Anda di halaman 1dari 28

Bab 1. Teknologi Pembangkit Energi Angin.

1. Sumber Energi Angin


1.1. Sistem Angin Global
Daerah disekitar katulistiwa pada 0o lintang (latitude) lebih banyak mendapat panas dari
matahari dibandingkan dengan daerah lainnya. Udara panas lebih ringan dibandingkan
udara dingin akan naik ke atas mencapai kira kira ke ketinggian 10 km dan akan
berpindah kearah utara dan selatan, disekitar 30o lintang disetengah belahan bumi dan
gaya Coriolis mencegah udara bergerak lebih jauh. Pada daerah 30o lintang menjadi
daerah bertekanan tinggi. Dengan adanya udara yang naik pada daerah katulistiwa maka
menjadikan daerah bertekanan rendah diatas tanah membentuk angin dari arah utara dan
selatan. Pada pole merupakan daerah tekanan tinggi karena pendinginan. Pola angin
gobal dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Sistem angin global yang disederhanakan

1.2. Angin darat dan angin laut


Pada siang hari, daratan lebih cepat panas dibandingkan dengan laut. Udara didarat naik
menjadikan tekanan rendah di darat, dan menyebabkan tiupan angin dari tekanan tinggi
dari laut menuju daratan, yang kita kenal sebagai angin laut. Pada saat matahari
tenggelam seringkali merupakan periode tenang ketika daratan dan laut mempunyai
temperature yang sama. Pada malam hari, arah angin berbalik dari darat kelaut atau
angin darat umumnya mempunyai keepatan lebih rendah dibandingkan dengan angin
laut dikarenakan pada malam hari perbedaan temperature daratan dan laut lebih kecil.

1.3. Energi Angin dunia

1
Atlas angin dunia, memperkirakan produksi luaran listrik tahunan dalam kwh per kW
terpasang dari turbin angin pada kecepatan kerja 11.2 m/s. dalam gambar dibawah ini
Gambar dengan 270-2250 artinya :
Produksi tahunan dari 1 kW turbin generator = 750 ~ 2250 (kWh/tahun)
Kecepatan angin rata-rata untuk 1 kW turbin generator = 11,2 m/s
(Keluaran tahunan dari turbin)
Kapasitas plan =
(keluaran turbin dalam 24 jam dan 365 hari)

~
100 8,6 ~ 25.7% (1)

Gambar 2. Energi Angin Dunia

1.4. Kecepatan Angin bervariasi


Kecepatan angin selalu berfluktuasi, perubahan ini tergantung pada musim dan kondisi
permukaan serta rintangan rintangan yang ada pada tempat tsb.
1.4.1. Variasi angin musiman
Kondisi angin pada musim kemarau serta musim penghujan akan berbeda
tergantung pada musim yang sedang berlangsung.
1.4.2. Variasi angin berdasarkan ketinggian
Kecepatan bertambah seiring dengan bertambahnya ketinggian diatas permukaan
tanah merupakan phenomena yang sudah banyak dikenal. Kecepatan angin

2
bertambah secara beraturan sebagai fungsi dari ketinggian diatas tanah, kecuali jika
terdapat ketidak teraturan pada permukaan di daerah zona Eddy. Kecepatan angin
pada suatu titik didapat secara eksperimental menggunakan rumusan dibawah ini

(2)

Dimana V kecepatan angin pada titik yang dituju


V1 kecepatan angin maksimum pada titik pengukuran
Z ketinggian pada titik yang dituju
Z1 Ketinggian titik pengukuran
n Koefisien percobaan untuk distribusi angin

Tabel 1 Koefisien eksperimental n


Kondisi permukaan daratan n
Lapangan rumputan 7 ~ 10
Pinggir pantai 7 ~ 10
Sawah 4 ~ 6
Perkotaan 2~ 4

Gambar 3. Profil kecepatan angin yang dipengaruhi kondisi tanah

1.4.3. Rintangan Angin


Rintangan terhadap angin seperti bangunan, pepohonan, struktur dan lainnya akan
menurunkan kecepatan angin secara berarti, dan kebanyakan menimbulkan aliran
turbulen. Daerah turbulen dapat meluas sehingga tiga kali dari ketinggian rintangan.
Aliran turbulen akan bertambah tajam dibagian belakang rintangan dibandingkan

3
didepan rintangan. Sehingga untuk menghindari rintangan dekat dengan turbin,
terutama jika didepan angin pada saat tiupan angin searah.

Gambar 4. Aliran udara disekitar rintangan

1.4.4. Prakiraan kasar kecepatan angin


Pada gambar dibawah ini merupakan metod prakiraan kecepatan angin secara kasar
tanpa menggunakan anemometer pengukur kecepatan angin diatas laut yang telah
dipublikasikan pada tahun 1805 oleh British Navy, dan telah diperbaiki oleh WMO
(World Metrology Organization) untuk memperkirakan kecepatan angin didaratan

Tabel 2 Klasifikasi Kecepatan Angin


Class Kecepatan
Angin (m/s)
0 < 0.3
1 0.3 ~ 1.6
2 1.6 ~ 3.4
3 3.4 ~ 5.5
4 5.5 ~ 8.0
5 8.0 ~ 10.8
6 10.8 ~ 13.9
7 13.9 ~ 17.2
8 17.2 ~ 20.8
9 20.8 ~ 24.5
10 24.5 ~ 28.5
11 28.5 ~ 32.7
12 > 32.7

Gambar 5. Klasikasi kecepatan angin oleh Meteorologi

1.5. Perencanaan plan tenaga angin (Wind power plant planning)


Kelayakan suatu pembangkit tenaga angin sangat tergantung dari poduksi daya yang
dihasilkan. Faktor utama penentu dari produksi daya tentunya sumber atau potensi

4
energy angin yang tersedia, desain dari tata letak turbin angin dan performansi turbin
angin. Merupakan tantangan dalam mendisain tataletak turbin angin sehingga mencapai
maksimum produksi energy. Berikut ini adalah bagan prosedur untuk mendapatkan
desain tata letak turbin angin yang optimum.

Gambar 6. Bagan prosedur pemilihan dan tata letak pembangkit tenaga angin.

1.6. Pemilihan lokasi


Perencanaan Plan Tenaga Angin, lokasi harus dipilih dengan memperhitungkan
beberapa pertimbangan dibawah ini
1. Titik yang banyak angin dimana plan tenaga angin akan di pasang. Pencatatan data
dalam periode yang panjang dari data meteorology dibawah ini dapat digunakan
sebagai acuan seperti
a. Data kecepatan rata rata bulanan
b. Kecepetan angin maksimum sesaat

5
c. Arah angin yang paling sering berhembus dengan kencang
d. Variasi kecepatan rata2 dari tahun ke tahun.
2. Rintangan atau halangan sekitar tempat berbukit.
Detil topographi dari peta dan tata guna lahan dapat digunakan sebagai rujukan. Jika
lokasi didaerah perbukitan, maka akan ada daerah aliran yang tercepat yang dapat
dimanfaatkan, tetapi juga bisa mengecewakan karena aliran turbulen. Bukit di pantai
salah satu pilihannya, jika angin bertiup dari arah pantai, tetapi juga bisa terjadi
turbulensi aliran didaerah tsb (lihat gambar )

Gambar 7. Kecepatan bertambah didaerah perbukitan dan/atau gunung

Gambar 8. Turbin angin didaerah padang atau pedesaan

3. Berdekatan dengan jala jala listrik.


Umumnya, turbin angin yang besar kapasitasnya harus terkoneksi dengan jala jala
listrik, sehingga dapat menerima listrik dari turbin angin. Jala jala listrik local,
terlalu lemah untuk menerima keluaran dari turbin angin. Dalam kasus, plan yang
lebih kecil dapat dikoneksi ke jala jala local. Turbin Angin miko dengan daya lebih
kecil dari 10 kW pada penggunaan didaerah terpencil sama halnya dengan
pembangkit Sistem Photo Voltaic.

6
4. Tanah untuk pondasi sesuai dengan spesifikasi bangunan sipil. Layak untuk
bangunan serta pondasi turbin angin dan konstruksi jlan, dimana akan lalulalang
kendaraan berat.
5. Pengaruh pembangunan terhadap lingkungan local, beberapa hal yang harus diteliti
antara lain
a. Bising pada turbin angin berasal dari peralatan mekanik yang berputar dan
kebisingan akibat aerodinamik dari sudu airfoil yang berputar. Penilaian
kebisingan dilakukan pada kecepatan angin antara 6 ~ 7 m/s. Pada kecepatan ini
bising yang ditimbulkan peralatan yang berputar lebih besar dibandingkan
kebisingan yang ditimbulkan hanya oleh angin. Karena pada kecepatan angin
lebih besar dari 10 m/s kebisingan akibat benda berputar tidak dapat ditengarai
dari jarak beberapa ratus meter dari sumber.
b. Dampak pemandangan atau visual, kebanyakan ladang turbin angin dari sisi
visual tidak banyak berdampak karena turbin akan mempunyai dimensi yang
sama, dan berputar dan mengarah dalam satu arah secara seragam, sehingga
perlu diperhatikan pada pembangunan lading turbin:
i. Semua turbin mempunyai ukuran dan bentuk yang sama
ii. Sudu turbin selau berputar dalam arah yang sama.
iii. Dibentuk barisan yang teratur dari turbin2 angin
iv. Warna turbin sebaiknya yang cerah seperti warna abu dan putih, dan ini
merupak warna yang sangat cocok untuk turbin dengan latar langit biru.

Gambar 9. Turbin2 Angin yang berbentuk, berukuran sama serta warna yang
serasi

6. Interfrensi telekomunikasi, radio, televise ataupun microwave mungkin dapat


terpengaruh oleh turbin angin ataupun ladang turbin. Sudu2 yang terbuat dari

7
fiberglass yang kuat dan fleksibel, bahan ini tidak menyebabkan interfrensi sinyal
telekomunikasi.

1.7. Peta angin


Tujuan utama dari peta angin adalah untuk mendapatkan data untuk penilaian potensi
daya output. Parameter yang penting dalam energy angin adalah kecepatan angin V,
karena daya output turbin angin akan berbanding lurus dengan V3. Selanjutnya
diperlukan data data persis dari statistic kecepetan angin untuk penilaian produksi
energy, misalnya data kecepatan angin musiman beberapa tahun, variasi dari kondisi
angin. Hal ini bisa didapat dari stasiun pengamatan meterologi yang melakukan
pengamatan dan pencatatan dalam periode tahunan sampai puluhan tahun.
Kebutuhan karakteristik sumber angin di lapangan digambarkan pada Wind Rose,
dimana informasi tentang distribusi kecepatan angin dan frekuensi serta perubahan arah
angin dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini.

Gambar 10. Contoh dari Wind Rose, besar dan arah angin

1.8. Pengaruh ulakan dan pusaran


Pada ladang turbin angin, dimana banyak turbin angin dipasang, angin yang telah
melalui sudu dan meninggalkan turbin seharusnya mempunyai energy yang lebih kecil.
Pada kenyataannya terdapat ulakan dibelakang turbin angin, sehingga kecepatan
menurun dan aliran menjadi turbulen. Jika banyak turbin yang dipasang, maka besar
kemungkinan turbin mendapatkan pusaran aliran dari turbin sebelumnya. Sehingga
diperlukan ruang terbuka cukup besar antara turbin agar tidak saling mempengaruhi.

8
1.9. Turbine layout in wind farm
Turbin di lading turbin harus disusun sedemikian rupa turbin tidak saling menghalangi.
Diharapkan dibuat ruang antara turbin sejauh mungkin dan mengarah kearah angin
bertiup, dengan kerugian energi antara turbin tidak lebih dari 5%.

2. Pengetahuan dasar Turbin Angin


2.1. Teori Turbin Angin
Efisensi ideal dari turbin angin tanpa friksi telah dihitung oleh BETZ pada tahun 1920,
dimana maksimum energy angin yang tersedia merupakan energy kinetic total melalui
bilah sudu turbin berpenampang A, yakni
!" #$% 0.5&' (3)
Efisiensi maksimum dari turbin angin ideal, yang dinyatakan dalam koefisien daya dan
Total kefisien daya maksimum
() 0.593 (4)
Yang dikenal sebagai angka limit dari BETZ
Perbandingan kecepatan tip dengan kecepatan angin (TSR=tip speed ratio) didefiniskan
sebagai
/01
,-. (5)
2

Dengan n : kecepatan putar turbin (rps)


R : radius turbin angin (m)
V: kecepatan angin (m/s)
Pada tahun 1920 Betz memperkirakan efisiensi teoritis dari turbin angin dengan
pemodelan yang diperlihatkan pada gambar 11 dibawah ini.

Gambar 11. Aktuator disk dan analisa garis arus melalui turbin angin

9
Untuk mengerti mekanisme penyerapan daya dari angin oleh propeller, lihat gambar 11,
model 1 dimensi dari disk actuator dimana terjadi diskontinuitas tekanan static. Dengan
mengambil anggapan dari Rankine Froud, teori disk actuator dilandasi oleh anggapan:
1. Angin bertiup dengan seragam dan stedi.
2. Tidak ada halangan aliran angin dari hulu ke hilir.
3. Kecepatan aliran seragam pada disk.
4. Aliran angin yang melewati disk terpisah dari aliran sekelilingnya,
sebagaimana di definisikan di dalam tabung arus (stream tube)
5. Aliran angin inkompresibel
6. Tidak ada pusaran aliran akibat dari putaran disk.
Sekarang kita pandang volume atur berbentuk selinder (gambar 11) dengan penampang
S dan catat seksi 0, 3, 2, dan 1. Angin mendekati disk dengan kecepatan Vo jauh di hulu
pada seksi 0 pada tekanan static sekitar po. Energi di ekstraksi oleh rotor, dan
mengurangi kecepatan sehingga garis arus terekspansi. Jika penurunan kecepatan akibat
induksi rotor adalah v, sehingga kecepatan pada disk menjadi Vo-v=u, sementara jauh di
hilir pada seksi 1 angin telah diperlambat menjadi kecepatan u1 dan tekanan telah
kembali menjadi tekanan po. Nyatakan A sebagai penampang disk rotor dan ρ sebagai
kerapatan udara. Kerugian momentum dari aliran fluida menyebabkan gaya dorong
(Thrust) T yang bekerja pada rotor melawan aliran, dengan mengkombinasikan dengan
resultan neto dari tekanan luar pada volume atur, seperti terlihat pada gambar 11.
Pada tabung garis arus, kontinuitas 3 '3 4' 4 ' Penulisan persamaan kontinuitas
untuk aliran diluar tabung arus pada seksi 0 dan 1, kita harus dapatkan laju aliran neto
∆6 diluar dari Volume atur seperti dibawah ini
∆6 3 78- 9 '3 : 9 8- 9 ' :; 3 8' 9 '3 : (6)
Penulisan teorema momentum untuk Volume atur selinder, didapat
& 3 - 9 , & 3 8- 9 ' : < &4 ' < &∆6 3 (7)
Dengan memasukan ∆6 dan 3 '3 4' 4 ' maka didapat gaya dororng (thrust)
seperti berikut ini
, &' 4 8 3 94 : (8)
Bilah propeler dinyatakan sebagai actuator disk yang didekati oleh rotor yng mempunyai
jumlah sudu yang banyak dan sangat tipis, dan tanpa friksi dengan kecepatan tip jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin. Aktuator disk ini yang
membangkitkan perbedaan tekanan statik dikontinyu p3 didepan penampang A, p2
dibelakang penampang A serta kecepatan local u. Arus Angin yang dibatasi oleh tabung
garis arus (stream tube) yang mendekatkan kecepatan angin Vo pada masukan dan

10
memperlambat kecepatan di hilir pada kecepatan u1. Kenaikan tekanan p3 terjadi tepat
sebelum disk dan tekanan turun hingga tekanan p2 setelah disk dan tekanan hilir
kembali ke tekanan semula po. Untuk menahan propeller kaku pada saat mengambil
(extract) energy dari angin, maka harus ada gaya T yang mengarah kearah kiri.
Dengan mengaplikasikan hokum Bernoulli pada seksi 0 sampai seksi 3 juga pada seksi 2
ke seksi 1, maka
& 3 < =3 &4 < = (9)

&4 < = &4 < = (10)

Sehingga gaya dorong rotor menjadi


, '8 = 9 = : (11)

Dengan menggunakan persamaan 4, maka didapat

, &'8 3 9 4 :/2 (12)

Samakan persamaan 6 dengan persamaan 3, dan dengan menggunaka 4' 4 ' maka
didapat bahwa
4 8 < 4 :/2 (13)

Maka terlihat bahwa kecepatan pada disk adalah kecepatan rerata dari keceptan hilir dan
hulu aliran. Definisikan sebagai faktor gangguan aksial a sebagai penurunan fraksi
kecepatan antara arus bebas dan bidang rotor yang dinyatakan oleh
@
? (14)
2A
Didapat

4 3 81 9 ?: (15)

4 81 9 2. ?: (16)

Untuk a = 0, Angin tidak ada penurunan dan tidak ada daya yang didapat, tetapi jika
a=0.5 Kecepatan angin menurun menuju kecepatan nol dibalik rotor dan tanpa adanya
angin, tidak ada daya yang dapat dibangkitkan. Energi yang terserap oleh rotor per
satuan waktu adalah

& 3 '4 9 &4 '4 &'4 8 3 94 : &'4 8 3 < 4 :8 3 94 : (17)

Dengan memasukan harga 4 B?C 4 maka didapat


11
& 3 '. 4?81 9 ?: (18)

Jika didefinisikan Koefisien daya ()


)
() (19)
F2AG H
E

sehingga () 4?81 9 ?:

Maksimum () didapat pada ? sehingga

16
() I%J" 0.593
27

4 3 (20)

4 3 (21)

Mari kita periksa model diatas,


Pertama, Kecepatan angin pada rotor selalu lebih kecil dari kecepatan angin bebas ketika
daya diserap, sehingga penyederhanaan bahwa rotor dengan sudut pitch sama dengan
2A
arctan tidak benar, memberikan angka yang terlalu tinggi.
Ω1

Kedua, model menganggap tidak terdapat ulakan rotasi, misalnya tidak ada energy
kinetic yang terbuang akibat ulakan putaran. Seperti yang akan diketahui, putaran
rendah, soliditas yang tinggi dari rotor seperti pada windmill terdapat banyak kerugian
akibat ulakan rotasi, sehingga membatasi efisiensinya.
Ketiga, walaupun desain rotor sangat baik, telah terbukti bahwa tidak akan
mengekstraksi lebih dari 60% dari energy kinetic angin. Rentang factor gangguan a
adalah dari 0 untuk tanpa ekstraksi ke setengah, yang mana pada titik ini secara teoritis
kecepatan lambat hingga mencapai nol. Diluar rentang harga 0<a<0.5 maka model diatas
telah dilanggar.
Gaya dorong (thrust) rotor adalah
, &'8 3 94 : (22)

Dengan 4 3 81 9 2?: sehingga gaya dorong menjadi

12
, &' 3 74?81 9 ?:; Q'74?81 9 ?:; (23)

Dengan Q sebagai tekanan dinamik.


Jika kita umpamakan bahwa rotor sebagai propeller, maka kita bisa mencari koefisien
gaya dorong (Thrust coefficient), sebagai berikut,
R
(R (24)
SH

Dilain pihak, jika T sebagai gaya tahanan dari suatu plat yang sama luas
penampangnya, maka Koefisien gaya tahanan (Drag coefficient) adalah
R
(T (25)
SH

Sehingga
(R (T 4?(1 9 ?)
(26)
Tekanan angin pada sudu menjadi seperti dibawah ini

2UV
= 4Q?(1 9 ?) 4Q?(1 9 ?)/YZ
W. X
(27)
[.\
Dimana B adalah banyaknya sudu, YZ /!
sebagai soliditas local dan c adalah panjang

local chord pada jari jari r. Jika harga c konstan, mengakibatkan segitiga pembebanan
sudu naik dengan naiknya harga r.
Selanjutnya jika ekspansi dari ulakan turbin, dari hulu ke hilir dinyatakan oleh
.3 , . B?C . dimana hokum kekekalan masa atau kontinuitas membuat persamaaan,
U.3 3 U. 4 U.
Dengan memasukan 4 3 (1 9 ?) dan 4 (1 9 2?) didapat hubungan

. .3 /](1 9 ?) dan . .](1 9 ?)/(1 9 2?)


Untuk kondisi Daya keluaran maksimum dengan ? 1/3 maka didapat
. 1.225 .3 . 1.414 .

2.2. Daya Keluaran Turbin Angin


Daya output turbin angin dapat diperkirakan dengan hubungan dibawah ini

13
0.5&'() /1000 (28)

Dengan P : Output generator turbin angin dalam kW

& : kerapatan masa udara (sekitar 1,225 kg/m3) di permukaan air laut

A : Luas penampang rotor turbin angin A=3.14.r2 dalam m2.

CP : Koefisien daya, sebesar 0.593 maksimum secara teoritis, biasanya didekati


dengan 0.35, termasuk dengan efisiensi turbin, generator dan transmisi.

V : Kecepatan angin (m/s)

Gambar 12. Prakiraan performansi dari beberapa jenis turbin angin fungsi dari TSR

Gambar 12 Prakiraan Daya output dari generator turbin angin

14
2.3. Aerodinamika rotor
2.3.1. Prinsip turbin Angin tipe propeller
Mengacu pada gambar 13, Rotor turbin angin berputar dengan gaya total (Li-Di) dari
setiap potongan elemen sudu. Penetapan sudut serang pada setiap elemen sudu
sudah tetap dan disesuaikan dengan tempat elemen berada dan dipilih berdasarkan
jenis airfoil yang digunakan dan elemen sudu dipilih pada performansi terbaiknya.
Gaya angkat (Lift) dan Gaya Tahanan (Drag) tergantung dari kecepatan angin
dengan kondisi bahwa kecepatan putar rotor tetap. Kecepatan putar rotor dikontrol
oleh kebutuhan putaran generator, terutama yang dikoneksikan dengan jala jala.
Sudut serang berubah lebih besar dengan adanya kenaikan kecepatan angin.

Gambar 13. Prinsip kerja dari turbin angin tipe propeller

Gambar 14. Keadaan gaya dan kecepatan relative w pada kecepatan angin berbeda

Kecepatan putar rotor U dipertahankan sama maka dengan bertambahnya kecepatan


angin V (5 m/s, 15 m/s dan 25 m/s) terlihat gaya F bertambah dan sudut serang
(sudut antara kecepatan U dan kecepatan relative W) bertambah besar.

15
Gambar 15. Kurva koefisien Lift dan Drag vs sudut serang
Dengan bertambahnya sudut serang Koefisien gaya angkat bertambah sampai pada
sudut serang lebi besar dari 20o, maka terjadi penurunan koefisien gaya angkat
secara drastis, keadaan ini yang dinamakan “Stall”. (lihat gambar 15)

2.3.2. Prinsip turbin angin tipe Darrieus


Dengan prinsip yang sama dengan turbin angin propeller, elemen air foil dapat
membangkitkan gaya angkat dan drag, sepanjang keliling rotor Darrieus, komponen
gaya Li berkontribusi memberikan torsi turbin.

Gambar 16. Prinsip kerja dari Turbin Darrieus, Turbin angin poros vertical

2.4. Kurva daya dari turbin angin tipe propeller

Kurva daya dari turbin angin menunjukan berapa besar daya listrik yang dihasilkan pada
beberapa kecepatan angin. Pada gambar 17 diperlihatkan contoh kurva pengontrolan pitch sudu
dan pengontrolan stall turbin angin untuk mengontrol daya output terhadap kecepatan angin.
Turbin mulai berputar pada kecepatan angin di sekitar 5 m/s dan menhasilkan daya sebesar 300
kW pada kecepatan angin 15 m/s (rated speed) jika kecepatan angin melebihi 15 m/s, maka
control akan bekerja sesuai dengan kurva dan jenis pengontrolan Pitch control atau stall control.

16
Gambar 17. Perbandingan Kurva Daya antara kontrol Blade Pitch dan kontrol
Stall

2.5. Kontrol Daya turbin angin


Turbin angin umumnya di disain pada keadaan dimana dapat menghasilkan daya
maksimum yang diperbolehkan, biasanya pada kecepatan angin disekitar 15 m/s, tidak
didisain pada kecepatan angin tertinggi yang mungkin terjadi, karena kecepatan tertinggi
tersebut kemungkinan jarang terjadi. Dalam keadaan dimana kecepatan angin melebihi
kecepatan desain, maka diperlukan mekanisme untuk mengatur agar daya listrik yang
dihasilkan generator tidak melebihi kapasitasnya.

Gambar 18. Blade Pitch Controlled Gambar 19. Kurva Torsi pada setiap sudut pitch

17
Contoh kurva energy pada control blade pitch dapat dilihat pada gambar 18, dimana
kecepatan kerja maksimum di 15 m/s.
Untuk mengatur daya yang dihasilkan turbin angin terdapat dua jenis control:
1. Blade pitch controlled wind turbines
2. Stall Controlled Wind Turbines, passive stall controlled dan Active stall
controlled.

2.5.1. Turbin angin dengan Pitch Control


Pada turbin angin dengan kontrol blade pitch, rotor dilengkapi dengan actuator
pemutar sudu sehingga bisa merubah sudut pitch dan turbin dilengkapi dengan
control elektronik yang dipassangkan pada turbin. Kontrol elektronik turbin
memeriksa daya yang dihasilkan setiap saat. Jika daya yang dihasilkan terlalu besar,
maka kontroler mengeluarkan sinyal untuk merubah sudut pitch kelarah luar dari
angin. Dalam hal yang berlawanan sudu digerakan kembali pada posisi yang
optimum ketika angin yang bertiup mengecil kecepatannya. Gambar 19,
menunjukan contoh kurva karakteristik antara torsi sudu dengan TSR dibeberapa
sudut pitch. Pada turbin angin dengan control blade pitch, biasanya dilengkapi
dengan computer untuk menjaga agar rotor tetap bekerja pada kondisi optimum,
sesuai dengan kondisi kecepatan udara. Mekanime perubah sudut pitch biasanya
dioperasikan secara hidrolik.

18
Gambar 20. Sistem control sudu pitch dan konstruksi turbin angin dengan Kontrol Stall

2.5.2. Turbin angin dengan Stall control


Passive stall controller. Pada turbin dengan pengaturan stall yang normal, sudu
dipasang dengan tetap pada hub rotor dan tidak dapat diputar. Sudut pitch diset saat
komisioning dan di setel sesuai dengan kondisi lapangan. Pengaturan Stall didisain
sedemikian sudu itu sendiri yang menyebabkan tahanan (drag) yang besar saat
terjadi kecepatan udara yang tinggi. Passive stall control mempergunakan
karakteristik aerodinamik sudu dalam pengaturan daya, alat yang sederhana dan
handal. Keuntungan passive stall control adalah menghindari peralatan control yang
rumit, sebaliknya kerugiannya adalah daya maksimum yang dihasilkan tergantung
dari kerapatan masa udara dan keadaan permukaan sudu, saat musim kemarau dan
penghujan dimana permukaan sudu yang kotor akan menyebabkan penurunan daya
yang dihasilkan. Kenyataannya hampir 2/3 populasi turbin angin yang terpasang
saat ini menggunakan passive stall controller.
Active stall controller. Kontroler ini mengkombinasikan antara metoda blade pitch
controller dan stall controller untuk membatasi daya maksimum yang dihasilkan.
Dengan digunakannya sistem pengaturan pitch, bantalan gelinding (bearing)
digunakan pada mekanisme pemutaran sudu, dipasangkan diantar sudu dan rotor
hub, sehingga memudahkan pengaturan sudut pitch sudu. Walaupun demikian
batasan pembangkitan daya dilakukan oleh pengaturan stall. Pada kecepatan angin
rendah hingga sedang, sudut pitch diatur secara perlahan untuk mendapatkan daya

19
maksimum pada setiap kecepatan angin. Ketika kecepatan angin mencapai
kecepatan dasar (15m/s), sudut pitch blade mulai diarahkan pada sudut negative
berlawan arah dengan penyetelan pitch sesuai dengan pengaturan pitch. Dengan
mengatur sudut pitch negative, stall terjadi sesuai dengan daya yang direncanakan
didalam turbine controller. Pada kecepatan angin yang lebih tinggi, sudut pitch
disesuaikan secara berkesinambungan untuk menjaga daya maksimum yang sudah
ditentukan. Salah satu keunggulan active stall control, metoda ini dapat mengatur
daya output secara lebih akurat dibandingkan passive stall controlled, sehingga
menghindari dari overshoot, selain itu dapat menghasilkan daya tepat dengan daya
dasar yang ditetapkan pada rentang kecepatan angin tinggi. Mekanisme pitch
biasanya menggunakan hidrolik dan dilengkapi dengan bearing dan sistem operasi
pitch, sehingga sudu terhindar dari sobek ataupun aus akibat dari kelebihan beban.

Tabel 3. Perbandingan tipe control stall dan perubahan Pitch


Uraian Tipe control Stall Tipe perubahan pitch
Konstruksi Sederhana, tidak ada Lebih rumit, Mekanisme
perubahan sudu penyetelan sudu yang
dilengkapi dengan
peralatan lainnya
Performansi (Kurva Mempunyai kecendrungan Menjaga daya konstan
Daya) daya turun pada kecepatan dalam rentang kecepatan
tertentu karena angin desain
phenomena stall pada
sudu
Kontrol Daya Bentuk sudu mengatur Pengaturan mekanik untuk
keluaran daya menyesuaikan sudut sudu
Respon terhadap kondisi Bereaksi pada setiap Berekasi dalam waktu
kecepatan angin rebut. perubahan kondisi angin yang lambat terhadap
angin rebut dan
menyesuaikan
Perawatan Mudah, komponen Lebih sulit, karena
mekanik sangat sedikit terdapat komponen
jumlahnya mekanik yang berkaitan
dngan sistem hidrolik, dan
memerlukan perawatan
governor
Kebisingan Kebisingan hamper sama Terutama sewaktu
dari kedua sistem kontrol pengereman mekanik.
Tetapi juga pada saat rem
aerodinamik.
Biaya awal Lebih murah Lebih Mahal

20
2.6. Komponen turbin angin pembangkit listrik.
Gambar 21 menunjukan sistem turbin angin pembangkit listrik (PLTB Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu) yang terdiri dari, Turbin angin generator, Panel control generator
dan turbin angin, Pusat control dan monitor sistem, Transformator, Panel Swichgear dan
relay proteksi.

Gambar 21. Sistem pembangkit listrik tenaga angin

Turbin angin generator terdiri dari komponen2 dibawah ini


Nacelle, didalamnya terdapat komponen dari turbin termasuk speed increaser dan
generator listrik
Rotor, sudu rotor menangkap energi angin dan mentransfer daya ke hub rotor. Setiap
sudu didesain mirip dengan sayap pesawat terbang. Hub terpasang pada poros kecepatan
rendah dan speed increaser dan didalam poros terdapat pipa sistem hidrolik sehingga
memungkinkan rem aerodinamik beroperasi dan menggerakan mekanisme pitch sudu.
Speed increaser, kecepatan rotor turbin angin pada skala besar berputar relatif lambat,
sehingga diperlukan speed increaser hingga mencapai kecepatan sinkron dari generator
yang mempunyai 4 ~ 6 pole untuk mengurangi biaya untuk generator dan mengurangi
masa rotor generator. Biasanya mempunyai perbandingan gigi tunggal antara generator
dan rotor tubin angin. Pada turbin angin berkekuatan antara 600 ~ 750 kW,
perbandingan roda gigi sekitar 1 banding 50. Rem mekanik melengkapi peralatan turbin
angin pada poros kecepatan tinggi agar dapat digunakan untuk memberhentikan turbin,
jika terjadi kerusakan pada rem aerodinamik atau jika turbin angin sedang dalam
perbaikan.

21
Tabel 4. kecepatan sinkron generator
Jumlah pole 50 Hz 60 Hz
2 3000 rpm 3600 rpm
4 1500 rpm 1800 rpm
6 1000 rpm 1200 rpm
8 750 rpm 900 rpm
10 600 rpm 720 rpm
12 500 rpm 600 rpm

Gambar 21 Konstruksi Nacelle dan komponen Turbin Angin


Generator, mengkonversikan energy mekanik menjadi energy listrik. Generator dapat
berupa generator sinkron atau induksi dengan berbagai bentuk koneksi langsung atau
tidak langsung ke jala jala listrik. Generator sinkron utamanya digunakan koneksi tidak
langsung karena membangkitkan arus bolak balik harus dijaga pada frekuensi konstan.
Generator sinkron dilengkapi dengan magnit listrik dirotor yang di catu dari jala jala
listrik setelah di konversi dari arus bolak balik ke arus searah. Rotor elektromagnit di
hubungkan menggunakan sikat dan ring slip pada porosnya. Kebanyakan turbin angin
dilengkapi dengan generator induksi yang mana sangat handal dan tidak mahal.
Generator jenis ini tidak dapat membangkitkan sendiri tanpa koneksi dengan jaringan
public, kecuali dilengkapi dengan kapasitor untuk memberikan kebutuhan arus magnit.

22
Putaran generator harus dipilih sesuai dengan kecepatan sinkron generator seperti
ditabelkan dibawah ini, kecuali untuk koneksi tidak langsung dengan jala jala.
Kebanyakan turbin angin menggunakan empat atau enam pole agar dimensi kecil dan
berkaitan dengan biaya. Beberapa pabrikan melengkapi turbin angin dengan sistem
rangkap dua pole, satu yang digunakan pada saat kecepatan angin rendah dan yang lebih
besar digunakan pada perioda dimana kecepatan angin tinggi. Pertimbangan
menggunakan sistem rangkap dua adalah turbin dapat berputar dengan putaran rendah
pada saat kecepatan angin rendah, karena lebih efisiensi aerodinamik dan kebisingan
sudu rotor lebih kecil, Untuk mikro turbin angin menggunakan generator magnit
permanen yang meniadakan kumparan magnit dan menghemat biaya.
Sistem hidrolik digunakan untuk mengendalikan rem pada tipe turbin stall control atau
untuk menggerakan sudu pada kondisi sudut pitch yang efisien pada tipe turbin angin
control pitch.
Sistem Rem, tipe turbin angin control stall, biasanya dilengkapi dengan sistem rem yang
berdiri sendiri. Sistem utama adalah rem aerodinamik dan sistem kedua adalah sistem
rem cakram mekanik yang ditempatkan pada poros kecepatan tinggi dari speed
increaser. Kedua sistem bekerja secara berurutan dan/atau bersamaan dalam mengontrol
daya maksimum.
Kontrol Elektronik berisikan computer yang secara berkesinambungan me monitor
kondisi turbin angin dan mengontrol mekanisme jaw. Jika ada kegagalan (misalnya
terjadi panas yang berlebih di generator atau speed increaser) secara automatis turbin
angin akan dihentikan dan memberitahu kerusakan atau masalah di turbin kepada
operator.
Tower, membawa nacelle dan rotor, umumnya sangat menguntungkan jika mempunyai
tower yang tinggi sejalan dengan kecepatan angin meningkat dengan ketinggian. Tower
dapat berbentuk tubular atau rangka, tower tubular umumnya lebih aman bagi personil
yang akan melakukan perawatan, karena bagian dalam tower dapat digunakan untuk
menempatkan tangga menuju nacelle, sedangkan tower dengan rangka tentunya lebih
murah.
Mekanisme Jaw menggunakan motor listrik untuk menggerakan atau mengarahkan
rotor berhadapn dengan arah angin. Mekanisme jaw ini di control secara elektronik
dengan sensor arah angin menggunakan sensor baling baling. Biasanya turbin diputar
beberapa derajat ketika terjadi perubahan arah angin.
Anemometer dan baling baling arah angin, digunakan untuk mengukur kecepatan
angin dan arah angin. Sinyal elektronik dari anemometer digunakan oleh control

23
elektronik turbin untuk mulai menjalankan turbin ketika angin sudah mencapai
kecepatan cut in. Komputer akan memberhentikan turbin secara automatis jika angin
sudah melebihi kecepatan cut out, hal ini untuk mejaga turbin dari kerusakan akibat daya
berlebih. Sinyal dari baling baling arah angin, digunakan untuk membelokan turbin
mengarah ke angin, dengan menggunakan mekanisme jaw.
Penangkal petir untuk menjaga komponen elektronik dan computer dari kerusakan
akibat sambaran petir. Jika ada sambaran petir pada sudu turbin atau nacelle, sistem
proteksi akan mengalirkan arus ke sistem pentanahan sehingga meminimumkan
kerusakan dari komponen didalam turbin.

Gambar 22 kebakaran di nacelle Gambar 23 Komponen turbin angin

2.7. Koneksi ke jala2


1. Ciri ciri generator turbin angin, mengkonversikan energy mekanik ke energy listrik.
Generator turbin nagin sedikit berbeda dengan generator yang dikoneksi dengan jala
jala. Generator turbin angin bekerja dalam kondisi torsi yang berfluktuasi.
2. Tegangan generator, tegangan 690 V, tiga phasa arus bolak balik (AC) yang
biasanya digunakan oleh generator turbin angin dengan daya diantara 100 ~ 500kW.
Tegangan ini dinaikan ke 10 ~ 30 kV tergantung pada standar jala jala setempat.
3. Koneksi langsung dan tidak ke jala jala, turbin angin didesain menggunakan
generator sinkron atau generator induksi dengan bentuk koneksi langsung atau tidak
langsung. Koneksi langsung maskudnya dalah generator langsung dikoneksikan pada
jala jala daya. Koneksi tidak langsung maksudnya adalah arus dari generator turbin
angin dilalukan ke peralatan listrik (AC/DC converter dan DC/AC converter) dengan
menyesuaikan arus sesuai dengan jala jala. Keuntungan dari koneksi tidak langsung
adalah dimungkinkannya turbin angin berputar dengan kecepatan variable.
4. Keuntungan dan kerugian dari koneksi tidak langsung, keuntungannya adalah jika
terdapat hembusan angin yang keras, maka rotor diperbolehkan berputar lebih cepat

24
dan menghasilkan energy berlebih hingga hembusan angin mereda. Hal ini berarti
bahwa torsi puncak untuk generator dan speed increaser dan juga beban lelah pada
tower dan rotor berkurang. Peralatan elektrik dapat mengontrol beban reaktif
sehingga memperbaiki kualitas di jala jala. Sedangkan kerugiannya, Elektronik daya
sangat mahal, terdapat kerugian pada proses konversi dari AC-DC-AC.

Gambar 23. Diagram blok sistem hibrid antara energi angin dan matahari

3. Penggunaan Turbin Angin


Sistem pembangkit listrik tenaga bayu, dapat digunakan untuk mengisi baterai, menggerakan
peralatan seperti pompa, memproduksi bahan bakar dan interkoneksi dengan jala jala.
1. Pengisi baterai
2. Menggerakan peralatan seperti pompa/kompresor
3. Untuk memproduksi bahan bakar hydrogen dengan proses elektrolisa.
4. Di interkoneksi dengan jala jala

3.1. Turbin kecil untuk daerah pedesaan


Turbin angin kecil dapat digunakan dipedesaan untuk listrik penerangan, industri kecil
karena dapat menyediakan listrik lebih murah dan cepat menggunakan potensi dari
energy terbarukan seperti angin dibandingkan harus menggunakan jala jala yang ada.
Penggunaan listrik dari turbin angin dapat lebih cepat tersedia. Jika sumber angin tidak

25
konstan hanya kadang2 maka bisa digunakan cadangan pembangkit. Sistem hybrid yang
memadukan antara angin, matahari ataupun hidro. Jadi sistem hybrid dapat lebih terus
menerus memberikan listrik sepanjang tahun.

Gambar 24 Turbin angin berdaya kecil dilengkapi venturi

3.2. Turbin Angin untuk pompa air dan aerasi


Pada umumnya turbin yang menggerakan pompa memerlukan torsi awal yang besar
pada kecepatan rendah sehingga tipe turbin yang cocok menjdai terbatas. Hubungan
antara TSR dengan koefisien torsi (lihat gambar dimana tipe banyak sudu dan tipe
savonius merupakan tipe yang mempunyai koefisien torsi yang besar dan cocok untuk
menggerakan pompa.

26
Gambar 25 Kurva Koefisien torsi berdasarkan TSR

Pada gambar 25, Turbin angin yang cocok digunakan untuk memompa air adalah jenis
Savonius dan Turbin angin banyak sudu, walaupun turbin dengan3 buah bilah sudu
dapat juga digunakan untuk memutar pompa, seperti diperlihatkan pada gambar 26.

Gambar 26 Tipe Turbin angin yang digunakan untuk memompa


Tipe turbin banyak sudu dapat mulai memompa pada kcepatan angin 2.5 m/s dan
mencapai efisiensi optimum dengan kecepatan angin antara 4 dan 7 m/s. Turbin angin
penggerak pompa tipe banyak sudu,cocok untuk kondisi daerah yang mempunyai
keceptan angin rata rata tahunan sebesar 4 m/s. Turbin angin penggerak pompa
mempunyai kelemahan, yakni harus dirawat secara teratur,contohnya perawatan
seal/penyekat dibagian pompa, masalah lainnya adalah mekanisme penghubung yang
sering mengalami keausan.
3.3. Sistem daya hibrida
Sistem pembangkit daya listrik hybrid dapat terdiri dari berbagai sumber energy, seperti
energy matahari, energy hidro ataupun gas biomasa. Keunggulan dan kelemahan dapat
disimpulkan pada tabel dibawah ini

Tabel 4. Keuntungan/kerugian dari pembangkit berbahan bakar minyak bumi dan


energy terbarukan
Sistem Daya Keuntungan Kerugian
Generator Digunakan secara umum Polusi udara dan bising

27
berbahanbakar minyak Beroperasi secara bebas Pemeliharaan dan bahan
bumi Dapat menerima beban puncak bakar
secara berkelanjutan Biaya operasi tinggi
Sistem penyimpanan energy
tidak diperlukan
Generator dengan Menggunakan sumber yang Tergantung siklus
energy terbarukan bebas, matahari, angin PV tidak bekerja dimalam
Biaya operasi yang rendah Biaya awal yang mahal
Tidak ada polusi CO2 Tidak dapat menaggung
beban puncak.

Gambar 27 Sistem pembangkit listrik hybrid, Matahari, Angin dan hidro

Daftar Pustaka
1. Priyono Sutikno and Deny Bayu Saepudin, Design and Blade Optimization of
Contra Rotation Double Rotor Wind Turbine. International Journal of
Mechanical & Mechatronics, International Journal of Engineering & Science,
IJMME-IJENS Vol 11 No. 1, ISSN 2077-124X ,2011
2. Verdy Kohuan, Priyono Sutikno. Aerodynamic Design and Analysis of Wind
Turbine Blade Propeller Type with Power 500 kW, Proceedings of the
International Conference on Fluid and Thermal Energy Conversion 2006,
FTEC 2006, Jakarta, Indonesia, December 10 – 14, 2006, ISSN 0854 – 9346
3. Priyono Sutikno, Numerical Optimization of Wind turbine bladings. Fluid
Thermal Energy Conversion FTEC International Conference 2003
4. D. F. Warne., Wind Power Equipment. London New York E&F.N. SPON. 1983.
ISBN 0-419-11410-6
5. David M. Eggleston. Wind Turbine Engineering Design. Van Nostrand Reinhold
New York 1987. ISBN 0-442-22195-9

28

Anda mungkin juga menyukai