Anda di halaman 1dari 17

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CIBAREGBEG

NOMOR : 108/PKM-CBRG/SK/X/2017

TENTANG
PELAYANAN OBAT
DI PUSKESMAS CIBAREGBEG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS CIBAREGBEG

Menimbang : a. bahwa untuk dapat terlaksananya program kesehatan di


wilayah kerja Puskesmas Cibaregbeg secara profesional
perlu menunjuk satu orang tenaga sebagai penanggung
jawab pelayanan obat sesuai kompetensinya;
b. bahwa obat merupakan komponen utama dalam mengatasi
masalah kesehatan, maka obat dan perbekalan kesehatan
perlu dijamin ketersediaannya untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan dasar;
c. bahwa untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian di wilayah kerja Puskesmas Cibaregbeg secara
profesional perlu adanya standar pelayanan kefarmasian;
d. bahwa penyediaan obat merupakan langkah awal
pengelolaan di Puskesmas untuk melayani keperluan
pelanggan dalam penanganan kesehatannya sehingga perlu
diberikan kewenangan kepada petugas yang berhak untuk
menyediakan obat dengan mengetahui persyaratan
penyimpanan obat sehingga tidak terjadi pemberian obat
yang kadaluarsa;
e. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
yang berorientasi kepada pasien maka pelayanan selama hari
kerja harus diatur tentang peresepan, pemesanan dan
pengelolaan obat yang meliputi persyaratan petugas yang
berhak memberi resep dan meresepkan obat narkotik dan
psikotropik, ketentuan tentang rekonsilasi obat, pencatatan
dan pelaporan ESO dan KTD, penanganan dan pelaporan
obat kadaluarsa serta ketentuan tentang penggunaan obat
yang dibawa sendiri oleh pasien;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ;


2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk
Pelayan Kesehatan Dasar);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas;

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG


Menetapkan : PELAYANAN OBAT DI PUSKESMAS CIBAREGBEG

KESATU : Pelayanan Obat di Puskesmas Cibaregbeg meliputi :

1. Penanggung jawab Pelayanan Obat;


2. Penyediaan Obat yang Menjamin Ketersediaan Obat;
3. Pelayanan Obat 24 Jam;
4. Petugas yang berhak memberi resep;
5. Petugas yang berhak menyediakan obat;
6. Petugas yang diberi kewenangan dalam penyediaan obat jika
petugas yang memenuhi persyaratan tidak ada, dan
kewajiban untuk mengikuti pelatihan khusus;
7. Peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat;
8. Larangan memberikan obat kadaluarsa, dan upaya untuk
meminimalkan adanya obat kadaluwarsa dengan system
FIFO dan FEFO;
9. Ketentuan tentang petugas yang berhak meresepkan obat –
obat psikotropika dan narkotika;
10. Ketentuan tentang rekonsilasi obat;
11. Persyaratan penyimpanan obat;
12. Penanganan obat kadaluwarsa;
13. Pencatatan dan pemantauan Efek Samping Obat dan
Kejadian Tidak Diinginkan;
14. Penyediaan obat emergensi;
15. Pengawasan dan pengendalian penggunaan obat narkotika
dan psikotropika;
16. Pelabelan obat;
17. Pemberian informasi penggunaan obat;
18. Pelaporan efek samping obat;
19. Identifikasi dan pelaporan kesalahan pemberian obat dan
Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
20. Penyediaan dan penyimpanan, monitoring dan penggantian
obat emergensi;

KEDUA Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/ perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Cibaregbeg
Pada tanggal : 3 Oktober 2017
KEPALA PUSKESMAS CIBAREGBEG,

AGUS TARUNA
Lampiran : Surat Keputusan Kepala
Puskesmas Cibaregbeg
Tanggal : 3 Oktober 2017
Nomor :

PELAYANAN OBAT DI PUSKESMAS CIBAREGBEG

1. Penanggungjawab pelayanan obat


Penanggung jawab pelayanan obat secara profesional dan dianggap sesuai kompetensinya
dilakukan oleh Bidan, sebagaimana sudah diberikan tugas oleh Kepala Puskesmas Cibaregbe,
dimana tugas tersebut sebagai berikut ;
A. Sebagai petugas penanggung jawab Gudang Obat di Puskesmas Cibaregbeg bertugas :
1) Menerima sediaan farmasi dan alat kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Cianjur
2) Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan di sarana pelayanan
3) Menyimpan dan mengatur seluruh sediaan farmasi dan alat kesehatan di sarana
pelayanan
4) Mendistribusikan obat sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk sub unit pelayanan
kesehatan
5) Mengendalikan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan
7) Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan
8) Membuat Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Cianjur setiap bulan
9) Membuat Rencana Kebutuhan Obat (RKO) tahunan
10) Membuat Laporan Indikator Peresepan pada penyakit Diare Non Spesifik, ISPA Non
Pneumonia, dan Myalgia setiap bulannya
11) Membuat Laporan Ketersediaan Obat setiap bulannya
12) Membuat Laporan Peresepan Obat Generik per tiga bulan
13) Membuat Laporan Pelayanan Informasi Obat dan Konseling setiap bulannya
14) Membuat Laporan Kunjungan Pasien setiap bulannya
15) Membuat Laporan Stok Opname Obat setiap semester
B. Sebagai petugas penanggung jawab Depot Obat / Apotek di Puskesmas Cibaregbeg
bertugas :
1) Menyimpan, memelihara dan mencatat distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh Ruang Obat Puskesmas Cibaregbeg
dalam bentuk buku catatan distribusi obat
2) Membuat laporan pemakaian sediaan farmasi dan alat kesehatan di Ruang Obat
3) Mengelola obat rusak / kadaluarsa sesuai dengan prosedur
4) Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien
5) Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada pasien
6) Menghitung dan merekap jumlah kunjungan resep di Ruang Obat
7) Membuat Laporan pada Lembar Ceklis PIO
8) Merekap Kunjungan Pasien yang diberi Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

2. Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan


Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan bagi keperluan Puskesmas Cibaregbeg harus
mengikuti Standard Prosedur Operasional Penyediaan Obat yang menjamin ketersediaan obat
untuk Puskesmas Cibaregbeg. Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan
dalam kegiatan pengendalian obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar, yang terdiri dari :
1) Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan
seluruh unit pelayanan.
2) Menentukan stok kerja, stok pengaman (buffer stock), dan stok waktu tunggu

Pengendalian obat terdiri dari :

1) Pengendalian Persediaan.
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja,
stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu
diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau jika
dimungkinkan memesan, maka dapat dihitung jumlah obat yang dapat dipesan dengan
rumus:
Q = SK + SP (WT x D) – SS
Keterangan:
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu
SS = sisa stok
D = pemakaian rata – rata per minggu/ per bulan
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal – hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1) Mencantumkan jumlah stok pada kartu stok.
2) Melaporkan kepada Dinas Kesehatan apabila terdapat pemakaian yang melebihi
rencana.
3) Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan
banyak atau yang persediaannya kosong dan menipis.

Pemeriksaan Besar (pencacahan) dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara kartu


stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat. Pemeriksaan ini dilakukan setiap
bulan setelah proses pendistribusian subunit selesai.

2) Pengendalian Penggunaan.
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi :
a. Prosentase penggunaan antibiotik.
b. Prosentase penggunaan injeksi.
c. Prosentase rata – rata jumlah R/.
d. Prosentase Obat penggunaan obat generik.
e. Kesesuaian dengan Pedoman
3) Penanganan Obat Rusak dan Kadaluwarsa.

Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek
samping penggunaan obat rusak / kadaluwarsa. Dalam menangani obat rusak /
kadaluwarsa, maka langkah – langkah yang harus dilakukan adalah:

1. Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam gudang obat.


2. Obat yang rusak / kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada Kartu Stok oleh
petugas pengelola obat.
Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak / kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas
untuk dimusnahkan atau dikembalikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten

3. Jam buka pelayanan farmasi untuk puskesmas dengan pelayanan PONED 24 jam
Puskesmas Cibaregbeg memberikan pelayanan obat selama jam kerja kepada pasien yang
datang di Puskesmas Cibaregbeg dan pelayanan PONED 24 jam
A. Pengertian
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara
berkesinambungan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan
perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan
pelaporan serta supervise dan evaluasi pengelolaan obat. Pelayanan obat 24 jam
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pasien pada PONED 24 Jam.
B. Tujuan
1. Kebutuhan masyarakat dalam hal ini pasien PONED 24 jam dapat terlayani secara
optimal selama 24 jam.
2. Terdapat mekanisme pelayanan yang jelas dan teratur dalam melaksanakan pelayanan
obat 24 jam.
C. Sistem Pelayanan Obat 24 Jam
Pelayanan obat 24 jam di Puskesmas Cibaregbeg dilaksanakan oleh bidan yang pada saat
pelayanan sedang melaksanakan tugas piket jaga.
Pelayanan obat 24 jam meliputi ;
1) Melakukan pelayanan obat selama 24 jam
2) Melayani resep dari PONED
3) Melakukan kegiatan dispensing obat
4) Memberikan informasi obat pada pasien
5) Pelayanan obat dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang diberi wewenang seperti
bidan
6) Melakukan permintaan dan penerimaan obat dari Gudang obat Puskesmas

4. Petugas yang berhak memberi resep


Untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang berorientasi kepada
pasien, perlu ditentukan petugas yang berhak memberi resep. Semua kegiatan pengobatan dan
penulisan resep di Puskesmas Cibaregbeg dilaksanakan oleh dokter/sesuai kompetensinya
dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi.
b. Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter di Puskesmas Cibaregbeg.
Apabila dokter / dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di bidang pengobatan karena
sesuatu hal (misal : menghadiri rapat), maka tugas pengobatan dan pemberian resep
didelegasikan kepada petugas pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman, yaitu perawat/bidan yang bertugas pada hari itu.

5. Petugas/tenaga yang berhak menyediakan obat adalah petugas yang telah diberikan
wewenang

Petugas tersebut di atas bertugas sebagai berikut :

 Melakukan Pengkajian Resep yang meliputi pengkajian administratif, pengkajian


farmasetik dan pengkajian klinis;
 Melakukan dispensing obat
 Melakukan pemberian informasi obat pada pasien
6. Petugas yang diberi kewenangan dalam penyediaan obat jika petugas yang memenuhi
persyaratan tidak ada
Pelatihan petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat apabila persyaratan petugas
yang diberi kewenangan melaksanakan penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas
tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Cianjur untuk melaksanakan tugas manajemen kefarmasian Puskesmas Cibaregbeg

7. Peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat


A. Peresepan
a. Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter gigi,
dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat di Puskesmas Cibaregbeg
untuk menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien. Resep
merupakan sarana komunikasi professional antara dokter, penyedia obat dan pasien
(pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar
obat berhasil, resep harus rasional.
Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu :
1. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya.
2. Tepat indikasi penyakit.
3. Tepat pemilihan obat.
4. Tepat dosis.
5. Tepat cara pemberian obat.
6. Tepat pasien.

Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah digunakan
sebagai bahasa ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak mengalami perubahan (statis),
sehingga resep obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk pasien rawat
jalan dan rawat inap di Puskesmas Cibaregbeg harus tercantum :

1. Tanggal penulisan resep.


2. Nama pasien.
3. Umur pasien.
4. Alamat pasien.
5. Diagnosis penyakit.
6. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
7. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.
8. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral pada kolom suntikan.
9. Tandatangan dan nama terang petugas penulis resep.
10. Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum.
11. Kode pasien Umum atau BPJS
b. Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
praktisi lain yang berizin harus memahami isi resep dan memperhatikan :
1. Nama obat
2. Jenis dan bentuk sediaan obat
3. Nama dan umur pasien
4. Dosis
5. Cara pemakaian dan aturan pemberian
6. Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
7. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud tidak
tersedia
8. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari tempatnya
9. Pemasangan etiket / label obat pada kemasan obat
c. Penyerahan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
praktisi lain yang berizin harus memperhatikan :
1. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep
2. Pemberian obat melalui loket
3. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
4. Pemberian informasi tentang cara pemakaian, aturan pakai dan efek samping obat
kepada pasien atau keluarga pasien.
B. Pemesanan Obat
Sumber penyediaan obat di Puskesmas Cibaregbeg berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Cianjur, Pemesanan Secara E-catalog dan Non E-Katalog. Obat yang
diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas Cibaregbeg adalah obat – obat yang
tercantum dalam DOEN yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas Cibaregbeg
diajukan oleh Kepala Puskesmas Cibaregbeg kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Cianjur dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke
Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit. Untuk
Pemesanan melalui E-Katalog dan Non E-Katalog dilakukan melalui LKPP dan pesan
secara langsung kepada pihak distributor.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas
Cibaregbeg sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah Kecamatan Cibaregbeg.
Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain :
1. Menentukan jenis permintaan obat
a. Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Cianjur untuk Puskesmas Cibaregbeg yaitu hari ke lima pada hari kerja setiap
bulannya.
b. Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila :
1) Kebutuhan meningkat
2) Terjadi kekosongan
3) ada KLB atau Bencana
2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
a. Stok Awal.
b. Penerimaan obat pada bulan sebelumnya.
c. Pemakaian obat selama bulan sebelumnya.
d. Stok optimum obat
e. Stok akhir.

3. Menghitung kebutuhan obat dengan cara :


Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya.
SO = SK + SWK + SWT + S

Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan menggunakan


rumus:

Permintaan = SO - SS

Keterangan:

SO = Stok Optimum

SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)

SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat

SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)

SP = Stok Penyangga

SS = Sisa Stok
Stok Kerja Pemakaian rata – rata periode distribusi.

Waktu Kekosongan Lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari.

Dihitung mulai dari permintaan obat oleh Puskesmas Cibaregbeg


Waktu Tunggu
sampai dengan penerimaan obat di Puskesmas Cibaregbeg

Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan


kunjungan, keterlambatan kedatangan obat. Besarnya ditentukan
Stok Penyangga
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan Gudang Farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur.

Sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas Cibaregbeg pada akhir


Sisa Stok
periode distribusi.

Stok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu agar
Stok Optimum
tidak terjadi kekosongan.

C. Pengelolaan Obat

Pengelolaan obat di gudang obat dilakukan oleh petugas farmasi meliputi kegiatan ;

1. Perencanaan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. pengendalian, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
7. Pemantauan dan evaluasi.

8. Menjaga tidak terjadinya pemberian obat yang kadaluarsa


Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari
efek samping penggunaan obat rusak / kadaluwarsa. Dalam menangani obat rusak /
kadaluwarsa, maka langkah – langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Petugas obat memeriksa semua obat yang diterima termasuk tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik barang.
b. Petugas obat menyimpan obat dalam rak dan menyusun sesuai jenis obat dengan
mengikuti system FIFO dan FEFO.
c. Petugas obat mendistribusikan obat dari dalam gudang mengikuti sistem FIFO dan
memperhatikan FEFO nya.
d. Petugas obat memilah obat yang telah kadaluwarsa dan menyimpan di tempat terpisah
dari obat lain dan membuat daftar obat yang telah kadaluwarsa.
e. Petugas obat melaporkan obat kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas.
f. Petugas obat mengambil obat kadaluwarsa dengan membuat Berita Acara Serah Terima
Obat Kadaluwarsa .

9. Peresepan Narkotika dan Psikotropika bagi pasien antara lain :


a. Peresepan Narkotika
1) Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki izin praktek dokter di
Puskesmas Cibaregbeg
2) Resep Narkotika ditulis dengan jelas dan dapat dibaca tanpa menimbulkan
kemungkinan salah tafsir
3) Setiap resep dilengkapi dengan kekuatan takaran, jumlah yang harus diberikan, dosis
pemakaian, cara pemakaian, dan dibubuhi tanda tangan penuh oleh dokter penulis
resep
b. Peresepan Psikotropika
1) Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki izin praktek dokter di
Puskesmas Cibaregbeg
2) Resep Psikotropika ditulis dengan jelas dan dapat dibaca tanpa menimbulkan
kemungkinan salah tafsir
3) Setiap Resep dilengkapi dengan kekuatan takaran, jumlah yang harus diberikan, dosis
pemakaian, cara pemakaian, dan dibubuhi tanda tangan penuh oleh dokter penulis
resep

10. Rekonsiliasi obat


Jika ada pasien yang membawa obat sendiri harus konsultasi terlebih dahulu ke dokter
pemeriksa

11. Persyaratan Penyimpanan Obat


a. Petugas obat menerima obat dari IFK dan pengadaan JKN dengan memeriksa keadaan
obat yang diterima antara lain : kesesuaian jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa serta kondisi
fisik obat
b. Petugas obat menyusun obat kedalam rak obat secara alfabetis untuk setiap bentuk
sediaan
c. Petugas obat mengendalikan sirkulasi obat mengikuti sistem FIFO dan FEFO
d. Petugas obat menyimpan obat Narkotika dan Psikotropika dalam lemari khusus
e. Petugas obat menyimpan sediaan cair dipisahkan dari sedian padat
f. Petugas obat menyimpan vaksin dalam lemari pendingin dan melakukan kontrol suhu
setiap hari
g. Petugas obat mencatat semua obat kedalam Buku Penerimaan Puskesmas dan Buku
Pengeluaran obat
h. Petugas obat mencatat semua obat yang diterima dan dikeluarkan kedalam kartu stok obat
sebagai kartu kendali persediaan
i. Petugas obat mencatat obat-obat injeksi yang berada di lemari pendingin dan melakukan
control suhu setiap hari
j. Petugas obat membuat laporan persediaan obat melalui LPLPO setiap bulannya
k. Petugas obat melaporkan LPLPO kepada kepala puskesmas dan gudang farmasi

12. Penanganan obat kadaluwarsa


Penanganan obat rusak/kadaluwarsa adalah sebagai berikut :
1. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan pada tempat terpisah dari
penyimpanan obat lainnya.
2. Membuat catatan nama, no. batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa obat yang rusak
dan/atau kadaluarsa.
3. Memisahkan obat yang 2 bulan akan kadaluarsa
4. Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke Instalasi Farmasi Kabupaten Cianjur
5. Mendokumentasikan pencatatan tersebut.

13. Pencatatan dan pemantauan Efek Samping Obat dan Kejadian Tidak Diinginkan
a. Petugas obat menyampaikan formulir Monitoring efek samping obat (MESO) kepada
petugas kesehatan pemeriksa pasien.
b. Petugas kesehatan melakukan pemantauan terhadap kemungkinan timbulnya efek
samping obat yang dipergunakan dalam terapi terhadap pasien.
c. Petugas kesehatan mencatat kejadian efek samping obat dalam formulir MESO.
d. Petugas kesehatan menyerahkan laporan MESO kepada petugas obat.
e. Petugas obat memberikan kompilasi data hasil monitoring efek samping obat yang
diterima dari petugas kesehatan.
f. Petugas obat membuat laporan monitoring efek samping obat Puskesmas Cibaregbeg
g. Petugas obat mencatat apabila terjadi KTD dan kejadian efek samping obat kemudian
dilaporkan kepada Tim Mutu
h. Kepala puskesmas memeriksa dan menandatangani laporan Monitoring Efek Samping
Obat.
i. Petugas tata usaha membubuhkan nomor surat keluar Laporan Monitoring Efek Samping
Obat.
j. Petugas obat mengirimkan Laporan Monitoring Efek Samping Obat ke Dinas Kesehatan
Kab Cianjur
k. Petugas obat mendokumentasikan arsip Laporan Monitoring Efek Samping Obat.

14. Penyediaan Obat Emergensi


Penyediaan obat-obatan emergensi merupakan suatu kegiatan merencanakan dan
mengadakan obat-obat kegawatdaruratan sesuai kebutuhan pada unit pelayanan untuk
menangani kondisi darurat pasien.
I. Daftar obat emergensi dan bahan medis habis pakai di Ruang Tindakan
1. Aminofilin Injeksi
2. Atropin Sulfat Injeksi 0,25 mg/ml
3. Deksametason Injeksi 5 mg/ml
4. Diazepam Injeksi 5 mg/ml
5. Diazepam Rectal Tube 5 mg
6. Difenhidramine Injeksi
7. Efinefrin Injeksi 0,1 %
8. Ranitidin Injeksi
9. Fenobarbital Injeksi
10. Isosorbid Dinitrat
11. Lidokain Injeksi 2%
12. Magnesium Sulfat Injeksi 20%, 40%
13. Salbutamil Nebulizer (ventolin)
14. D5% Infus 500 ml
15. NaCl 0,9% Infus 500 ml
16. Ringer Laktat Infus 500 ml
17. Alat Suntik 1 ml, 3 ml, 5 ml
18. Alkohol Swab
19. Catgut 2/0, 3/0
20. Folley Catheter
21. Infus Set Dewasa, Anak
22. IV Catheter No. 18, 20, 22, 24
23. Kapas Pembalut
24. Kassa
25. Plester
26. Sarung Tangan Bersih dan Steril
27. Silk
28. Urine bag

II. Daftar obat emergensi dan bahan medis habis pakai di Ruang Persalinan 24 jam
1. Atropin Sulfat Injeksi 0,25 mg/ml
2. Deksametason Injeksi 5 mg/ml
3. Difenhidramine Injeksi
4. Efinefrin Injeksi 0,1 %
5. Fitomenadion Injeksi 2 mg/ml
6. Lidoakin Injeksi 2%
7. Magnesium Sulfat Injeksi 20%, 40%
8. Metiergometrin Injeksi 0,2 mg/ml
9. Metildopa Tablet 250 mg
10. Nipedifin Tablet 10 mg
11. Oksitosin Injeksi 10 IU/ml
12. D5% Infus 500 ml
13. NaCl 0,9% Infus 500 ml
14. Ringer Laktat Infus 500 ml
15. Alat Suntik 1 ml, 3 ml, 5 ml
16. Alkohol Swab
17. Catgut 2/0, 3/0
18. Folley Catheter
19. Infus Set Dewasa, Anak
20. IV Catheter No. 18, 20, 22, 24
21. Kapas Pembalut
22. Kassa
23. Plester
24. Sarung Tangan Bersih dan Steril
25. Silk
26. Urine bag
27. Umbilical Cord Klem

III. Daftar obat emergensi dan bahan medis habis pakai di Ruang Laboratorium
1. Deksametason Injeksi 5 mg/ml
2. Difenhidramine Injeksi
3. Efinefrin Injeksi 0,1 %
4. Ringer Laktat Infus 500 ml
5. Alat Suntik 1 ml, 3 ml, 5 ml
6. Alkohol Swab
7. Infus Set Dewasa, Anak
8. IV Catheter No. 18, 20, 22, 24
9. Masker
10. Sarung tangan bersih

IV. Daftar obat emergensi dan bahan medis habis pakai di Ruang KIA
1. Deksametason Injeksi 5 mg/ml
2. Difenhidramine Injeksi
3. Efinefrin Injeksi 0,1 %
4. Ringer Laktat Infus 500 ml
5. Alat Suntik 1 ml, 3 ml, 5 ml
6. Alkohol Swab
7. Infus Set Dewasa, Anak
8. IV Catheter No. 18, 20, 22, 24
9. Sarung tangan bersih

15. Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Obat Narkotika dan Psikotropika


Penggunaan obat narkotika dan psikotropika diberikan sesuai resep dokter dan ditandai garis
merah pada resep tersebut. Obat-obat tersebut disimpan pada lemari khusus dengan double
pintu dan terkunci.

16. Pelabelan Obat


Pelabelan obat dilakukan untuk semua jenis obat yang diresepkan oleh dokter pemeriksa.
Ada 2 jenis label obat yaitu label untuk obat dalam/diminum (Etiket putih) dan label untuk
obat luar (Etiket biru).

17. Pemberian Informasi Penggunaan Obat


Semua pasien yang datang ke Puskesmas diberikan informasi penggunaan obat berupa nama
dan jenis obat, dosis, cara pemakaian, dan penyimpanan dirumah

18. Pelaporan Efek Samping Obat


Apabila terjadi efek samping obat pada pasien dilakukan pencatatan pada rekam medis dan
dilaporkan kepada dokter pemeriksa.

19. Identifikasi dan Pelaporan Kesalahan Pemberian Obat dan KNC


Apabila terjadi kesalahan pemberian obat dan KNC dilakukan pencatatan dan diarsipkan,
kemudian dilakukan monitoring setiap bulannya dan dievaluasi.

20. Penyediaan dan Penyimpanan, Monitoring dan Penggantian Obat Emergensi


Obat emergensi disimpan disetiap ruang pelayanan, setiap bulan dilakukan pengecekan.
Apabila ada salah satu yang kosong dilakukan pengisian ulang.

Ditetapkan di : Cibaregbeg
Tanggal : 3 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Cibaregbeg

Agus Taruna

Anda mungkin juga menyukai