Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Real
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami bisa menyusun makalah tentang “Sub Barisan dan Teorema Bolzano - Weierstrass”
dengan baik dan lancar.
Keberhasilan penulisan makalah tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat penyusun selesaikan. Untuk itu, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Suryo Widodo, M.Pd selaku
Dosen Mata Kuliah Analisis Real yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan kami.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna.
Untuk itu, saran dan kritik membangun sangat diharapkan oleh penyusun demi perbaikan
makalah ini.
Mudah – mudahan, makalah kami ini dapat berguna untuk khalayak umum terutama
untuk memberi wawasan tentang tentang “Sub Barisan dan Teorema Bolzano - Weierstrass”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
1.4 Manfaat..................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Definisi dan Terminologi...........................................................................................................2
B. Beberapa Teorema.....................................................................................................................3
C. Contoh - Contoh........................................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
3.2 Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Barisan sebagai salah satu bagian dari matematika telah mengalami berbagai
perkembangan ke arah yang lebih spesifik dengan munculnya sifat-sifat dasar dari
barisan bernilai real salah satunya adalah kekonvergenan barisan. Dalam menguji suatu
barisan konvergen atau tidak dapat kita lakukan dengan menggunakan teorema
Bolzano-Weiestrass. Teorema ini mengatakan bahwa setiap barisan terbatas
mempunyai mempunyai barisan bagian yang konvergen. Dari teorema Bolzano-
Weierstrass tersebut tentunya kita akan mengkaji lebih jauh mengenai keterbatasan
suatu barisan dan bagaimanahubungannya dengan barisan yang konvergen. Lebih
jauhnya yang akan banyak dikaji dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
mengkonstruksi / membangun suatu barisan tersebut konvergen ataupun tidak
menggunakan teorema Bolzano-Weierstrass.
1.3 Tujuan
Mengetahui hubungan antara barisan konvergen dengan barisan terbatas dan untuk
mengetahui bagaimana menentukan suatu barisan konvergen dengan teorema Bolzano-
Weiestrass
1.4 Manfaat
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diberikan konsep subbarisan (subsequences) dari suatu barisan bilangan
real.
Definisi A.11.2: Misalkan X =( X n) adalah barisan bilangan real. Suku ke-m x m disebut
puncak jika x m ≥ x n untuk setiap n sedemikian hingga n ≥ m. (dimana titik x m tidak
pernah didahului oleh sebarang elemen barisan setelahnya). Catatan: Bahwa pada
barisan yang 𝑑𝑒𝑐𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 setiap elemen adalah puncak, tetapi pada barisan yang
𝑖𝑛𝑐𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 tidak ada elemen yang menjadi puncak.
2
Gambar 11.1 Ilustrasi limit superior dan limit inferior
Sumber: http://mathonline.wikidot.com/limit-superior-and-limit-inferior
B. Beberapa Teorema
Teorema B.11.1: Jika X =(x n ) konvergen ke x, maka sebarang subbarisan X ' =( x n ) k
n ≥ K (ε ) berlaku ¿ x n−x∨¿ ε. Karena untuk setiap n ∈ N berlaku n k+1 ≥ nk, maka untuk
Teorema B.11.2: Diberikan barisan bilangan real X =( xn), maka pernyataan berikut ini
ekuivalen.
(i) Barisan X =( x n ) tidak konvergen ke x ∈ R.
3
(iii) Ada ε 0> 0 dan suatu subbarisan X ' =( x n ) sedemikian hingga |x n −x|≥ ε 0
k k
untuk semua k ∈ N .
Bukti :
(i)⟹(ii) Jika ( x n) tidak konvergen ke x, maka untuk suatu ε 0> 0 tidak mungkin
tidak benar bahwa untuk setiap k ∈ N , n ≥ k memenuhi |x n −x|< ε 0. Dengan kata lain,
k
(ii)⇒ (iii) Diberikan ε 0> 0 sehingga memenuhi (ii) dan diberikan n1 ∈ N sedemikian
hingga n1 ≥1 dan ¿ X n −x∨≥ ε 0. Selanjutnya, diberikan n2 ∈ N sedemikian hingga n2 >n 1
1
(iii). Maka X tidak konvergen ke x, sebab jika konvergen ke x, maka X ' =( X n ) juga k
konvergen ke x. Hal ini tidak mungkin, sebab X ' =( X n ) tidak berada dalam
k
𝑛𝑒𝑖𝑔ℎ𝑏𝑜𝑟ℎ𝑜𝑜𝑑 V ε (x). 0
(i) X mempunyai dua subbarisan konvergen X ' =( X n ) dan X ' ' =( X r ) dengan limit
k k
Bukti :
Kasus 1:
4
Andaikan X tidak tak terbatas. Akan dibuktikan jika X mempunyai dua sub barisan
' ''
konvergen X =( X n ) dan X =( X r ) dengan limit keuanya tidak sama maka barisan X
k k
divergen.
'
Misalkan: Jika X =(x n ) konvergen ke x, maka sebarang subbarisan X =( X n ) dari X
k
''
Begitu juga, jika X =( x n ) konvergen ke x, maka sebarang subbarisan X =( X n ) dari X
k
Kasus 2:
' ''
X mempunyai dua subbarisan konvergen X =( X n ) dan X =( X r ) dengan limit
k k
Bukti:
Pembuktian dibagi menjadi dua kasus, yaitu X mempunyai tak hingga banyak puncak,
dan 𝑋 mempunyai berhingga banyak puncak.
Kasus I:
5
X mempunyai tak hingga banyak puncak. Tulis semua puncak dengan indeks
𝑖𝑛𝑐𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 yaitu x m , x m , x m , … , x m , … Karena setiap sukunya adalah puncak
1 2 3 k
diperoleh x m ≥ x m ≥ x m ≥… ≥ x m ,…
1 2 3 k
𝑑𝑒𝑐𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖𝑛g dari X .
Kasus II:
Misalkan s1 :mr +1 adalah indeks pertama dari puncak yang terakhir. Karena x s bukan 1
puncak,maka terdapat s2 > s1 sedemikian hingga x s < x s . Karena x s bukan puncak, maka
1 2 2
terdapat s3 > s2 sedemikian hingga x s < x s . Jika proses ini diteruskan, diperoleh
2 3
Bukti:
Menurut (teorema B. 11.4 𝑆𝑢𝑏𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑡𝑜𝑛) X =( X n) barisan bilangan real,
maka terdapat subbarisan dari X yang monoton.. Karena subbarisan ini juga terbatas,
berdasarkan (teorema B. 10.1 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑔𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑡𝑜𝑛), maka subbarisan tersebut
konvergen.
( r k :k ϵ N ) yang konvergen ke x m .
Kasus II: Diketahui S tak berhingga
6
Karena S tak berhingga dan terbatas, maka 𝑆 mempunyai titik 𝑐𝑙𝑢𝑠𝑡𝑒𝑟 atau 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡
1 1
( )
misalkan x titik limit S. Misalkan U k = x− , x+ neighborhood titik 𝑥.
k k
1
Untuk k =2, maka terdapat x r ϵ S ∩ U 2 , x r ≠ x sedemikian hingga |x r −x|<
2 2 2
2
1
Untuk k =3, maka terdapat x r ϵ S ∩ U 3 , x r ≠ x sedemikian hingga |x r −x|<
3 3 3
3
1
Untuk n=k maka terdapat x r ϵ S ∩U n , x r ≠ x sedemikian hingga |x r −x|<
n n n
n
1
Ambil ε > 0. Menurut Sifat Archimedes, maka terdapat K ϵ N sedemikian hingga < ε.
K
1 1
Maka untuk setiap n ≥ K berlaku |x r −x|< ≤ <ε . Terbukti bahwa ( x r ) konvergen ke
n K n n
x dengan ( x r ) subbarisan ( x n ) .
n
Bukti:
Misalkan M >0 adalah batas dari barisan X sehingga ¿ x n∨≤ M untuk semua n ∈ N .
Andaikan X tidak konvergen ke x, maka menggunakan 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑒𝑚𝑎 𝐵.11.2 terdapat ɛ 0 >0
dan subbarisan X ' =( x n ) sedemikian hingga
k
Karena X ' subbarisan dari X , maka M juga batas dari X '. Menggunakan Teorema
Bolzano-Weierstrass berakibat bahwa X ' memuat subbarisan X ' ' . Karena X ' ' juga
subbarisan dari X , maka X ' ' juga konvergen ke x. Dengan demikian, akan selalu
berada dalam 𝑛𝑒𝑖𝑔ℎ𝑏𝑜𝑟ℎ𝑜𝑜𝑑 V ε (X ). Kontradiksi dengan (11.1), yang benar adalah X
0
selalu konvergen ke x.
7
Teorema B.11.7: Jika ( x n) adalah barisan bilangan real yang terbatas, maka pernyataan
berikut untuk bilangan real x ¿ adalah setara.
(a) x ¿=lim (x ) ¿
n
¿
(b) Jika ε > 0, terdapat paling banyak terhingga bilangan n ϵ N sehingga x + ε < x n , tetapi
¿
tak terhingga n ϵ N yang tak terbatas sedemikian hingga x −ε < x n.
x n : n≥ m } ¿
(c) Jika um ={ ¿ maka x =inf { um :m∈ N }=lim ( um )
(d) Jika 𝑆 adalah himpunan limit dari subbarisan ( x n) , maka x ¿ =S ¿.
Bukti :
Jika ε > 0, maka fakta bahwa x ¿ adalah sebuah infimum mengimplikasikan bahwa ada v
𝑑𝑖 V sedemikian rupa sehingga x ¿ ≤ v < x ¿ +ε. Karena itu x ¿ adalah milik V , jadi paling
¿
tidak ada sejumlah terhinga n ϵ N sedemikian sehingga x + ε < x n. Di sisi lain, x ¿−ε
¿
tidak dalam V sehingga ada sejumlah tak terhingga n ϵ N sehingga x −ε < x n.
Jika (b) berlaku, diberikan ε > 0, maka untuk semua myang cukup besar kita memiliki
um < x + ε. Oleh karena itu, inf { u m :m ∈ N } ≤ x¿ +ε . Demikian juga, karena ada sejumlah
¿ ¿
tak terhingga n ϵ N sehingga x −ε < x n, maka x −ε <um untuk semua m ϵ N dan
¿
karenanya x −ε ≤inf { um :m∈ N }. Karena ε > 0 adalah sebarang, dimpulkan bahwa
x ¿=inf { um :m∈ N }. Selain itu, karena barisan (um ) decreasing monoton, diperoleh
inf ( u m )=lim ( um ).
8
Misalkan X ' =( x n ) adalah subbarisan konvergen dari X =( x n ). Karena n k ≥ k kita
k
'
memiliki nu ≤ uk dan karenanya lim X ≤ lim ( uk )=x . Sebaliknya, ada n1 sehingga
¿
k
u1−1 ≤ xn ≤u 1.
1
1
n k− < x <uk
k +1 n k+ 1
¿ ¿
Sejak lim ( uk ) =x , berarti x =lim ( x n )dan disini x ¿ ∈ S.
Misalkan w =S ¿. Jika ε > 0 diberikan, maka ada paling banyak sejumlah terhingga n
dengan w +ε < x n. Oleh karena itu w +ε milik V dan lim ( x ) ≤ w+ε . Di lain pihak, ada
n
subbarisan ( x n) yang konvergen ke suatu bilangan yang lebih besar dari w−ε, begitu
juga bahwa w−ε tidak dalam V , dan karenanya w−ε ≤ lim ( x ) ¿ Karena ε > 0 adalah
n
Teorema B.11.8: Barisan terbatas ( x n) adalah konvergen jika dan hanya jika
xn
lim ( ) ¿ lim inf ( x n )
C. Contoh - Contoh
9
(i) Jika diberikan n1 =2, n2 =4 ,… n k =2 k , … maka n1 <n 2< …<nk < … dengan
'
demikian, barisan X 1 = ( 12 , 14 , 16 , … , 21n ,…) merupakan subbarisan dari X .
(ii) Jika diberikan n1 =4 , n 2=5 , n3=6 , … n k =k +3 … maka n1 <n 2< …<nk < … dengan
'
demikian, barisan X 2 = ( 14 , 15 , 61 , 71 , …) merupakan subbarisan dari X .
(iii) Jika diberikan n1 =3 ,n 2=2 , n3=4 , … nk =k +3 … maka n1 <n 2 dengan
'
( 13 , 14 , 16 , 15 , …) bukan merupakan subbarisan dari X .
demikian, barisan X 3 =
1 1 1
Begitu juga untuk X =( , 0 , ,0 , , 0 , … ) bukan merupakan subbarisan dari X
'
(iv) 4
1 3 5
.
Contoh C.11.2:
Jika X =(x 1 , x 2 , … x n , …) adalah barisan bilangan real, maka X m=( X m+n :n ∈ N ) yaitu
𝑚−𝑒𝑘𝑜𝑟 dari X merupakan subbarisan.
Contoh C.11.3:
10
2
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑒𝑚𝑎 𝐵.11.6 maka x=lim ( x 2 n ). Di lain pihak, karena x 2 n=b2 n =( bn ) =x2n ,
menurut 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑒𝑚𝑎 𝐵.10.2 diperoleh,
2
x=lim ( x 2n ) =( lim ( x n ) ) =x2
Oleh karena itu akan dipenuhi salah satu x=0 atau x=1.
Karena ( x n ) barisan 𝑑𝑒𝑐𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 dan terbatas di atas oleh 1, maka haruslah x=0
1
( )
(b). lim c n =1 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 c >1
Limit ini telah diperoleh dalam 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝐶.8.4(𝑐) untuk c >0, dengan pemikiran
argumen yang banyak diakal-akali.
Karena itu z 2=z yang menghasilkan z=0 atau z=1. Karena z n >1 untuk semua 𝑛𝜖𝑁,
maka haruslah 𝑧 = 1.
Kegunaan subbarisan membuat lebih mudah untuk menyajikan uji divergensi suatu
barisan.
Contoh C.11.4:
11
konvergen ke +1 dan sub-barisan yang lain konvergen ke −1, maka haruslah X
divergen.
1 1 1
2 (
b) Barisan 1 , ,3 , , 5 , , … divergen
4 6 )
Didefinisikan barisan Y =( y n ), yang mana y n=n bila n ganjil dan y n=1 n bila n
genap secara mudah dapat dilihat bahwa barisan ini tidak terbatas, disini menurut
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑒𝑚𝑎 𝐵.9.1, barisan ini tidak mungkin konvergen. Secara alternatif, walaupun
1 1 1
2 ( 4 6 )
sub-barisan 1 , ,3 , , 5 , , … dari Y konvergen ke 0, keseluruhan barisan Y tidak
konvergen.
c) Barisan S := ( sin n ) divergen
Barisan ini tidak begitu mudah untuk ditangani. Dalam membahasnya, tentu saja,
memanfaatkan sifat-sifat dasar dari fungsi sinus. Diketahui bahwa
sin ( π6 )= 12 =sin ( 56π ) dan bahwa sin x > 12 untuk pada interval I =( π6 , 56π ). Karena
1
5 π π 2π
panjang dari I 1= − = >2 paling sedikit terdapat dua bilangan asli di dalam
6 6 3
I 1. Kita misalkan n1 sebagai bilangan pertama. Dengan cara yang sama, untuk setiap
1
k ∈ N , sin x > untuk x pada interval:
2
1
dengan cara ini diperoleh semua nilai terletak pada interval [ ]
2
,1
12
Kemudian kita melihat bahwa sin x <−12 untuk setiap x ϵ j k dan panjang j k lebih
''
dari 2. Misalkan m k adalah bilangan asli pertama di j k. maka subbarisan S =( sin m k )
1
[
dari S yang semua nilainya terletak pada interval −1 ,
2 ]
Diberikan sebarang bilangan real c pada dilihat paling sedikit satu subbarisan S ’dan
1
S ” terletak diluar −neighborhood dari c. Oleh karena itu, c bukanlah limit dari S.
2
Karena c ∈ R sebarang, maka kita dapat menyimpulkan bahwa S adalah divergen.
Contoh C.11.5:
Berikut ini diberikan sebuah teorema yang menyatakan bahwa barisan bilangan real
X =( X n) pasti mempunyai subbarisan yang monoton. Untuk membuktikan teorema ini,
diberikan pengertian puncak (peak), x m disebut puncak jika x m ≥ x n untuk semua n
sedemikian hingga n ≥ m. Titik x m tidak pernah didahului oleh sebarang elemen barisan
setelahnya. Perhatikan bahwa pada barisan yang menurun, setiap elemen adalah
puncak, tetapi pada barisan yang naik, tidak ada elemen yang menjadi puncak.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dari kedua teorema diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap barisan yang
konvergen pasti dia terbatas, sebaliknya bahwa barisan yang terbatas belum tentu
konvergen. Jika barisan monoton terbatas maka barisan tersebut konvergen.
2. Teorema Bolzano-Weierstrass ”Setiap barisan terbatas mempunyai barisan bagian
yang konvergen”. Teorema ini dibuktikan dengan 2 cara, cara ke-1 yakni dibuktikan
dengan mengambil barisan bagian yang monoton dan cara ke-2 dengan interval
bersarang. Teorema Bolzano-Weierstrass dapat diartikan bahwa setiap barisan yang
terbatas mempunyai barisan bagian yang konvergen tak perlu ke titik yang sama,
tetapi jika setiap barisan bagiannya konvergen ke titik yang sama maka barisan
aslinya konvergen pula ke titik tersebut.
3.2 Saran
Makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat membantu kami untuk menyusun makalah yang lebih baik
lagi ke depannya. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan bermanfaat
untuk memperbaiki kajian kami.
14
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Suryo dan Yuni Katminingsih. 2018. Pengantar Analisis Real. Kediri: Fakultas
Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri.
15