Anda di halaman 1dari 4

Nama : Irwan Setiawan

Kwarcab : Kuningan

Kelompok : 5 (KH Noer Ali)

“Teknik dan Pola Kaderisasi di Era Pandemi dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan
Karakter Kader”

Dewan Kerja adalah wadah pembinaan dan pengembangan kaderisasi


kepemimpinan di tingkat Kwartir yang beranggotakan Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega Putri Putra, sebagai bagian integral dari Kwartir yang diberi wewenang dan
kepercayaan untuk mengelola pembinaan dan kegiatan Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega sesuai prinsip "dari, oleh dan untuk Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega dengan bimbingan orang dewasa", yang pengelolaannya bersifat
kolektif dan kolegial.

Masa bakti dewan kerja dimulai dan berakhir sesuai dengan masa bakti kwartir.
Begitupun dengan struktur organisasi dewan kerja juga mengikuti pengorganisasian
kwartir yang meliputi:

1. Tingkat Nasional atau Kwartir Nasional disebut dengan Dewan Kerja Nasional (DKN).


2. Tingkat Daerah atau Kwartir Daerah disebut dengan Dewan Kerja Daerah (DKD).
3. Tingkat Cabang atau Kwartir Cabang disebut dengan Dewan Kerja Cabang (DKC).
4. Tingkat Ranting atau Kwartir Ranting disebut dengan Dewan Kerja Ranting (DKR).

Gerakan Pramuka dapat dikategorikan sebagai lembaga kaderisasi melalui kepramukaan. Akan
tetapi, sebagai organisasi kader apakah Gerakan Pramuka telah berhasil anggotanya untuk
kepentingan pengembangan organisasi ?

Seringkali setiap akhir periode kepengurusan suatu organisasi ada suatu kata yang cukup populer,
yaitu kaderisasi. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Sudah ada kader penggantinya belum?” atau
“Siapa kader penggantinya?” menjadi pertanyaan-pertanyaan yang seringkali terdengar. Baik itu
dalam Musppanitera untuk Dewan Kerja, Musyawarah Ambalan atau Racana, Muktamar,
Musyawarah, Kongres dan sebagainya untuk suatu organisasi pada umumnya.

Kaderisasi berasal dari kata kader. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kader adalah orang
yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam pemerintahan, partai, dan sebagainya.
Sedangkan proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader disebut
pengkaderan. Kalau kadernya tak bermoral disebut kader keder.
Untuk melihat Gerakan Pramuka sebagai organisasi pengkaderan dapat diketahui dari tugas
pokoknya, yaitu menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan tunas
bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, yang sanggup bertanggungjawab dan mampu
membina serta mengisi kemerdekaan nasional. Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan oleh
Gerakan Pramuka bagi Penegak dan Pandega dengan membentuk wadah-wadah pembinaan. Di
dalam Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega wadah-wadah pembinaan
tersebut terdiri dari Dewan Ambalan bagi Pramuka Penegak, Dewan Racana bagi Pramuka Pandega,
Dewan Kerja di tingkat Kwartir, Satuan Karya (SAKA) melalui Dewan Saka, Sangga Kerja, dan
Kelompok Kerja. Melalui wadah-wadah pembinaan inilah Penegak dan Pandega dibina agar dapat
menjadi kader yang berguna bagi nusa, bangsa, dan masyarakat disekitarnya.

Pentingnya kaderisasi bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dapat dilihat di dalam uraian
pelaksanaannya, yaitu melalui upaya meningkatnya jumlah Pembina Pramuka, terjaminnya proses
kaderisasi yang mantap dalam Dewan Kerja dan wadah-wadah pembinaan Pramuka Penegak dan
Pandega, serta menjadi pemimpin dalam Gerakan Pramuka baik sebagai pembina maupun menjadi
pengurus Kwartir. Bagaimanapun, kaderisasi suatu hal yang sangat penting dalam upaya menjaga
kesinambungan dan meningkatkan serta mengembangkan kemampuan organisasi agar mencapai
tujuan. Terlebih, dengan kaderisasi yang baik, demokrasi pun akan tumbuh dan berkembang dengan
baik, karena tidak terjadi kultus individu yang merupakan ketergantungan atas seorang pemimpin
atau yang sering disebut primordialisme.

Melihat perkembangan yang ada saat ini, kaderisasi kembali lagi menjadi pertanyaan, apakah
wadah-wadah pembinaan yang ada dalam Penegak dan Pandega sudah memiliki dan menjalankan
pengaderan dengan baik. Banyak kalangan yang berpendapat, saat ini wadah-wadah pembinaan
yang ada mengalami krisis kader untuk mengelola wadah-wadah pembinaan tersebut. Tidak hanya
terjadi dikalangan Dewan Kerja, tetapi sudah menjalar ke seluruh wadah-wadah pembinaan yang
ada. Kalangan ini memperlihatkan, dengan menurunnya aktivitas-aktivitas kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pramuka Penegak dan Pandega, hanya sedikit Penegak dan Pandega yang ikut
serta seleksi perekrutan anggota Dewan Kerja, kualitas kegiatan yang cenderung menurun,
kurangnya kreativitas baru dalam kegiatan yang dikelola, dan menurunnya jumlah Penegak dan
Pandega.

Sedangkan sebagian kalangan menganggap tidaklah separah itu keadaan yang terjadi. Kalangan ini
berargumen, mulai banyak anggota Dewan Kerja maupun pengurus yang ada dalam Dewan
Ambalan, Dewan Racana maupun Dewan Saka serta kepanitiaan dalam sangga kerja atau sebagai
anggota suatu kelompok kerja yang berusia lebih muda dibandingkan periode-periode sebelumnya.
Sehingga wajar saja dalam masa transisi, kegiatan-kegiatan yang dilakukan kualitasnya pun masih
belum sebanding dengan masa lalu. Dulu, saluran TV hanya ada TVRI, sekarang sudah ada 6 siaran
TV swasta, begitulah kira-kira apabila dianalogikan. Terlebih, belum ada penelitian yang nyata secara
kuantitatif mengenai tingkat keberhasilan kaderisasi di dalam wadah pembinaan yang ada pada
Penegak dan Pandega.
Apabila melihat Pola dan Mekanisme Pembinaan Penegak dan Pandega, baik saat ini berlaku SK
Kwarnas 162 tahun 2011, dan juga melihat beberapa asumsi permasalahan dalam beberapa Rencana
Kerja Dewan Kerja, ternyata proses kaderisasi dalam wadah-wadah pembinaan Penegak dan
Pandega masih belum berjalan secara optimal. Paling tidak, dapat dikelompokkan dalam beberapa
permasalahan.

Pola Kaderisasi merupakan sebuah kerangka ataupun sebuah system terstruktur yang menjadi
pegangan dalam melaksanakan kaderisasi. Dalam konsep Teknik yang saya bahas ini adalah, pola
kaderisasi yang mengacu pada satu sumber yakni TOR Pengkaderan OKFT-UH. Pola kaderisasi yang
termaktub dalam TOR Pengkaderan marupakan pola yang disusun dengan sistematis guna menjadi
pedoman bagi setiap Organisasi dalam melaksanakan proses pengkaderannya.

Jika kita mengacu pada situasi dan kondisi saat ini, kaderisasi dihadapkan pada sebuah tantangan
baru yakni kondisi pandemi yang mempengaruhi segala aspek kehidupan, tanpa terkecuali kaderisasi
itu sendiri. Yang menjadi pertanyaan apakah pola kaderisasi yang ada di dalam TOR Pengkaderan
menjadi tidak relevan karena kondisi pandemi ?

Pada dasarnya kondisi pandemi tidak berpengaruh pada pola kaderisasi sebagaimana yang diatur
dalam TOR Pengkaderan. Kerangka dan system pengkaderan yang ada di dalam TOR pada dasarnya
masih relevan. Pandemi berpengaruh langsung pada metode kaderisasi itu sendiri, terkait
bagaimana pola tersebut nantinya dilaksanakan. Hal ini yang menjadi hambatan, karena metode
kaderisasi juga berpengaruh pada berhasil tidaknya penenaman berdasarkan pola yang ada.

Di era pandemi, metode daring merupakan metode yang dianggap menjadi solusi bagi pelaksanaan
kegiatan. Metode ini menjadi salah satu alternative yang paling banyak digunakan saat ini. Namun,
metode tersebut juga memiliki kekurangan yaitu kurangnya evaluasi dari setiap kegiatan yang
dilaksanakan, dan juga kurangnya esensi dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Di Dewan Kerja proses kaderisasi dimulai ketika seseorang telah masuk sebagai anggota Pramuka
Penegak dan Pandega yang mana berarti telah mengikuti proses pendidikan di Gugus Depan nya
masing-masing. Namun realita yang ada saat ini, Pramuka Penegak dan Pandega masih belum
banyak yang belum mengikuti Pendidikan dan Pembinaan di gugus depan nya sebagai anggota
sehingga kaderisasi yang seharusnya dimulai sejak dini tidak bisa dilakukan dengan resmi sesuai
syarat dan ketentuan yang berlaku dalam Polmekbin dan PPDK.

Kaderisasi merupakan hal yang mutlak bagi sebuah organisasi, begitupun dengan Dewan Kerja.
Sebagai organisasi Pembinaan dan Pengembangan, eksistensi dari kader merupakan garis hidup dari
Dewan Kerja. Peranan kaderisasi mejadi sangat vital karena menjadi penentu bagaimana calon kader
dibentuk sedemikian rupa sehingga menciptakan kader-kader unggul dan berdaya saing.

Apakah tuntutan terhadap kebutuhan kaderisasi terhadap calon-calon kader sebanding dengan
popularitas organisasi itu sendiri?

Jika berbicara tentang tuntutan akan kaderisasi, berarti kita berbicara tentang eksistensi Lembaga.
Ketika sebuah lembaga memiliki keberadaan yang besar, tuntutan akan kaderisasi demi membentuk
kader-kader penerus akan semakin genting untuk dilakukan demi mempertahankan eksistensi
lembaga tersebut. Eksistensi sudah jadi hal wajib untuk dipertahankan oleh kader-kader yang akan
meneruskan atau melanjutkan tongkat estafet kepengurusan dalam suatu organisasi. Eksistensi
Lembaga itu hadir apabila hal yang dibuat pada Lembaga tersebut berhasil.

Sistem kaderisasi merupakan hal yang dinamis dan senantiasa berubah-ubah. Berbeda-beda setiap
masa bakti, karena masa yang dihadapi pada setiap Angkatan juga berbeda-beda. Jadi kaderisasi
akan bergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi dari kader tersebut. Yang harus digaris
bawahi adalah kita harus tetap menjaga eksistensi dari suatu Lembaga.

Kaderisasi Dewan Kerja merupakan Pramuka Penegak dan Pandega Putri Putra yang berasal dari
ambalan, untuk itu proses pengkaderan ini perlu Koordinasi, Konsultasi, dan Konfirmasi terhadap
Dewan Kerja yang berada diatas dan atau dibawah nya. Mengapa karena sangatlah amat perlu
bagian seorang Dewan Kerja yang berusaha untuk menghasilkan kader kaderyang baik.

Di dalam Gerakan Pramuka, pengembangan diri seorang Penegak dan Pandega menggunakan sarana
yang disebut Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK). SKU merupakan
standar bagi seorang Penegak dan Pandega sesuai dengan tingkatannya. Sedangkan SKK merupakan
kemampuan standar seorang Penegak dan Pandega atas suatu keahlian atau kemampuan tertentu.
SKU dan SKK merupakan stimulus dalam upaya pengembangan diri Penegak dan Pandega. Dengan
demikian, seorang Penegak dan Pandega minimal mempunyai kemampuan yang ada dalam SKU dan
SKK tersebut. Diharapkan lebih dari standar tersebut dengan terus-menerus mengembangkan
kemampuan pribadinya. Untuk SKK, diharapkan keterampilan yang dimilikinya terus diasah sehingga
menjadi kelebihan tersendiri bagi dirinya. Jadi tidak berhenti hanya sampai didapatkannya TKK.

Namun, Gugusdepan sebagai ujung tombak pembinaan melalui para pembinanya mulai banyak yang
tidak menjalankan standar minimal tersebut dengan baik. Seringkali seorang Pramuka Penegak
Bantara tidak tahu apa itu Dewan Kerja atau Saka. Akibatnya, suatu kegiatan pelatihan seperti LPK
atau KPDK harus mengulang kembali materi tentang Dewan Kerja dari dasar yang seharusnya lebih
kepada pengembangan wacana dan diskusi. Begitu pula dalam kegiatan pelatihan yang diadakan
oleh Dewan Kerja ataupun Saka. Sampai saat ini belum ada suatu sistem yang jelas mengenai
kegiatan pelatihan. Di dalam kegiatan pelatihan yang diadakan Dewan Kerja, masih belum ada
kesepakatan apakah sistem pelatihannya berjenjang atau tidak. Begitu pula dengan materi yang
diberikan. Apabila bercermin dengan organisasi kepemudaan lain, militer, atau yang lebih dekat,
sistem pelatihan untuk pembina, pada umumnya sistem yang diterapkan berjenjang, waktu yang
jelas, dan memiliki materi standar. Dalam sebagian organisasi kepemudaan, penjenjangan, waktu
pelaksanaan beserta materinya dibahas tuntas dalam musywarah pimpinan mereka. Sehingga
hasilnya mengikat dari pusat sampai yang terbawah. Dengan demikian, hasilnya dapat terukur
dengan jelas secara umum dan memiliki kateristik tersendiri. Begitu pula dalam Saka, belum ada
kegiatan pelatihan yang jelas dan terarah dengan baik. Yang ada, perubahan-perubahan SKK yang
Surat keputusannya belum tentu sampai pada tingkatan pelaksananya.

Itulah sekelumit gambaran permasalahan yang dihadapi oleh organisasi kader yang mengalami krisis
kader. Tentu saja masih banyak permasalahan kaderisasi yang dihadapi suatu wadah pembinaan.
Dan ini tentu saja dapat menjadi pembelajaran dan tantangan untuk terus maju dengan tidak lupa
berusaha dan berdoa. Semoga Bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai