Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

CA BULI

A. DEFINISI

Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu

kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau

tumor pada kandung kemih (Price, A Sylvia, 2006)

Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung

kemih).Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang

berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.

Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung

kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing

warna merah terus.

Klasifikasi Kanker :

Tahap 0 : sel-sel kanker ditemukan hanya di atas lapisan dari kandung kemih.

Tahap I : sel-sel kanker telah pengkembang untuk lapisan luar lapisan kandung

kemih tetapi tidak untuk otot-otot kandung kemih.

Tahap II : sel-sel kanker telah pengkembang untuk otot-otot di dinding kandung

kemih tetapi tidak untuk jaringan lemak yang mengelilingi kandung

kemih.

Tahap III : sel-sel kanker telah pengkembang untuk jaringan lemak sekitar

kandung kemih dan kelenjar prostat, vagina atau rahim, tetapi tidak untuk
kelenjar getah bening atau organ lainnya.

Tahap IV : sel-sel kanker telah pengkembang pada nodus limfa, dinding panggul

atau perut, dan organ lainnya.

Berulang : kanker telah terulang di kandung kemih atau di dekat organ lain

setelah yang telah diobati.

B. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi

penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:

1. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan

pertambahan usia.

2. Merokok,merupakan faktor resiko utama.

3. Lingkungan kerja. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk

menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan

karsinogenik(penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia,

kulit.

4. Infeksi, terutama infeksi saluran kemih.

5. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil

terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.

6. Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita

kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker
ini.

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejalanya Bisa Berupa:

1. Hematuria (adanya darah dalam kencing).

2. Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.

3. Desakan untuk berkemih.

4. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar

kencing.

5. Badan terasa panas dan lemah.

6. Nyeri pinggang karena tekanan saraf.

7. Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis.

Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih

(sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai

suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak

menghilang.

D. PATOFISIOLOGI

Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan

angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang

semakin tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar radikal

bebas menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya

masuk ke ginjal dan terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin


terus menerus, masuk ke kandung kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA

& RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel

somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan,

perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen supresor

kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi DNA berlebih.

Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.

E. KOMPLIKASI

Komplikasi meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat

menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan

dengan daerah metastase penyakit.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukannya darah dalam air

kemih. Tanda adanya anemia dapat dijumpai bila terjadi perdarahan yang

umumnya terjadi pada tumor yang sudah lanjut atau dapat pula ditemukan

tanda adanya gangguan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan

kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua

muara ureter (saluran kemih).

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena (PIV)

digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang memiliki

persangkaan keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli.

Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defect (kelainan) pada

buli-buli juga dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan

saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Jika penderita

alegi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat

dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Foto toraks (rongga dada) juga

perlu dilakukan untuk melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru.

3. Sistoskopi dan biopsy

Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan

pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita

berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau

tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi (pengambilan

jaringan tumor) untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan

terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai

tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan ).

G. PENATALAKSANAAN

1. Operasi
Operasi kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih

atau hanya menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya

melalui sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah menembus

dinding kandung kemih, tidak dapat diangkat seluruhnya dengan sistoskopi.

Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung kemih

(sistektomi).

2. RadioterapyDiberikan pada tumor yang radiosensitive seperti

undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C. Radiasi diberikan

sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita

dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan

IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi

radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.

3. Chemoterapi

Obat-obat anti kanker :

Citral, 5 fluoro urasil

Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan

paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan

bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam

Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita

dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat

diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.


H. PATHWAY

Ca Buli – buli kemoterapi kerusakan intregitas kulit

Ulserasi terjadi kematian semua sel

Infeksi sekunder iritasi mukosa lambung

Infasi pada bladder intake in adekuat sistem imun menurun

Ketidakseimbang
Retensio urine an nutrisi kurang
resti infeksi
dari kebutuhan
tubuh

Terjadi refluks

Hydroneprhosis

Pembesaran ginjal terjadi penekanan jaringan saraf


Tindakan oprasi NYERI

Kurang Informasi

Ttg penyakitnya

Cemas

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Pengkajian
a. Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah buli-
buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan
pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25%
klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang
intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering
kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing,
nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri
pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena
hydronephrosis
c. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran
suprapubic bila tumor sudah besar. Palpasi, teraba tumor masa suprapubic,
pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan
general anestesi baik waktu VT atau RT
d. Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium

Pemeriksaan Hb :

 Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau


micros hematuria Pemeriksaan Leukosit

 Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri
dalam urine

 Acid phospatase meningkat; kanker prostat metastase,

 ACTH meningkat kanker paru

 Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke


tulang, kanker hati, lymphoma, leukemia. Calsium meningkat;
metastase tulang, kanker mamae, leukemia,

 Lymphoma, multiple myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati,


paratiroid.

 LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia


akut

 SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati.

 Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium

b) Radiology
 excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan
tumornya.

 Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor

 Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli

 Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh


lymphe

c) Cystocopy dan biopsy

 Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor

 Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.

d) Cystologi

 Pengecatan sieman/papanicelaou pada sedimen urine terdapat


transionil cel daripada tumor.

2) Diagnosa keperawatan

a) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan


jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan
nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi
nyeri, kelemahan.

b) Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya
rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri
c) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang
tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake

d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,
prosedur invasif

e) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi


dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia

f) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan


kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga

3) Rencana asuhan keperawatan

a) Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injury biologis

 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam nyeri


berkurang

 Kriteria hasil :

Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas.


Melaporkan nyeri yang dialaminya. Mengikuti program
pengobatan. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan
rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin.

 Intervensi :

1) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

Memberikan informasi yang diperlukan untuk


merencanakan asuhan
2) Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi,
biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara
menghadapinya

Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak,


atau malah menyebabkan komplikasi.

3) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas


menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton
TV

Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan


perhatian klien dari rasa nyeri.

4) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi,


visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan
therapeutik.

Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan


menurunkan stress dan ansietas.

5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.

Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat


nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya
serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan
anti nyeri.

6) Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga


dengan klien

Agar terapi yang diberikan tepat sasaran

7) Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin,


methadone, narkotik dll
Untuk mengatasi nyeri.

b) Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya
rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri

 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam


kebutuhan nutrisi terpenuhi

 Kriteria hasil:

Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal


dan tidak ada tanda malnutrisi. Menyatakan pengertiannya
terhadap perlunya intake yang adekuat. Berpartisipasi dalam
penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya.

 Intervensi :

1) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai


dengan kebutuhannya.

Memberikan informasi tentang status gizi klien.

2) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati


penurunan berat badan.

Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan


berat badan klien.

3) Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran


kelenjar parotis.

Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.


4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.

Kalori merupakan sumber energi.

5) Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising.


Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.

Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang


menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi
stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.

6) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan


bersama teman atau keluarga

Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.

7) Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate


sebelum makan.

Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan


selera makan

8) Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang


dialami klien.

Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi,


perawat dan klien).

9) Amati studi laboratorium seperti total limposit, serum


transferin dan albumin
Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi
sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan
terhadap klien.

10) Berikan pengobatan sesuai


indikasiPhenotiazine,antidopaminergic, corticosteroids,
vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacid

Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan


meningkatkan status kesehatan klien.

11) Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara


enteral, imbangi dengan infus.

Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil


yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.

c) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang


tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake

 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam


kebutuhan cairan terpenuhi.

 Kriteria hasil:

Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital


normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry
ferill normal, urine output normal.

 Intervensi :

1) Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak


normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung
keseimbangan selama 24 jam.
Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan
hipovolemia.

2) Timbang berat badan jika diperlukan.

Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada


ketidakseimbangan cairan.

3) Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.

Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya


takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat
berhubungan dengan dehidrasi.

4) Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan


kehausan pada klien.

Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah


terjadinya hipovolemia.

5) Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai


kebutuhan individu.

Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

6) Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada


membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie

Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume


cairan.

7) Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka


bedah.

Mencegah terjadinya perdarahan.

8) Kolaboratif berikan cairan IV bila diperlukan.


Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

9) Berikan therapy antiemetik.

Mencegah/menghilangkan mual muntah.

d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi),

 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam


resiko infeksi berkurang

 Kriteria hasil :

Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam


tindakan pecegahan infeksi. Tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal

 Intervensi :

1) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga


dianjurkan melakukan hal yang sama.

Mencegah terjadinya infeksi silang.

2) Jaga personal hygine klien dengan baik.

Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.

3) Monitor temperatur.

Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi

4) Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi

Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi

5) Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.


Mencegah terjadinya infeksi.

6) Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets

Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi

7) Berikan antibiotik bila diindikasikan

Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan


dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.

e) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi


dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia

 Tujuan : sdetelah dilakukan tiindakan keperawatan selama 1×24


jam resiko kerusakan integritas kulit berkurang

 Kriteria hasil :

Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan


dengan kondisi spesifik. Berpartisipasi dalam pencegahan
komplikasi dan percepatan penyembuhan.

 Intervensi :

1) Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping


therapi kanker, amati penyembuhan luka.

Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan


mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan
integritas kulit.

2) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.

Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.


3) Ubah posisi klien secara teratur.

Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu


daerah tertentu.

4) Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream


kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.

Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang


kontra indikatif

f) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan


kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga

 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam


cemas yang dirasakan klien berkurang

 Kriteria hasil :

Klien dapat mengurangi rasa cemasnya. Rileks dan dapat


melihat dirinya secara obyektif. Menunjukkan koping yang efektif
serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

 Intervensi :

1) Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit


yang dideritanya.

Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan


memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya
duplikasi

2) Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.


Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami
proses penyakitnya.

3) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa


marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar
dan ekspresi yang sesuai.

Dapat menurunkan kecemasan klien

4) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien


mempersiapkan diri dalam pengobatan.

Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk


pengobatan dan efek sampingnya.

5) Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial,


ketidak berdayaan dll.

Mengetahui dan menggali pola koping klien serta


mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan
kekuatan dalam mengatasi kecemasan.

6) Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support


system.

Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang


terdekat/keluarga.

7) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Memberikan kesempatan pada klien untuk


berpikir/merenung/istirahat.

8) Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan


wajar.
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia
benar-benar ditolong.
DAFTAR PUSTAKA

Price, A. Sylvia. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:

EGC

Brunner dan Suddarth. (2005). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGCs

Anda mungkin juga menyukai