Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GEOGRAFI POLITIK

“Batas Negara dan Politik”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geografi Politik

Kelompok 1 :
Adek Eka Putri 20045001
Pravitya Aditha Rizqa 20045022
A’isyah Aulia 20045035
Rahmat Ilahi 20045065
Zah Jatul Jannah 20045123

Dosen Pengampu :
Dr. Afdhal M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamuala’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Mata Geografi Politik.

Makalah ini berisikan tentang materi “Batas Negara dan Politik”. Harapan kami,
makalah ini dapat meningkatkan pemahaman saya akan ilmu-ilmu Politik didalam
masyarakat dan dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tentunya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang
telah banyak membantu. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih banyak kepada
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini serta guna penyempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Padang, 02 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
1. Pengertian Batas Negara.........................................................................................2
2. Batas-Batas Wilayah Negara..................................................................................3
3. Politik.....................................................................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
PEMBAHASAN..............................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batas-batas wilayah suatu negara menempati posisi yang penting dilihat dari
aspek geografis, hukum maupun politis. Secara geografis, batas wilayah menandai
luas wilayah suatu negara yang meliputi daratan, lautan dan udara yang ada di atasnya.
Secara hukum, batas wilayah negara menentukan ruang lingkup berlakunya hukum
nasional suatu negara, sedangkan secara politik batas wilayah negara merupakan akhir
dari jangkauan kekuasaan tertinggi suatu negara atas wilayah dan segala sesuatu yang
ada di dalam wilayah tersebut. Wilayah suatu Negara dipisahkan oleh batas wilayah
negara lainnya dan berfungsi sebagai pembatas daerah kedaulatan suatu negara.
Pengenalan dan pemahaman batas wilayah erat hubungannya dengan pelaksanaan
pembangunan, kesejahteraan dan pertahanan keamanan negara.
Politik adalah art to govern (Seni memerintah), berasal dari Bahasa Yunani untuk
menyebut suatu kegiatan manusia dalam hubungannya dengan persoalaan kenegaraan.
Sebutan politik, pertama menunjuk pada persoalan kesejahteraan rakyat dan kedua
politik menunjuk pada perilaku Pemerintah yang menjalankan kekuasaan untuk
memerintah yang diberikan oleh rakyat. Politik adalah salah satu aktivitas warga
Negara untuk menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Politik mengatur
hak dan kewajiban serta kebebasan bagi setiap warga Negara yang dituangkan dalam
bentuk peraturan dan dengan undang-undang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan batas negara ?


2. Apa saja batas-batas wilayah negara ?
3. Apa yang dimaksud dengan politik ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Batas Negara

Batas merupakan pemisah unit regional geografis (baik secara fisik, maupun
sosial-budaya) yang dikuasai oleh suatu negara. Secara politis, batas negara
adalah garis kedaulatan yang terdiri dari daratan, lautan, dan ruang udara di
atasnya, termasuk potensi yang berada di perut bumi. Sejumlah literatur asing
terkadang menggunakan terminologi “border”, “boundary”, maupun “frontier”
secara bergantian untuk memaknai kata “batas”. Batas negara merupakan salah
satu elemen penting dalam suatu negara yang membatasi hingga sejauh mana
kedaulatan negara dapat dijalankan.
Batas-batas wilayah negara sangat diperlukan untuk melaksanakan hak dan
kewajiban negara baik berdasarkan hukum nasional maupun hukum
internasional. Batas-batas wilayah negara ditetapkan berdasarkan konvensi
hukum laut 1982, yang sebelumnya ditetapkan oleh konvensi Geneva tahun
1958 tentang laut teritorial dan zona tambahan. Akan tetapi dalam konvensi
Geneva tersebut perangkat hukum bagi penetapan batas-batas wilayah negara
kepulauan belum ada.
Penetapan Batas ,Menurut Srebro dan Shoshany (2013), teori boundary-
making modern yang digunakan dalam praktik batas internasional dibangun
sejak tahun 1896. Dalam teori boundary-making, dikenal istilah ‘delimitasi’ yang
didefinisikan sebagai sebuah proses dua tahap, yaitu memilih dan mendefinisikan
garis batas wilayah di dalam perjanjian, yang lebih menyangkut aspek hukum
(Jones, 1945). Dalam perkembangannya, pada tahun 1983, Nichols
mengembangkan teori boundary-making yang digunakan untuk batas wilayah
maritim, dalam Tidal Boundary Delimitation.
Menurut Nichols, proses boundary-making batas wilayah maritim disebut
‘delimitation’ (‘delimitasi’), yaitu proses mewujudkan batas wilayah maritim
melalui deklarasi, perjanjian atau judicial settlement. Delimitasi lebih lanjut
diatur dalam Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982 (United Nations
Convention on the Law of the Sea 1982/ UNCLOS 1982) sebagai instrumen
hukum internasional yang menyebutkan bahwa negara memiliki kewajiban untuk
menetapkan batas laut dengan negara tetangganya melalui perundingan. Sesuai
ketentuan UNCLOS 1982, delimitasi batas Laut Wilayah di mana terdapat klaim
tumpang tindih dapat diselesaikan dengan prinsip garis tengah (median line) dan
sama jarak (equidistance), yakni batas Laut Wilayah ditentukan oleh “garis

2
tengah yang titik-titiknya sama jaraknya dari titik-titik terdekat pada garis-garis
pangkal darimana lebar Laut Wilayah masingmasing negara diukur”.

2. Batas-Batas Wilayah Negara

Dalam hukum internasional, setiap negara memiliki kewenangan untuk


menetapkan sendiri batas-batas wilayahnya. Namun begitu karena semua negara
di dunia ini secara geografis saling berhubungan dan berbatasan wilayahnya satu
dengan yang lain, terutama untuk wilayah daratan, maka dalam menetapkan
wilayah diperbatasan tak bisa melaksanakannya secara sepihak tanpa perjanjian
dengan negara lain. Untuk itu perlu kesepakatan di antara negaranegara dalam
penetapan perbatasan wilayahnya.
Secara teoretis, literatur dan para pakar sepakat bahwa wilayah merupakan
salah satu dari 4 (empat) elemen pembentuk (constitutive element) suatu negara
untuk dapat diakui sebagai subjek hukum internasional. Pasal 1 Montevideo
Convention on Rights and Duties of States 1933, menuangkan 4 (empat) elemen
pembentuk suatu negara sebagai berikut:
1. Penduduk yang permanen (permanent population)
2. Wilayah tertentu (defined territory)
3. Pemerintahan (government)
4. Kemampuan untuk menjalin hubungan dengan negara lain (capacity to enter
into relations with other states).

Terminologi “defined territory” atau wilayah tertentu diartikan sebagai


batas wilayah di mana kekuasaan negara itu berlaku. Setiap negara harus
memiliki wilayah atau territorial yang tampak nyata dengan batas-batas yang
dapat dikenali baik dalam arti faktual (nyata batas wilayahnya) maupun yuridis
(nyata dikuasai atau negara menjalankan kedaulatannya di wilayah tersebut).
Jenis- jenis wilayah suatu Negara :
1. Wilayah Daratan

Wilayah daratan yang dimiliki negara bisa saja dimiliki oleh negara lain.
Wilayah tersebut biasanya dimiliki oleh negara terletak dalam satu benua
atau pulau yang sama. Dalam hal ini, batas wilayah suatu negara disepakati
melalui perjanjian antarnegara (perjanjian internasional). Batas wilayah darat
suatu negara terdiri dari batas alamiah, yakni batas yang terjadi secara
alamiah seperti pegunungan, sungai, dan hutan, batas buatan yakni batas
yang sengaja dibuat oleh manusia bisa berupa pagar tembok, kawat berduri,

3
dan pos penjagaan, serta batas geografis. Batas geografis merupakan batas
wilayah suatu negara yang ditentukan berdasarkan letak geografis, yakni
melalui garis lintang dan garis bujur. Misalnya negara Indonesia terletak di
6ºLU- 11ºLS, 95ºBT-141ºBT.

2. Wilayah Lautan

Wilayah lautan hanya dimiliki oleh negara-negara tertentu. Artinya, tidak


semua negara memiliki wilayah laut, terlebih pada negara yang terletak di
tengah-tengah benua. Negara yang tidak memiliki wilayah laut disebut
negara land-locked. Berdasarkan Konferensi Hukum Laut Internasional III di
Jamaika yang diselenggarakan oleh PBB (UNCLOS) pada 10 Desember
1982, batas wilayah laut terdiri dari laut teritorial, zona bersebelahan, zona
ekonomi eksklusif (ZEE), landas kontinen, dan landas benua.
Laut teritorial adalah wilayah yang menjadi hak suatu negara. Lebarnya
adalah 12 mil diukur dari pulau terluar dari kepulauan suatu negara pada saat
laut surut. Selanjutnya, zona bersebelahan adalah wilayah laut dengan lebar
12 mil laut teritorial suatu negara.
Adapun ZEE merupakan wilayah laut dengan lebar 200 mil ke laut bebas.
Sedangkan landas kontinen yaitu daratan yang terletak dibawah permukaan
laut luar teritorial dengan kedalaman 200 meter atau lebih. Sementara itu,
landas benua memiliki lebar lebih dari 200 mil laut.

3. Wilayah Udara

Wilayah udara suatu negara ditentukan oleh perjanjian internasional


Konvensi Paris tahun 1919 dan Konvensi Chicago tahun 1944. Menurut
Konvensi Paris, negara merdeka dan berdaulat berhak mengadakan
eksplorasi dan eksploitasi di wilayah udaranya. Seperti kepentingan radio,
satelit, dan penerbangan. Batas wilayah udara juga dapat dilihat dari tiga
teori tentang konsepsi wilayah, yakni Teori Udara Bebas (Air Freedom
Theory) dan Teori Negara Berdaulat di Udara (The Air Sovereignty), dan
Teori Udara Schacter.

4. Wilayah Ekstra Teritorial

Selain ketiga wilayah di atas, suatu negara juga memiliki wilayah yang
terletak di luar negara. Wilayah suatu negara yang berada di luar wilayah
negara itu disebut wilayah ekstrateritorial. Contohnya adalah kantor

4
kedutaan besar suatu negara yang terletak di negara lain dan kapal asing
yang berlayar di laut bebas dengan menggunakan bendera suatunegara.

Bentuk-Bentuk Batas Negara

a) Batas Wilayah Negara di Udara

Kedaulatan suatu negara atas wilayah udara mengikuti wilayah darat dan
laut sampai suatu ketinggian yang disebut ruang angkasa. Sampai saat ini
belum ada kesepakatan dalam hukum international mengenai batas wilayah
udara suatu negara. Yang dipakai sebagai pedoman adalah sampai suatu
batas di mana pesawat udara masih bisa terbang diruang udara.
Di wilayah ruang angkasa saat ini berlaku prinsip common heritage of
mankind, yang berarti ruang angkasa dijadikan sebagai warisan bersama
umat manusia, di mana tidak ada satu negara pun didunia ini yang bisa
melaksanakan yurisdiksinya diwilayah dimaksud. Secara horizontaly,
perbatasan wilayah udara mengikuti batasbatas lautan teritorial Indonesia,
baik yang ditetapkan secara sepihak maupun dengan perjanjian dengan
negara tetangga.

b) Batas Wilayah Negara di Darat

Wilayah perbatasan darat antarnegara pada umumnya ditentukan


berdasarkan 2 methode, yaitu secara alami dan penetapan secara artificial.
Penetapan perbatasan secara alamiah dapat dilihat dalam hubungan antara
Indonesia dengan Malaysia diKalimantan, dimana perbatasan dimaksud telah
ditetapkan oleh pemerintahkolonial dalam Koncensi I89I dan Konvensi I9I5.
Pada prinsipnya penetapan batas wilayah itu mempertimbangkan faktor
penggolongan berdasar kesatuan etnik yang tinggal diwilayah perbatasan.
Methode lainnya yang dipakai yakni dengan mengikuti contur alami
daerah perbatasan dimaksud. Hukum internasional mengenal pendekatan ini
sebagai pendekatan watershed, yaitu mengikuti aliran turunnya air dari
tempat yang lebihtinggi. Dalam prakteknya, mekanisme ini banyak
timbulkan permasalahan dan masalahdalam hubungan antara dua negara.
Permasalahan akan timbul karena perbedaan penafsiran keduabelah pihak
akibat fakta dilapangan yang lain dan beda dengan substansi naskah
perjanjian. Dalam keterkaitan ini, hukum international tekankan perlunya
good faith keduapihak untuk mengenyaampingkan pendekatan kekerasan
dan sebaliknya prioritaskan untuk cara penyelesaian secara amandamai.
Kesepakatan yang dicapai keduapihak sehubungan dengan output penetapan
dilapangan berdasar penerapan method ini umumnya dituangkan didalam

5
field plan dan berperan sebagai salahsatu referansihukum dalam penetapan
perbatasan daratan. Sebaliknya perbatasan darat yang ditentukan secara
artificial seperti dalam hubungan R1 dengan Papua Nugini mendapatkan
faedah praktis dimana garis batas lebih mudah ditetapkan dilapangan.
Perbatasan wilayahnegara Indonesia/R1 didarat pada prinsiepnya mengikuti
batasbatas yang telah mendapat kesepakatan oleh Pemerintah Kolonisl
Hindia Belanda pada saat Indonesia belum memperoleh kemerdekaannya.
Apabila dilihat secara menyeluruh, maka itudalam praktik/perjanjian yang
dilakukan Indonesia dengan negara tetangga, terdapat beberapa mekanisme
yang dipakai, yaitu :
a. Watersheds (punggung gunung) yang memisahkan aliran air, seperti di
Serawak dan sebagian Sabbah;
b. Garis garis lurus yang mempertautkan titiktitik dengan kordinat tertentu,
seperti diKalimantan Timur dan sbagian Papua;
c. Sungai sungai yang umumnya merupakan dibagian alur paling dalam
yang dipakai buat alurpelayaran;
d. Batasbatas lainnya berdasar perjanjian seperti di Timor.
Perbatasan darat antara Indonesia dengan negaranegara tetangga yang
telah ditetapkan adalah :
a. Perbatasan daratan antara Indonesia dan Malaysia di Kalimantan,
termasuk laut teritorial (di Laut Sulawesi) disahkan dengan Wet. No. 53
Tahun I892;
b. Perbatasan daratan antara Indonesia dengan Timor Leste sampai garis air
rendah, mengikuti perjanjian yang telah dilaksanakan sebelumTimor
Leste bergabung dengan Indonesia, disahkan dengan Wet. No.038
Tahun I905;
c. Perbatasan darat yang berdampingan dengan Papua Nugini (dipantai
utara dan selatan hingga dengan garis air rendah), disahkan dengan UU
No. 6 Tahun I973.

c) Batas Wilayah Negara di Laut

Kedaulatan negara pada perairan kepulauan selain wilayah daratan dan


perairanlaut pendalamannya dan juga meliputi suatu jalur laut yang
berbatasan yang disebut dengan laut teritorial. Kedaulatan ini meliputi ruang
udara diatas laut teritorial serta dasar laut dan tanah dibawahnya. Kedaulatan
diatas laut teritorial ini dilaksanakan dengan tunduk pada ketentuan-
ketentuan Konvensie Hukum Laut International dan peraturan hukum
internasional lainnya.
Perbatasan laut Indonesia mencakup beberapa jawasan laut :
1. Perairan Pedalaman Indonesia.

6
Konvensi Hukum Laut (UNCL0S)0I982 memungkinkan Indonesia
menetapkan perairan pedalaman dimaksud yang status hukumnya sangat
bersamaan dengan wilayah darat sesuatu negara, dalam arti kapal-kapal
asing pun tidak mempunyai hak lintas secara damai (innocent pasage)
melalui perairan pendalaman tersebutitu.

2. Perairan Kepulauan atau Peraoran Nusantara


Perairan Kepulauan (archipelago waters) adalah perairan yang dikitari
oleh garis-garis lurus yang mempertautkan titik- titik paling luar dari
pulau paling luar Indonesia yang mekanisme penentuannya ditetapkan
dalam UNCL0S I982. Dengan diumumkannya wawasan
nusantara/wanus Indonesia (Deklarasi Djuanda) tertangga I3 December
I957 yang selanjutnya dikaitkan dengan UU No. 4/Prp./I960, maka
batas-batas paling luar perairan Indonesia dimaksud telah diumumkan
di PBB.

3. Laut Teritorial/Laut Wilayah


Pada awal kemerdekaan R1, wilayah perairanlaut Indonesia diatur
berdasar TZMKO (Territoriale Zee-en Maritime Kringen Ordonantie)
tahun I933, dituangkan didalam Staatsblad I933 Nomer 422, berlaku
mulai tanggal 25 September I933, yang merupakan warisan pemerintah
Hindia Belanda, dimana Pasal I Ordonantie dimaksud menyatakan
bahwasannya rentang laut wilayah Indonesia adalah 3 mile laut ditaksir
dari garis air rendah dari pulaupulau yang termasuk dalam daerah
Indonesia.

4. Zone Tambahan
Kedaulatan suatu negara berhenti di laut teritorial. Setelah laut
teritorial terdapat zone tambahan, dizona ini suatu negara tidak bisa lagi
melaksanakan kedaulatannya, namun negara yang bersangkutan masih
di perbolehkan untuk melaksanakan pengawasan dibidang beacukai,
fiskaal, saniteri dan imigrasi serta melaksanakan peraturan perundang-
undangannya pada di wilayah tersebut. Sampai sekarang pemerintah
Indonesia belum sekalpun mengeluarkan peraturan perundang-
undangannya yang mengatur tentang zone tambahan dimaksud. Apabila
Indonesia sudah menetapkan zone tambahan, maka untuk bahagian-
bahagian laut yang berhadapan dengan negara-negara tetangga,
dimana rentang laut dimaksud kurang dari 48 mile laut, sudah tentu perlu
dilakukan perundingan perundingan untuk penetapannya, utamanya
dengan Malaysia di Semenanjung Malaya dan dengan Philipinna di
Sulawesi Bagian Utara.

5. Exclusif Economic Zone (ZEE)

7
PasaI 2 UU N0. 5 Tahun I983 mengenai Zone Ekonomic Exclusif
Indonesia, menyatakan bahwasannya ZEE Indonesia terletak diluar laut
territorial tetapi masih berdampingan/bersinggungan, dan rentangnya tak
dapat melebihi 200 mil laut dari garis pangkal. Selanjutnya Pasal 3
menyatakan bahwasannya perlu adanya persetujuan dengan negara
tetangga dalam penentukan batas ZEE dalam hal ZEE saling berhadapan
dan rentang lebarnya kurang dari 200 mile laut.

6. Landas Continent
Konvensi Jeneva I958 menetapkan bahwasannya suatu negara bisa
mengclaim landas continent sampai kedalaman 200 meter atau lebih,
dimana masih dimungkinkan dilakukannya explorasi dan exploitasi
sumberdaya alami. Menurut Pasa1 76 UNCL0S I982, suatu negara dapat
mengclaim landas continennya sampai batas pinggiran kaki benua, atau
sampai jarak 200 mil laut apabila pinggiran kaki benua tidak mencapai
jarak tersebut.

3. Politik

Politik secara umum yaitu sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau
membangun posisi-posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai
pengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Pilitik
adalah pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
berwujud proses pembuatan keputusan, terkhusus pada negara. Politik adalah
seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional dan
nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat dilihat dari sudut pandang
berbeda yaitu politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
Pada intinya bahwa politik merupakan salah satu sarana interaksi atau
komunikasi antara Pemerintah dengan masyarakat sehingga apapun program
yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah sesuai dengan keinginan-keinginan
masyarakat dimana tujuan yang diita-citakan dapat dicapai dengan baik.
Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang berkaitan dengan
manusia yang selalu hidup bermasyarakat. Pada kodratnya ia adalah makhluk
sosial yang selalu hidup dinamis dan berkembang. Karena itulah politik politik
selalu merupakan gejala yang mewujudkan diri manusia dalam rangka proses
perkembangannya. Karena manusia adalah inti utama dari politik, maka apapun
alasannya pengamatan atau telaah politik tidak begitu saja meninggalkan faktor
manusia. Dikemukakan Anton H. Djawamaku (1985: 144) : “bahwa pribadi
seseorang manusia adalah unit dasar empiris analisa politik”. Dalam kehidupan

8
masyarakat istilah “politik” mula pertamanya dikenal pada masa Plato dalam
bukunya yang berjudul “Politeia” yang pula dikenal dengan istilah “Republik”
(Deliar Noer, 1982: 11-12), dan selanjutnya berkembang melalui karya
Aristoteles, yang dikenal dengan “Politica”. Karya Plato maupun Aristoteles ini
dipandang sebagai titik pangkal pemikiran politik dalam sejarah
perkembangannya, di mana hal itu dapat diketahui bahwa “politik” merupakan
istilah dipergunakan sebagai konsep pengaturan masyarakat, sebab dalam kedua
karya itu membahas soal-soal yang berkaitan dengan masalah bagaimana
pemerintahan itu dijalankan agar dapat terwujud sebuah kelompok masyarakat
politik atau suatu organisasi negara yang baik.

Tujuan Politik :
1. Politik bisa digunakan untuk mengupayakan suatu kekuasaan yang ada di
masyarakat dan pemerintah bisa diproses, dikelola dan diterapkan sesuai
dengan norma maupun hukum yang ada.
2. Politik bisa digunakan untuk membuat suatu kekuasaan yang ada di
masyarakat dan pemerintah dapat memperoleh, mengenal dan menerapkan
demokrasi secara menyeluruh.
3. Terakhir, politik bisa digunakan untuk menerapkan dan mengelola politik
yang ada di masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kerangka guna
mempertahankan prinsip negara.

Konsep politik :
1. Klasik
Politik memiliki konsep klasik, dimana politik tersebut akan digunakan
oleh masyarakat untuk bisa mencapai suatu kebaikan bersama yang
didalamnya dianggap memiliki nilai moral yang lebih tinggi. Selain itu
kepentingan umum kerap diartikan sebagai bentuk tujuan moral atau nilai
ideal yang memiliki sifat abstrak seperti keadilan, kebenaran dan juga
kebahagiaan. Konsep politik klasik dinilai kabur seiring banyaknya
penafsiran tentang kepentingan umum.

2. Kelembagaan
Politik memiliki sifat kelembagaan. Menurut Max Weber, politik
merupakan segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penyelenggara
negara. Ia melihat negara dari sudut pandang yuridis formal yang juga status.
Negara dianggap memiliki suatu hak monopoli kekuasaan fisik yang paling
utama. Akan tetapi konsep ini hanya bisa diberlakukan bagi negara modern.

9
Negara modern sendiri merupakan suatu negara yang sudah memiliki
diferensiasi serta spesialisasi peranan.

3. Kekuasan
Menurut Robinson, politik merupakan suatu kegiatan untuk mencari dan
mempertahankan sebuah kekuasaan atau suatu kegiatan yang menentang
pelaksanaan kekuasaan. Kekuasaan di sini memiliki arti suatu kemampuan
seseorang yang bisa memberikan pengaruh kepada orang lain. Baik itu
tentang pola pikir ataupun perbuatan yang bisa membuat orang lain berfikir
dan bertindak sesuai dengan orang yang memberikan pengaruh tersebut.

4. Fungsional
Menurut David Easton memiliki pendapat jika politik merupakan alokasi
dari nilai-nilai secara otoritatif. Nilai-nilai otoritatif tersebut memiliki dasar
kewenangan serta mengikat masyarakat. Sedangkan menurut Harold
Lasswell, politik adalah who gets, what gets, when gets dan how gets nilai.
Selain itu politik juga digunakan sebagai perumusan serta pelaksanaan
kebijakan umum. Konsep politik fungsional juga memiliki kelemahan yaitu
pemerintah hanya bisa ditempatkan sebagai sarana dan juga wasit terhadap
persaingan antara berbagai macam kekuatan politik. Hal ini dilakukan untuk
bisa mendapatkan nilai terbanyak dari kebijakan umum yang ada tanpa perlu
memperhatikan kepentingan pemerintah itu sendiri.

5. Konflik
Konsep ini bisa diartikan sebagai suatu kegaiatan yang bisa memberikan
pengaruhan terhadap perumusan sekaligus kebiajakan umum dalam rangka
usaha untuk mempengaruhi, mendapatkan serta mempertahankan suatu nilai.
Maka dari itu kerap terjadi suatu perdebatan dan juga pertentangan dari
berbagai macam pihak. Yang mana perdebatan dan pertengkaran tersebut
semata-mata untuk memperjuangkan serta mempertahankan suatu nilai.
Kelemahan dari konsep konflik adalah tidak semua konflik memiliki dimensi
politik.

10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

Batas negara merupakan salah satu elemen penting dalam suatu negara yang
membatasi hingga sejauh mana kedaulatan negara dapat dijalankan. Secara politis,
batas negara adalah garis kedaulatan yang terdiri dari daratan, lautan, dan ruang
udara di atasnya, termasuk potensi yang berada di perut bumi. Batas-batas wilayah
negara sangat diperlukan untuk melaksanakan hak dan kewajiban negara baik
berdasarkan hukum nasional maupun hukum internasional. Jenis-jenis wilayah
negara antara lain : wilayah daratan, wilayah lautan, wilayah udara dan wilayah
ekstra territorial.
Politik secara umum yaitu sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau
membangun posisi-posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai
pengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Pilitik
adalah pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berwujud
proses pembuatan keputusan, terkhusus pada negara.
Pada intinya bahwa politik merupakan salah satu sarana interaksi atau
komunikasi antara Pemerintah dengan masyarakat sehingga apapun program yang
akan dilaksanakan oleh Pemerintah sesuai dengan keinginan-keinginan masyarakat
dimana tujuan yang diita-citakan dapat dicapai dengan baik.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami apa yang
dimaksud dengan batas negara dan politik. Selain itu pembaca juga di harapkan
memberikan kritik dan saran dalam pembuatan makalah kami selanjutanya dan
semoga makalah kami dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang membaca
makalah ini.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Budi Hermawan. 2016. Konsepsi dan Pengelolaan Wilayah Perbatasan


Negara: Perspektif Hukum Internasional. Tanjungpura Law Journal.

Windradi, Fitri & Wahyuni, Niniek. 2016. Konsep Pengaturan dan Ratrifikasi Batas
Kedaulatan Wilayah Laut Negara Kesatuan RI Dalam Perspektif Hukum
Internasional. Jurnal Transparansi Hukum.

Purwasito, Andrik. 2011. Pengantar Studi Politik. Surakarta : UNS Press.

Huda, Ni’matul, Ilmu Negara, cet. 6 (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014).

Isjwara, F., Pengantar Ilmu Politik, cet. 9 (Jakarta: Dhiwantara, 1992).

https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/RJ1-20170619-094342-7273.pdf

http://shintahappyyustiari.lecture.ub.ac.id/files/2012/10/BENTUK-NEGARA-
PEMERINTAHAN.pdf

https://bphn.go.id/data/documents/batas_wilayah_negara.pdf

http://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/viewFile/367/340

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2008_43.pdf

https://kumoro.staff.ugm.ac.id/file_artikel/Politik,%20Pemerintahan%20dan
%20Negara.pdf

https://www.gramedia.com/literasi/politik-adalah/

https://tirto.id/pengertian-sistem-politik-menurut-para-ahli-ciri-ciri-umumnya-gjHF

https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/591-agus-widjojo-
reformasi-upaya-membangun-sistem-politik

13

Anda mungkin juga menyukai