Anda di halaman 1dari 17

Definisi:

Hurricanes adalah badai vortikal (rotasi) intens yang berkembang di atas lautan tropis di wilayah
permukaan air yang sangat hangat.
Hurricanes disebut juga sebagai typhoons atau angin topan ketika terjadi di Pasifik Barat.
Sebelum badai tersebut menjadi hurricane/typhoon yang kuat (ketika angin dekat dengan pusat
vortex > 32 m/s), badai tersebut disebut sebagai tropical cyclones.
Skala Horizontal ~ 500 km, kedalaman vertikal ~ 10 – 15 km
Meskipun hurricanes mempunyai skala radial beberapa ratus kilometer, skala horizontal wilayah
konveksi yang kuat dan angin kencang dalam badai biasanya hanya dengan radius sekitar 100 km.
Dengan demikian, masuk akal bahwa untuk mengklasifikasikan hurricanes sebagai sistem skala meso.

Wilayah pembentukan:
 Antara lintang 5° and 20°, tapi tidak di equator (butuh gaya Coriolis)
 Suhu permukaan laut > 26.5°
 Kondisi atmosfer yang cukup tidak tidak stabil
 Shear vertikal yang lemah

Lokasi pembentukan selama periode 20 tahun:

Gambar 10.1 Lokasi pembentukan siklon tropis selama periode 20 tahun. (Dari Gray, 1979. Dicetak
ulang dengan izin dari Royal Meteorological Society)

Tracks/jejak siklon tropis dan suhu permukaan laut

Gambar 10.2 Tracks siklon tropis berhubunngan dengan rata-rata suhu permukaan laut (°C). Suhu
September diambil untuk belahan bumi utara. Suhu bulan Maret diambil untuk belahan bumi selatan.
(Dari Bergeron, 1954. Dicetak ulang dengan izin dari Royal Meteorological Society).
Pola umum awan dan curah hujan pada Hurricanes

Gambar 1.28 Tampilan satelit panjang gelombang visible dari hurricane Allen. (Photo courtesy of
Frank D. Marks, Jr.)

Gambar 10.4 Pola echo radar terlihat di Hurricane Alicia (1983) yang berlabel berdasarkan skema
gambar 10.3. Kontur untuk 25 dan 40 dBZ. (Dari Marks dan Houze, 1987. Diproduksi ulang dengan izin
dari American Meteorological Society).
Gambar 10.3 Skema representasi dari tipe pola echo yang terlihat oleh radar udara dalam
penerbangan melalui angin topan dalam hubungannya dengan pola angin level bawah. (Dari
Willoughby et al ., 1984b. Dicetak ulang dengan izin dari American Meteorological Society).

Ciri utama:

 Pita konvergen spiral siklon pada level bawah dan awan-awan cirriform spiral arah keluar
antisiklon pada level atas
 Mata badai – khususnya pusat bebas awan dengan radius 10-50 km
 Dinding mata – konveksi dalam mengelilingi mata. Kemiringan mengarah keluar sesuai
ketinggian. Struktur dua dinding mata telah diamati.
 Pita-pita hujan – biasanya awan-awan pita spiral keluar dinding mata. Sering menyebar keluar
dari mata.
 Reflektivitas – bahkan di dinding mata, Rmax ~ 45 – 50 dBz, khususnya 30-35. Pada
thunderstorms/badai, R ~ 55 – 70 dBz.
Angin – Pada penampang horizontal

Gambar 10.5 Bidang angin level bawah (900 mb) berhubunngan dengan badai Gloria (1985). (a)
Analisis gerak skala besar. Tanda centang menunjukkan batas-batas dari tiga domain persegi panjang
berlapisan yang ditentukan untuk analisis; di domain dalam, panjang gelombang kurang dari sekitar
150 km yang telah disaring. Di domain menengah dan luar, panjang gelombang kurang dari sekitar
275 dan 440 km yang telah dihapus. (b) Analisis angin dengan resolusi tinggi, di mana panjang
gelombang kurang dari sekitar 16, 28, dan 44 km yang telah disaring dalam tiga domain yang lebih
besar secara berturut-turut, yang batasannya ditunjukkan oleh tanda centang. Garis-garis padat
dengan tanda panah adalah streamlines. Garis putus-putus adalah isotach yang berlabelkan dalam
ms-1 . (Courtesy of James Franklin, Hurricane Research Division , U.S. National Oceanic and Atmospheric
Administration).
Gambar 10.8 Bidang angin level atas (200 mb) berhubunngan dengan Badai Gloria (1985).

Distribusi Horizontal Angin

Kurang lebih simetris dalam hal sistem angin relatif.


Asimetris dalam angin total karena gerakan badai yang lebih kuat di bagian depan.
𝑉 𝜕𝑉
Vortisitas = + dalam koordinat silindris
𝑅 𝜕𝑟

50 𝑚/𝑠
Nilai khusus ~
50 𝑘𝑚
= 1 × 10 −3 𝑠 −1
Angin – Pada penampang vertikal

Gambar 10.6 Gambar 10.7

Gambar 10.6 Penampang vertikal dari rata-rata angin radial (u) pada angin topan Atlantik Barat.
Analisis adalah gabungan data yang dikumpulkan dari banyak badai. (Dari Gray, 1979. Dicetak ulang
dengan izin dari Royal Meteorological Society).

Gambar 10.7 Penampang vertikal rata-rata angin komponen tangensial (v) di badai topan Pasifik.
Analisis adalah gabungan data yang dikumpulkan dari banyak badai. (Dari Frank, 1977. Dicetak ulang
dengan izin dari American Meteorological Society).

 Angin tangensial maksimum di tepi dinding mata


 Kecepatan maksimum ~ 0.5 – 1.5 km di atas permukaan
 Shear vertikal < 0.0 karena angin termal berlawanan dengan angin yang teramati melalui
troposfer. Kenapa – karena angin topan mempunyai kode hangat (lihat gambar selanjutnya)
 Shear vertikal relatif lemah, meskipun, karena pencampuran momentum vertikal oleh awan
Cb
Struktur Termodinamika

Gambar 10.11 Penampang radial melalui badai topan simetris yang diidealkan. Di kiri : radial dan fluks
massa vertikal ditunjukkan oleh tanda panah, setara dengan suhu potensial (K) oleh garis putus-putus.
Di kanan : kecepatan tangensial dalam ms-1 ditunjukkan oleh garis-garis padat dan suhu dalam °C oleh
garis putus-putus. (Dari Wallace dan Hobbs, 1977, disesuaikan dari Palmen dan Newton, 1969).

Suhu berasal dari rata-rata

 ~ 10° - 15° lebih hangat di dalam mata karena subsidensi/penurunan


 Inti hangat menyebabkan permukaan tekanan bawah (keseimbangan hidrostatik)
 𝜃𝑒 di hurricane/badai lebih berpotensi stabil dibandingkan di luar (karena ketidakstabilan telah
dilepaskan)
 𝜃𝑒 di mata lebih tinggi (15° - 30° lebih)
Catatan :
a. Jika dimulai dengan 𝜃𝑒 = 350K dan and terus naik sepanjang adiabatik basah dan psfc = 1000 mb
(biasanya sebagian besar untuk gangguan tropis), kita bisa tunjukkan :
∆psfc = - 2.5 ∆𝜃𝑒
b. Udara dari luar badai (di mana p ~ 1000 mb) menjauh ke arah pusat (di mana p ~ 950 mb) seharusnya
normalnya secara adiabatik dingin – tapi suhu yang diamati tetap sama atau sedikit meningkat. Ini
disebabkan karena fluks panas sensible dari permukaan laut → 𝜃𝑒 meningkat secara substansial.

Teori interaksi udara-laut lebih lanjut menunjukkan bahwa fluks laten-panas dari permukaan laut saat
udara mengalir menuju pusat pada kecepatan angin besar adalah sumber energi utama lainnya.
Adanya inti mata yang hangat merupakan ciri utama dari badai → tekanan menurun di pusat.

Pendaratan

 Konvergensi gesekan yang lebih besar


 Konveksi bisa benar-benar meningkat karena efek pemompaan Ekman yang dilapisankan (tetapi
kurang tinggi 𝜃𝑒 udara dari permukaan yang menyebabkan tekanan meningkat)
 Kerusakan angin dari angin tangensial skala besar tapi juga dari downdrafts konvektif
 Tornado lemah hingga sedang umumnya terjadi setelah pendaratan
 Angin permukaan sekarang meningkat sekitar 50% dari 1 km angin (vs 70% di atas lautan) sehingga
shear vertikal meningkat secara signifikan
 CAPE pada angin topan relatif kecil

Kerusakan:
 Angin kencang, hembusan konvektif
 Kenaikan permukaan laut 1-2 m karena tekanan bawah
 Gelombang badai ~ 2 – 10 m, terkuat di kuadran kanan depan
 Gelombang
 Tornado
 Banjir dari hujan

Kerusakan
Akibat angin topan

Dengan angin topan yang sama kuatnya dengan mereka, tidak mengherankan jika di
daratan mereka menyebabkan kerusakan dan kehancuran. Bahkan ketika hurricane belum sampai ke
daratan, efeknya dapat membahayakan. Namun, sebagian besar kerusakan yang disebabkan manusia
dan alam terjadi sebagai badai membuat pendaratan.
Masing-masng fenomena di atas dapat mengubah badai menjadi perusak rumah, perusak
alam, dan bahkan dapat membunuh. Beberapa badai tropis yang membuat pendaratan menyebabkan
kerusakan dengan cara ini, tetapi sangat jarang mereka melakukannya dengan cara yang signifikan
seperti halnya angin topan.

Angin kencang
Menentukan intensitas angin topan

Intensitas siklon tropis diukur dengan kecepatan angin tertinggi yang ditemukan di
dalamnya. Saat menjadi angin topan, kekuatan relatif dari angin topan tersebut juga diukur pada skala
berdasarkan kecepatan angin terbesar. Skala ini disebut juga dengan skala Saffir-Simpson sesuai
dengan nama yang menggagaskannya. Skala tersebut tercantum pada tabel di bawah ini
Nomor Tekanan pusat Kecepatan angin Gelombang Kerusakan teramati
skala mb mi/hr badai
Kategori inci knots Feet
meters
1 >= 980 74-95 4-5 Beberapa kerusakan pada
pohon, semak belukar, dan
>=28.94 64-82 ~ 1.5 rumah-rumah mobil yang
tidak bertanah
2 965-979 96-110 6-8 Kerusakan besar pada
rumah–rumah mobil,
28.50- 83-95 ~ 2.0- kerusakan atap-atap
28.91 2.5 bangunan,dan
menumbangkan pohon
3 945-964 111-130 9-12 Kerusakan mobil-mobil
rumah, menumbangkan
27.91- 96-113 ~2.5- pohon-pohon besar,
28.47 4.0 kerusakan bangunan kecil
4 920-944 131-155 13-18 Menghancurkan rumah
mobil, Struktur dasar bawah
27.17- 114-135 ~4.0- dekat pantai rentan
27.88 5.5 terhadap banjir
5 <”920” >”155” >”18” Kerusakan besar pada rumah
dan bangunan industri,
<”27.17” >”135” >”5.5” menerbangkan bangunan
kecil, struktur dasar bawah
tidak lebih dari 500 m dari
pantai dan kurang dari 4.5 m
(15 ft) di atas permukaan
laut yang rusak

Kategori skala Saffir-Simpson pada skala angin topan yaitu dari 1-5. Kategori 1 yang paling lemah dan
kategori 5 yang paling kuat. Kekuatan angin topan cukup kuat dimulai dari kategori 3 atau dengan
angin yang berkelanjutan melebihi 96 knots (111 mph). Sebagai referensi, hanya ada dua badai
kategori 5 yang membuat pendaratan di daratan AS (Florida Keys 1935 dan
Camile 1969). Belakangan ini, terdapat badai kuat yang mendarat di Amerika Serikat yaitu Opal pada
tahun 1995 dan Fran pada tahun 1996.

Dinamika Angin Topan

 Pusaran Angin Topan tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan rotasi bumi dalam
keseimbangan vortisitas. Rotasi yang cepat dihasilkan oleh konsentrasi komponen vertikal
vortisitas absolut berdasarkan cakupan vortex / konvergensi horizontal.
 Kecepatan angin tangensial maksimum berkisar dari 50 hingga 100 m s-1.
 Gaya sentrifugal tidak dapat diabaikan dibandingkan dengan gaya Coriolis.
 Kecepatan azimuth (tangensial) dalam badai steady-state (tidak bergerak) adalah pada saat
angin gradien seimbang dengan gaya gradien tekanan radial.
 Keseimbangan hidrostatik bertahan pada skala badai,yang menandakan bahwa kecepatan
gerak vertikal azimuthal (Tangensial) adalah fungsi dari gradien suhu radial (keseimbangan
angin termal).
 Energi kinetik dari angin topan tetap bertahan karena adanya pelepasan konversi energi panas
laten di lapisan batas yang diperoleh dari dasar samudera.
 Konversi energi potensial ini dibawa oleh sirkulasi sekunder melintang yang disebabkan oleh
topan, seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Gambar 9.14 Skema
penampang lintang dari sirkulasi sekunder menggambarkan saat badai dalam tahap matang. Udara
bergerak spiral menuju mata (wilayah 5) di lapisan batas (wilayah 4), naik di sepanjang permukaan M
konstan di langit bawah (wilayah 1), dan perlahan-lahan melemah dan hilang di daerah 2 dan 3. (After
Emanuel, 1988).

Teori Pembentukan Hurricane

Dua teori utama:


Teori CISK (Conditional Instability of the Second Kind) dan teori interaksi Air-laut
Teori CISK (Conditional Instability of the Second Kind) 1960's - 1970's):

Merupakan hubungan antara konveksi dan konvergensi skala besar:


 Gangguan lemah yang mengandung vortisitas
 Ekman layer (BL) konvergensi melalui pemompaan Ekman
 Peningkatan konveksi
 Pelepasan panas laten
 Peningkatan suhu
 Tekanan permukaan turun
 Peningkatan vortisitas
 Peningkatan konvergensi
 Sebuah perputaran umpan balik - ketidakstabilan

Analisis linier untuk menggambarkan proses ketidakstabilan di atas belum terlalu berhasil, namun,
karena ada sedikit bukti bahwa interaksi tersebut mengarah ke lapisan pertumbuhan maksimum pada
skala badai yang diamati.
Masalah lain adalah, seperti yang ditunjukkan oleh Emanuel (handout) bahwa keadaan tropis rata-
rata netral secara kondisional terhadap parsel konvektif lapisan bawah, ketika uap air terhitung. Oleh
karena itu daya apung bersih dalam awan konvektif relatif kecil terhadap lingkungannya. Diyakini
bahwa itu adalah perbedaan suhu antara pusat badai dan lingkungan sekitarnya yang mendorong
sirkulasi badai.
Teori interaksi udara-laut (Emanuel 1988, handout)
Pandangan yang berbeda secara dramatis telah diusulkan, terutama oleh Emanuel pada akhir tahun
1980an yang disebut sebagai teori interaksi udara-laut.

Hal ini didasarkan pada fakta bahwa energi potensial untuk angin topan muncul dari ketidakseimbangan
termodinamika antara atmosfer dan lautan yang mendasarinya.

Karena lapisan batas bawah tidak jenuh, maka udara BL memiliki potensi peningkatan qv yang signifikan
𝜃𝑒 (atau lembab entropi), oleh karena itu sumber energi yang sebenarnya diyakini berasal dari
permukaan hangat lautan topis.

Gambar 9.14 Skema penampang lintang dari sirkulasi sekunder menggambarkan saat badai dalam tahap
matang. Udara bergerak spiral menuju mata (wilayah 5) di lapisan batas (wilayah 4), naik di sepanjang
permukaan M konstan di langit bawah (wilayah 1), dan perlahan-lahan melemah dan hilang di daerah 2
dan 3. (After Emanuel, 1988).

Teori interaksi udara-laut melihat energi dari badai steady-state sebagai contoh dari siklus mesin panas
Carnot di mana panas diserap (dalam bentuk uap air) dari lautan pada suhu Ts dan dikeluarkan melalui
radiasi ke angkasa pada suhu T0 puncak badai.
Dengan teori ini, sirkulasi didorong oleh ∆𝑇 antara wilayah 1 (+5) dan wilayah 2. Suhu di wilayah 1 lebih
tinggi karena peningkatan uap air dari udara BL saat mengalir ke arah mata dan di wilayah 5 karena
penurunan.

Investigasi kuantitatif dari sumber energi: Berapa peningkatan entropi basah?


Ingat rumus entropi kering
𝑑𝑠 = 𝐶𝑝 𝑑𝑙𝑛(𝜃)
Dimana
𝑅⁄
𝑃0 𝐶𝑝
𝜃 = 𝑇( )
𝑝

𝑑 ln 𝜃 = 𝑑 ln 𝑇 − 𝑅⁄𝐶 𝑑 ln 𝑝
𝑝
atau

𝐶𝑝 𝑑 ln 𝜃 = 𝐶𝑝 𝑑 ln 𝑇 − 𝑅 𝑑 ln 𝑝 .

Sekarang untuk Proses Kelembapan , dapat ditunjukkan dengan:

𝐿𝑑𝑤𝑠
𝐶𝑝 𝑑 ln 𝜃 = − 𝑇
(Rumus untuk adiabatik basah)

Jadi, entropi basah :

𝐿𝑑𝑤𝑠
𝑑𝑠 = 𝐶𝑝 𝑑 ln 𝑇 + − − 𝑅 𝑑 ln 𝑝 .
𝑇

Ketika udara bergerak menuju pusat badai, entropi meningkat karena peningkatan kelembapan
(𝑑𝑤𝑠 term) melalui gerak panas laten dan 𝑝 berkurang (tetapi suhu tetap sama seperti fluks panas yang
masuk dari neraca laut yang diharapkan terjadi pendinginan adiabatik - ekspansi isotermal, panas yang
masuk pada T tinggi).
Ketika udara naik di daerah dinding mata (wilayah 1 dalam Gambar), 𝑠 dikonservasi.
𝑠 menurun di bagian luar topan pada level atas karena pendinginan radiasi (pada titik 𝑂 ke 𝑂′)
Teorema Carnot mengatakan bahwa total energi mekanik yang tersedia dari sirkuit tertutup melalui badai
adalah total input panas dikalikan dengan efisiensi:
𝐸 = 𝜀 𝑇𝑆 (𝑠𝑐 − 𝑠𝑎 ) (c untuk pusat dan α untuk ambient, di luar)
Dimana 𝜀 adalah efisiensi termodinamis dari mesin panas.
𝑇𝑆 − 𝑇0
𝜀=
𝑇𝑠
Saat 𝑇𝑆 ~ 300 K dan 𝑇0 ~ 200 K, efisiensi mesin panas, yang diberikan oleh persamaan di atas dapat
mencapai 30%, yaitu, sebanyak 30% panas yang diperoleh pada lapisan bawah dapat diubah menjadi
energi kinetik.

Saat badai dalam keadaan diam, hampir semua energi mekanik yang dihasilkan dari siklus Carnot
digunakan untuk menyeimbangkan pembuangan friksi di permukaan laut. Secara lokal, udara didorong
melawan gesekan oleh gradien tekanan radial.

Menyamakan gaya gradien tekanan ketika parsel bergerak dari titik a ke c, lalu ke 𝐸
𝑐
1 𝑑𝑝
−∫ 𝑑𝑟 = 𝜀 𝑇𝑆 (𝑠𝑐 − 𝑠𝑎 )
𝑎 𝜌 𝑑𝑟

𝑐
𝑅𝑇
−∫ 𝑑𝑝 = 𝜀𝑇𝑆 (𝑠𝑐 − 𝑠𝑎 )
𝑎 𝑝

Atau

𝑅𝑇𝑠 [ln 𝑝𝑐 − ln 𝑝𝑎 ] = − 𝜀 𝑇𝑆 (𝑠𝑐 − 𝑠𝑎 )

Penyelesaian untuk 𝑝𝑐 memberikan kemungkinan minimum pada tekanan sentral. Gambar.7 di Emanuel
diperoleh dengan cara ini. Pada dasarnya ini adalah fungsi dari suhu dan suhu permukaan laut di stratosfer
bawah. Lihat Gambar 8.
Sebab, model interaksi udara-laut bergantung pada fluks permukaan laut, yang bergantung pada
kecepatan angin. Hal ini telah dibuktikan dalam model numerik bahwa pusaran awal harus memiliki
intensitas yang cukup (kecepatan angin cukup besar) bagi badai untuk terbentuk. Lihat Gambar.9.
Kesulitan yang sebenarnya adalah dalam menentukan gangguan tropis mana yang dapat menimbulkan
intensitas yang cukup untuk berkembang menjadi badai. Ini masih merupakan masalah yang belum
terpecahkan.

Gambar 7. Hurricanes adalah area dengan tekanan sangat bawah. Lautan tropis adalah tempat tumbuh
yang ideal bagi mereka, seperti yang ditunjukkan oleh peta ini, yang menunjukkan tekanan sentral
berkelanjutan minimum dalam badai tropis di bawah bulan September kondisi iklim rata-rata di Samudra
Pasifik dan Laut Karibia. Tekanan, yang telah dihitung menggunakan Persamaan.5, dinyatakan dalam
milibar, dengan 1.015 mb diasumsikan sebagai tekanan permukaan normal. Titik-titik dan angka-angka
yang dicetak miring menunjukkan masing-masing lokasi dan tekanan pusat dari beberapa badai paling
kuat yang tercatat. Badai tropis di wilayah Australia tidak diindikasikan, karena mereka terjadi selama
akhir musim panas Belahan Bumi Bagian Selatan (Februari-April).
Gambar 8. Cara yang lebih umum untuk menilai tekanan atmosfer bawah yang berhubunngan dengan
angin topan ditunjukkan oleh diagram ini, yang menunjukkan tekanan pusat berkelanjutan minimum
(dalam milibar) badai tropis dihitung dari Persamaan.5 sebagai fungsi dari suhu permukaan laut. dan
suhu rata-rata dari stratosfer bawah. Kelembaban relatif permukaan sekitar diasumsikan sebesar 75%.
Tidak ada solusi persamaan 5 yang mungkin di wilayah yang ditandai "hypercanes" karena energi
mekanik yang dihasilkan oleh mesin panas Carnot begitu besar sehingga tidak dapat diimbangi oleh
gesekan permukaan saja. Intensitas angin topan di rezim ini akan dibatasi oleh disipasi energi kinetik yang
bergolak, mungkin pada kecepatan angin yang sangat tinggi.
Gambar 9. Model komputer memberikan jawaban parsial atas pertanyaan mengapa badai jarang terjadi
meskipun atmosfer tropis memiliki banyak energi untuk mendukungnya. Grafik ini menunjukkan evolusi
dengan waktu kecepatan angin permukaan maksimum yang dihasilkan oleh salah satu model numerik
tersebut (Rotunno dan Emanuel 1987). Kurva merah dimulai dengan vortex amplitudo 12 m / detik,
sedangkan kecepatan maksimum dalam percobaan yang dimulai dengan vortex amplitudo 2m / detik,
tetapi sebaliknya identik, ditunjukkan oleh kurva abu-abu. Kegagalan vortex lemah untuk memperkuat
menunjukkan bahwa angin topan dalam model ini tidak dapat timbul dari sumber yang lemah; sebaliknya,
suatu pusaran amplitudo yang cukup harus disediakan dengan sarana independen. seperti gelombang
berskala besar atau kompleks badai petir dari benua lintang tengah.

Daftar Pustaka:
Emanuel, K. A., 1986: An air -sea interaction theory for tropical cyclones. Part I: Steady state
maintenance. J. Atmos. Sci., 43, 585-604.
Rotunno, R., and K. A. Emanuel, 1987: An air-sea interaction theory for tropical cyclones. Part II: An
evolutionary study using a hydrostatic axisymmetric numerical model. J. Atmos. Sci., 44, 543-561.
Referensi:
Davies-Jones, R. P., 1984: Streamwise vorticity: asal-usul rotasi updraft dalam badai supercell. J. Atmos.
Sci .. 41, 2991-3006.
Davies-Jones, R.P., D. Burgess, dan M. Foster, 1990: Helicity sebagai parameter perkiraan tornado.
Pracetak, 16 Conf. di Badai Lokal yang Parah, 588-592.
Droegemeier, K. K., S. M. Lazarus, dan R. P. Davies-Jones, 1993: Pengaruh helicity pada badai konvektif
simulasi numerik. Mon. Wea. Pny., 121, 2005-2029.
Lilly, D. K., 1986: Struktur, energi dan merambat dari badai konvektif yang berputar. Bagian II: helicity dan
stabilisasi badai. J. Atmos. Sci .. 43. 126-140.
Weisman, M. L., dan J. B. Klemp, 1982: Ketergantungan badai konvektif simulasi numerik pada geser
vertikal dan daya apung. Mon. Wea. Rev .. 110. 504-520.
Weisman, M.L., dan J. B. Klemp, 1984: Struktur dan klasifikasi badai konvektif simulasi numerik dalam
berbagai gunting yang berarah. Mon. Wea. Pny. 112, 2479-2498.
REFERENSI Bab1
Atkinson, B., 1981: Meso-Scale Atmospheric Circulations. Academic Press, 495 pp.
Bluestein, H. B., 1993: Synoptic-dynamic Meteorology in Midlatitudes. Volume II: Observations, and
Theory of Weather Systems. Oxford University Press, 594 pp.
Emanuel, K. A., 1986: Overview and definition of mesoscale meteorology. Mesoscale Meteorology and
Forecasting, P. S. Ray, Ed., American Meteorological Society, Boston, MA, 1–17.
Fujita, T. T., 1981: Tornadoes and Downbursts in the Context of Generalized Planetary Scales. J. Atmos.
Sci., 38 (8), 1511–1534.
Markowski, P. and Y. Richardson, 2010: Mesoscale Meteorology in Midlatitudes. Wiley, 430 pp.
Orlanski, I., 1975: A rational subdivision of scales for atmospheric processes. Bull. Amer. Meteor. Soc., 56
(5), 527–530.
Vinnichenko, N. K., 1970: The Kinetic Spectrum in the Free Atmosphere—1 Second to 5 Years. Tellus, 22,
158–166.

Anda mungkin juga menyukai