Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN LOGISTIK KESEHATAN

PENGHAPUSAN, PENGENDALIAN PROSEDUR


DAN PENGAWASAN

Oleh :
Muchammad Fahmi Rizqi Abdillah
19161101084

Dosen Pembimbing :
drg. Elyda Akhya Afida M., MPIH

Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat


Putaran III

Rumah Sakit Gigi dan Mulut


Universitas Jember
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

Bidang logistik di suatu rumah sakit merupakan unit penunjang yang sangat penting
karena bidang logistik memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan akan alat-
alat/barang-barang yang dibutuhkan oleh setiap ruang perawatan dirumah sakit, untuk itu
bidang logistik harus selalu menyediakan alat-alat/barang–barang yang dibutuhkan oleh user
atau pasien (Situmorang dan Syahputra, 2018). Logistik non medis adalah barang kecil yang
ada di rumah sakit tapi mampu menjawab tujuan bagaimana cara mencapai tujuan. Dengan
ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan, dan dipergunakan dengan efisien dan
efektif, untuk itu sistem penyimpanan dan pendistribusian logistik non medis diatur dalam
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 termasuk dalam Pengelolaan Barang
Milik Daerah dan Barang Milik Negara (Mokalu, 2019).
Pembinaan dan pengelolaan peralatan tidak mudah, bahkan sebaliknya akan semakin
kompleks. Oleh karena itu, hal ini membutuhkan perhatian dan penertiban yang sangat serius.
Hal ini disebabkan karena kecenderungan timbulnya gejala merugikan seperti penggunaan
barang yang kurang efektif dan efisient, sering menimbulkan pemborosan, kurangnya
kesadaran akan arti dan nilai dari barang khususnya peralatan, administrasi yang tidak tepat
dalam hal kegiatan pengadaan barang, penyimpanan, penghapusan dan pengawasan. Oleh
karena itu peranan pengelolaan peralatan dan perlengkapan di rumah sakit harus semakin
diperhatikan pasien (Situmorang dan Syahputra, 2018).
Pengelolaan manajemen logistik obat di instalasi farmasi dilaksanakan demi
tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dirumah sakit, maka pada proses pengelolaan
obat perlu diawasi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan
oprasionalnya sehingga dapat segera dilakukan tindakan perbaikan untuk hal pelaksanaan
pengelolaan obat yang masih dianggap belum optimal, jika rumah sakit tidak mampu
merencanakan dan melaksanakan manajemen obat yang baik, maka rumah sakit tersebut
tidak mampu mencapai titik keberhasilan. Kegagalan manajemen logistik akan menurunkan
kualitas pelayanan rumah sakit sehingga kepuasan pasien terhadap rumah sakit tersebut akan
menurun (Asyifa, 2019).
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Penghapusan Logistik


Berdasarkan PMK No. 271 Th. 2015 dijelaskan bahwa Barang Milik Negara, yang
selanjutnya disingkat BMN, adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
anggaran pendapatan dan belanja negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara dari Daftar Barang Pengguna
dan/atau Kuasa Pengguna Barang dengan menerbitkan keputusan penghapusan dari pejabat
yang berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya
(Permenkes, 2015).
Selain penghapusan, dalam praktik tata kelola pemerintahan juga dikenal beberapa
metode alternatif mengenai pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tertentu dari
pengelola barang kepada pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang. Metode-
metode tersebut seperti yang telah tercantum dalam PMK No. 271 Th. 2015, antara lain:
a. Pemindahtanganan, yaitu pengalihan kepemilikan dari Barang Milik Negara
b. Penjualan, yaitu pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara kepada pihak lain
dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.
c. Lelang, yaitu penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga
secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai
harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang.
d. Tukar menukar, yaitu pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara yang dilakukan
antara pemerintah pusat dengan pihak lain, dengan menerima penggantian utama
dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang
e. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah Pusat kepada Pihak
Lain, tanpa memperoleh penggantian.
f. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan Barang Milik
Negara

Di bidang farmasi, penghapusan atau pemusnahan merupakan tindakan untuk


menjamin sediaan farmasi dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) yang sudah tidak
memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan
mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang
sub standar (Kemenkes RI, 2019). Penghapusan obat-obatan yang mendekati expired date
adalah dengan cara menyerahkan obat kembali ke gudang farmasi 3 bulan menjelang obat
akan expired date. Kemudian dari pihak gudang akan me retur obat tersebut kepada
distributor yang bersangkutan melalui perjanjian yang telah dibuat sebelumnya antara pihak
Rumah Sakit dan distributor. Rumah sakit harus melaksanakan penghapusan sesuai dengan
panduan atau peraturan yang berlaku. Untuk pemusnahan narkotika, psikotropika dan
prekursor dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh dinas kesehatan kab/kota dan dibuat
berita acara pemusnahan. Jika pemusnahan obat dilakukan oleh pihak ketiga maka instalasi
farmasi harus memastikan bahwa obat telah dimusnahkan (Asyifa, 2019).
Menurut Permenkes No. 58 Th. 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai apabila:
a) produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b) telah kadaluwarsa;
c) tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan; dan
d) dicabut izin edarnya.

2.1.1 Persyaratan Penghapusan Barang Milik Negara (BMN)


Persyaratan penghapusan Barang Milik Negara (BMN) diatur dalam Peraturan
Kementrian Keuangan Nomor 96 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, dengan rincian
yang lebih lengkap terdapat pada bagian lampiran, seperti sebagai berikut:
1. Persyaratan penghapusan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan adalah
sebagai berikut :
a. Memenuhi persyaratan teknis:
1) secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak, dan tidak ekonomis apabila
diperbaiki;
2) secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi;
3) barang telah melampaui batas waktu kegunaannya/kadaluarsa;
4) barang mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan, seperti terkikis,
aus, dan lain-lain sejenisnya; atau
5) berkurangnya barang dalam timbangan/ukuran disebabkan penggunaan/ susut dalam
penyimpanan/pengangkutan.
b. Memenuhi persyaratan ekonomis, yaitu lebih menguntungkan bagi negara apabila
barang dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaan barang lebih besar daripada
manfaat yang diperoleh; atau
c. Barang hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan atau kerugian karena
kematian hewan atau tanaman.

2. Persyaratan penghapusan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan adalah
sebagai berikut :
a. barang dalam kondisi rusak berat karena bencana alam atau karena sebab lain di luar
kemampuan manusia (force majeure);
b. lokasi barang menjadi tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) karena
adanya perubahan tata ruang kota;
c. sudah tidak memenuhi kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas;
d. penyatuan lokasi barang dengan barang lain milik negara dalam rangka efisiensi; atau
e. pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis pertahanan

2.1.2 Tata Cara Penghapusan atas Barang Milik Negara yang Berada pada Pengguna Barang
atau Kuasa Pengguna Barang
Tata cara penghapusan Barang Milik Negara dijelaskan secara terperincai dalan
Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan No.96. 2007, yang dalam penjelasannya dibagi
berdasarkan criteria metode sebagai berikut:
1) Penghapusan karena penyerahan Barang Milik Negara kepada Pengelola Barang
2) Penghapusan karena pengalihan status penggunaan Barang Milik Negara kepada
Pengguna Barang lain
3) Penghapusan karena pemindahtanganan Barang Milik Negara
4) Penghapusan karena hal-hal yang mengharuskan dilakukannya pemusnahan

Pemusnahan Barang Milik Negara dijelaskan dalam Lampiran VI Peraturan Menteri


Keuangan No.96. 2007 butir IV. 8, dapat dilakukan dalam hal: tidak dapat digunakan, tidak
dapat dimanfaatkan, dan tidak dapat dipindahtangankan; serta atas alasan lain sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan pemusnahan barang dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
a) dibakar;
b) dihancurkan;
c) ditimbun;
d) ditenggelamkan dalam laut; atau
e) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.3 Pemusnahan Obat/Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sedangkan pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1
(terlampir). Selebihnya, terkait dengan adanya resep obat, pemusnahan resep juga dilakukan
pada resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun. Pemusnahan Resep
dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan
Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota (Permenkes Nomor 35, 2014).
Tahapan pemusnahan Obat menurut Permenkes Nomor 58 Th.2014 terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan;
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku.
f. Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem
pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
2.2 Fungsi Pengendalian Prosedur & Pengawasan
Pengendalian/pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai
dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut (Najiyah et al., 2020). Pengendalian persediaan
dilakukan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
obat di rumah sakit (Permenkes RI, 2016). Menurut Permenkes RI tahun 2019, pengendalian
dapat dilakukan dengan cara melakukan stok opname untuk mencegah terjadinya
kekosongan, barang yang hilang, dari kerusakan serta barang yang kedaluwarsa. Untuk obat-
obatan yang ketahuan kedaluwarsa maka di lakukan pengembalian kepada ditributor dan
untuk obat-obatan yang kedaluwarsa tidak ketahuan atau rusak akibat penyimapanan maka
dilakukan pengahapusan sesuai dengan protocol (Asyifa, 2019).
Pengendalian alat yang ada diruangan merupakan fungsi utama dari proses pengelolaan
alat kesehatan/perlengkapan yang meliputi usaha dalam memonitor dan mengamankan proses
pengelolaan logistik. Pengendalian merupakan sistem pengawasan dari hasil laporan,
penlilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manjemen logistik yang
sedang dan telah berlangsung. Pengendalian bertujuan menciptakan keseimbangan antara
persediaan dan permintaan. Karena itu umlah pasien yang opname dan stok alat yang dipakai
harus selalu seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu,
misalnya tiga hari atau satu minggu atau kurang dari satu bulan. Pengadaan barang adalah
titik awal dari pengendalian persediaan alat kesehatan. Jika awal suda tidak tepat maka
pengendalian sulit untuk dilakukan (Situmorang dan Syahputra, 2018).

2.2.1 Tujuan Pengendalian dan Pengawasan


Terdapat tujuan utama dari pengendalian atas persediaan yang dikemukakan Reeve, et
al (2009) dalam Winardi dan Saifudin (2021), yaitu antara lain:
1) untuk melindungi persudahaan dan melaporkanya dengan benar dalam laporan
keuangan
2) untuk melindungi persediaan meliputi mengembangkan dan menggunakan tindakan
keamanan untuk mencegah kerusakan persediaan atau pencurian oleh pelanggan atau
karyawan
3) melaporkannya dengan benar dalam laporan keuangan seperti laporan penerimaan
harus sesuai dengan pesanan pembeli barang, harga persediaan yang dipesan harus di
cocokkan dengan faktur pemasok. Setelah laporan penerimaan, pemesanan pembeli,
dan faktur pemasok di cocokkan, perusahaan harus melaporkan persediaan dan utang
usaha terkait di catatan akuntansi.

Adapun tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai seperti yang tertuang dalam Permenkes No. 58 Tahun 2014 adalah untuk:
a) penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit;
b) penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi;
c) memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian
pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

2.2.2 Prinsip dan Cara Pengendalian dan Pengawasan


Prinsip-prinsip pengendalian interna yang pokok menurut Yusuf, (2015) dalam Winardi
dan Saifudin (2021), yaitu:
a) Penetapan tanggung jawab secara jelas
b) Penyelenggaraan pencatatan yang memadai
c) Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan
d) Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva
e) Pemisahan tanggung jawab atas transaksi yang berkaitan
f) Pemakaian peralatan mekanis (bila memungkinkan)
g) Pelaksanaan pemeriksaan secara independen.

2.2.3 Sarana Pengendalian dan Pengawasan


Logistik merupakan bagian instansi yang tugasnya adalah menyediakan barang atau
bahan serta daya dukung yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional Rumah Sakit dalam
jumlah, kualitas dan waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin.
Penyediaan logistik yang baik sangat penting untuk menunjang pelayanan kesehatan. Hal
tersebut dipengaruhi oleh unsur-unsur dalam manajemen yang kemudian menjadi sarana bagi
fungsi pengendalian, yang terdiri dari:
a) kebijakan pelayanan
b) SDM
c) sarana prasarana,
d) organisasi
e) metode
f) sistem informasi
DAFTAR PUSTAKA

Asyifa, Gina Fatwa, M. Priatna dan F. Setiawan. 2019. Analisis Pengelolaan Manajemen
Logistik Pada Instalasi Farmasi Rsud Ciamis Tahun 2019. Journal of Pharmacopolium
Mokalu: Gabriella, F. R. Maramis dan A.T. Tucunan. 2019. Sistem penyimpan dan
Pendistribusian Logistik Non medis di rumah sakit jiwa prof. Dr. V.l. Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara
Najiyah, Ri’yati, E. Eriswanto dan T. Kartin. Analisis Sistem Pengendalian Internal atas
Persediaan Obat. Equilibrium (9)2: 54–62.
Permenkes No.35. 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Permenkes No.58. 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Permenkes No.79. 2015. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.
Permenkes No.74. 2016. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Permenkes No.5. 2019. Perencanaan Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan No. 96. 2007. Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia: Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan No. 271. 2015. Tata Cara Penggunaan, Pemindahtanganan,
Pemusnahan, dan Penghapusan Barang Milik Negara pada Perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri. Kementerian Keuangan Republik Indonesia: Jakarta.
Situmorang, Paskah Rina dan Edy Syahputra Ritonga. 2018. Pengaruh Pelatihan dan
Penerapan Metode 5s oeh Kepala Ruangan terhadap Perencanaan Logistik di Rumah
Sakit Swasta Kota Medan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda 4(2): 99-110.
Winardi, Nastiti Kusuma dan Saifudin. 2021. Kajian Pengendalian Internal Persediaan
Barang Logistik dan Upaya Pencegahan Fraud pada Bagian Logistik : Studi pada
Instalasi Murai RSUP dr.Karyadi Semarang. Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi
19(2): 27-49.

Anda mungkin juga menyukai