Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KOTA GORONTALO

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS DUNGINGI
JL. Anggur Kel Huangobotu Kec Dungingi Kota Gorontalo
e-Mail : pkmdungingi@yahoo.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS DUNGINGI


NOMOR : SK/018/AK/PKMD/2018

TENTANG
KEBIJAKAN PENUNJANG LAYANAN KLINIS
PUSKESMAS DUNGINGI KOTA GORONTALO
TAHUN 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSKESMAS DUNGINGI KECAMATAN DUNGINGI

Menimbang : a. Bahwa pelayanan penunjang klinis Puskesmas


dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pasien
b. Bahwa pelayanan penunjang klinis Puskesmas perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien
c. Bahwa untuk menjamin pelayanan penunjang klinis
dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu,
dan memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan penunjang pelayanan klinis di
Puskesmas Dungingi;
d. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis
dibutuhkan jenis –jenis pemeriksaan laboratorium;
e. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
permintaan pemeriksaan, penerimaan, pengambilan
dan penyimpanan spesimen;
f. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis
dibutuhkan pelayanan 24 jam terhadap pelayanan
laboratorium dan obat;
g. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
ditetapkan waktu penyampaian laporan hasil
pemeriksaan laboratorium termasuk untuk pasien
urgen / cito;
h. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
disediakan reagensia essensial dan bahan lain yang
dibutuhkan serta batas buffer stock untuk
melakukan pemesanan;
i. bahwa untuk menunjang diperlukan nilai rujukan
hasil pemeriksaan laboratorium;
j. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
pengendalian mutu laboratorium serta pemantapan
mutu eksternal (PME);
k. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
inventarisasi, penanganan, pengendalian,
penyimpanan, pembuangan limbah dan bahan
berbahaya;
l. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
ditetapkan penanggung jawab pelayanan dan
penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat;
m. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
dibentuk tim formularium obat;
n. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis ditetapkan
syarat – syarat petugas yang berhak memberi resep
dan menyediakan obat serta diberikan kewenangan
menyediakan obat yang belum memenuhi
persyaratan;
o. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis ditetapkan
langkah – langkah peresepan, pemesanan dan
pengelolaan obat termasuk psikotropika dan
narkotika;
p. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis
penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien /
keluarga harus dipantau;
q. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
penanganan obat kadaluarsa / rusak sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
r. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis ditetapkan
penanggung jawab tindak lanjut pelaporan efek
samping obat;
s. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
disediakan obat – obat emergency di unit kerja;
t. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
standarisasi, kode klasifikasi diagnosis enterminologi;
u. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
ditetapkan yang dapat melakukan akses terhadap
rekam medis;
v. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
metode identifikasi, sistem pengkodean,
penyimpanan dan dokumentasi isi rekam medik;
w. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
dilakukan pemantauan, pemeliharaan, perbaikan
sarana peralatan;
x. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
ditetapkan penanggung jawab pengelolaan keamanan
lingkungan petugas pemantau serta penanggung
jawab pengelolaan peralatan;
y. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
keterlibatan petugas pemberi layananan klinis dalam
peningkatan mutu klinis
z. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu
diberikan kewenangan jika tidak tersedia tenaga
kesehatan yang memenuhi persyaratan;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika (Lembaran Negara RI Tahun 1997
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3671);
2. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
3. Undang – Undang No 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik;
4. Undang – Undang No 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor
143, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5062);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
6. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pemeriksaan Laboratorium Yang
Tersedia Publik;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014, tentang Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
10. Keputusan Menteri Kesehatan No.
HK.02.02/MENKES/523/2015 Tentang Formularium
Nasional;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.43 Tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik Yang Baik;
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 37 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat;
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian
Vektor;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika;
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas;
18. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 55 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam
Medis;
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Kesehatan di Kabupaten / Kota;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan;
24. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 Tahun
2015 tentang Pedoman Pensiunan Perencanaan
Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan;
25. R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik,
Cetakan Kesebelas, P.T. Dian Rakyat, 2004.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG


KEBIJAKAN PENUNJANG PELAYANAN KLINIS
PUSKESMAS DUNGINGI
Kedua : Kebijakan penunjang pelayanan klinis di Puskesmas
Dungingi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Gorontalo
Pada Tanggal : 02 Februari 2018

KEPALA PUSKESMAS DUNGINGI,

RIKO PANEO,
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR : SK/018/AK/PKM.D/2018
TENTANG : KEBIJAKAN PENUNJANG
PELAYANAN KLINIS
PUSKESMAS DUNGINGI

A. PELAYANAN LABORATORIUM:
1. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan di
Puskesmas meliputi;

NO SPESIMEN JENIS PEMERIKSAAN

1 Darah  Hematologi :
 Darah Lengkap
 Golongan Darah
 Malaria
 Kimia Darah :
 Gula darah
 Cholesterol
 Asam urat
 Serologi :
 Widal Test

2 Urine  Urine lengkap


 Tes Kehamilan

3 Feses  Feses rutin


 Makroskopis
 Mikroskopis

4 Sputum BTA (Basil Tahan Asam)

2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang


kompetens, yaitu: analis kesehatan dan petugas dengan
minimal lulusan Sekolah Analis Kesehatan dan telah
mendapat pelatihan tentang Laboratorium
3. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh petugas yang
terlatih
4. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis
pemeriksaan harus dipandu dengan prosedur mulai dari
permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen,
pengambilan dan penyimapanan spesimen, pemeriksaan
sampai penyerahan hasil
5. Jika ada permintaan pemeriksaan di luar jam kerja maka
petugas datang diluar jam kerja atau 24 Jam
6. Petugas pemeriksa laboratorium wajib menggunakan APD
7. Bahan-bahan berbahaya beracun harus disimpan secara
aman menurut ketentuan yang berlaku
8. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan
laboratorium harus dikelola sebagai limbah infeksius
9. Reagensia harus tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan
yang disediakan
10. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas
dan pada tempat dan suhu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
11. Ketersediaan reagen wajib dievaluasi paling lambat setiap
bulan sekali
12. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan sebagai berikut:

NO JENIS PEMERIKSAAN WAKTU


PEMERIKSAAN

1 Pemeriksaan darah (Hematoliogi, 1 Jam


Serologi,Malaria,Widal)

2 Pemeriksaan urine 30 Menit

3 Pemeriksaan Kimia Darah (Gula 15 Menit


Darah, Asam urat, dan
Cholesterol)

4 Pemeriksaan Sputum 1 Jam

5 Pemeriksaan Tes Kehamilan 15 Menit

6 Pemeriksaan Golongan Darah 15 Menit

7 Pemeriksaan Feses (Tinja) 30 Menit

Sumber : www.Spritia.or.id

13. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus


dilengkapi dengan nilai normal
14. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus
disampaikan segera kepada tenaga kesehatan yang meminta
dalam batas waktu paling lambat satu jam setelah hasil
diperoleh dengan acuan sebagai berikut:

NO PEMERIKSAAN KURANG LEBIH DARI


DARI
1 Hemoglobin < 8 g/dl 21 g/dl
2 Hematokrit <21 % >65%
3 Trombosit < 100.000/ul >1.000.000/ul
4 Leukosit <4000/ul >10.000/ul
5 Cholesterol total - HI
6 Asam urat - HI
7 Glukosa <60 mg/dl >500 mg/dl
Sumber : adult and Children, Pre analytic
Considerationa,Roche Diagnostics
15. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium
dengan pemantaban mutu internal dan pemantaban mutu
eksternal
16. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium
harus disusun dan merupakan bagian tidak terpisahkan
dari program peningkatan mutu puskesmas dan
keselamatan pasien
17. Risiko dalam pelayanan laboratorium harus diidentifikasi
dan ditindak lanjuti

B. PENGELOLAAN OBAT:
1. Obat harus tersedia di puskesmas sesuai dengan
formularium puskesmas
2. Yang berhak menulis resep adalah Dokter, Dokter Gigi dan
tenaga kesehatan lain dan memiliki Surat Pendelagasian
Wewenang dalam Memberikan Resep dari Dokter Umum
/Dokter Gigi di Puskesmas Dungingi
3. Yang berhak menyiapkan obat adalah Apoteker,Tenaga
Teknis Kefarmasian dan tenaga kesehatan lain yang telah
mengikuti pelatihan Manajemen Pengeloaan Obat di
Puskesmas
4. Pelayanan farmasi Puskesmas Dungingi sesuai dengan jam
pelayanan rawat jalan :
a. Senin-Kamis : 08.00-12.00 WITA
b. Jumat : 08.00-11.00 WITA
c. Sabtu : 08.00-11.30 WITA
5. Ketersedian obat wajib dievaluasi setiap akhir bulan
berjalan
6. Obat kadaluwarsa tidak boleh diberikan pada pasien
7. Pemberian Obat narkotika dan psikotropika , diatur sebagai
berikut:
a. Peresepan obat narkotika dan psikotropikan hanya boleh
dilakukan oleh Dokter dan Dokter Gigi
b. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika harus
dilakukan dalam lemari Khusus yang berkunci dua dan
dipegang oleh dua orang yang berbeda
8. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus
diidentifikasi dan ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi
dokter
9. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga
teknis kefarmasian dengan memperhatikan higiene dan
kebersihan
10. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan
penyimpanan tiap-tiap obat
11. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang
berisi minimal: nama pasien, umur, nomor antrian, aturan
pakai, nama obat
12. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada
tidaknya riwayat alergi, interaksi obat, dan efek samping
obat
13. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti,
dan dicatat dalam rekam medis
14. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka
harus dilaporkan dan ditindak lanjuti
15. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan
untuk mengatasi jika terjadi kedaruratan dalam pelayanan
kesehatan
16. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya,
dan segera diganti jika digunakan dan disegel kembali oleh
petugas farmasi

C. PENGELOLAAN INFORMASI DAN REKAM MEDIS


1. Kode klasifikasi diagnosis menggunakan ICD X
2. Kode klasifikasi tindakan menggunakan ICD IX/CM
3. Singkatan yang boleh digunakan dalam pelayanan di
puskesmas sebagai mana pada lampiran
4. Petugas puskesmas yang boleh mengakses rekam medis
adalah:
a. Penanggung Jawab Rekam Medis
b. Petugas Rekam Medis
c. Pembantu Petugas Rekam Medis
d. Dokter setempat bila memerlukan data pasien
5. Jika ada mahasiswa atau peneliti yang membutuhkan akses
terhadap rekam medis harus mendapat persetujuan dari
Kepala Puskesmas, sesuai prosedur yang berlaku dan wajib
menjaga kerahasiaan.
6. Rekam medis pasien diidentifikasi dengan cara penomoran
sebagai berikut:
a. Alphabet
b. Numeral
7. Rekam medis disimpan dalam rak tersusun rapi sesuai
dengan Alphabet dan Numeral
8. Masa retensi rekam medis adalah 5 Tahun
9. Isi rekam medis mencakup: Nama, KK, Umur, Alamat,
Nomor RM, Tempat Tanggal Lahir, Nomor Handphone
10. Kelengkapan isi rekam medis harus dievaluasi dan
ditindak lanjuti

D. MANAJEMEN LINGKUNGAN
1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib
dipantau secara rutin
2. Prasarana puskesmas, yang meliputi air, linstrik, gas harus
dipantau secara periodik, dipelihara, dan diperbaiki dan
dipastikan berfungsi
3. Hasil pemantauan, pemeliharaan, dan perbaikan harus
didokumentasikan
4. Bahan dan limbah berbahaya harus diidentifikasi, disimpan
dengan benar, dimonitor penyimpanan dan penggunaannya,
dan ditindak lanjuti
5. Harus disusun program menjamin lingkungan puskesmas
yang aman meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pendidikan
dan pelatihan, pemantauan dan evaluasi
6. Harus disusun program pemeliharaan peralatan, meliputi
perencanaan, pelaksanaaan, monitoring, evaluasi dan
tindak lanjut
7. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat
waktu
8. Peralatan steril harus disterilkan dengan prosedur yang
benar

E. MANAJEMEN SDM YANG BEKERJA DALAM PELAYANAN


KLINIS
1. Pola ketenagaan sdm klinis harus disusun berdasar analisis
kebutuhan sdm
2. Kredensial harus dilakukan untuk setiap tenaga klinis
3. Tenaga klinis yang bekerja di puskesmas harus mempunyai
surat ijin yang berlaku
4. Evaluasi kinerja tenaga klinis harus dilakukan secara berkala
paling lambat satu tahun sekali
5. Peluang untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus
diinformasikan kepada tenaga klinis
6. Tiap tenaga klinis harus mempunyai uraian tugas dengan
kejelasan kewenangan klini untuk masing-masing petugas
7. Pelaksanaan uraian tugas dan wewenangan setiap tenaga klinis
harus dievaluasi dan ditindak lanjuti

Ditetapkan di : Gorontalo
Pada Tanggal : 02 Februari 2018

KEPALA PUSKESMAS
DUNGINGI,

RIKO PANEO,

Anda mungkin juga menyukai