DISUSUN OLEH:
TRIMAS HARDIKA
ELVINA
P17420213034
LAPORAN PENDAHULUAN
EDH (EPIDURAL HEMATOM)
A. Pengertian
Epidural hematom merupakan keadaaan neurologis yang bersifat
emergency
dan
biasanya
berhubungan
dengan
linear
fraktur
yang
B. Etiologi
EDH sebagai akibat
C. Manifestasi klinis
Pasien dengan EDH seringkali tampak memar di sekitar mata dan di
belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran
hidung atau telinga.
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan EDH antara lain:
1.
2.
Bingung
3.
Penglihatan kabur
4.
Susah bicara
5.
6.
7.
8.
Mual
9.
Pusing
10. Berkeringat
11. Pucat
12. Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
D. Patofisiologi
Pada
hematom
epidural,
perdarahan
terjadi
di
antara
tulang
retikularis
Di
di
tempat
medulla
ini
oblongata
terdapat
menyebabkan
nuclei
saraf
hilangnya
cranial
ketiga
pada
daerah
ini,
menyebabkan
kelemahan
respons
motorik
terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau
terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali.
Dalam waktu beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang
progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara
dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi
kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena
cedera primer yang ringan pada Epidural hematom. Kalau pada subdural
hematoma cedera primernya hampir selalu berat atau epidural hematoma
dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.
E. Pathway
hematoma
Syok hipovolemik
iskemik
herniasi
Edema otak
Peningkatan TIK
Hipoksia otak
Nyeri
Hiperventilasi
Penatalaksanaan
1. Terapi operatif
Terapi operatif bisa menjadi penanganan darurat yaitu dengan
melakukan
kraniotomi.
Terapi
ini
dilakukan
jika
hasil
CT
Scan
atau tebal lebih dari 1cm atau dengan pergeseran garis tengah (midline
shift) lebih dari 5 mm. Operasi yang dilakukan adalah evakuasi
hematom untuk menghentikan sumber perdarahan sedangkan tulang
kepala dikembalikan. Jika saat operasi tidak didapatkan adanya edema
serebri sebaliknya tulang tidak dikembalikan.
2. Terapi medikamentosa
a.
spinal
atau
posisikan
trendelenburg
terbalik
untuk
mengurangi TIK.
b. Berikan dexametason (pemberian awal dengan dosis 10 mg
kemudian dilanjutkan dengan dosis 4 mg setiap jam)
c.
G. Pemeriksaan penunjang
1. CT Scan
Tanpa / dengan kontras mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
2. MRI
Memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih
jelas karena mampu melakukan pencitraan dari berbagai posisi apalagi
dalam pencitraan hematom dan cedera batang otak.
3. Angiografi serebral
Menunjukkan
kelainan
sirkulasi
serebral,
seperti
pergeseran
mengkoreksi
keseimbangan
elektrolit
sebagai
akibat
A. Pengkajian
1. Aktivitas istirahat
Lemah, lelah, hilang keseimbangan, kaku, perubahan kesadaran,
letargi, hemiparesis, tetraplegi, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
Tekanan
transmisi rangsangan
pada
pusat
parasimpatik
vasomotor
ke
akan
meningkatkan
jantung
yang
tekanan
intrakranial.
Perubahan
frekuensi
akan
tanda
jantung
kesadaran,
amnesia,
vertigo,
sinkop,
hilang
6. Nutrisi
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual,
muntah (mungkin proyektil).
7. Nyeri
Sakit kepala, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
8. Pernafasan
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama
jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman,
frekuensi maupun
cidera
kepala
sering
datang
dalam
keadaan
parese,
B. Analisa data
Data fokus
Problem
Etiologi
Kehilangan
kesadaran,
amnesia,
jaringan serebral
edema cerebral
sinkop, vertigo
Ds: sesak nafas
Kerusakan neurovaskuler
pernapasan otak)
berbunyi, stridor/ronkhi/
wheezing
Ds: sakit kepala
Nyeri akut
Peningkatan TIK
Do:gelisah, merintih,
Ds: lelah,
Do:
Lemah,
hilang
keseimbangan,
kaku,
Kelemahan
perubahan
kesadaran,
letargi,
hemiparesis,
tetraplegi,
kehilangan
tonus otot
C. Diagnosa keperawatan
1. Resiko kerusakan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah
(hemoragi, hematoma); edema cerebral.
2. Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada
pusat pernapasan otak)
3. Nyeri akut b.d peningkatan TIK
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular
D. Intervensi
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral bd penghentian aliran
darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral
NOC: Circulation status
faktor-faktor
menyebabkan
rasional
yg Penurunan tanda/gejala neurologis
koma/penurunan
atau
kegagalan
pemulihannya
peningkatan TIK.
awal,
menunjukkan
pasien
dirawat
dalam
setelah
serangan
perlunya
di
perawatan
intensif.
2) Pantau dan catat status neurologis
secara
teratur
dan
potensial
TIK
bermanfaat
dalam
lokasi,
perluasan
dan
menentukan
dan
peningkatan
pupil
diatur
oleh
saraf
TD
sistolik
yang
kenyamanan,
seperti
jika
diikuti
pasien
menghindari
penurunan
kesadaran.
Memberikan
6) Bantu
oleh
/membatasi
efek
ketenangan,
untuk
batuk,
muntah, mengejan.
mempertahankan
atau
menurunkan TIK.
Aktivitas ini akan meningkatkan
tekanan
intrathorak
intraabdomen
yang
dan
dapat
meningkatkan TIK.
2. Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat
pernafasan otak)
NOC: Respiratory status: ventilation
Vital sign status
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pasien dapat
kriteria hasil:
mempertahankan
pola
nafas
efektif
dengan
- bebas sianosis
- GDA dalam batas normal
intervensi
NIC: Airway management
1) Pantau
rasional
frekuensi,
kedalaman
irama,
pernapasan.
Catat
ketidakteraturan pernapasan.
posisi
miirng
dapat
menandakan
perlunya
ventilasi mekanis.
sesuai
indikasi
Untuk
memudahkan
paru/ventilasi
ekspansi
paru
dan
dalam
yang
efektif
bila
Mencegah/menurunkan
atelektasis.
pasien sadar.
4) Auskultasi suara napas, perhatikan
daerah hipoventilasi dan adanya
Untuk
mengidentifikasi
adanya
kongesti,
napas
atau
yang
oksigenasi
5) Pantau analisa gas darah, tekanan
oksimetri.
menandakan
obstruksi
jalan
membahayakan
cerebral
terjadinya
dan/atau
infeksi
paru.
6) Berikan oksigen
Menentukan
kecukupan
oksigen
pada
tertekan,
mungkin
rasional
Berguna dalam pengawasan
keefektifan terapi yang diberikan
bertambah parah
4) Monitor ttv
Peningkatan
TD
sistolik
yang
diikuti
oleh
penurunan
kesadaran.
kriteria hasil:
- klien meningkat dalam aktifitas fisik
- dapat melakukan mobilisasi secara mandiri
intervensi
NIC: E xercise therapy
1) Ubah posisi klien secara 2 jam
sekali
2) Bantu klien melakukan rentang
rasonal
Meningkatkan sirkulasi
Mempertahankan fungsi sendi,
mobilisasi dan menurunkan vena
gerak
yang statis
Meningkatkan sirkulasi dan
elastisitas kulit.
3) Berikan masase
Identifikasi kemungkinan
kerusakan secara fungsional dan
yang terjadi
E. Evaluasi
1. Resiko kerusakan perfusi jaringan serebral tidak terjadi dengan kriteria
hasil:
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan
MediAction Publishing
Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Ed:6.
Jakarta:EGC
Smeltzer&Bare. 2008. Textbook of Medical Surgical Nursing Vol 2, Alih Bahasa
Kuncara,