaitu menjual atau meningkatkan penjualan dengan menyampaikan
informasi tentang barang atau jasa.
b. Promosi Penjualan (Sales Promotion) 
Promosi penjualan adalah kumpulan alat-alat intensif yang beragam, sebagian besar berjangka
pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa cepat dan atau lebih besar
oleh konsumen atau pedagang. Kegiatan penjualan yang bersifat jangka pendek dan tidak
dilakukan dengan berulang-ulang serta tidak rutin yang ditujukan untuk mendorong lebih cepat
respon pasar. Tujuan promosi penjualan adalah untuk meningkatkan penjualan atau untuk
meningkatkan jumlah nasabah. Promosi penjualan dapat dilakukan melalui pemberian diskon,
kontes, kupon atau sampel produk.
c. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) 
Pemasaran langsung adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih
media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu
lokasi. Tujuan pemasaran langsung adalah untuk mengkomunikasikan produk atau jasa secara
langsung kepada konsumen yang dianggap memiliki potensi tinggi.
Daftar Pustaka

• Alma, Buchari. (2003). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:


Alfabeta.
• Buffa. (2006). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Binarupa Aksara.
• Gitosudarmo, Indriyo. (2000). Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Cetakan Keenam.
Yogyakarta: BPFE.
• Handoko, T. Hani. (1986). Manajemen. Yogyakarta: BEFE.
• Heizer, Jay dan Render, Barry. (2015). Manajemen Operasi: Manajemen
Keberlangsungan dan Rantai Pasokan. Jakarta: Salemba Empat.
• Hindrayani, Aniek. (2010). Manajemen Operasi. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
• Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
• Kotler, Phillip. (2011). Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: PT Midas Surya Grafindo.
• Krajewski, Lee J. dan Ritzman, Larry P. (1999). Operation Management Strategy and
Analysis. USA: Addison–Wesley Publishing Company.
• Lupiyoadi dan Hamdani. (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat.
• Ma'arif, Syamsul dan Tanjung, Hendri. (2003). Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.
• Munawaroh, Munjiati. (2013). Manajemen Operasi. Yogyakarta: LP3M UMY.
• Prasetya, Hery dan Lukiastuti. (2009). Manajemen Operasi. Jakarta: Buku Kita.
• Rambat Lupiyoadi, A.Hamdani. (2006). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba
Empat.
• Reksohadiprojo, Sukanto. (2000). Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
• Sistaningrum. (2002). Manajemen Promosi Pemasaran. Jakarta: Index.
• Suwarman, Ujang. (2004). Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
• Swastha, Basu dan Irawan. (2005). Asas-asas Marketing. Yogyakarta: Liberty. 
• Swastha, Basu. (2000). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks.
• Swastha, Basu. (2008). Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen.
Yogyakarta: Liberty. 
• Tarigan, R. (2006). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
• Yamit, Zulian. (2011). Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: FE UII.

Anda mungkin juga menyukai