Aspek Operasional
8.1
8.2
8.3 Kapasitas Produksi
8.3.1 Pengertian Kapasitas Produksi
Sebelum memulai kegiatan produksi, langkah penting yang perlu dilakukan adalah menentukan
kapasitas produksi.
Berikut definisi kapasitas produksi dari beberapa sumber buku:
• Menurut Handoko (1986), kapasitas produksi adalah suatu tingkat keluaran, suatu
kuantitas keluaran dalam periode tertentu dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi
yang mungkin selama periode waktu tertentu.
• Menurut Buffa (2006), kapasitas produksi adalah kemampuan pembatas dari unit
produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk
keluaran (output) persatuan waktu.
• Menurut Yamit (2011), kapasitas produksi adalah jumlah maksimum output yang dapat
diproduksi dalam satuan waktu tertentu.
• Menurut Heizer dan Render (2015), kapasitas produksi adalah suatu terobosan atau
sejumlah unit yang mana tempat fasilitas dapat menyimpan, menerima atau memproduksi
dalam suatu periode waktu tertentu.
Dengan demikian kapasitas produksi merupakan suatu tingkat yang menyatakan batas
kemampuan, penerimaan, penyimpanan atau keluaran dari suatu unit, fasilitas atau output untuk
memproduksi dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas produksi menentukan persyaratan
modal sehingga mempengaruhi sebagian besar biaya. Kapasitas produksi juga menentukan
jumlah permintaan yang harus dipenuhi dengan menggunakan fasilitas produksi yang ada.
Kapasitas produksi biasanya berkaitan dengan luas produksi dan volume produksi. Menurut
Reksohadiprojo (2000), luas produksi adalah ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang
yang diproduksi oleh suatu perusahaan tertentu. Sedangkan jumlah atau volume produksi adalah
hasil produksi yang seharusnya diproduksi oleh suatu perusahaan dalam satu periode (Prasetya
dkk, 2009).
8.3.2 Aspek-aspek Kapasitas Produksi
Terdapat beberapa aspek yang digunakan dalam menentukan kapasitas produksi di suatu pabrik,
yaitu sebagai berikut:
a. Pusat Kerja (Work Center)
Pusat kerja adalah suatu fasilitas produksi spesifik yang terdiri dari satu atau lebih orang dan atau
mesin dengan kemampuan yang sama atau identik, yang dapat dipertimbangkan sebagai satu unit
untuk tujuan perencanaan kebutuhan kapasitas dan penjadwalan terperinci.
b. Pesanan Manufakturing (Manufacturing Orders)
Pesanan merupakan suatu dokumen atau identitas jadwal yang memberikan kewenangan untuk
membuat part tertentu atau produk dalam jumlah tertentu. Pesanan manufakturing dapat berupa
salah satu; open orders, already in process, atau planned orders, sebagaimana dijadwalkan
melalui proses material requirement planning (MRP).
c. Routing
Routing adalah sekumpulan informasi yang merinci metode pembuatan item tertentu, termasuk
operasi yang dilakukan, urutan operasi, berbagai pusat kerja yang terlibat, serta standar untuk
waktu setup (setup time) dan waktu pelaksanaan kerja (run time).
d. Beban (load)
Beban adalah banyaknya kerja yang dijadwalkan untuk dilakukan oleh fasilitas manufakturing
dalam periode waktu yang ditetapkan. Beban (load) biasa dinyatakan dalam ukuran jam kerja
atau unit produksi. Load merupakan volume kerja yang dikerjakan. Sebagaimana yang biasa
digunakan dalam capacity requirement planning (CRP), beban (load) menggambarkan waktu
setup (setup time) dan waktu pelaksanaan (runtime) yang dibutuhkan dari suatu pusat kerja, tidak
termasuk waktu menunggu (waiting time), waktu antre (queue time), dan waktu bergerak (move
time).
e. Kapasitas (Capacity)
Kapasitas merupakan tingkat di mana sistem manufakturing (tenaga kerja, mesin, pusat kerja,
departemen, pabrik) berproduksi. Dengan kata lain, kapasitas merupakan tingkat output yang
dapat dicapai dengan spesifikasi produk, product mix, tenaga kerja, dan peralatan yang ada
sekarang. Dalam CRP, kapasitas berkaitan dengan tingkat output kerja dalam setiap pusat kerja.
8.3.3 Jenis-jenis Kapasitas Produksi
Menurut Heizer dan Render (2015), terdapat tiga jenis kapasitas produksi, yaitu:
• Kapasitas desain. Kapasitas desain merupakan output yang maksimum secara teori pada
suatu sistem dalam suatu periode waktu tertentu pada kondisi idealnya.
• Kapasitas efektif (utilization). Kapasitas efektif menunjukan output maksimum pada
tingkat operasi tertentu. Kapasitas efektif adalah kapasitas yang diperkirakan dapat
dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi yang ada sekarang.
Kapasitas efektif biasanya lebih rendah daripada kapasitas desain karena fasilitas yang
ada mungkin telah dirancang untuk versi produk sebelumnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kapasitas efektif adalah rancangan produk, kualitas bahan
yang digunakan, sikap dan motivasi tenaga kerja, perawatan mesin/fasilitas, serta
rancangan pekerjaan.
• Kapasitas efisien (efficiency). Kapasitas efisien adalah persentase desain kapasitas yang
benar-benar tercapai. Bergantung pada bagaimana tempat fasilitas dipergunakan dan
dikelola. Kapasitas efisien mengukur seberapa baik fasilitas atau mesin ketika digunakan.
3.4 Perencanaan Kapasitas Produksi
Perencanaan kapasitas produksi memiliki peranan penting, yaitu digunakan untuk menentukan
seberapa besar tingkat keluaran yang mampu dihasilkan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi
permintaan pasar. Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003), perencanaan kapasitas adalah proses
penentuan jumlah tenaga kerja, mesin, dan fasilitas fisik lainnya yang diperlukan untuk mencapai
sasaran keluaran tertentu. Tujuan utama dari perencanaan kapasitas adalah menyediakan
manajemen dengan kerangka kerja analisis untuk merancang sebuah strategi kapasitas yang
efektif.
Perencanaan kapasitas biasanya didasarkan pada permintaan di masa mendatang. Jika
permintaan barang dapat diprediksi dengan tingkat ketepatan yang cukup, maka penentuan
kebutuhan kapasitas dapat langsung dilakukan. Dengan adanya perencanaan kapasitas produksi
yang baik, maka perusahaan dapat menentukan perencanaan kapasitas yang efektif dengan
mempertimbangkan beberapa unsur perencanaan kapasitas, yaitu jumlah tenaga kerja, mesin, dan
fasilitas fisik lainnya.
Menurut Buffa (2006), hal-hal yang dilakukan pada proses perencanaan kapasitas produksi
adalah sebagai berikut:
• Memperkirakan permintaan di masa depan, termasuk dampak dari teknologi, persaingan
dan hal lainnya.
• Menjabarkan perkiraan itu dalam bentuk kebutuhan fisik.
• Menyusun pilihan terencana kapasitas yang berhubungan dengan kebutuhan.
• Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana.
• Memutuskan rencana pelaksanaan.
Menurut Yamit (2011), terdapat dua jenis perencanaan kapasitas produksi, yaitu:
• Perencanaan kapasitas jangka pendek. Perencanaan kapasitas jangka pendek
digunakan untuk menangani secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa
yang akan datang, misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau
seketika dalam jangka waktu pendek.
• Perencanaan kapasitas jangka panjang. Perencanaan kapasitas jangka panjang
merupakan strategi operasi dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan
sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
8.3.4 Strategi dan Pertimbangan Kapasitas Produksi
Strategi kapasitas produksi digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan dan pengelolaan
kapasitas yang baik. Tujuan dari peningkatan kapasitas adalah untuk pencapaian tingkat utilitas
tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi dan penetapan ukuran fasilitas. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka perlu strategi pengelolaan kapasitas yang tepat.
Menurut Krajewski dan Ritzman (1999), dalam membuat sesuatu keputusan yang berkaitan
dengan peningkatan kapasitas produksi, manajer operasi harus mempertimbangkan tiga aspek,
yaitu sebagai berikut:
• Menentukan ukuran capacity cushions. Strategi kapasitas yang pertama adalah
menentukan ukuran kapasitas cushions. Kapasitas cushion digunakan untuk untuk
pengelolaan permintaan pada perusahaan, karena permintaan perusahaan tidak menentu,
seperti permintaan yang meningkat/menurun.
• Menentukan waktu dan ukuran ekspansi. Ekspansi atau peningkatan kapasitas
dilakukan sebagai upaya mengantisipasi permintaan terhadap volume dan kapasitas
produksi. Ekspansi merupakan tujuan strategi perusahaan untuk berkembang pada masa
yang akan datang. Dalam melakukan ekspansi, perhitungan biaya ekspansi yang
ditempuh merupakan strategi yang benar. Dalam strategi ekspansi perusahaan
menerapkan strategi dimana kapasitas yang direncanakan naik secara bertahap, tidak
sering dan selalu melebihi nilai permintaan, sedangkan pada strategi wait and see
penambahan kapasitas dilakukan seiring dan sesuai dengan penambahan permintaan
sehingga penambahan kapasitas yang dilakukan sering dengan jumlah yang tidak besar.
• Menghubungkan kapasitas dan keputusan operasional. Dalam melakukan
perencanaan kapasitas sebaiknya pihak perusahaan mempertimbangkan keputusan
kapasitas dengan keputusan operasional lainnya yang berada pada perusahaan agar
dijadikan bahan pertimbangan.
• Prioritas pada persaingan. Perubahan keputusan yang memprioritaskan persaingan
untuk dapat mempercepat pelayanan akan menyebabkan dibutuhkannya tingkat capacity
cushion yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat dengan cepat
merespon perubahan pada pasar dan mengantisipasi kenaikan permintaan yang tak
terduga.
Dalam mengenalkan produk/jasa yang dimiliki sebuah usaha perlu dilakukan sebuah promosi.
• Menurut Sistaningrum (2002:98), promosi adalah suatu upaya atau kegiatan perusahaan
dalam mempengaruhi konsumen aktual maupun konsumen potensial agar mereka mau
melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan, saat ini atau di masa yang akan
datang.
• Menurut Gitosudarmo (2000:237), promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk
mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan
oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli
produk tersebut.
• Menurut Kotler (2011:119), promosi adalah bagian dan proses strategi pemasaran sebagai
cara untuk berkomunikasi dengan pasar, dengan menggunakan komposisi bauran promosi
(promotional mix).
• Menurut Rambat Lupiyoadi (2006:120), promosi merupakan salah satu variabel dalam
bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan
produk jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara
perusahaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi
konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya.