Anda di halaman 1dari 12

PEMBENTUKAN PERILAKU MORAL

A. Konsep Moral.

Moral yang dalam bahasa latinnya disebut ‘mores’ yang berarti adat kebiasaan, di dalam
Dictionary of Education, (Carter V. Good ed., 1973: 372), dijelaskan bahwa moral ialah “a
term used to delimit those characters, traits, itentions, judgments or acts which can
appropriately be designated as right, wrong, good, bad”. Menurut definisi ini moral
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik,
buruk.

Gambar 9. Ilustrasi Pemahaman Moral peserta didik

Ada beragam pengetahuan moral yang dapat kita manfaatkan ketika kita berhadapan dengan
tantangan-tantangan moral dalam hidup. Enam pengetahuan moral berikut diharapkan dapat
menjadi tujuan pendidikan karakter.

1. Kesadaran Moral (Moral Awareness)


Kegagalan moral yang sering terjadi pada diri manusia dalam semua tingkatan usia
adalah kebutaan moral; kondisi di mana orang tak mampu melihat bahwa situasi yang
sedang ia hadapi melibatkan masalah moral dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh.
Anak-anak dan remaja khususnya sangat rentan terhadap kegagalan seperti ini bertindak
tanpa mempertanyakan "apakah ini benar?" Bahkan seandainya pertanyaan seperti
"mana yang benar?" terlintas dalam benak seseorang, ia masih tetap bisa gagal melihat
masalah moral spesifik dalam sebuah situasi moral. Anak-anak harus mengetahui bahwa
tanggung jawab moral pertama mereka adalah menggunakan akal mereka untuk melihat
kapan sebuah situasi membutuhkan penilaian moral kemudian memikirkan dengan
cermat pertimbangan apakah yang benar untuk tindakan tersebut. Untuk membentuk
warga negara yang bertanggung jawab harus ada upaya membuat mereka terinformasi.
Pendidikan nilai dapat melakukan tugas ini dengan mengajarkan siswa cara memastikan
fakta terlebih dahulu sebelum membuat sebuah timbangan moral.

2. Mengetahui Nilai-Nilai Moral (Moral Values)


Nilai moral seperti menghormati kehidupan dan kemerdekaan, bertanggung jawab
terhadap orang Iain, kejujuran, keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas,
belas kasih, kedermawanan, dan keberanian adalah faktor penentu dalam membentuk
pribadi yang baik. Jika disatukan, seluruh faktor ini akan menjadi warisan moral yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melek etis menuntut adanya
pengetahuan terhadap semua nilai ini. Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami
bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi.Apa artinya "tanggung jawab" ketika
Anda melihat seseorang merusak barang milik sekolah atau mengambil sesuatu yang
bukan milik mereka.

3. Pengambilan Perspektif (Perspektive Taking).


Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain,
melihat situasi dari sudut pandang orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan
berpikir, bereaksi, dan merasa. Ini adalah prasyarat bagi pertimbangan moral: Kita tidak
dapat menghormati orang dengan baik dan bertindak dengan adil terhadap mereka jika
kita tidak memahami mereka. Tujuan mendasar dari pendidikan moral seharusnya adalah
membantu siswa untuk merasakan dunia dari sudut pandang orang lain, khususnya
mereka yang berbeda dengan dirinya.

Penalaran moral adalah memaharni makna sebagai orang yang bermoral dan mengapakita
harus bermoral. Mengapa memenuhi janji adalah hal penting? Mengapa kita harus
berusaha sebaik mungkin? Mengapa kita harus berbagi dengan orang lain? Pada
tingkatan tertinggi, penalaran moral juga melibatkan pemahaman terhadap beberapa
prinsip moral klasik, seperti: ”Hormatilah martabat setiap individu”; ”Perbanyaklah
berbuat baik”; dan ”Bersikaplah sebagaimana engkau mengharapkan orang lain bersikap
padamu”. Prinsip-prinsip semacam ini menuntun perbuatan moral dalam berbagai macam
situasi.

4. Penalaran Moral (Moral Reasoning)


Seiring dengan perkembangan penalaran moral anak-anak, dan riset menunjukkan pada
kita bahwa perkembangan terjadi secara bertahap, mereka akan mempelajari mana yang
termasuk sebagai nalar moral dan mana yang tidak ketika mereka akan melakukan
sesuatu. pada tingkatan tertinggi, penalaran moral juga melibatkan pemahaman terhadap
beberapa prinsip moral klasik, seperti; ”hormatilah setiap martabat setiap individu”,
”perbanyaklah berbuat baik”, dan ”bersikaplah sebagaimana engkau mengharapkan orang
lain bersikap padamu”.

5. Membuat Keputusan (Decision Making)


Mampu memikirkan langkah yang mungkin akan diambil sescorang yang sedang
menghadapi persoalan moral disebut sebagai kcterampilan pengambilan keputusan
reflektif. Pendekatan pengambilan keputusan dengan cara mengajukan pertanyaan "apa
saja pilihanku", "apa saja konsekuensinya" telah diajarkan bahkan sejak usia pra Taman
Kanak-kanak.

6. Memahami Diri Sendiri (Self Knowledge)


Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang paling sulit untuk dikuasai,
tetapi penting bagi pengembangan karakter. Untuk menjadi orang yang bermoral
diperlukan kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis.
Membangun pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan dan kelemahan karakter
kita dan mengetahui cara untuk memperbaiki kelemahan tersebut. Di antara sejumlah
kelemahan yang lazim dimiliki manusia adalah kecenderungan untuk melakukan apa
yang diinginkan lalu mencari pembenaran berdasarkan fakta-fakta yang ada.
B. Pembinaan Perilaku Moral Taruna
Perilaku moral adalah produk dari dua bagian karakter lainnya. Jika orang memiliki kualitas
moral intelektual dan emosional seperti yang baik, mereka memiliki kemungkinan
melakukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan mereka adalah tindakan yang
benar. Namun terkadang orang bisa berada dalam keadaan di mana mereka mengetahui apa
yang harus dilakukan, merasa harus melakukannya, tetapi masih belum bisa menerjemahkan
perasaan dan pikiran tersebut dalam tindakan. Untuk memahami sepenuhnya apa yang
menggerakkan seseorang sehingga mampu melakukan tindakan bermoral atau justru
menghalanginya kita perlu melihat lebih jauh dalam tiga aspek karakter lainnya yakni:
kompetensi moral, kemauan, dan kebiasaan.
1. Kompetensi moral.
Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke
dalam tindakan moral yang efektif. Untuk menyelesaikan sebuah konflik secara adil,
misalnya, kita membutuhkan keterampilan praktis seperti mendengarkan,
mengomunikasikan pandangan kita tanpa mencemarkan nama baik orang lain, dan
melaksanakan solusi yang dapat diterima semua pihak. Kompetensi juga berperan dalam
situasi-situasi moral lainnya.Untuk membantu seseorang yang tengah menghadapi
kesulitan, kita harus dapat memikirkan dan melaksanakan rencana yang sudah
dibuat.Pelaksanaan rencana akan lebih mudah jika sebelumnya kita telah memiliki
pengalaman menolong orang yang tengah menghadapi kesulitan.
2. Kemauan
Dalam situasi-situasi moral tertentu, membuat pilihan moral biasanya merupakan hal
yang sulit. Menjadi baik sering kali menuntut orang memiliki kehendak untuk melakukan
tindakan nyata, mobilisasi energi moral untuk melakukan apa yang menurut kita harus
dilakukan. Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali
olehakal.Kehendak juga dibutuhkan untuk dapat melihat dan memikirkan suatu keadaan
melalui seluruh dimensi moral. Kehendak dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban,
bukan kesenangan.Kehendak dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan
teman sebaya, dan melawan gelombang.Pada dasarnya kehendak merupakan inti
keberanian moral.
3. Kebiasaan.
Dalam banyak situasi, kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku moral.Orang-
orang yang memiliki karakter yang baik bertindak dengan sungguhsungguh, loyal, berani,
berbudi, dan adil tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaliknya. Mereka bahkan sering
kali menentukan "pilihan yang benar" secara tak sadar. Mereka melakukan hal yang
benar karena kebiasaan. Untuk alasan inilah sebagai bagian dari pendidikan moral, anak-
anak membutuhkan banyak kesempatan untuk membangunkebiasaan-kebiasaan baik, dan
banyak berlatih untuk menjadi orang baik. Itu berarti mereka harus memiliki banyak
pengalaman menolong orang lain, berbuat jujur, bersikap santun dan adil. Dengan
demikian, kebiasaan baik ini akan selalu siap melayani mereka dalam keadaan sulit
sekalipun.Dalam diri seseorang yang berkarakter baik, pengetahuan, perasaan, dan
tindakan moral biasanya bekerja secara bersama-sama untuk saling mendukung.Tentu
saja, tidak selalu demikian; orang yang sangat baik sekalipun sering kali gagal
menunjukkan moral terbaik mereka. Tetapi ketika kita membangun karakter yang
merupakan sebuah proses seumur hidup kehidupan bermoral yang kita jalani secara
bertahap akan dapat memadukan pertimbangan, perasaan, dan pola-pola tingkah laku
yang benar.

Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek moral feeling adalah dengan cara membangkitkan
kesadaran anak akan pentingnya memberikan komitmen terhadap nilai-nilai moral. Sebagai
contoh untuk untuk menanamkan kecintaan anak untuk jujur dengan tidak mencontek, orang
tua harus dapat menumbuhkan rasa bersalah, malu dah tidak empati atas tindakan mencontek
tersebut. Kecintaan ini (moral feeling) akan menjadi kontrol internal yang paling efektif,
selain kontrol eksternal berupa pengawasan orang tua terhadap tindak tanduk anak dalam
keseharian.

Terdapat enam hal aspek emosi merupakan yang harus dirasakan oleh seseorang untuk
menjadi manusia bermoral atau berkarakter, yakni conscience (nurani), self esteem (percaya
diri), empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran),
self control (mampu mengontrol diri) dan humility (kerendahan hati). Namun, pendidikan
nilai / moral atau karakter hanya sampai pada moral feeling saja tidaklah cukup, sebab
sebatas ingin atau mau, tanpa disertai perbuatan nyata hanya menghasilkan manusia munafik.
Di kalangan remaja dan pelajar, merosotnya nilai-nilai moral dan karakter remaja ini dapat
dilihat dari beberapa kejadian dan perilaku tindakan kriminal yang semakin merebak dalam
berbagai jenis, bentuk, dan polanya yang sering dijumpai dalam media massa dan elektronik.
Fenomena seperti itu dapat dilihat dengan adanya perkelahian antar-pelajar, penggunaan obat
terlarang (narkotika, ekstasi, dan sejenisnya), kebut-kebutan di jalan raya, pemerkosaan,
pencurian, pecandu minuman beralkohol, penodongan, pelecehan seksual, dan perilaku
lainnya yang melanggar nilai etika dan norma susila di kalangan remaja/pelajar. Adapun
tempat kejadiannya bisa terjadi di kota-kota besar, kota kabupaten, dan bahkan di pelosok-
pelosok daerah termasuk di lingkungan lembaga sekolah. Jika hal ini berlangsung terus dan
dan tidak dikendalikan secara tepat maka akan berdampak negatif terhadap merosotnya
lembaga pendidikan sebagai tempat untuk membina dan mendidik generasi muda sebagai
penerus bangsa yang berakhlak mulia.

Beberapa kegiatan prefentif untuk menghalau dan mencegah merosotnya perilaku moral di
sekolah yakni :
1. Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA)

Penyebaran penyalahgunaan NAPZA di Indonesia telah meluas dan sangat


mengkhawatirkan, tidak saja di perkotaan, melainkan juga menjangkau ke perdesaan.
Masalah penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah yang sangat kompleks yang
memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat termasuk warga sekolah secara
aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten. Meskipun
dalam kedokteran sebagian besar narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila
disalahgunakan atau digunakan berlebihan/tidak menurut indikasi medis atau standar
pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran di jalur ilegal akan berakibat sangat
merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Indonesia
saat ini tidak hanya sebagai transit perdagangan gelap serta tujuan peredaran narkoba,
tetapi juga telah menjadi produsen dan pengekspor.
Data yang akurat mengenai besaran penyalah guna narkoba secara umum memang belum
ada. Namun diperkirakan jumlah penyalah guna narkoba dan zat yang digunakan semakin
berkembang. Badan Narkotika Nasional Pusat (BNNP) mencatat bahwa pada tahun 2013,
korban penyalahgunaan narkoba mencapai angka sebesar 2,2 persen dari total jumlah
penduduk Indonesia atau setara 4,2 juta jiwa. Korban penyalahgunaan narkoba itu berusia
antara usia 10-59 tahun. Keadaan ini sungguh riskan karena paling banyak yang menjadi
korban narkoba pada usia produktif. Padahal usia produktif merupakan usia dimana
individu dapat meningkatkan taraf hidupnya mulai dari ekonomi, sosial, dan kesehatan.

Ditinjau dari jenisnya, ketergantungan narkoba merupakan penyakit mental dan perilaku
yang dapat berdampak pada kondisi kejiwaan yang bersangkutan dan masalah lingkungan
sosial. Ditinjau dari sejumlah kasus, walaupun tidak ada data yang pasti mengenai jumlah
kasus penyalah guna narkoba, namun diperkirakan beberapa tahun terakhir jumlah kasus
penyalah guna narkoba cenderung semakin meningkat, bahkan jumlah yang sebenarnya
diperkirakan sesuai dengan fenomena “gunung es” dimana jumlah kasus yang ada jauh
lebih besar daripada kasus yang dilaporkan atau dikumpulkan. Masyarakat secara umum
memandang masalah gangguan penggunaan narkoba lebih sebagai masalah moral
daripada masalah kesehatan.

2. Penyuluhan Anti Korupsi


Hari-hari ini kita menyaksikan berita tentang tindak pidana korupsi dan perilaku koruptif
di mana-mana. Terjadi di hampir semua daerah di Tanah Air, di semua level, dan di
semua segi kehidupan dengan beragam jenis, modus, dan kompleksitas. Perilaku koruptif
telah merasuki semua elemen bangsa. Padahal kita semua tahu bahwa korupsi adalah
perilaku yang tidak bermoral. Sebuah ironi. Muara dari persoalan korupsi adalah
hilangnya nilai-nilai antikorupsi (jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja
keras, sederhana, berani, adil) dari dalam diri individu.
Gambar 10. Ilustrasi pembinaan perilaku jujur di sekolah

Penumbuhan sikap antikorupsi pada generasi muda harus dimulai sejak dini. Untuk
mewujudkan hal itu, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo
bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy; Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo; Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, serta; Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim
Saifuddin, menandatangani komitmen bersama untuk mengimplementasikan pendidikan
antikorupsi pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Ada beberapa poin
yang telah disepakati dalam penandatanganan komitmen bersama ini, antara lain:
1) pendidikan karakter dan budaya antikorupsi merupakan langkah pencegahan yang
penting dalam membangun generasi berintegritas untuk mengurangi korupsi yang ada
dalam kehidupan bangsa Indonesia;
2) sepakat untuk bersama-sama menjalankan pendidikan karakter dan budaya
antikorupsi serta mewujudkan tata kelola pendidikan yang bersih dan baik untuk
mendukung tumbuh kembangnya integritas yang ideal di lingkungan pendidikan, dan;
3) sepakat untuk bersama-sama dan segera melakukan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengimplementasikan pendidikan karakter dan budaya antikorupsi serta tata
kelola pendidikan yang baik dan bersih.

3. Penyuluhan Pergaulan Sehat


Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,
dapat juga oleh individu dengan kelompok. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar
dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan
mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang
negatif. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam
masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara
berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Pembentukan pergaulan sehat dapat dilakukan melalui:


a. Kelompok bermain teman sebaya
Aktifitas permainan ini mengarah kepada pembentukan tubuh yang sehat yang dan
sarana pergaulan yang sehat.

b. Kelompok belajar
Pembentukan kelompok belajar merupakan bentuk pergaulan yang sehat mengarah
pada pemupukan aspek kecerdasan. Melalui kegiatan kelompok belajar inilah daya
pikir anak lebih terasa.

c. Kegiatan pengembangan diri


Aktifitas kegiatan dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan yang mengarah kepada
pengembangan bakat dan minat. Dengan menjadi anggota suatu perkumpulan
pengembangan diri inilah anak disamping dapat membentuk kecakapan sesuai
bakatnya, juga memperluas pergaulan dari berbagai latar belakang yang memiliki
kesamaan minat

d. Kegiataan keagamaan
Kegiatan keagamaan sesuai agama yang dianutnya diarahkan pada pembinaan mental
spiritual yang berkaitan dengan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa secara intensif dapat dilakukan dengan aktif terjun dalam kegiatan keagamaan
sesuai dengan agama yang dianutnya.

e. Kegiatan Sosial
Melaui kegiatan sosial tersebut, anak dilatih untuk menerapkan nilai-nilai
kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Kegiatan pecinta alam
Kegiatan pecinta alam merupakan media yang tepat bagi remaja yang senang
berpetualang dan mencari tahu mengenai rahasia alam secara langsung.

Pengaruh positif pergaulan yang sehat dapat membentuk perilaku anak antara lain:
1) Lebih mengenal nilai-nilai dan norma social yang berlaku sehingga mampu
membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak dalam melakukan sesuatu.
2) Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus menyadari bahwa
manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai
3) Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang sehingga mampu
meningkatka rasa percaya diri
4) Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan
masyarakat sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang
pantas diteladani

Upaya penumbuhan pergaulan sehat dapat dilakukan melalui:


a. Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam
“kenyataan”, maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki
angan-angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja
mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.
b. Menjaga keseimbangan pola hidup yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan
mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya
mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan
kegiatan positif
c. Jujur pada diri sendiri yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang
terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga pergaulan bebas tersebut dapat dihindari.
Jadi dengan ini remaja tidak menganiaya emosi dan diri mereka sendiri.
d. Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina hubungan baik
dengan masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak
negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di
sekeliling kita.
e. Perlunya remaja berpikir untuk masa depan. Jarangnya remaja memikirkan masa
depan. Seandainya tiap remaja mampu menanamkan pertanyaan “Apa yang akan
terjadi pada diri saya nanti jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi
individu yang lebih baik?” kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan positif
untuk kemajuan diri para remaja. Dengan itu maka remaja-remaja akan berpikir
panjang untuk melakukan hal-hal menyimpang dari aturan/norma.

4. Penyuluhan Internet Sehat


Internet adalah sistem jaringan komputer global yang saling terhubung menggunakan
protokol internet (TCP/IP) untuk menghubungkan perangkat di komputer di seluruh
dunia. Banyak sekali informasi yang tersebar di dalam internet. Setiap yang
mengaksesnya dapat mendapatkan informasi apapun. Dengan kondisi tersebut, sangat
berbahaya jika internet digunakan dengan salah, khususnya oleh peserta didik. Internet
sehat adalah segala hal yang berkaitan dalam akses mengakses internet yang memilki
nilai positif bagi para pengguna internet agar senantiasa memberikan hal yang terbaik
bagi diri maupun orang lain.

Dunia internet sekarang ini menjadi sebuah bagian yang viral dan vital dalam
berkomunikasi digital. Bagi sebagian orang internet adalah sebuah media yang dapat
mengembangkan kemampuan baik intelektual, life skill atau wawasan. Namun begitu
banyaknnya nilai-nilai intelektual dalam bentuk ide-ide dalam dunia maya, kadang kala
kemampuan tersebut disalahgunakan. Hal ini bisa dikarenakan juga dari tidak
kesengajaan atau tidak kepahaman tentang dunia internet tersebut. Semakin hari semakin
berkembang pesat teknologi internet semakin banyak pula hal-hal baru di dalamnya.
Sebagian besar pengguna internet adalah para pemuda dan remaja. Namun dalam
kaitanya dengan isi internet yang bermacam-macam baik yang positif ataupun yang
negatif, pengguna internet tentulah perlu berlaku bijak untuk menggunakan semua
informasi yang ada di dalamnya.

Perilaku ber-Internet berkaitan langsung dengan sedikit-banyaknya materi negatif yang


mengancam peserta didik. Semakin waspada dan tidak ceroboh ketika menggunakan
Internet, maka akan makin kecil kemungkinan peserta didik terpapar berbagai materi
negatif dari Internet. Salah satu contoh antisipasi untuk menangkal materi negatif tersebut
adalah dengan menginstal software pengaman di komputer kita. Yang harus diingat
adalah, berbagai macam software yang tersedia tidak dapat menggantikan peran orang-
tua, guru ataupun komunitas dalam memberikan keamanan dan kenyamanan peserta
didik selama ber-Internet.

Software hanyalah alat bantu, yang tidak bisa menjamin 100% menghalau materi negatif
dari Internet. Secara umum, software pengaman tersebut terdiri atas:
 Software Anti-Spyware; Software ini secara khusus akan berfungsi mendeteksi dan
mencegah program jahat seperti sypware dan adware yang gemar menyedot data-data
rahasia/privasi kita secara diam-diam.
 Software Browser Anak; Software browser adalah yang menjadi perantara utama
antara Internet dengan komputer yang digunakan. Browser anak secara umum telah
dirancang untuk semaksimal mungkin menyaring berbagai situs, gambar atau teks
yang tak layak diterima anak. Browser anak juga didisain untuk menarik dan mudah
digunakan oleh anak.
 Software Anti-Virus; Software ini untuk mencegah agar program jahat perusak data
semisal virus, worm dan trojan horse bercokol dan berkembang-biak di komputer
kita.
 Software Parental (Filter, Monitor dan Penjadwalan); Software ini untuk mencegah
anak sengaja atau tidak sengaja membukan dan/atau melihat berbagai gambar yang
tak layak (pornografi, sadisme, dan sebagainya) yang terdapat di situs Internet.
Software ini juga akan memudahkan orang tua ataupun pengasuh untuk memonitor
aktifitas anak selama online dengan berbagai variasi metode pengawasan. Fungsi lain
dari software ini adalah untuk membatasi jumlah/ durasi waktu peserta didik dalam
menggunakan Internet. Termasuk untuk pengaturan hari dan jam tertentu sehingga
komputer dapat atau tidak dapat digunakan oleh anak untuk ber-Internet.
 Software Firewall; Software ini akan membantu kita mencegah orang jahil (semisal
hacker) yang berkeliaran di Internet dan mencoba menerobos masuk ke komputer kita
untuk mencuri atau merusak data didalamnya, selama kita terhubung dengan Internet.

Anda mungkin juga menyukai