TRANSFORMATOR
A. Tujuan Percobaan
17
Gambar 3.3. Slide Regulator
C. Landasan Teori
Cara kerja tranformator dapat dijelaskan dengan Gambar 3.2. Tranformator tersusun
oleh kumparan primer dan sekunder yang dililit pada susunan pelat besi lunak yang
disebut teras transformator (tranformator core).
Arah Arus
Sesaat
Kumparan primer, dengan jumlah lilitan Np, adalah tempat daya listrik diberikan ke
transformator. Kumparan sekunder, dengan jumlah lilitan Ns, adalah tempat daya
listrik diambil dari transformator oleh beban.
Kalau kumparan primer dihubungkan dengan sumber daya, maka pada teras akan
dibangkitkan fluks medan magnet. Karena kumparan sekunder juga meliliti
teras,maka kumparan ini juga meliliti fluks medan magnet yang dibangkitkan oleh
kumparan primer.
18
Fluks medan magnet pada teras nilainya selalu berubah-ubah sesuai dengan
perubahan arus primer, sehingga pada kumparan sekunder dibangkitkan tenaga gerak
listrik (tgl) induksi (Hukum Faraday). Besarnya tgl ini sebanding dengan jumlah
lilitan.Sehingga kalau tegangan kumparan primer Vp dan sekunder Vs, maka secara
ideal berlaku persamaan sebagai berikut.
Vs Ns
Faktor lipat tegangan = = (3.1)
Vp Np
dengan :
Vs = tegangan sekunder
Vp = tegangan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Np = jumlah lilitan primer
Pada umumnya kumparan sekunder suatu transformator tidak hanya satu, tetapi
terdiri atas beberapa kumparan. Besar tegangan tiap kumparan sebanding dengan
jumlah lilitan tiap-tiap kumparan. Transformator yang ideal adalah transformator
yang tidak memiliki kerugian daya. Berarti bahwa daya yang diberikan pada
kumparan primer = daya yang diberikan oleh kumparan sekunder atau memenuhi
persamaan berikut.
Vp .Ip =Vs .Is (3.2)
atau dapat ditulis sebagai :
Vp .Ip cosθp =Vs .Is cosθs (3.3)
dengan :
Ip = arus primer
Is = arus sekunder
cosθp = faktor daya primer
cosθs = faktor daya sekunder
Dari persamaan 3.1, bila Ns < Np sehingga Vs Vp maka transformator disebut
stepup.
19
Pada setiap transformator selalu ada kerugian daya. Ada dua macam kerugian, yaitu
kerugian teras dan kerugian kawat tembaga. Kerugian teras tidak tergantung pada
besar atau kecilnya beban, tetapi bergantung pada frekuensi arus listrik dan rapat
fluks magnet. Kerugian kawat disebabkan oleh arus Eddy. Pada saat kumparan
primer dan sekunder mengandung tahanan murni masing-masing rp dan rs, maka
kerugian tembaga (Kt) dapat diukur, dengan dasar :
Kt = Ip 2 rp +Is 2 rp (3.4)
Is Ns
Mengingat bahwa = maka :
Ip Np
Np
Kt = Ip 2 rp + r =Ip 2 Rtp (3.5)
Ns s
atau
Ns
Kt = Is 2 rs + rp =Is 2 Rts (3.6)
Np
Dengan Rtp dan Rts masing-masing adalah tahanan tara primer dan skunder, serta
memenuhi persamaan :
Np
Rtp = rp + ( )r (3.7)
Ns s
Ns
Rts = rs + ( )r (3.8)
Np p
Nilai Rtp dapat dihitung dengan membuat kumparan sekunder dihubungkan pendek.
Saat itu tegangan masuk Vp serta arus Ip memenuhi persamaan :
Vp
Rtp = (3.9)
I 2p
Vp
Impedansi tara primer dinyatakan sebagai ZP = sehingga reaktansinya
Is
Daya guna (efisiensi) transformator secara teoritis dapat dihitung dengan η yang
merupakan daya dapat dipakai dibagi daya yang diberikan oleh sumber, dengan
hubungan
20
Vp Ip cosθp
η= (3.11)
Vp Ip cosθp +Ip 2 Rtp +rugiteras
Vs Is cosθs
atau η = (3.12)
Vs Is cosθs +Is 2 Rts +rugiteras
Pada umumnya, besar Vs tergantung pada beban, jika Vso merupakan tegangan
sekunder tanpa beban, sedangkan Vsb tegangan sekunder dengan beban penuh,
selanjutnya didefinisikan sebagai faktor regulasi (R) dengan
Vso -Vsb
R= Vsb
(3.13)
Secara teoritis faktor regulasi (R) dapat dihitung dengan mengukur tegangan
kumparan primer dan sekunder pada saat kumparan sekunder tanpa beban.
Selanjutnya digunakan persamaan:
Ns
Np
Vp -Vs Vs -Vp
r= = (3.14)
Vs Vp
D. Pelaksanaan Percobaan
Beban
Trafo
21
a. Vp, Vs dan Ip diukur tanpa beban.
b. Vp, Vs dan Ip diukur dengan beban yang telah ditentukan. Besar arus dan
tegangan sekunder diukur dan dicatat.
Ns
c. Besar faktor regulasi serta ditentukan, dan hasil faktor regulasi dicocokkan
Np
dengan kedua rumus di atas.
Vs -Vp 2-42,9
R= R3 = = -0,9534
Vp 42,9
0,8-20,4 2,7-56,8
R1 = = -0,9608 R4 = = -0,9525
20,4 56,8
1,4-31,8
R2 = = -0,9560
31,8
Ns Vs
=
Np Vp
22
Ns1 0,8 Ns3 2
= = 0,0392 = = 0,0466
Np1 20,4 Np3 42,9
Ns2 1,4 Ns4 2,7
= = 0,0440 = = 0,0475
Np2 31,8 Np4 56,8
Vp Vs Ip Is R Ns
No. Np
Volt Volt mAmpere mAmpere Ohm
1 20,4 0,8 10 255 -0,9608 0,0392
2 31,8 1,4 20 454,2857 -0,9560 0,0440
3 42,9 2 30 643,5 -0,9534 0,0466
4 56,8 2,7 40 841,481 -0,9525 0,0475
Vp .Ip 84,1.30
Vp .Ip =Vs .Is , maka I = Is3 = = 586,7442 mA
s Is 4,3
34,8.10 123,3.40
Is1 = = 217.50 mA IS4 = = 758,7692 mA
1,6 6,5
53,9.20
Is2 = = 414,6154 Ma
2,6
Vs -Vp 4,3-84,1
R= R3 = = -0,9489
Vp 84,1
1,6-34,8 6,5-123,3
R1 = = -0,9540 R4 = = -0,9473
34,8 123,3
2,6-53,9
R2 = = -0,9518
53,9
Ns Vs
=
Np Vp
23
Ns1 1,6 Ns2 4,3
= = 0, 0460 = = 0,0511
Np1 34,8 Np2 84,1
Vp Vs Ip Is R Ns
No. Np
Volt Volt mAmpere mAmpere Ohm
1 34,8 1,6 10 217,500 -0,9540 0,0460
2 53,9 2,6 20 414,6154 -0,9518 0,0482
3 84,1 4,3 30 586,7442 -0,9489 0,0511
4 123,3 6,5 40 758,7692 -0,9473 0,0527
Vs Vp 3,7 - 73,1
R= R3 = = -0,9494
Vp 73,1
1,2 - 26,8 5 - 96,3
R1 = = -0,9552 R4 = = -0,9481
26,8 96,3
2,5-51,2 6,4 - 120,9
R2 = = -0,9512 R5 = = -0,9471
51,2 120,9
24
Ns Vs Ns3 3,7
= = = 0,0506
Np Vp Np3 73,1
Ns1 1,2 Ns4 5
= = 0,0448 = = 0,0519
Np1 26,8 Np4 96,3
Ns2 2,5 Ns5 6,4
= = 0,0488 = = 0,0529
Np2 51,2 Np5 120,9
a. Menghitung Zp
Vp 73,1
Zp = Zp3 = = 215
Is 0,34
26,8 96,3
Zp1 = = 150,5618 Zp4 = = 248,8372
0,178 0,387
51,2 120,9
Zp2 = = 183,5125 Zp5 = = 268,6667
0,279 0,45
b. Menghitung Rtp
Rp = 34,6 Ohm
Rs = 0,8 Ohm
Np
Rtp = rp + r
Ns s
Rtp1 = 34,6 + (0,0448) × 0,8 = 34,6358
Rtp2 = 34,6 + (0,0488) × 0,8 = 34,6390
Rtp3 = 34,6 + (0,0506) × 0,8 = 34,6405
Rtp4 = 34.6 + (0,0519) × 0,8 = 34,6415
Rtp5 = 34,6 + (0,0529) × 0,8 = 34,6423
c. Menghitung Kt
Kt = I2p Rtp
24
Kt4 = 0,00332 × 34,6415 = 3,7725.10-4
Vp Ip Vs Is R 𝑁𝑆 Rtp Zp
No
Volt Ampere Volt Ampere Ohm 𝑁𝑃 Ohm Ohm
1 26,8 0,0009 1,2 0,0201 0,9552 0,0448 34,6358 150,618
2 51,2 0,0019 2,5 0,0389 0,9512 0,0488 34,6390 183,5152
3 73,1 0,0025 3,7 0,4939 0,9494 0,0506 34,6405 215
4 96,3 0,0033 5 0,0635 0,9481 0,0519 34,6415 248,8372
5 120,9 0,0040 6,4 0,7556 0,9471 0,0529 34,6423 268,6667
F. Pembahasan
Hubungan kemagnetan antara kumparan primer dan skunder yaitu kumparan primer
sebagai tempat daya listrik yang diberikan kepada trafo, sedangkan kumparan
sekunder adalah sebagai tempat tempat daya listrik yang diambil dari trafo oleh
beban, dalam hal ini jika kumparan primer dihubungkan kesumber maka keteras
akan dibangkitkan fluks medan magnet yang dibangkitkan nilainya selalu berubah-
ubah sesuai dengan perubahan arus primer. Sehingga pada kumparan sekunder
dibangkitkan tenaga sekunder. Hubungan kemagnetan antara kumparan primer dan
skunder yaitu kumparan primer sebagai tempat daya listrik yang diberikan kepada
trafo.
Hubungan antara kedua rumus regulasi pada umumnya besarnya Vs tergantung pada
beban, jika Vs merupakan tegangan sekunder tanpa beban sedangkan Vab tegangan
V s V ab
sekunder dengan beban penuh selanjutnya dapat didefinisikan (R). R .
V ab
26
G. Kesimpulan
27