Kedaulatan Teritorial
Disusun Untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Hukum Internasional
Dosen Pengampu : Rabiah Z Harahap , S.H., M.H.
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. Kori Wandani (2106200397)
2. Najuwa rahma (2106200432)
3. Siti Nurhaliza Br sembiring (2106200406)
4. Wahida Husna Siregar (2106200404)
5. Retno Diah Puspita (2106200441)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini..Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan keadaan baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti – nantikan syafa’atnya di yaumul kiyamah nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat
nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas terstruktur dari mata Hukum
Internasional yang berjudul “Kedaulatan Teritorial”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar – besarnya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rabiah Z.
Harahap S.H., M.H selaku dosen pada mata kuliah, dan kami juga mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang berkaitan dengan makalah ini. Demikian
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas wilayahnya
baik darat, air, maupun udara, dimana hukum yang berlaku adalah hukum nasional
negara masing-masing. Batas-batas wilayah suatu negara telah diatur berdasarkan atas
suatu perjanjian yang dilakukan oleh 2 atau lebih negara yang wilayahnya berdekatan.
Negara dibagi atas beberapa macam negara sesuai dengan letak geografis serta
besar kecilnya suatu negara, seperti negara mini atau sering disebut dengan negara
liliput, negara pantai, negara kepulauan dan sebagainya.
Negara mempunyai yurisdiksi, hak atau wewenang untuk menetapkan hukum
dalam wilayah kedaulatannya. Masalah yurisdiksi Negara timbul karena dalam
masyarakat internasional masing-masing negara merupakan anggota yang berdaulat,
disamping itu hubungan-hubungan kehidupan yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat internasional terjadi melampaui batas-batas suatu negara.yurisdiksi negara
atas orang, perbuatan dan benda. Asas teritorial menetapkan bahwa yurisdiksi negara
berlaku bagi orang, perbuatan dan benda yang ada di wilayahnya.3 Kondisi tersebut
secara tidak langsung menyebabkan semua benda yang ada dalam wilayah suatu negara
tunduk pada kekuasaan dan hukum negara yang bersangkutan.
Sesuai dengan macam-macam negara yang ada, Indonesia merupakan suatu
negara kepulauan, karena terdiri dari sekelompok pulau yang merupakan satu kesatuan
termasuk perairan yang berada di dalamnya yang merupakan satu kesatuan geografi,
ekonomi, historis dan politik yang intrinsik. Wilayah laut negara kepulauan ialah
wilayah laut yang terletak didalam garis pangkal yang mengelilingi negara
kepulauan.Wilayah laut itu masuk ke dalam wilayah laut negara kepulauan tanpa
memperhitungkan kedalaman wilayah itu ataupun jaraknya dari pantai. Di wilayah laut
ini negara kepulauan berdaulat, namun kedaulatannya itu dibatasi oleh hukum
internasional.Kedaulatan teritorial atau kedaulatan wilayah adalah kedaulatan yang
dimiliki Negara dalam melaksanakan yurisdiksi ekslusif di wilayahnya.
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi dan bersifat monopoli atau summa
potestas atau superme Power yang hanya dimiliki Negara. D.P O’Connell , ia
berpendapat kedaulatan dan wilayah berkaitan erat karena pelaksanaan kedaulatan
didasarkan pada wilayah. S.T. Bernardez, berpendapat wilayah adalah prasyarat fisik
untuk adanya kedaulatan territorial.
Kedaulatan teritorial atau kedaulatan wilayah adalah kedaulatan yang dimiliki
Negara dalam melaksanakan yurisdiksi ekslusif di wilayahnya. Kedaulatan berarti
kekuasaan tertinggi dan bersifat monopoli atau summa potestas atau seperme power
yang hanya dimiliki negara. Paham kedaulatan negara dari aspek eksternal sama sekali
tidak bertentangan dengan konsepsi suatu masyarakat internasional dan tidak akan
menghambat perkembangan hukum internasional.
Kedaulatan negara sangat penting bagi kelanjutan pemerintahan dan
kelangsungan hidup rakyatnya. Karena kedaulatan merupakan hak suatu negara untuk
menguasai dan memerintah suatu wilayah pemerintahan, masyarakat, atau atas diri
sendiri tanpa adanya campur tangan pihak lain dalam masa penguasaan dan
pemerintahan.Peran kedaulatan bagi negara adalah sebagai pengatur dan penetap sistem
kekuasaan tertinggi di daerah pemerintahannya, pelindung rakyat dari tindakan
kesewenang wenangan pihak penjajah yang bersifat imperialisme dan lain
lain.Seandainya suatu negara tidak memiliki kedaulatan atau tidak diakui kedaulatannya.
Maka negara tersebut beresiko mengalami tindasan penjajahan, perilaku diskriminasi,
dan perilaku penjajah lainnya.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Agar pembaca mampu menelaah lebih lanjut tentang upaya perubahan bagi setiap sisi
sumber daya manusia guna meningkatkan kualitas negara agar terjadi penyatuan
berkualitas segala aspek untuk negara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Bandung Keni Media, 2011, hlm. 107.
mengutamakan kekuasaan yang ekslusif dalam melaksanakan kebijakannya.
Kemerdekaan dan kedaulatan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Menurut D.P O'Connell, pelaksanaan kedaulatan didasarkan atas wilayah, oleh
karena itu wilayah adalah konsep fundamental dari Hukum Internasional. Sedangkan
Bernardez berpendapat bahwa, wilayah merupakan prasyarat fisik untuk adanya
kedaulatan teritorial. Kedaulatan memiliki dua ciri penting yang dimiliki negara, yaitu:
1. Kedaulatan merupakan prasyarat hukum untuk adanya suatu negara
2. Kedaulatan menunjukkan negara tersebut merdeka dan sekaligus juga
Pada dewasa ini, telah terjadi perubahan peta bumi politik dan ekonomi yang
cukup besar sehingga memberikan pengaruh terhadap pengertian kedaulatan teritorial.
Perubahan tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
2
Malcolm N Shaw, International Law, New York Cambridge University Press, 2008, hlm 487
1. Pengurangan kedaulatan teritorial, hal ini tampak pada meningkatnya regionalisme
dan globalisasi di bidang ekonomi. Misalnya, perkembangan di Eropa Barat yang
ditandai dengan bersatunya Eropa Barat, yaitu Masyarakat Eropa (sekarang disebut Uni
Eropa). Sejak tahun 1992 setiap penduduk Masyarakat Eropa bebas mengunjungi dan
bekerja negara-negara Masyarakat Eropa lainnya tanpa prosedur imigrasi/administrasi
yang ketat.
a. Negara memperoleh wilayah baru berdasarkan cara-cara yang diatur dalam Hukum
Internasional;
b. Terjadinya klaim-klaim atas wilayah, terutama wilayah laut. Klaim ini didorong oleh
perkembangan teknologi khususnya teknologi militer dan penambangan dasar laut
samudera dalam.
fungsi dari suatu negara. Sehingga apabila kita melihat pentingnya kedaulatan
yang ada di suatu negara menjelaskan bahwa suatu negara tidak dapat melaksanakan
yurisdiksi eksklusifnya keluar dari wilayahnya yang dapat mengganggu kedaulatan
wilayah negara lain
wilayah merupakan atribut yang sangat penting bagi eksistensi suatu negara.di atas
wilayahnya negara memiliki hak hak untuk melaksanakan kedaulatan atas orang,benda
juga peristiwa atau perbuatan hukum yang terjadi di wilayahnya.namun demikian,atas
wilayahnya negara wajib untuk tidak menggunakannya bagi Tindakan Tindakan yang
merugikan negara lain serta Tindakan Tindakan yang membahayakan perdamaian dan
keamanan internasional (pasal 7 Draft Deklarasi PBB tentang hak hak dan kewajiban
negara 1949).
1. Pendudukan (occupation)
Pendudukan (Occupation), adalah pendudukan terhadap terra nullius, yaitu
wilayah yang bukan dan sebelumnya belum pernah dimiliki suatu negara ketika
pendudukan terjadi. Suatu wilayah yang telah diduduki, meskipun dihuni
penduduk asli tidak dapat diokupasi Wilayah yang sebelumnya dimiliki suatu
negara, kemudian ditinggalkan maka negara lain dapat mengokupasi wilayah
tersebut. Terdapat lima prinsip yang dapat dijadikan kriteria untuk menentukan
pendudukan secara efektif, yaitu:
a, Penemuan harus diikuti tindak lanjut untuk membuktikan telah
dilaksanakannya kedaulatan di wilayah yang diduduki;
b. Penemuan wilayah harus diikuti pengawasan terhadapnya;
c. Adanya niat negara untuk mendudukinya;
d. Tindakan yang tidak sah bukan syarat pendudukan,
e. Klaim untuk memelihara status terra nullus.
Dimana suatu tindakan pendudukan di suatu wilayah memperpanjang
kedaulatan negara yang menduduki itu sejauh diperlukan untuk keamanan
alam wilayah yang diklaim itu.
2. Penaklukan (Annexation/Conquest)
Dapat disebut juga subjugasi (subjugation), yaitu cara pemilikan wilayah
berdasarkan kekerasan (penaklukan). Prinsip larangan penggunaan kekerasan
untuk menguasai wilayah negara lain terdapat dalam sumber-sumber Hukum
Internasional, seperti Pakta Briand Kellogg tahun 1928, Pasal 2 ayat (4) Piagam
PBB, paragraf 10 Deklarasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional tentang
Hubungan Baik dan Kerjasama antar Negara tahun 1970, putusan pengadilan
perang Nuremberg, perjanjian bilateral dan multilateral.
Laut Kedaulatan negara pantai meliputi laut teritorialnya , termasuk ruang udara
diatasnya dab dasar laut serta tanah dibawahnya. Dalam hukum laut baru ini pun
kedaulatan negara tetap dibatasi dengan hak lintas damai bagi kapal asing. Disamping
ketentuan mengenai garis pangkal untuk mengukur lebar laut territorial (garis air rendah,
garis pangkal lurus dan garis penutup) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
konvensi memuat ketentuan yang lebih terperinsi mengenai beberapa keadaan khusus
yang dapat memengaruhi penetapan garis pangkal, seperti instalasi pelabuhan, tempat
berlabuh di tengah laut dan elevasi surut. Dalam hal ini adalah adanya kenyataan dimana
telah dicapai kesepakatan mengenai batas terluar laut territorial , yaitu 12 mil laut diukur
dari garis pangkal (pasal 4) . Untuk beberapa negara tertentu , batas 12 mil ini
merupakan perluasan laut teritorialnya, sedangkan untuk beberapa negara lainnya hal ini
diartikan sebagai kegagalan konvensi untuk mengesahkan tuntutan mereka yang lebih
luas.
1.Perairan Pedalaman
Perairan pedalaman adalah perairan yang berada pada sisi darat garis pangkal. Di
perairan pedalaman ini negara memiliki kedaulatan penuh atasnya.
2.Laut Teritorial
Dalam konvensi hukum laut tahun 1958 dan tahun 1960 tidak dapat memcahkan
persoalan lebar laut territorial yang dapat digunakan sebagai patokan secara umum
karena tidak ada keseragaman penentuan lebar laut territorial dan masing-masing negara
memperhatikan kepentingannya sendiri ,, sedang dalam konvensi hukum laut tahun 1982
ditentukan lebar laut territorial maksimum 12 mil laut dan untuk tambahan maksimum
24 mil laut yang diukur dari garis dasar territorial.
3.ZonaTambahan
Pada suatu jalur yang lebarnya tidak melebihi 24 mil dari garis pangkal yang
digunakan untuk mengukur lebar laut territorial, negara pantai dapat berusaha mencegah
terjadinya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan pada wilayahnya atau
pada laut teritorialnya sekaligus dapat menerapkan hukumnya (pasal 33). Dengan
demikian, lebar jalur tambahan ini juga telah diperluas apabila dibandingkan dengan
jalur tambahan ini juga telah diperluas apabila dibandingkan dengan jalur tambahan
menurut hukum laut klasik.
4.Landas Kontinen
Landas kontinen meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya dari daerah di bawah
permukaan laut yang terletak diluar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah
wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga jarak 200 mil laut
dari garis pangkal darimana lebar laut tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.
ZEE adalah suatu zona selebar tidak lebih dari 200 mil dari garis pangkal. negara
pantai di zee dapat menikmati beberapa hal berikut.
-Hak-hak berdaulat untuk melakukan eksploitasi , konservasi , dan pengelolaan segala
sumber kekayaan alam di dasar laut dan tanah dibawahnya serta pada perairan di
atasnya. Demikian pula terhadap semua kegiatan untuk tujuan eksploitasi secara
ekonomis dari zona tersebut (seperti produksi energy dari air, arus, dan angin).
- Yurisdiksi, sebagaimana yang ditetapkan dalam konvensi ini, atas pendirian dan
penggunaan pulau-pulau buatan, riset ilmiah kelautan, serta perlindungan laut.
-Hak-hak dan kewajiban lain sebagaimana yang ditetapkan dalam konvensi.
6. Laut Lepas
Pada dasarnya, laut lepas tiak berlaku kedaulatan, hak berdaulat, yurisdiksi
negara. Laut lepas merupakan ras communis, yaitu laut yang terbuka dan bebas bagi
semua negara.Zee dianggap sebagai rezim yang sui generis, dimana hanya beberapa
aspek tertentu saja dari kebebasan di laut lepas yang diterapkan . Selain itu, peristilahan
laut
lepas diartikan sebagai perairan yang berada diluar batas 200 mil laut zee.Beberapa
kebebasan tersebut, yakni :
Berlayar
Penerbangan
Memasang kabel dan pipa bawah laut
Membangun Pulau buatan dan instalasi lainnya
Menangkap ikan
Riset ilmiah kelautan
7. Dasar Laut Samudra Dalam (Sea Bed Area)
Dasar laut Samudra dalam yaitu Kawasan dasar laut yang tidak terrletak dalam
yurisdiksi manapun.satu kemajuan sangat berarti diperoleh oleh negara negara
berkembang dikawasan ini yaitu dengan di akuinya prinsip warisan Bersama umat
manusia (common heritage of mankind) serat terbentuknya badan otorita hukum laut
internasional sebagai tindak lanjutnya.
Kekayaan alam adalah salah satu faktor utama mengapa suatu Negara berupaya
memiliki atau menglaim kedaulatan atas suatu wilayah.
1.Kelompok pertama, berpendapat bahwa hak lintas tersebut terbatas pada masa damai.
2.Kelompok dua, berpendapat bahwa hanya negara – negara yang dilewati sungai
sajalah yang memiliki hak lintas.
3.Kelompok tiga, berpendapat bahwa kebebasan lintas tersebut tidak terbatas namun
tunduk pada hak masing-masing negara untuk membuat peraturan yang wajar dan perlu
berkaitan dengan pemenfaatan sungai perbatasannya.
-Eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa untuk semua umat manusia berdasarkan
kesamaan
-Setiap kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa harus sesuai dengan Hukum
Internasional dan Piagam PBB
Terdapat prinsip yang digunakan untuk menentukan suatu wilayah untuk menjadi milik
suatu negara,yaitu:
1) Prinsip Efektifitas
Menurut prinsip ini bahwa kepemilikan Negara atas suatu wilayah ditentukan
oleh berlakunya secara efektif peraturan hukum nasional di wilayah
tersebut.Adanya control dari Negara terhadap suatu wilayah dan adanya
pelaksanaan fungsi Negara di wilayah tersebut secara damai.
2) Prinsip Uti Possidetis
Menurut prinsip ini, pada prinsipnya batas-batas wilayah Negara baru akan
mengikuti batas-batas wilayah dari Negara yang mendudukinya. Tujuan dari
prinsip ini adalah untuk mencegah kemerdekaan dan stabilitas yang Negara baru
yang baru lahir menjadi terganggu atau terancam oleh adanya gugatan terhadap
batas – batas wilayahnya.
3) Prinsip larangan Penggunaan Kekerasan
Prinsip ini melarang Negara memperoleh wilayah dengan menggunakan
kekuatan senjata.
4) Prinsip Penyelesaian sengketa secara Damai
5) Prinsip Penentuan Nasib Sendiri
Prinsip ini menegaskan harus dihormatinya kehendak rakyat di dalam
menentukan status kepemilikan wilayahya.
1. Aspek ekstern kedaulatan, hak setiap negara untuk secara bebas berhubungan
dengan negara lain.
2. Aspek intern kedaulatan, hak eksklusif suatu negara untuk menentukan bentuk
dan kerja serta tindakan lembaga-lembaga negara.
3. Aspek teritorial kedaulatan, kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki negara
atas individu dan benda-benda yang ada diwilayahnya.
2. Keluar dari wilayah negara tersebut, maka akan ditemui batas kedaulatan negara lain.
hak kedaulatan teritorial memiliki relevansi praktis dalam tiga situasi actual;
Pertama, ketika hak kedaulatan teritorial menjadi obyek perebutan antara pemerintah
pusat dan kelompok sekesionis/pemisahan diri yang hendak membentuk negara baru.
Yang menjadi masalah ialah apakah tuntutan kelompok separatis atas bagian wilayah
negara bisa diterima manakala seluruh warga negara merasa memiliki tempat tersebut.
Kasus pembentukan negara Timor Leste melalui referendum tahun 1999 merupakan
contoh dari situasi demikian.
Kedua, hak kedaulatan teritorial kerap menjadi persoalan bila berkenaan dengan
keberadaan sumber daya alam di suatu area. Pertanyaan yang muncul ialah mengapa
hanya kelompok komunitas atau otoritas negara tertentu saja yang berhak atas kekayaan
alam, mengapa tidak menjadi milik seluruh warga dunia yang kemudian akan membagi
manfaat secara distributif melalui mekanisme antarnegara.
Banyak kejadian konflik internasional yang bermula dari klaim-klaim sepihak atas
teritori yang kaya bahan tambang, mineral. Ironis bahwa sengketa sumber daya alam
lebih sering diselesaikan dengan kekuatan militer disertai dengan
imperialisme/penguasaan wilayah negara lain.
Ketiga, kedaulatan teritorial masih terganjal oleh masalah imigrasi dan kontrol
terhadap imigran. Di era globalisasi kian marak agenda-agenda sosial bernuansa
kosmopolitanisme yang meyakini Bumi adalah milik semua orang yang mendiaminya.
Lantas mengapa harus ada kewenangan untuk mengeksklusi individu-individu dari
sebuah wilayah hanya karena mereka tidak mendapat izin untuk tinggal di sana dari
pemerintah setempat. Bagi para kosmopolitan, negaralah yang semestinya meminta izin
untuk menjalankan kedaulatan kepada penduduk yang memiliki wilayah.
Ketiga situasi aktual di atas membentuk argumen yang dielaborasi dalam tulisan ini,
yakni hak kedaulatan teritorial memang merupakan kelengkapan substantif suatu negara,
akan tetapi sifatnya derivatif, negara melakukan fungsi sebagai penerus hak kedaulatan
teritorial yang diberikan oleh warga negara secara kolektif. Jadi pemegang kedaulatan
yang utama adalah individu warga negara yang menugaskan kepada negara dalam relasi
kontraktual untuk memakai kewenangan mengatur wilayah hukum, mengelola sumber
daya alam, serta mengontrol lalu lintas migrasi di dalam teritori nasional. Pada dasarnya
sebuah teritori memiliki tiga komponen yang saling terhubung triangular; sebidang
tanah, sekelompok individu yang tinggal di tempat itu, dan institusi politik yang
memerintah orang orang yang mendiami tanah dimaksud. Ilmuwan politik internasional
seperti David Miller menjelaskan hak kedaulatan teritorial terdiri atas tiga unsur, yaitu
kedaulatan hukum, ekonomi dan perbatasan. Ilmuwan lain, Anna Stilz mengatakan hak
kedaulatan teritori sebuah negara terdiri dari lima pilar, yakni kedaulatan politik,
budaya, ekonomi, perbatasan dan hukum.
Gagasan Miller dan Stilz mengarah kepada suatu pengertian yang hampir sama
tentang esensi hak kedaulatan teritorial. Mereka sekaligus mengafirmasi posisi bahwa
hanya negaralah yang berhak untuk menyandang keistimewaan teritorial.
Pertama, negara yang berdaulat dalam teritori tertentu memiliki hak untuk
membuat kaidah hukum dan melaksanakan aturan main menurut hukum kepada siapa
pun yang berada di wilayahnya, hak ini disebut juga sebagai kedaulatan yurisdiksi.
Inheren dalam kewenangan yurisdiksi ialah kewajiban aktor eksternal untuk tidak
mendirikan lembaga hukum, ataupun menerapkan produk hukum tandingan di dalam
wilayah negara berdaulat. Atas nama hak yurisdiksi negara boleh menggunakan
kekerasan fisik untuk menindak para pelanggar hukum nasional yang berlaku.
Kedua, hak negara untuk mengatur dan memanfaatkan seluruh sumber
daya/kekayaan alam yang terkandung di dalam, dan dapat diekstrak dari perut bumi
yang menjadi teritorinya.
Ketiga, negara memiliki otoritas penuh guna mengawasi dan meregulasi arus keluar
masuk barang, jasa dan manusia di wilayahnya.
Upaya eksternal:
1. Penyelesaian Batas Landas Kontinen dengan Vietnam
Adanya kesepakatan tentang landas kontinen ini menjadi langkah awal bagi
pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan perbatasan dengan Vietnam.
Untuk menindaklanjuti perjanjian batas landas kontinen tersebut, Indonesia telah
meratifikasi dengan UU No.18 Tahun 2007.
2. Perundingan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik
Sosialis Vietnam mengenai Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Pemerintah Indonesia
melakukan pendekatan dengan negara Vietnam untuk membentuk kerjasama bilateral
dalam bidang perbatasan. Kedua negara bersepakat untuk melakukan perundingan
terkait masalah batas Zona Ekonomi Ekslusif.
3. Kerjasama Indonesia-Vietnam di Bidang Pertahanan
Kerjasama bilateral ini bertujuan untuk mendorong hubungan bilateral yang menuju
ke hubungan kemitraan strategis demi kepentingan rakyat kedua negara dan demi
terciptanya keamanan dan perdamaian di kawasan. Dengan adanya kerjasama ini, maka
dapat mempercepat perundingan penetapan batas wilayah kedua negara, dan segera
menuntaskan permasalahan illegal fishing yang dilakukan oleh nelayan Vietnam.
BAB III
PENUTUP
B. KESIMPULAN
1. Kedaulatan yang dimiliki oleh negara terkandung hal-hal yang berhubungan
dengan tanggung jawab negara terhadap wilayahnya. Wilayah negara
merupakan tempat di mana negara menyelenggarakan yurisdiksinya atas
masyarakat, segala kebendaan, serta segala kegiatan yang terjadi di dalam
wilayahnya. Kedaulatan yang dimaksud tersebut adalah kedaulatan teritorial,
yaitu kedaulatan yang dimiliki negara dalam melaksanakan yurisdiksi eksklusif
di wilayahnya dan di dalam wilayah inilah negara berwenang untuk
melaksanakan hukum nasionalnya.
2. Kedaulatan territorial sangat penting bagi suatu negara, karena sebagaimana
memiliki arti yaitu kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam
melaksanakan jurisdiksi eksklusif di wilayahnya. Didalam wilayah inilah
negara memiliki wewenang untuk melaksanakan hukum nasionalnya.
3. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjaga kedauatan territorial ada dua
yaitu upaya internal, yang mana kebijakan pengelolaan wilayah perbatasan ini
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah
negara, serta menjaga keamanan dan kelestarian lingkungan bersama-sama.
Upaya eksternal Perundingan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
Pemerintah Republik Sosialis Vietnam mengenai Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE). Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan dengan negara Vietnam
untuk membentuk kerjasama bilateral dalam bidang perbatasan. Kedua negara
bersepakat untuk melakukan perundingan terkait masalah batas Zona Ekonomi
Ekslusif.
C. SARAN
1. Setiap negara memerlukan kedaulatan atas territorial wilayahnya karena ini
sangat penting bagi suatu negara karena sebagaimana memiliki arti yaitu
kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam melaksanakan jurisdiksi
eksklusif di wilayahnya. Didalam wilayah inilah negara memiliki wewenang
untuk melaksanakan hukum nasionalnya.
2. Jika suatu negara tidak mempunyai kedaulatan akan menimbukan masalah yang
Warga negara tidak akan terarah dengan baik, Pemerintahan tidak akan berjalan
optimal, Sikap warga negara menjadi individualisme.
3. Pemerintah harus bijak dalam mengatur dan menjaga kedaulatan territorial
Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan diperlukan untuk
memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah negara,
kewenangan pengelolaan wilayah negara, dan hak hak berdaulat, serta dilakukan
dengan pendekatan kesejahteraan, keamanan dan kelestarian lingkungan secara
bersama-sama.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Prof. Dikdik Mohammad Sodik, SH., MH., Ph.D., Hukum Laut Internasional san
Pengaturannya di Indonesia, Bandung, 2016
Internet