Anda di halaman 1dari 3

MATERI MULOK KEAGAMAAN

KD 1 KETENTUAN SHOLAT QASHR DAN JAMA'

A. SHOLAT QASHR

Keringanan Meng-qashar Shalat

Seorang musafir mendapat keringanan melakukan shalat qashar atau mempersedikit jumlah rakaat
shalat. Qashar hanya bisa dilakukan untuk shalat empat rakaat menjadi dua rakaat. Tidak berlaku untuk
shalat shalat maghrib (3 rakaat) atau shalat subuh (2 rakaat).Shalat maghrib, tidak bisa di-qashar, karena
shalat maghrib memang tidak bisa diparuh dua. Lagipula, shalat maghrib dijadikan witir (berjumlah
ganjil) di (penghujung) siang hari. Pada akhirnya, ketika diparuh menjadi dua, maka nilai dari tujuan witir
bisa hilang.Sedangkan shalat shubuh tidak bisa di-qashar, karena ketika diparuh dua maka menjadi satu.
Padahal dalam Islam tidak ada shalat satu rakaat, kecuali shalat witir. [1]

Definisi Qashar

Definisi dari Qashar, sebagaimana tertera dalam kitab-kitab fikih ialah: meringkas shalat empat rakaat
menjadi dua rakaat. Apabila melihat definisi ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa musafir yang
sudah memenuhi persyaratan untuk meng-qashar shalat hanya bisa meng-qashar shalat rubâ’iyah
(shalat yang hitungan rakaatnya berjumlah empat), yaitu shalat zhuhur, ashar dan isya’. Sedangkan
shalat maghrib dan shubuh tidak bisa di-qashar.

Syarat-syarat Qashar

Untuk diperbolehkan meng-qashar seorang musafir harus memenuhi sembilan syarat:

1. Perjalanannya jauh (safar thawîl).

Menurut Syaikh Daib al-Buqha adalah 81 km

2. Tahu bahwa qashar diperbolehkan.

Orang yang tidak tahu jika qashar itu diperbolehkan, maka qashar-nya tidak sah, sebab dianggap talâ'ub
atau hanya sekedar bermain-main dalam melaksanakan ibadah.

3. Perjalanannya diperbolehkan (mubah).

Perjalanan mubah ini mencakup pada perjalanan yang wajib, sunnat dan makruh. Apabila perjalanan
musafir adalah perjalanan maksiat (haram), maka ia tidak diperkenankan untuk melaksanakan qashar
shalat. Sebab tujuan syariat memperbolehkan qashar adalah dalam rangka rukhsah (memberi dispensasi
hukum). Sedangkan rukhsah tidak bisa dikaitkan pada kemaksiatan sebagaimana kaidah yang telah
dirumuskan oleh ulama fikih: “Rukhshah tidak bisa dikaitkan dengan maksiat”.
4. Memiliki tujuan.

Memiliki tujuan yang sudah lumrah menjadi tujuan dalam perjalanan (ghardhun shahîh), seperti
berdagang, ziarah, silaturrahim, dll. Jadi, apabila kepergiannya tidak memiliki tujuan ghardhun shahîh,
seperti rekreasi atau sekedar jalan-jalan, maka tidak diperkenankan untuk melakukan qashar shalat.

5. Tempat tujuannya jelas.

Yakni, musafir diperbolehkan melaksanakan qashar apabila tempat tujuannya jelas, dan tahu bahwa
tempat yang dituju mencapai jarak 2 marhalah, meskipun tidak menentukan alamat detail dari tempat
tujuan. Seperti halnya orang Bangkalan hendak pergi ke Jember, si musafir tidak harus menentukan
Jember mana yang menjadi tempat tujuan.Tidak bermakmum kepada orang yang menyempurnakan
shalatnya.Musafir yang mau meng-qashar shalatnya disyaratkan tidak bermakmum kepada: 1) Orang
yang tidak qashar, baik orang itu musafir atau mukim; 2) Musafir lain yang masih diragukan: apakah
shalatnya di-qashar atau tidak.

6.Niat qashar ketika takbîratul ihram.

Seorang musafir yang mau melakukan qashar, harus niat qashar ketika takbîratul ihrâm. Contoh bacaan
niat qashar adalah seperti:‫تَع‬

•Lafal Niat qashar shalat zhuhur:

‫إِ َما ًما هلل تَ َعالَى‬/‫الظه ِْر َر ْك َعتَي ِْن قَصْ رًا َمأْ ُموْ ًما‬
ُّ ‫ض‬ َ ُ‫أ‬.
َ ْ‫صلِّى فَر‬

Artinya: Saya niat shalat fardhu zhuhur dua rakaat dengan diqashar (jadi ma’mum/imam) karena Allah
Ta’ala

•Lafal Niat qashar shalat ashar:

‫إِ َما ًما هلل تَ َعالَى‬/‫ض ال َعصْ ِر َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ رًا َمأْ ُموْ ًما‬ َ ُ‫أ‬.
َ ْ‫صلِّى فَر‬

Artinya: Saya niat shalat fardhu ashar dua rakaat dengan diqashar (jadi ma’mum/imam) karena Allah
Ta’ala

•Lafal Niat qashar shalat Isya’:

‫إِ َما ًما هلل تَ َعالَى‬/‫ض ال ِعشَا ِء َر ْك َعتَي ِْن قَصْ رًا َمأْ ُموْ ًما‬ َ ُ‫أ‬.
َ ْ‫صلِّى فَر‬

Artinya: Saya niat shalat fardhu isya’ dua rakaat dengan diqashar (jadi ma’mum/imam) karena Allah
Ta’ala.
8. Tetap dalam perjalanan sampai selesainya shalat.

Di saat musafir melakukan shalat qashar, dia harus tetap berstatus sebagai orang yang sedang
melakukan perjalanan, tidak mukim, sehingga apabila di pertengahan shalatnya si musafir sudah tidak
berstatus musafir lagi, baik dengan niat mukim di tengah-tengah shalat atau ragu: apakah dia niat
mukim atau tidak, maka musafir tersebut wajib menyempurnakan shalatnya.

9. Menjaga dari hal-hal yang dapat menafikan niat qashar.

Musafir yang melakukan shalat qashar harus menjaga niat qashar-nya dari hal-hal yang dapat menafikan
terhadap niatnya selama ia shalat, sehingga apabila dalam pertengahan shalatnya ragu, apakah dia niat
qashar atau tidak, maka dia tidak boleh meng-qashar shalatnya dan seketika itu juga harus itmâm
(menyempurnakan shalatnya menjadi empat rakaat).

Anda mungkin juga menyukai