Anda di halaman 1dari 17

WILAYAH PERBATASAN NEGARA DALAM

PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Dhesy A. Kase
Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana,
Jl. Adisucipto, Penfui, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang
Email: dhesykase@yahoo.co.id

ABSTRACT: Discourse around national borders certainly will not be possible regardless of the
problem of a country's territory, because the "state boundary” itself is actually a separator of
geographical regional units (physical, social, and cultural) which is controlled by a country. then the
description and analysis around the problem of national borders in the perspective of international
law will be more focused on several important aspects, including the conception of national borders,
the determination of national borders based on international legal concepts, and theories of managing
national territories.

Keywords: National borders, Country, International Law perspective.

ABSTRAK: Diskursus seputar perbatasan negara tentunya tidak akan mungkin terlepas
dari masalah wilayah suatu negara, karena “batas negara” (state teritory) itu sendiri
sesungguhnya merupakan pemisah unit regional geografi (fisik, sosial, dan budaya) yang
dikuasai oleh suatu negara. maka deskripsi dan analisis seputar masalah wilayah
perbatasan negara dalam perspektif hukum internasional akan lebih difokuskan pada
beberapa aspek penting, antara lain mengenai konsepsi perbatasan wilayah negara,
penetapan wilayah perbatasan negara berdasarkan konsep hukum internasional, dan teori
pengelolaan wilayah negara.
Kata Kunci: Wilayah Perbatasan, negara, hukum internasional

I. Pendahuluan perairan (water teritory), dan wilayah


Diskursus seputar perbatasan ne- udara serta ruang angkasa (air teritory).1
gara tentunya tidak akan mungkin ter- Wilayah sebuah negara, khususnya
lepas dari masalah wilayah suatu negara, kawasan perbatasannya selalu akan men-
karena “batas negara” (state teritory) itu jadi hal yang menarik, dikarenakan aspek
sendiri sesungguhnya meru-pakan pemi- kewilayahan suatu negara menyangkut
sah unit regional geografi (fisik, sosial, kedaulatan dan hak kedaulatan serta
dan budaya) yang dikuasai oleh suatu yurisdiksi suatu negara secara nyata ter-
negara. Wilayah negara terdiri dari hadap wilayah negaranya. Bertolak dari
wilayah daratan (land teritory), laut atau pandangan yang demikian itu, maka
sewajarnya sebuah negara pasti memiliki

1Mahendra Putra Kurnia. Ibid; hlm. 21.

Yasidi Hambali. Hukum dan Politik Kedirgantaraan.


Jakarta: Pradnya Paramita, 1994. hlm. 63.

168 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional


batas-batas yang jelas sebagai negara yang suatu garis yang memisahkan satu daerah
berdaulat dan memiliki hak kedaulatan dengan daerah lainnya.3
terhadap wilayahnya. Kajian terhadap Jones sebagaimana dikutip oleh
wilayah perbatasan negara ini semakin Starke berpendapat, bahwa “perbatasan
menarik, karena selain sebagai batas bukan semata-mata sebuah garis tetapi
kedaulatan suatu negara atas wilayah dalam daerah perbatasan, yang dapat atau
negaranya juga dipandang sebagai “hala- tidak dapat menjadi suatu penghalang
man depan” suatu negara. Posisi yang dalam hubungan antar negara. Martin I
demikian itu membuat wilayah perba- Glassner memberikan pengertian perba-
tasan negara memiliki posisi yang sangat tasan baik sebagai boundary maupun
strategis dalam penentuan kebi-jakan frontier. Boundary adalah garis-garis yang
pemerintah, baik untuk kepentingan tampak pada peta untuk menandai batas
nasional maupun hubungan antar negara kedaulatan suatu negara. Sebenarnya
(internasional). Menyadari akan hal terse- boundary bukanlah sebuah garis, mela-
but, maka deskripsi dan analisis seputar inkan sebuah bidang tegak lurus yang
masalah wilayah perbatasan negara dalam memotong melalui udara, tanah dan
perspektif hukum internasional akan lebih lapisan bawah tanah dari dua negara
difokuskan pada beberapa aspek penting, berdekatan. Bidang ini tampak pada
antara lain mengenai konsepsi perbatasan permukaan bumi karena memotong per-
wilayah negara, kedaulatan negara atas mukaan dan ditandai pada tempat-tempat
wilayahnya, pene-tapan wilayah perba- yang dilewati. Pemotongan lapi-san ba-
tasan negara berda-sarkan konsep hukum wah tanah menandai batas operasi
internasional, dan teori pengelolaan wila- penambangan lapisan biji dari dua negara
yah negara. berdekatan. Demikian pula lapisan udara
menandai batas yang menjaga dengan
PEMBAHASAN hati-hati ruang udara di antara kedua
1. Konsepsi Perbatasan Wilayah negara yang berbatasan. Sedangkan
Negara frontier digambarkan sebagai daerah
Perbatasan wilayah negara, dikon- geografi politik dan ke dalamnya per-
sepkan sebagai pemisah unit regional luasan negara dapat dilakukan. Frontier
geografi (fisik, sosial, budaya) yang merupakan sebuah daerah, walau tidak
dikuasai oleh suatu negara. Menurut selalu daerah yang memisahkan dua
Hayati dan Yani, bahwa secara politis negara atau lebih.4
batas negara adalah garis kedaulatan yang Dinamika perkembangan pemikiran
terdiri dari daratan, lautan, termasuk tentang perbatasan negara menunjukkan
potensi yang berada di perut bumi, dan adanya dua jenis perbatasan yang
ruang angkasa (udara).2Posisi perbatasan memiliki perbedaan yang sangat signi-
wilayah negara yang begitu strategis fikan, yaitu perbatasan alamiah dan per-
tersebut dipertegas oleh Starke, bahwa batasan buatan. Perbatasan alamiah terdiri
perbatasan merupakan salah satu mani- atas gunung-gunung, sungai-sungai,
festasi penting dalam suatu negara dan
bukan hanya sekedar suatu garis imajiner 3J.G. Starke. Pengantar Hukum Internasional.
di atas permukaan bumi, melainkan Bandung: Sinar Grafika, 1972, hlm. 95. Baca juga
dalam Mahendra Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 22.
2Sri Hayati dan Ahmad Yani. Geografi Politik. 4Martin I. Glassner. Political Geography. New

Bandung: Refika Aditama, 2007, hlm. 19. Baca juga York: John Wiley & Sons Inc., 1993, hlm. 73-75. Juga
dalam Mahendra Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 22. dalam Mahendra Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 23.

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 1 April 2020 | 169


pesisir pantai, hutan-hutan, danau-danau, ra-bangsa karena mem-berikan kekuatan
dan gurun di mana hal-hal tersebut bagi negara untuk menentukan bagai-
membagi wilayah dua negara atau lebih. mana sejarah bangsa dibentuk, menen-
Istilah perbatasan alamiah yang dipakai tukan symbol-simbol apa yang dapat
dalam pengertian politis, memiliki suatu diterima secara luas, dan menentukan
arti yang jauh lebih penting. Perbatasan identitas bersama secara normatif mau-
alamiah menunjukkan garis yang pun secara kultural. (7) Fungsi pencapaian
ditentukan oleh alam, sampai garis mana kepentingan domestik: Perbatasan ber-
suatu negara dianggapdiperluas atau fungsi untuk memberikan batas geografis
dibatasi dari atau sebagai perlindungan bagi upaya negara untuk mencapai
terhadap negara lain. Sedangkan perba- kepentingan nasional di bidang politik,
tasan buatan terdiri dari baik tanda-tanda sosial, ekonomi, pendidikan, pem-ba-
yang ditujukkan untuk mengindikasi ngunan infrastruktur, konservasi ener-gi,
garis perbatasan imajiner, atau paralel dan sebagainya.
dngan garis bujur atau garis lintang.5
Menurut Suryo Sakti Hadiwi-joyo, 2. Kedaulatan Negara atas Wilayah
Wilayah perbatasan setidaknya memiliki Asal mula kata “kedaulatan” dalam
tujuh (7) macam fungsi utama, yaitu: (1) bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab
Fungsi militer-strategis: Dalam konteks ini “daulah” atau “daulat” yang berarti ke-
perbatasan berfungsi untuk memenuhi kuasaan atau dinasti pemerintahan. Istilah
kebutuhan militer-strategis suatu negara, ini disamakan juga dengan sovranita
terutama pembangunan sistem pertaha- dalam bahasa Italia, souvereignty/ so-
nan laut, darat dan udara untuk menjaga vereygnty dalam bahasa Inggris yang juga
diri dari ancaman eksternal. (2) Fungsi disamakan dengan kata souvereiniteit,
ekonomis: Perbatasan berfungsi sebagai souverreinet dan sovranus. Kata-kata
penetapan wilayah tertentu dimana suatu tersebut berasal dari bahasa Latin su-
negara dapat melakukan kontrol terhadap peranus yang berarti tertinggi, atau dalam
arus modal, perdagangan antar negara, pustaka lain diartikan sebagai raja kepala
investasi asing, pergerakan barang antar negara yang tertinggi.6
negara. (3) Fungsi konstitutif: Berdasarkan Muhammad Yamin mencatat bahwa
konsep hukum internasional modern kedaulatan sebagai istilah kenegaraan
suatu negara berdaulat wajib memiliki untuk pertama kali dimunculkan pada
wilayah perbatasan yang terdefinisikan abad ke-16 oleh Jean Bodin (1530-1596)
dengan jelas. (4) Fungsi identitas nasio- dalam bukunya Les Six Livres de la
nal: Seba-gai pembawa identitas nasional, Republique (1576). Kedaulatan ketika itu
perba-tasan memiliki fungsi pengikat dimaknakan sebagai “la puissance absolue
secara emosional terhadap komunitas et perpetuelle d’une republique”, yang kalau
yang ada dalam teritori tertentu. (5) diterjemahkan secara bebas berarti
Fungsi persatuan nasional: Melalui pem- “kekuasaan absolut dan berlangsung
bentukan iden-titas nasional perba-tasan terus-menerus dalam sebuah republik”.
ikut menjaga persatuan nasional. (6) Pendapat Jean Bodin tersebut mengan-
Fungsi pemba-ngunan negara-bangsa: dung pengertian, bahwa kedaultan itu
Per-batasan sangat membantu dalam
pem-bangunan dan pe-ngembangan nega- Baca misalnya dalam Astim Riyanto. Negara
Kesatuan: Konsep, Asas dan Aktualisasinya. Bandung:
Yapemdo, 2006, hlm 41-42. Juga dalam Muhammad
5
J.G. Starke. Op Cit., hlm. 246-247. Juga dalam Yamin. Tata negara Majapahit, Sapta Parwa, Parwa III.
Mahendra Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 23. Tanpa Penerbit, Tanpa Tahun, hlm. 64.

170 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional


adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu Kedaulatan sebagai sebuah konsep
negara yang tidak boleh dibatasi oleh tradisional dimaknai sebagai:10
konstitusi, tetapi boleh oleh hukum ilahi 1. Setiap negara memiliki kedaulatan yang
dan hukum alamiah. Kadaulatan adalah sama.
piranti dalam tangan seorang raja dalam 2. Setiap negara tidak bisa melakukan inter-
bentukan monarki atau berada dalam vensi terhadap urusan negara lain.
genggaman tangan rakyatdalam suatu 3. Setiap negara memiliki yurisdiksi atas
negara berdasarkan demokrsi.7 wilayahnya secara eksklusif.
Dalam kaitan dengan arti dan mak- 4. Setiap negara dapat diberikan beban
na kedaulatan, Jean Bodin menyatakan tanggung jawab hanya atas persetujuan-
bahwa kedaulatan merupakan atribut dan nya secara sukarela.
ciri khusus dari suatu negara8yang 5. Setiap negara memiliki keputusan penuh
mengandung satu-satunya kekuasaan se- untuk menyatakan perang atau tidak.
bagai:9 6. Hukum internasional dapat berlaku bagi
(1) Asli, yang berarti tidak diturunkan dari suatu negara, manakala negara tersebut
sesuatu kekuasaan lain yang lebih tinggi; secara sukarela menyatakan diri terikat
(2) Tertinggi, yang berarti tidak ada dengan ketentuan-ketentuan dalam hukum
kekuasaan lain yang lebih tinggi yang internasional tersebut.
dapat membatasi kekuasaannya; Kedaulatan teritorial tersebut akan
(3) Bersifat abadi atau kekal (permanen), membawa konsekuensi bahwa negara
yang berarti kedaulatan tetap ada selama ternyata memiliki tanggung jawab terha-
negara tetap berdiri dap wilayahnya. Berbicara mengenai
(4) Tidak dapat dibagi-bagi karena hanya ada tanggung jawab negara, pada dasarnya
satu kekuasaan tertinggi saja; upaya masyarakat internasional untuk
(5) Tidak dapat dipindahtangankan atau mempersoalkan hak-hak dan kewajiban
diserahkan kepada pihak lain. negara telah dimulai sejaka abad ke-17
Kedaulatan dalam konteks politik dengan landasan teori kontrak sosial.
mempunyai arti sebagai kekuasaan politik Kemdian pada tahun 1916 American
tertinggi dan tidak ada sesuatu kekuasaan Institute on Intertional Law (AIIL) menga-
yang lebih tinggi dalam membuat dan dakan seminar dan menghasilkan Decla-
melaksanakan keputusan politik. Sedang- ration of the Right and Duties of Nations,
kan dalam konteks international, kedau- yang disusul dengan sebuah kajian
latan adalah kekuasaan tertinggi dari berjudul Fundamental Rights and Duties of
suatu negara untuk menjalankan peme- American Republics; dan sampai diram-
rintahannya sendiri secara penuh. pungkannya Konvensi Montevideo tahun
1933. Hasil Konvensi Montevideo ini
kemudian menjadi rancangan Deklarasi
7Muhammad Yamin. Ibid., hlm. 67. Juga tentang Hak dan Kewajiban Negara yang
dalam Mahendra Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 26; disusun oleh Komisi Hukum Interna-
8Suryo Sakti Hadiwijoyo, Batas Wilayah
sional (ILC) PBB pada tahun 1949. Namun
Negara Indonesia: Dimensi, Permasalahan dan Strategi Komisi tersebut tidak pernah berhasil
Penanganan (sebuah Tinjauan Empiris dan Yuridis),
Gava Media, Yogyakarta, 2009.
9J.G. Starke. Op Cit., hlm. 95. Juga dalam

Mahendra Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 22; Astin


Riyanto. Negara Kesatuan: Konsep, Asas, dan 10Jawahir Thontowi dan Pranoto
Akuntabilitasnya. Bandung: Penerbit Yapemdo, 206, Iskandar.Op Cit, hlm. 152. Juga dalam Mahendra
hlm 45. Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 28

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 1 April 2020 | 171


menghasilkan usulan yang memuaskan berdiri melalui pelaksanaan hak
negara-negara.11 menentukan nasib sendiri. 13

Hak dan kewajiban negara sebagai- (a) Self Determination: merupakan salah
mana diuraikan di atas harus dibarengi satu dari sumber hukum interna-
dengan tanggung jawab negara. Tang- sional karena sebagai salah satu
gung jawab negara ini muncul sebagai prinsip-prinsip hukum umum yang
akibat dari prinsip persamaan dan kedau- telah diakui oleh negara beradab
latan negara. Tanggung jawab merupakan yang dapat dijadikan sebagai salah
salah satu mata rantai dan bahkan sebagai satu pedoman untuk penentuan per-
mata rantai terpenting yang menghu- batasan suatu negara menurut hukum
bungkan pemerintah, janji (commitment) internasional. Pengertian hak untuk
dan status dengan percaya dalam hu- menentukan nasib sendiri (the rights of
bungan pemerintahan. Dengan demikian, self determination) dapat dijelaskan
dalam konteks Indonesia, tanggung jawab dalam 2 arti, yakni:
negara Indonesia, yang dalam hal ini (1) Hak menentukan nasib sendiri
dilaksanakan oleh pemerintah, adalah dapat diartikan sebagai hak dari
memenuhi/menempati janjinya dalam suatu bangsa dalam sebuah
rangka mewujudkan Indonesia yang negara untuk menentukan ben-
bersatu dan berdaulat serta melindungi tuk pemerintahannya sendiri.
segenap tumpah darah Indonesia seba- Hak demikian sudah diakui da-
gaimana tercantum dalam Pembukaan lam hukum internasional, khu-
UUD Negara Republik Indonesia.12 susnya dalam deklarasi mengenai
hak dan kewajiban negara-negara
3. Penetapan Wilayah Perbatasan Nega- yang dibuat oleh panitia hukum
ra Berdasarkan Konsep Hukum Inter- internasional pada tahun 1949
nasional dan dimuat dalam pasal 1 yang
Penentuan mengenai batas wila- menyebutkan: “Every state has the
yah suatu negara antara masa lalu dengan right to independence and hence to
perkembangan mutakhir di bidang hu- exercise freely, without dictation by
kum internasional telah mengalami any other state, all its legal powers,
perubahan. Dewasa ini batas wilayah including the choice of its own form
tersebut lebih ditentukan oleh proses- of gevornment”.
proses hukum internasional seperti self (2) Hak menentukan nasib sendiri
determination, asas uti possidetis, dan dapat berarti sebagai hak dari
perjanjian batas negara. Ketiga cara ini sekelompok orang atau bangsa
telah diakui oleh masyarakat internasional untuk mendirikan sendiri suatu
sebagai suatu cara dalam penentuan negara yangmerdeka.
wilayah bagi negara yang baru merdeka Meskipun Piagam PBB hanya
dari belenggu penjajah maupun yang baru sedikit memberikan pengaturan
tentang “self determination”, akan
tetapi Piagam PBB telah mem-
11Mahendra Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 32. berikan beberapa doktrin menge-
Prinsip-prinsip mengenai hak dan kewajiban nai hak penentuan nasib sendiri.
negara yang terkandung dalam rancangan Prinsip-prinsip mengenai penen-
Deklarasi tersebut dapat disimak dalam Jawahir
tuan nasib sendiri dengan jelas
Thontowi & Pranoto Iskandar. Op Cit., hlm. 112-
113.
12Mahendra Putra Kurnia. Op Cit; hlm. 34-35. 13 Saru Arifin. Op. Cit. Hlm. 60

172 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional


dimuat untuk pertama kalinya bahasa Inggris berarti “as you possess,
dalam Pasal 1 ayat (2) dan so you may possess”, sebagai milik
kemudian pasal 55 Piagam PBB. anda maka anda boleh memilikinya.
Dalam konteks, praktisnya prin- Ketentuan ini tidak diterapkan dalam
sip self determination sebagai pertanyaan owenershipdi depan pe-
dasar terbentuknya suatu negara ngadilan yang lebih menekankan
dan penguasaan wilayahnya, pada bukti-bukti formal. Dengan
telah dijadikan dasar oleh Mah- demikian, possessionmenunjukkan ke-
kamah Internasional dalam me- pada pengertian kepemilikan yang
mutus beberapa kasus di negara- tidak formal, sebagaimana dalam
negara yang memperjuangkan hukum perdata lebih bermakna pe-
kemerdekaan negaranya dan nguasaan faktual.15
dalam hal penentuan batas-batas Evolusi prinsip Uti Possidetis Juris ini
negaranya dari hukum perdata ke hukum
(b) Asas Uti Possidetis Juris: merupakan internasional dilakukan dengan dua
salah satu dari sumber hukum tujuan. Pertama, hal ini dimaksudkan
internasional karena sebagai salah untuk menegaskan klaim atas pro-
satu prinsip-prinsip hukum umum perti dalam suatu kedaulatan teri-
yang telah diakui oleh negara torial.Kedua, dimaksudkan untuk
beradab yang dapat dijadikan sebagai menyatakan barang milik (possession)
salah satu pedoman untuk penentuan yang secara faktual bersifat sementara
perbatasan suatu negara menurut dalam hukum perdata menjadi ber-
hukum internasional. Uti Possidetis status permanen secara hukum dari
Juris secara terminologi merupakan kedaualatan hak milik pada suatu
bahasa latin yang berarti “sebagai wilayah negara.16
milik anda” (as you possess). Secara Pada tahun 1986 prinsip ini oleh
historis, dalam hukum Romawi International Court of Justice (ICJ)
prinsip ini diterapkan dalam kasus diterapkan dalam kasus Burkina Faso
penaklukan wilayah seperti yang v. Republic of Mali. Dalam putusan-
dilakukan oleh penguasa Jerman nya tersebut dinyatakan sebagai
pada tahun 1871 atas Alsace Lor- berikut:“(Uti Possidetis) is a general
raine.14Dalam sistem hukum Romawi principle, which is logically with the
prinsip ini digunakan untuk termi- nomenon of obtaining independence,
nologi hukum perdata. Dalam wherever it occurs. Its obvious purpose is
konteksnya, terdapat dua perbedaan to prevent the independence and stability
terminologidari terjemahan Uti of new states being endangered by
Possidetis Juris, secara etimologi antara fratricidal struggles provoked by the
possession dan ownership dalam hu- changing of frontiers following the
kum perdata. Possession mengandung withdrawal of the administering power”.
arti kepemilikan melalui prosedur Prinsip ini oleh ICJ juga ditegaskan
yang baik tanpa melalui kekerasan berlaku bagi suatu negara bekas
dan kecurangan. Hakim Roma mene- jajahan di luar kasus Burkina Faso v.
rapkan Uti Possidetis yang terkenal
dengan Ita Possidetis yang dalam 15 Joshua Castellino. International Law and
Indogenous People.Martinus Nijhoff Publishers. 2005,
hlm. 99.
14 Helen Ghebrewebet, Helen. Loc. Cit. 16Joshua Castellino. Ibid. hlm. 100.

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 1 April 2020 | 173


Republic of Mali tanpa memper- terjadi karena adanya putusan
hatikan status hukum dan politik pengadilan (yurisprudensi
entitas sisi perbatasan yang ber- internasional) yang memutuskan
sangkutan. Penggunaan prinsip ini sengketa batas wilayah kedua negara
menurut sebagian ahli hukum atau adanya suatu perjanjian perba-
internasional seperti Paul R. Hensel tasan antarkedua negara tersebut.
Michael E. Allison, akan lebih Tujuan utama dari penggunaan prin-
menciptakan stabilitas di perbatasan sip utipossidetis de facto ini adalah
dibandingkan perbatasan negara- untuk mencegah terjadinya konflik-
negara yang tidak diwarisi oleh konflik yang didasarkan pada pere-
penjajah. Alasannya adalah bahwa butan perbatasan oleh negara-negara
para penguasa kolonial telah baru.Pada saat ini prinsip ini telah
meletakkan dasar-dasar batas negara menjadi bagian dari hukum kebia-
secara jelas dalam sebuah perjanjian, saan internasional.18Oleh sebab itu,
sehingga negara-negara yang baru melalui penerapan prinsip ini maka
merdeka dari penguasa penjajah tidak dimungkinkan lagi adanya
hanya akan meneruskan saja warisan klaim suatu wilayah yang didasarkan
perbatasan yang telah ditinggalkan pada terra nullis atas wilayah tak
oleh penjajah.17 bertuan.
Prinsip ini dalam dinamika sejarah- Selain itu, pasal 62 ayat (2) Konvensi
nya terbagi menjadi dua, yaitu uti Wina 1969 mengenai perjanjian
possidetis juris dan utipossidetis de facto. internasional menyatakan klausula
Brazil adalah satu-satunya negara rebussic stantibus atau tidak dapat
yang tidak mau menerima prinsip diberlakukan terhadap perjanjian
yang pertama, tetapi ia lebih memilih internasional yang mengatur menge-
prinsip yang kedua. Prinsip yang nai perbatasan negara. Keten tuan
kedua tersebut menegaskan, bahwa Pasal 62 ayat (2) Konvensi Wina 1969
kepemilikan suatu wilayah lebih adalah sebagai berikut:“A fundamental
didasarkan pada okupasi secara fisik change of circumtances may no be
daripada mengikuti wilayah pengua- invoked as a ground for terminating or
sa kolonial. Sekedar contoh, Brazil withdrawing from treaty: (a). If the treaty
merupakan salah satu negara yang establishes a boundary; or (b). If the
menggunakan doktrin ini untuk fundamental change is the result of a
mempertahankan argumentasi kepe- breach by the party invoking it either of
milikan wilayah perbatasan seluas an abligation under the treaty or of any
1810 Km di hadapan negara-negara the international obligation owed to any
bekas jajahan Spanyol, seperti Bolivia party of the treaty.
dan Peru. Meskipun prinsip ini men- Pernyataan ini dipertegas lagi dalam
dasarkan batas-batas wilayah suatu ketentuan pasal 62 ayat (2) Konvensi
negara pada batas-batas wilayah dari Wina tahun 1986 tentang Hukum
negara yang dulu mendudukinya, Perjanjian Antarnegara-negara de-
namun dalam kenyataannya batas- ngan Organisasi Internasional atau
batas wilayah suatu negara (yang Antara Organisasi-organsisasi Inte-
lama atau yang baru) dapat saja rnasional. Pasal 62 ayat (2) Konvensi
berubah. Perubahan tersebut dapat
18Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar.

17 Saru Arifin. Op. Cit. hlm. 67. Op Cit., hlm. 183.

174 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional


Wina tahun 1986 berbunyi sebagai Dalam konteks perjanjian perba-
berikut:“A fundamental change of tasan, di dalam hukum internasional
circumtances may no be invoked as a dikenal dua macam perjanjian, yaitu
ground for terminating or withdrawing personal treaties dan imopersonal/dispositive
from treaty between two or more states treaties. Konsep ini kemudian diterapkan
and one or more international pada pergantian negara dalam hukum
organizations if the treaty establishes a intrenasional klasik, dengan ketentuan
boundary”.19 bahwa diartikan dengan perjanjian dis-
Sesuai dengan penjelasan di atas positive adalah perjanjian yang meli-
maka rezim hukum kebiasaan in- batkan tanah atau wilayah.Perjanjian
ternasional umum pun berlaku internasional yang membebani wilayah
mengikat secara penuh terhadap dengan status hukum, misalnya perjanjian
Indonesia, maka dapat dikatakan pangkalan militer, perjanjian perbatasan
bahwa keseluruhan wilayah Re- dan lain-lain.Sedangkan personal treaties
publik Indonesia adalah meliputi atau juga perjanjian yang bersifat politis
seluruh wilayah eks-koloni Belanda. dapat berbentuk bilateral atau multi-
(c) Perjanjian Perbatasan: Perjanjian lateral, misalnya perjanjian-perjanjian
perbatasan termasuk sebagai perjan- persektuan, netralitas, dan penyelesaian
jian internasional yang telah dibuat perselisihan secara damai.20
atau disepakati oleh dua negara atau Secara yuridis dengan adanya ke-
lebih yang saling berbatasan satu tentuan rebus sic stantibus atau
sama lain yang dapat dijadikan perubahan yang mendasar dari
sebagai salah satu pedoman untuk keadaan yang menguasai perjanjian
penentuan perbatasan suatu negara dapat membuat perjanjian dispositive
menurut hukum internasional. Batas- tidak berlaku. Dengan timbulnya
batas negara pada awalnya terjadi negara baru dari wilayah bekas
berdasarkan histories yuridis, artinya jajahan bisa asaja menganggap bahwa
perbatasan tersebut ditetapkan oleh perjanjian mengenai pangkalan
para penguasa wilayah-wilayah ter- militer asing tidak lagi berlaku,
sebut pada masa dahulu, baik secara karena situasinya sekarang sudah
tertulis maupun cara lainnya yang secara fundamental berubah.
berlaku pada waktu itu, dan Namun demikian, telah ada suatu
ketetapan tersebut dilanjutkan oleh konsensus umum bahwa perjanjian
pemerintahan atau penguasa kedua perbatasan sebagai suatu perjanjian
wilayah tersebut. Selain itu terdapat dispositive tetap harus beralih dan
perbatasan negara yang ditetapkan diakui oleh negara pengganti. Bahkan
secara bersama oleh suatu peme- perubahan keadaan yang mendasar
rintahan yang ada, karena terdapat tidak diperkenankan untuk memba
bagian-bagian perbatasan negara talkan perjanjian perbatasan, dan
yang tidak jelas posisinya atau ketentuan ini dirumuskan dalam
adanya perkembangan baru di daerah pasal 62 ayat (2) Konvensi Wina
tersebut. mengenai perjanjian. Ada dua alter-
natif teori yang digunakan untuk
19 Malcolm N. Shaw. Title to Territory in menganalisis sikap negara-negara ba-
Africa: Intrnational Legal Issue. Oxford: Clarendon
Press, 1986, hlm 358.
20 Saru Arifin. Op. Cit. Hlm 70.

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 1 April 2020 | 175


ru terhadap perjanjian- perjanjian negara baru vis a vis perjanjian ter-
internasional sehubungan dengan sebut sepenuhnya bebas menerima
per-gantian negara, yaitu: atau menolak eksistensi perjanjian.
1. Teori negatif, dimana semua Berdasarkan hukum per-janjian inter-
perjanjian-perjanjian internasional nasional hal tersebut wajar karena
yang dibuat negara yang digan- perjanjian hanya me-ngikat pihak
tikan tidak mengikat negara peng- yang membuatnya dan tidak berlaku
ganti, teori ini juga disebut dengan bagi pihak ketiga. Pengecualian yang
clean the state principle. ada berkaitan dengan kepemilikan
2. Teori universal, dimana semua atas wilayah akibat terbentuknya ne-
perjanjian internasional yang di- gara baru ternyata terbentuknya
buat negara yang digantikan ber- negara baru tersebut tidak berpe-
alih secara langsung mengikat ngaruh terhadap perjanjian perba-
negara pengganti.21 tasan yang telah dibuat oleh pengu-
Cara lain untuk mengatur perpin- asa terdahulu, hal ini juga ditegaskan
dahan perjanjian internasional pada dalam konvensi Wina 1978 tentang
negara-negara baru adalah dengan suksesi Negara.
membuat inheritance agreement atau Berdasarkan kerangka teori tersebut,
devolution agreement. Menurut mak- maka penetapan wilayah Indonesia
nanya dapat diterjemahkan sebagai mengikuti prinsip self determination
perjanjian peralihan. Namun, ada dalam proklamasi kemerdekaannya,
juga yang berpendapat bahwa di- dan Uti Possidetis dalam penetapan
buatnya perjanjian peralihan ini, wilayah daratnya, yaitu mencakup
maka perjanjian multilateral yang seluruh wilayah bekas jajahan Be-
bersifat law making treaty langsung landa.
mengikat negara baru. Pada hakikatnya dalam kajian hukum
Perjanjian perbatasan antarnegara internasional tidak dikenal adanya
merupakan salah satu bentuk perjan- regulasi yang bersifat khusus yang
jian internasional yang tentu saja mengatur penetapan wilayah perba-
dalam pelaksanaannya mengikuti tasan darat antarnegara. ehubungan
asas-asas dan kaidah yang lazim dengan hal tersebut, dalam penen-
dalam hukum internasional. Doktrin tuan wilayah perbatasan darat antar-
ukum internasional mengajarkan bah- negara dapat ditentukan dengan
wa perjanjian tentang batas negara berdasarkan 2 (dua) cara, yakni:
bersifat final sehingga tidak dapat (a) Secara Alamiah.
diubah, negara pihak tidak dapat Penentuan batas darat secara alamiah
menuntut perubahan garis batas dapat terlihat dalam hubungan antara
setelah batas tersebut disepakati RI-Malaysia di Borneo/Kalimantan, di
bersama. Doktrin yang berlaku bagi mana perbatasan tersebut telah
negara yang baru merdeka, sesuai ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan
dengan hukum internasional adalah Belanda dan Inggris melalui Konvensi
clean state dimana negara baru tidak 1891 dan diperbaharui melalui
memiliki keterikatan untuk memper- Konvensi 1915. Selain antara
tahankan perjanjian yang dibuat pe- Indonesia dan Malaysia, kasus
merintah sebelumnya sehingga posisi terakhir adalah pasca lepasnya Timor
Timur dari Indonesia pada tahun
21 Saru Arifin. Ibid. Hlm. 71 1999 dan kemudian menjadi negara

176 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional


yang berdaulat penuh pada 20 Mei dengan menggunakan metode wa-
2002 dengan nama Republik Demok- trsheed apabila kedua belah pihak
ratik Timor Leste. Hal tersebut mem- (negara yang salin berbatasan) tidak
bawa konsekuensi bagi Indonesia mempunyai penafsiran yang sama
maupun Timor Leste dalam kaitan akan menimbulkan konflik antar-
dengan penetapan perbatasan darat. negara yang berbatasan tersebut. Hal
Dalam kasus dengan Timor Leste, ini disebabkan karena adanya per-
penetapan batas darat mengacu pada bedaan penafsiran kedua belah pihak
Perjanjian (treaty) antara kerajaan akibat perbedaan fakta di lapangan
Belanda dan Kerajaan Portugal yang dengan isi naskah dalam perjanjian.
ditandatangani pada 20 April 1859 di Berkaitan dengan hal tersebut, hu-
Lisabon dan kemudian pada tanggal kum internasional menyatakan per-
13 Agustus 1860 dilaksanakan per- lunya membangun kesamaan per-
tukaran ratifikasi. Selanjutnya perjan- sepsi dan saling percaya antara ne-
jian batas wilayah antara koloni gara-negara yang saling ber-batasan,
Belanda dan Portugal di Pulau Timor untuk mengupayakan jalan damai
secara rinsi ditetapkan melalui apabila timbul persengketaan yang
Perjanjian (konvensi) yang ditanda berkaitan dengan penetapan atau
tangani pada 1 Oktober 1904 di penegasan perbatasan darat. Kese-
Haque, di mana pada saat itu pakatan yang dicapai oleh kedua
Indonesia merupakan koloni dari belah pihak dalam penetapan perba-
Kerajaan Belanda, sedangkan Timor tasan di lapangan dapat dituangkan
Portugis (nama Timor Leste pada saat ke dalam field plan dan selanjutnya
menjadi koloni Portugal) merupakan dapat digunakan sebagai salah satu
koloni Portugal. acuan dalam penetapan perbatasan
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam darat.
bentuk idealnya pola penetapan batas (b) Secara Artifisial
secara alamiah yang dilakukan Perbatasan secara artifisial adalah
penguasa colonial merupakan upaya penetapan perbatasan darat dengan
untuk mempertimbangkan faktor cara buatan atau menggunakan
pengelompokan berdasarkan kesatu property antara lain berupa pilar,
an etnis yang tinggal di wilayah beacon, tugu, dan lain sebagainya di
perbatasan. Hal ini pada hakekatnya luar kenampakan-kenampakan alam.
konkuren dengan daerah batas pe- Penentuan perbetasan dengan cara
naklukan suatu daerah yang di- buatan/artifisial apabila disbanding-
peroleh dari kekuasaan tradisional kan dengan alamiah sudah barang
penguasa daerah tersebut. Metode tentu lebih praktis dan mudah untuk
lain yang digunakan adalah dengan dilakukan, sehingga mempermudah
mengikuti kontur alamiah daerah penetapan di lapangan.
perbatasan tersebut. Hukum inter- Perbatasan darat yang ditetapkan
nasional mengenal pendekatan ini dengan cara buatan atau artifisial
sebagai pendekatan atau metode adalah perbatasan antara Indonesia
watershed, yakni mengikuti aliran dengan papua New Guinea, dimana
turunnya air dari tempat yang lebih metode yang digunakan oleh Belanda
tinggi. Dalam praktiknya, penentuan dan Inggris dalam penentuan
atau penetapan perbatasan darat perbatasan koloni mereka di Papua

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 1 April 2020 | 177


adalah dengan menarik garis batas Yang dimaksud dengan alokasi di
yang menghubungkan 2 (dua) titil dalam teori ini adalah cakupan dari
koordinat yang masing-masing ter- wilayah suatu negara, termasuk di
letak di sebelah utara dan selatan mana wilayah yang berbatasan dengan
perbatasan.Apabila penarikan garis negara tetangganya. Perihal cakupan
batas secara lurus tersebut menying- wilayah ini, maka di dalam hukum
gung/mengenai sungai, maka berlaku internasional, telah diatur tentang cara-
prinsip thalweg yang mengenal bebe- cara bagaimana sebuah negara mem-
rapa variasi.22 peroleh atau kehilangan wilayahnya.
4. Teori Pengelolaan Perbatasan Wilayah yang pasti adalah salah satu
Stephen B Jones, dalam bukunya A unsur esensial dari eksistensi suatu
Handbook for Statemen, Treaty Editor and negara supaya dapat diakui secara
Boundary Commissioners, merumuskan internasional. Suatu entitas untuk dina-
teori terkait pengelolaan perbatasan.23Di makan negara adalah menggunakan
dalam teorinya tersebut, Jones membagi patokan dalam Pasal 1 Konvensi
ruang lingkup pengelolaan ke dalam Montevideo 1933.25Wilayah yang tetap
empat bagian, yaitu Allocation, Delimita- adalah wilayah yang didiami oleh
tion, Demarcation dan Administration. penduduk atau rakyat dari negara itu.
Keempat ruang lingkup tersebut saling Agarwilayah dapat dikatakan tetap,
terkait satu sama lainnya, menandakan maka harus ada batas-batasnya. Bia-
bahwa keempatnya merupakan satu sanya wilayah yang didiami pen-
rangkaian pengambilan keputusan yang duduk.
saling berkaitan dalam pelaksanaannya. Terkait dengan Indonesia, maka
1. Allocation (Alokasi)24 cakupan wilayah Indonesia adalah
seluruh wilayah yang diwariskan dari
penjajar Belanda.Hal ini sesuai dengan
prinsip hukum internasional Uti
22 Prinsip metode Thalweg adalah
menggunakan dasar sungai yang dapat dijadikan Possidetis Juris yang menyatakan bahwa
alur pelayaran sebagai acuan dalam penentuan suatu negara mewarisi wilayah
perbatasan antar negara. Namun demikian, penguasa penjajahnya.
meskipun penentuan perbatasan dengan meng- Contohnya konkrit dari prinsip ini
gunakan metode ini lebih praktis dan meng-
untungkan, metode ini cenderung mengabaikan
adalah merdekanya Timor Leste pada
faktor upaya memelihara kesatuan etnis yang tahun 2002.Dari sisi hukum interna-
mendiami wilayah perbatasan, sehingga secara sional, cakupan wilayah Indonesia
tidak langsung dapat menimbulkan potensi konflik memang tidak meliputi wilayah Timor
horizontal antarnegara, terutama berkaitan dengan
Leste karena Timor Leste dulunya
kesenjangan sosial dan ekonomi antarwarga/
penduduk di wilayah perbatasan. merupakan wilayah koloni Portugis.
23lihat Sobar Sutisna, Sora Lukita dan Ketika pada tahun 1976 terjadi apa
Sumaryo. “Boundary Making Theory dan Pengelolaan yang disebut sebagai integrasi, hal ini
Perbatasan di Indonesia”, Makalah Workshop Penge- harus dipandang sebagai sebuah
lolaan Wilayah Perbatasan, Diselenggarakan oleh
Jurusan Ilmu HI/UPN Veteran, Yogyakarta,
keputusan politik regional dan global
November 2008, hlm.12
24Elaborasi realtif memadai tentang Aspek

Alokasi dalam pengelolaan wilayah perbatasan 25Dalam pasal 1 Konvensi Montevideo 1933

dapat disimak dalam Victor Prescolt & Gillian D. dinyatakan, bahwa negara sebagai subjek dalam
Tringgs. International Frontiesrs and Bondaries. hukum internasional harus memiliki penduduk
Leiden-Boston: Martinus Nijhoff Publishers, 2008, tetap, wilayah tertentu, pemerintahan, kepastian
hlm. 61-64. untuk melakukan hubungan internasional.

178 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional


pada masa itu, sehingga mengubah Perundangan nasional lain yang
peta geopolitik dunia.26 terkait dengan wilayah Indonesia,
Contoh lainnya adalah terhadap status antara lain UU No.17 Tahun 1985
kedaulatan Pulau Miangas di Provinsi tentang ratifikasi UNCLOS yang me-
Sulawesi Utara dan Pulau Batek di ngatur tentang konsepsi archipelagic
Provinsi Nusa Tenggara Timur.Status state yang salah satu konsekuensinya
kedaulatan kedua pulau tersebut tidak adalah Indonesia berhak untuk
perlu diragukan lagi, keduanya ter- menentukan titik-titik garis pangkal
masuk ke dalam wilayah kekuasaan kepulauan, selain itu UNCLOS juga
Pemerintah Hindia Belanda, hal ini atas menjadi landasan hukum terkait
dasar hukum internasional adalah penarikan lebar laut wilayah, zona
menjadi wilayah Indonesia.27 tambahan, zona ekonomi ekslusif dan
Di dalam hukum nasional, perihal landas kontinen. Berbagai perundang-
cakupan wilayah Indonesia telah an nasional tersebut di atas merupakan
tercantum dalam berbagai peraturan rujukan hukum terkait cakupan wi-
perundangan.Rujukan tertinggi dengan layah Indonesia.
hal ini adalah Pasal 25A dari UUD RI 2. Delimitation (Penetapan Batas)28
yang menyatakan bahwa “Negara Setelah cakupan wilayah dike-
Kesatuan Republik Indonesia adalah tahui, maka fase selanjutnya adalah
sebuah negara kepulauan yang berciri mengidentifikasi area-area yang overla-
Nusantaradengan wilayah yang batas- pping atau harus ditentukan batasnya
batas dan hak-haknya ditetapkan - dengan negara tetangga. Proses ini
Undang-Undang”.Rumusan pasal ini dilakukan melalui diplomasi perba-
memiliki banyak arti dan interpretasi, tasan antarkedua negara yang
tetapi untuk sebuah negara berkem- berbatasan. Dalam konteks Indonesia,
bang seperti Indonesia yang wila- penetapan garis batas ini pun harus
yahnya sangat luas dan berpulau- merujuk pada prinsip Uti Possidetis
pulau serta memiliki kesulitan geo- Juris dalam penentuan perbatasan
grafis yang kompleks, rumusan seperti darat, dan rezim hukum laut dalam
itu akan lebih baik dan memerin- penentuan perbatasan di laut. Merujuk
tahkannya kepada perumusan dalam pada prinsip ini pula bahwa Indonesia
suatu undang-undang. mewarisi wialayah jajahan Hindia
Belanda, maka garis batas di darat juga
mengikuti apa yang sudah diper-janji-
26Robert J. King, “The Timor Gap, Wonosobo kan oleh Pemerintah Hindia Belanda
and the Fate of Portugese Timor” the Journal of the dengan Inggris dan Portugal sewaktu
Royal Australian Historical Society, Volume 88, Part I,
mereka masih menjajah negara tetang-
June 2008.
27Pulau Batek sempat diklaim oleh Timor ga. Oleh karena itu dapat disimpulkan
Leste sebagai bagian dari wilayahnya, Belanda telah bahwa batas darat telah dilakukan oleh
mengatur dan menguasai pulau tersebut melalui Pemerintah Hindia Belanda sehingga
berbagai ketentuan yang dikeluarkannya ketika Pemerintah Indonesia dengan Peme-
menjajah Indonesia, yaitu Lembaran Negara Hindia
Belanda (staatblad) No.331 Tahun 1916. Sedangkan
status kepemilikan Pulau Miangas ditetapkan oleh
mahkamah Arbitrase pada tahun 1928 yang 28 Elaborasi realtif memadai tentang Aspek
menyidangkan sengketa antara Belanda dan penetapan batas (delimitation) dalam pengelolaan
Amerika Serikat.Hakim Max Huber memutuskan wilayah perbatasan dapat disimak dalam Victor
kepemilikan pulau tersebut sebagai milik Belanda. Prescolt & Gillian D. Tringgs. Op Cit., hlm. 64-66.

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 1 April 2020 | 179


rintah Malaysia, Papua Nugini dan sendiri.Patok-patok per-batasan
Timor Leste. tersebut dibuat dalam bebe-rapa versi
Di Indonesia, delimitasi batas negara sesuai dengan jangkauan atau jarak
tetangga merupakan bagian dari border antarpatok perbatasan ter-sebut.
diplomacy yang selama ini telah berjalan Terkait dengan perbatasan darat antara
dan leading sektornya adalah Depar- Indonesia dengan negara tetangga,
temen Luar Negeri. Landasan bagi yang mana telah disepakati antara
Pemerintah Pusat cq. Departemen Luar Pemerintah Hindia Belanda dengan
Negeri dan Tim Delimitasi Batas Inggris dan Portugal di masa lampau,
Indonesia untuk melakukan berbagai maka Pemerintah Indonesia dan
negosiasi penetapan batas dengan pemerintah tetangga wajib mere-
negara tetangga adalah UU No.24 konstruksi perjanjian batas yang telah
tahun 2000 tentang Perjanjian ada tersebut, yakni:30
Internasional dan UU No.37 Tahun a. Perbatasan Indonesia – Malaysia:
1999 tentang Hubungan Luar Negeri. per-janjian batas antara Pemerintah
Adakalanya delimitasi batas antar- Hindia Belanda dan Kerajaan
kedua negara tidak disepakati maka Inggris melahirkan Treaty 1891,
negara yang berbatasan akan memilih konvensi 1915, dan Konvensi 1928.
untuk menyelesaikannya melalui ban- b. Perbatasan darat Indonesia-Papua
tuan pihak ke tiga sesuai dengan Nugini: perjanjian antara Indonesia
mekanisme penyelesaian sengketa dan Australia mengenai Garis-garis
yang diatur di dalam hukum inter- Batas Tertentu antara Indonesia dan
nasional. Papua Nugini yang merujuk kepada
Walau demikian proses delimitasi perjanjian antara Belanda dan
batas baik yang sedang maupun yang Inggris tahun 1891, dengan penam-
telah dirundingkan oleh Pemerintah bahan yang melengkapinya. Per-
Indonesia, forum yang menjadi wadah janjian ini telah diratifikasi melalui
dari setiap perundingan tersebut ada- UU No.6 Tahun 1973 tentang
lah sebuah forum yang sifatnya ad hoc, Pengesahan Perjanjian antara Indo-
yang akan selesai masa kerjanya ketika nesia dan Australia mengenai Garis-
garis batas telah disepakati. garis Batas Tertentu antara Indonsia
3. Demarcation (Penegasan Batas)29 dan Papua Nugini.
Demarkasi atau penegasan batas di c. Perbatasan darat Indoensia-Timor
lapangan merupakan tahapan selan- Leste: dasarnya adalah perjanjian
jutnya setelah garis batas ditetapkan antara Pemerintah Hindia Belanda
oleh pemerintah negara yang sering dan Portugis pada Tahun 1904 dan
berbatasan.Dalam konteks ini perba- Permanent Court Award (PCA) 1914
tasan sudah didefinisikan secara teknis yang kemudian dilakukan verifikasi
melalui pemberian tanda atau patok lapangan bersama yang dimulai
perbatasan, baik perbatasan alamiah tahun 2002. Pada tahun 2005, setelah
maupun buatan (artifisial).Hal itu seja- dilakukan survey reconnaissance dan
lan dengan pengertian perbatasan itu delineasi bersama, Pemerintah ke-
dua negara telah menyepakati Provi-
sional Agreement on Land Boundary
29Elaborasi realtif memadai tentang Aspek

penegasan batas (demarcation) dalam pengelolaan


wilayah perbatasan dapat disimak dalam Victor
Prescolt & Gillian D. Tringgs. Op Cit., hlm. 66-73. 30 Sobar Sutikna, Loc.Cit. hlm. 17.

180 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional


yang ditanda tangani pada tanggal 8 Besi, di mana status tanahnya masih me-
April 2005 di Dili, Timor Leste. rupakan daerah steril dan tidak dikelola
Jika diamati secara sekilas bahwa oleh kedua negara serta belum dilakukan
penegasan batas tidaklah sulit pengukuran oleh kedua negara.
karena sifatnya yang hanya mema- Kedua, segment Bijael Sunan – Oben
sang tanda di lapangan atas hal-hal dan segment Oben – Subina di perbatasan
yang sudah diperjanjikan; akan antara Kabupaten TTU Indonesia dengan
tetapi sesungguhnya berbagai faktor Distrik Oecuse Timor Leste. Segment ini
turut mempengaruhi di lapangan perlu diverifikasi ulang karena terjadi
misalnya perubahan alam dan per- klaim mengenai tanah adat lintas ne-
bedaan interpretasi terhadap treaty. gara.Ketiga, segment Dilumil – Memo di
Contoh kasus tentang perjanjian perbatasan antara Kabupaten Belu Indo-
Belanda dan Portugis terkait batas nesia dengan Timor Lesste. Segment ini
di pulau Timor yang menyatakan perlu di evaluasi kembali, karena ada
bahwa batas di sungai ditentukan delta di tengah sungai.
dengan teori thalweg. Namun fakta Setiap hasil yang telah disepakati
alamnya sangat sulit menentukan atau dikerjakan di dalam pekerjaan
thalweg di sungai-sungai Pulau penegasan batas akan dituangkan dalam
Timor, oleh karena itu tim teknis sebuah kesepakatan yang dapat berupa
kedua negara yang berada di Joint Memorandu of Understanding, Deklarasi,
Technical Sub Committee on Border agreement dan lain sebagainya. Perta batas
Demarcation dan Regulation berse- yang lebih detail dibandingkan dari
pakat untuk menggunakan titik te- ilustrasi umum batas yang dihasilkan dari
ngah sungai sebagai batas. delimitasi batas juga akan menjadi
dokumen dan hasil dari sebuah demarkasi
Terdapat tiga unresolved segments batas.
di perbatasan darat Indonesia-Timor Leste 4. Administration (Management)
belum disepakati secara baik, karena se- Pembangunan31
lain adanya perbedaan interpretasi ter- Dalam pengelolaan wilayah perba-
hadap treaty, namun terdapat pula per- tasan yang baik menurut theory of
kembangan sosial ke masyarakat yang boundary making, kegiatan adminis-
terjadi pasca penetapan batas oleh Hindia tration atau management pembangun-
Belanda dan Portugis. Oleh karena itu, an perbatasan dapat dilaksanakan
dipandang perlu untuk memverifikasinya secara overlapping dengan demarkasi.
kembali sebelum menetapkan batas. Hal ini didasarkan pada pertimbangan,
Ketiga Segment yang perlu di- bahwa dalam kenyataannya seringkali
verifikasi ulang itu adalah sebagai berikut. dihadapi kendala dan dinamika yang
Pertama, segment Noel Besi – Citrana di terjadi di lapangan menyangkut aspek
perbatasan antara Kabupaten Kupang In- ekonomi, sosial budaya dan politik,
donesia dengan Distrik Oecuse Timor sehingga seringkali dilakukan secara
Leste. Segment ini perlu diverifikasi ulang segmentasi, dan kegiatan administrasi
karena terjadi perbedaan interpretasi tim
teknis Indonesia dengan tim teknis dari Elaborasi realtif memadai tentang aspek
31

Timor Leste atas Traktat 1904. Hasil iden- administrasi (administration/management)dalam


tifikasi kasus menunjukkan adanya tanah pengelolaan wilayah perbatasan dapat disimak
dalam Victor Prescolt & Gillian D. Tringgs. Op Cit.,
sengketa di wilayah sepanjang sungai Noe
hlm. 66-73.

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 1 April 2020 | 181


atau management berjalan beriringan pilar yang dipasang di batas Sektor
dengan pelaksanaan penegasan batas Timur (main border) sesuai dengan
di lapangan, karena tahap ini meru- survei dalam artikel 10.
pakan bagian tindak lanjut dari Forum-forum kerjasama sebagai-
pemisahan hak dan kewajiban antar- mana diuraikan di atas sangat penting
negara akibat munculnya perbatasan keberadaanya untuk mengkomunikasi-
wilayah. kan setiap permasalahan yang muncul
Indonesia sendiri, pemerintah telah terkait sektor-sektor.
menjalin berbagai kerjasama dengan Berbagai pengaturan terkait per-
Pemerintah negara tetangga tentang batasan juga lahir melalui forum ini,
hal-hal tersebut. Kerjasama perbatasan seperti pengaturan lintas batas orang
itu antara lain telah dilakukan oleh dan barang, penjagaan keamanan
Pemerintah Indonesia dengan Malaysia perbatasan, karantina, bea cukai, imig-
dan Timor Leste dengan membentuk rasi, kerjasama ekonomi dan lain
General Border Committee. Demikian sebagainya. Setiap pengaturan dan
pula antara Indonesia dengan Papua kesepakatan yang diambil di dalam
Nugini juga telah membentuk Joint forum ini biasanya akan diadopsi ke
Border Committee. dalam sebuah agreement ataupun
Pada tahun 2001 dibentuklah Technical MOU. Tidak menutup kemungkinan,
Subcommittee on Border Demarcation and forum kerjasama perbatasan dalam
Regulation (TSc-BDR) untuk menangani ruang lingkup administrasi dan mana-
penyelesaian batas darat RI-RDTL. jemen perbatasan ini berbentuk forum
Selanjutnya, pada tanggal 20 Mei 2002, trilateral, atau bahkan multilateral
RI-RDTL mlai aktif menggalang kerja- yang sifatnya regional.
sama penyelesaian batas darat dalam Hal yang perlu digarisbawahi adalah
forum Joint Border Commitee (JBC RI- hal pengelolaan dan pemberdayaan
RDTL). Melalui forum kerjasama ter- perbatasan yang sifatnya nasional atau
sebut, ada beberapa hal penting yang ke dalam, berada di dalam ruang
disepakati oleh RI-RDTL mengenai lingkup manajemen pembangunan dan
batas negara: administrasi perbatasan ini. Oleh
1. Menggunakan Konvensi/Traktat 1 karena itu, di tahapan inilah Peme-
Oktober 1904 yang ditandatangani rintah Daerah dapat terlibat secara aktif
oleh Portugal dengan Belanda di dalam pengelolaan.
sebagai dasar penentuan batas RI-
RDTL, dalam hal ini berdasarkan PENUTUP
demarkasi kepemilikan tanah. Demikian gambaran tentang
2. 1914 Arbitral Award Rendered in wilayah perbatasan dalam perspektif
Exeution of Compromis Signed in hukum internasional. Beberapa hal
the Hague pada tanggal 3 April penting yang dapat ditarik dari uraian
1914. tersebut, antara lain:
3. Dokumen Oil Poli tanggal 9 Febru- (1) Diskursus seputar perbatasan negara
ari 1915 menguraikan sebaagian tidak akan mungkin terlepas dari
batas Oecuse sebagaimana hasil masalah wilayah suatu negara, karena
survei setelah keputusan Arbitrase, “batas negara” (state teritory) itu
termasuk daftar pilar batas. sendiri sesungguhnya merupakan pe-
4. Dokumen Mota Talas tanggal 22 misah unit regional geografi (fisik,
April 1915 yang menguraikan pilar-

182 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional


sosial, dan budaya) yang dikuasai (4) Dalam perkembangan dewasa ini ba-
oleh suatu negara. tas wilayah suatu negaradapat diten-
(2) Perbatasan wilayah negara memiliki tukan melalui proses-proses hukum
posisi yang sangat strategis, karena internasional,antara lain melaluiself
merupakan salah satu manifestasi determination, asas uti possidetis, dan
penting dalam suatu negara dan perjanjian batas negara.
bukan hanya sekedar suatu garis (5) Teori-teori yang berkenaan dengan
imajiner di atas permukaan bumi, mekanisme pengelolaan perbatasan
melainkan merupakan suatu garis negara melingkupi empat aspek
yang memisahkan satu daerah (ne- penting yang saling berkaitan satu
gara) dengan daerah (negara) lainnya. sama lain, yang dimulai dari aspek
(3) Kedaulatan suatu negara bersifat allocation, delimitation, demarcation dan
relative (relative souvereignty of state) administration.+++
atau tidak bersifat mutlak atau ab-
solut, karena pada batas-batas ter-
tentu harus menghormati kedaulatan
negara lain sebagaimana diatur me-
lalui hukum internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Glassner, Martin I. Political Geography.


Adji Samekto, Fx. Negara dalam Dimensi
New York: John Wiley & Sons Inc.,
Hukum Internasional. Bandung: PT
1993.
Citra Aditya Bakti, 2009.
Hadiwijoyo, Suryo Sakti.Batas Wilayah
Arifin, Saru.Hukum Perbatasan Darat Antar
Negara Indonesia: Dimensi, Permasa-
Negara. Jakarta: Penerbit Sinar
lahan dan Strategi Penanaganan (Suatu
Grafika, 2014.
Tinjauan Empiris dan Yuridis). Yog-
Cassese, Antonio.Self Determination of yakarta: Gava Media, 2009.
Peoples: A Legal Reappraisal.
Hadiwijoyo, Suryo Sakti.Batas Wilayah Ne-
Cambridge University, Press, 1995.
gara Indonesia: Dimensi, Permasalahan
Castellino, Joshua.International Law and dan Strategi Penanganan (sebuah
Indogenous People.Martinus Nijhoff Tinjauan Empiris dan Yuridis), Gava
Publishers. 2005. Media, Yogyakarta, 2009.
Djaljoeni, N. Dasar-dasar Geografi. Ban- Hambali, Yasidi.Hukum dan Politik Ke-
dung: Citra Aditya Bakti, 1990. dirgantaraan. Jakarta: Pradnya Para-
Ensiklopedia Umum. Jakarta: Jajaran Ka- mita, 1994.
nisius, 1973. Hayati, Sri & Yani, Ahmad. Geografi Poli-
Ghebrewebet, Helen.Identifying Units of tik. Bandung: Refika Aditama, 2007.
Statehood and Determining Interna- King, Robert J. “The Timor Gap, Wonosobo
tional Boundaries: A Revised Look at and the Fate of Portugese Timor”,the
the Doctrine of Uti Possidetis and the Journal of the Royal Australian His-
Principle of Self Determination. Verlag torical Society, Volume 88, Part I,
Peter Lang, 2006. June 2008.

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 1 April 2020 | 183


Kurnia, Mahendra Putra.Hukum Kewila- Simpson, G. J. “The Diffusion of Sovereignty:
yahan Indonesia: Harmonisasi Hukum Self Determination in the Post Colonial
Pengembangan Kawasan Perbatasan Age”. Stanford Journal of
NKRI Berbasis Teknologi Geospasial. International Law 32, 1996.
Jakarta: UB Press, 2011. Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional.
Non Name. ”Uti Possidetis”.dalam , Bandung: Sinar Grafika, 1972.
http://id.wikipedia.org/wiki/Uti_pos Sumaryo, Suryokusumo.Studi Kasus Hu-
sidetis, diakses pada 25 januari 2015 kum Organisasi Internasional. Ban-
pukul 20.04 WIB. dung: Penerbit Alumni, 1997.
Parthiana, I Wayan.Pengantar Hukum Sutisna, Sobar dkk. “Boundary Making
Internasional. Bandung: Mandar Theory dan Pengelolaan Perbatasan di
Maju, 1990. Indonesia”, Makalah Workshop Penge-
Prescolt, Victor & Tringgs, Gillian D. lolaan Wilayah Perbatasan, Diseleng-
International Frontiesrs and Bondaries. garakan oleh Jurusan Ilmu HI/UPN
Leiden-Boston: Martinus Nijhoff Veteran, Yogyakarta, November
Publishers, 2008. 2008.
Riyanto. Astim.Negara Kesatuan: Konsep, Thontowi, Jawahir dan Iskandar, Prano-
Asas dan Aktualisasinya. Bandung: to. Hukum Internasional Kontemporer.
Yapemdo, 2006. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.
Rochimuddin. “Sumber Hukum Interna- Thornberry, P. The Democratic or Internal
sional”, dalam http://pkndisma Aspect of Self Determination.Martinus
.blogspot.com/2013/01/sumber- Nijhoff Publishers, 1993.
hukum-internasional.html, diakses Yamin, Muhammad.Tata negara Majapahit,
pada tanggal 18 februari 2015 pukul Sapta Parwa, Parwa III. Tanpa
20.15 WIB. Penerbit, Tanpa Tahun.
Shaw, Malcolm N. Title to Territory in
Africa: Intrnational Legal Issue.
Oxford: Clarendon Press, 1986.
Sianturi, Eddy MT & Nafsiah. “Strategi
Pengembangan Perbatasan Wilayah
Kedaulatan NKRI” dalam Mahen-
dra Putra Kurnia. Hukum Kewila-
yahan Indonesia: Harmonisasi Hukum
Pengembangan Kawasan Perbatasan
NKRI Berbasis Teknologi Geospasial.
Jakarta: UB Press, 2011.

184 | Wilayah Perbatasan Negara dalam Perspektif Hukum Internasional

Anda mungkin juga menyukai