Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik patogen maupun
non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material (Agoes,
2009). Sediaan yang termasuk sediaan steril yaitu sediaan obat suntik bervolume kecil
atau besar, cairan irigasi yang dimaksudkan untuk merendam luka atau lubang operasi,
larutan dialisa dan sediaan biologis seperti vaksin, toksoid, antitoksin, produk penambah
darah dan sebagainya. Sterilitas sangat penting karena cairan tersebut langsung
berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat
terjadi dengan mudah (Ansel, 2005) .

Berbagai bentuk sediaan farmasi dibuat menurut kebutuhan dan keadaan penyakit
penderita. Berdasarkan cara pemberian, sediaan farmasi ada yang diberikan secara
peroral, rektal, injeksi, sublingual, epikutan, transdermal, konjungtival, intraokular,
intranasal, intrarespiratori, vaginal, dan uretral (Ansel, 2005). Pemberian obat dengan
cara injeksi banyak dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit, dan klinik serta sangat sedikit
dilakukan di rumah karena untuk melakukan injeksi diperlukan tenaga yang terlatih
(Ansel, 2005). Dari segi pertimbangan keamanan sediaan yang diberikan secara injeksi
harus aman ditinjau xv dari dua hal yaitu sifat komponen formulasi produk dan efek
anatomi/ fisiologi dari sediaan selama dan sesudah penyuntikan (Agoes, 2009).
Pemberian obat dengan cara injeksi dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat
seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan
menerima pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan
cara pemberian lain. Kecuali suntikan insulin yang umumnya dapat dilakukan sendiri
oleh penderita (Ansel, 2005).

Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara
parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui
kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006).
Wadah untuk sediaan injeksi dibagi menjadi dua macam antara lain: dosis tunggal
(single dose) dan dosis ganda (multiple doses). Wadah dosis tunggal adalah suatu wadah
yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk
pemberian parenteral sebagai dosis tunggal, dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup
rapat kembali dengan jaminan tetap steril. Sedangkan wadah dosis ganda adalah wadah
yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut- turut tanpa terjadi
perubahan kekuatan, kualitas atau kemurnian bagian yang tertinggal (Ansel, 2005).
Pada umumnya, wadah untuk sediaan dosis ganda mempunyai bentuk vial atau flakon
(Lukas, 2006). Wadah dosis ganda dilengkapi dengan penutup karet dan plastik untuk
memungkinkan penusukan jarum suntik tanpa membuka atau merusak tutup. Bila jarum
ditarik kembali ke wadah, lubang bekas tusukan akan tertutup rapat kembali dan
melindungi isi dari pengotoran udara bebas (Ansel, 2005).
United State Pharmacopenia (USP) mempersyaratkan vial dosis ganda untuk injeksi
diberikan batas penggunaan 28 hari setelah penggunaan pertama kali kecuali label produk
(dalam bungkusnya) menyatakan sebaliknya. Produk obat yang akan dibuat dalam
penelitian ini harus mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam bentuk spesifikasi
yang ditetapkan sepanjang waktu penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin
identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian produk, dan terutama sterilitas produk (Debaun,
2008).
Penggunaan vial dosis ganda harus memperhatikan hal berikut yaitu mematuhi teknik
aseptik yang ketat saat penggunaan vial, menggunakan jarum steril baru dan alat suntik
steril baru untuk setiap penggunaannya, melepas semua 2 alat akses vial, menyimpan vial
di tempat yang bersih dan terlindung menurut petunjuk pabrik (misalnya, pada suhu
ruang atau lemari pendingin) dan memastikan vial yang sterilitasnya terganggu untuk
segera dibuang (Dolan, et al., 2010).

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa itu diinjeksi
2.Apa definisi dari vial?
3.Bagaimana cara pemberian dari vial ?

C. TUJUAN
1.Untuk mengetahui definisi injeksi
2. Untuk mengetahui definisi dari vial.
3.Untuk mengetahui cara memberian dari vial.

D. MANFAAT
Diharapkan dari dibuatnya makalah ini agar pembaca dapat mengetahui tentang
penggunaan sediaan injeksi vial serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi
pengguna sediaan injeksi unuk memperhatikan tingkat sterilitas dari sediaan
yang akan diberikan secara parenteral.

BAB II
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan
menggunakan teknik steril.

B.   INJEKSI VIAL


Injeksi vial juga disebut sebagai obat multidosis, bukannya dosis tunggal. Isinya bisa
berupa cairan, serum, serbuk, dan lain-lain. Perbedaan isi ini bergantung pada apa jenis
obatnya. vial biasanya adalah obat yang terbungkus dengan kaca namun tidak tersegel
karena tutupnya hanyalah seperti karet. Dalam banyak kasus, tutup karet ini bisa
ditembus jarum suntik yang dipakai untuk mengambil obat di dalamnya.
Sediaan vial merupakan sediaan dosis ganda yang dapat diambil beberapa kali, Dengan
dosis 1-2 ml secara parenteral memungkinkan penggunaan sediaan ini sebanyak 5-15 kali
pemakaian, sehingga ada kemugkinan terkontaminasi dari pemakaian berulang (Anonim,
2007).

C. CARA MEMBERIA INJEKSI VIAL


 Tusuk jarum pada vial.
 Ambil vial dengan tangan kiri dan ambil volume yang sesuai untuk pengobatan.
 periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan keluarkan gelembung
udara tersebut.
 Periksa ulang volume yang diperlukan untuk pengobatan
 Lepaskan jarum dari vial.
 Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan.
 Ganti jarum dengan yang baru dan tempatkan jarum yang digunakan sebelumnya
(untuk mengambil obat dari vial) pada instrument basin.

BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Dalam pemberian obat injeksi dilakukan dengan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui
kulit. Dan setiap rute injeksi dilakukan berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi
obat. Karakteristik jaringan memengaruhi absorpsi obat dan awitan kerja obat.
B. Saran
Walaupun obat menguntungkan klien, namun ada beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping dan apabila pemberian obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya maka akan menimbulkan efek yang berbahaya. Hal ini tentunya dapat
menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat
kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan
masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai