Anda di halaman 1dari 6

FIQIH DAN PENGAMALAN IBADAH

PEMBAHASAN: SHALAT JAMA’


DOSEN PENGAJAR: SUHRAH S.Pd.,M.Pd.

DISUSUN OLEH:
1.RAHMA
2.UMI ITIA SAHIDAH
SHALAT JAMA’
1.Pengertian Shalat Jamak
Pengertian shalat jamak secara bahasa adalah
mengumpulkan. Sedangkan pengertian shalat jamak menurut istilah
adalah mengumpulkan dua shalat wajib yang dikerjakan dalam satu
waktu, dilansir dari publikasi iainkudus.ac.id.

Misalnya, shalat jamak adalah menggabungkan shalat zuhur dan ashar


untuk dikerjakan pada waktu zuhur atau pada waktu ashar. Atau, bisa
juga menggabungkan shalat magrib dan isya untuk dikerjakan pada
waktu magrib atau pada waktu isya. Sementara, shalat subuh tetap pada
waktunya dan tidak boleh digabungkan dengan shalat lain.

Hal ini merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah SWT dalam


melaksanakan shalat dalam keadaan tertentu, dalam hal ini jika sedang
bepergian jauh tanpa ada tempat untuk melaksanakan shalat nantinya.
Menjamak shalat hukumnya mubah atau boleh bagi orang yang sudah
memenuhi syarat.
2.Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jamak
Berikut tata cara pelaksanaan shalat jamak, baik jamak taqdim maupun
jamak takhir yang wajib diketahui;

 Tata Cara Shalat Jamak Taqdim


- Niat shalat jamak taqdim dzuhur dan ashar (Dilakukan saat waktu
dzuhur)

“Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri


adaa-an lillaahi ta’aalaa.” Artinya: Aku sengaja shalat fardu dhuhur 4
rakaat yang dijama’ dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala.
Setelah selesai shalat dzuhur, langsung dilanjut shalat ashar dengan
bacaan niat:

“Ushollii fardlozh ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al dzuhri


adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: Aku berniat shalat ashar 4 rakaat dijama’ dengan dhuhur,
fardhu karena Allah Ta’aala.

- Niat shalat Jamak Taqdim Maghrib dan Isya’ (Dilakukan saat waktu
maghrib)

“Ushollii fardlozh maghribi thalaatha raka’aatin majmuu’an ma’al


‘isyaa’i jam’a taqdiimin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: Aku sengaja shalat fardu maghrib 3 rakaat yang dijama’ dengan
isyak, dengan jama’ taqdim, fardu karena Allah Ta’aala.
 Tata Cara Shalat Jamak Takhir
- Niat shalat Jamak Takhir Dzuhur dan Ashar

“Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri


adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: Aku sengaja sholat fardu dhuhur 4 rakaat yang dijama’ dengan
Ashar, fardu karena Allah Ta’aala.

Setelah selesai shalat dzuhur, langsung dilanjut shalat ashar dengan


bacaan niat:

“Ushollii fardlol ‘ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’azh zhuhri


adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: “Aku sengaja shalat fardu Ashar 4 rakaat yang dijama’ dengan
dhuhur, fardu karena Allah Ta’aala”

- Niat shalat Jamak takhir Maghrib dan Isya’

“Ushollii fardlozh maghribi thalaatha raka’aatin majmuu’an ma’al


‘isyaa’i Jam’a ta-khiirinin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: Aku sengaja shalat fardu maghrib 3 rakaat yang dijama’ dengan
isyak, dengan jama’ takhir, fardu karena Allah Ta’aala.

Setelah selesai shalat maghrib, langsung dilanjut shalat isya’ dengan


bacaan niat:
“Ushollii fardlozh ‘isyaa’i arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al magribi
Jam’a ta-khiirinin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: Aku berniat shalat isya’ empat rakaat yang dijama’ dengan
magrib, dengan jama’ takhir, fardhu karena Allah Ta’aala.

Setelah selesai shalat maghrib, langsung dilanjut shalat isya’ dengan


bacaan niat:

"Ushollii fardlozh ‘isyaa’i arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al


maghiribi jam’a taqdiimin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: Aku berniat shalat isyak empat rakaat dijamak dengan magrib,
dengan jama’ taqdim, fardhu karena Allah Ta’aala.

Ada pendapat ulama mengenai seorang musafir tetapi dalam keadaan


menetap tidak dalam perjalanan, seperti seorang yang berasal dari
Indonesia bepergian ke Arab Saudi untuk berhaji, selama ia di sana ia
boleh menqashar shalatnya dengan tidak menjamaknya sebagaimana
yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di
Mina. Walaupun demikian boleh-boleh saja dia menjamak dan
menqashar shalatnya ketika ia musafir seperti yang dilakukan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Tabuk. Pada kasus ini,
ketika dia dalam perjalanan lebih baik menjamak dan menqashar shalat,
karena yang demikian lebih ringan, tidak memberatkan di perjalanan dan
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun ketika telah menetap di Arab Saudi lebih utama menqashar saja
tanpa menjamaknya.
Adapun dalil-dalil yang menerangkan tentang shalat jamak adalah
sebagai berikut:

1. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

ِ ‫ت يَا َأبَا ْال َعب‬


:‫َّاس‬ ُ ‫ قُ ْل‬:‫ال‬ ٍ ْ‫الظه ِْر َو ْال َعصْ ِر بِ ْال َم ِدينَ ِة فِي َغي ِْر َسفَ ٍر َوال َخو‬
َ َ ‫ ق‬،‫ف‬ ُّ َ‫م بَ ْين‬gَ َّ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬
َ ‫َج َم َع النَّبِ ُّي‬
‫ُأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
]‫ [رواه أحمد‬.‫ َرا َد ْن الَ يُحْ ِر َج َحدًا ِم ْن َّمتِ ِه‬:‫ك؟ قَا َل‬ َ ِ‫َولِ َم فَ َع َل َذل‬

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjamak antara shalat


Dzuhur dan Ashar di Madinah bukan karena bepergian juga bukan karena takut.
Saya bertanya: Wahai Abu Abbas, mengapa bisa demikian? Dia menjawab: Dia
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak menghendaki kesulitan bagi
umatnya.” [HR. Ahmad]

2. Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, ia berkata:

‫ت ْال َعصْ ِر ثُ َّم نَ َز َل فَ َج َم َع‬ ُّ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا ارْ تَ َح َل قَ ْب َل َأ ْن ت َِزي َغ ال َّش ْمسُ َأ َّخ َر‬
ِ ‫الظه َْر ِإلَى َو ْق‬ َ ِ‫َكانَ َرسُو ُل هللا‬
]‫ [متّفق عليه‬.‫ب‬ ُّ ‫صلَّى‬
َ ‫الظه َْر ثُ َّم َر ِك‬ َ ‫َت ال َّش ْمسُ قَ ْب َل َأ ْن يَرْ ت َِح َل‬
ْ ‫بَ ْينَهُ َما فَِإ ْن َزاغ‬

Artinya: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berangkat dalam


bepergiannya sebelum tergelincir matahari, beliau mengakhirkan shalat Dzuhur
ke waktu shalat Ashar; kemudian beliau turun dari kendaraan kemudian beliau
menjamak dua shalat tersebut. Apabila sudah tergelincir matahari sebelum beliau
berangkat, beliau shalat dzuhur terlebih  dahulu kemudian naik kendaraan.”
[Muttafaq ‘Alaih]

Anda mungkin juga menyukai