Anda di halaman 1dari 8

Analisis Risiko Bahaya dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Queen Agave (queenasiregar@gmail.com)


Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja tersebut di atas, jelas dapat mengganggu dan
merupakan hal penting yang harus menimbulkan rasa kurang aman dan nyaman
diterapkan di semua tempat kerja, baik pada bagi pekerja di RS, pasien maupun
sektor formal maupun sektor informal. pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun (KEPMENKES N0.432 Tahun 2007)
1970 yang menyatakan bahwa setiap tenaga
Karyawan rumah sakit terdiri dari
kerja memiliki hak untuk mendapat
tenaga medis dan tenaga non medis. Tenaga
perlindungan bagi keselamatannya dalam
medis yaitu dokter, perawat, dan bidan
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
sedangkan tenaga non medis yaitu petugas
hidup dan meningkatkan produksi serta
laundry, petugas kebersihan, petugas
produktivitas Nasional.
penyiapan makanan atau gizi, apoteker,
Salah satu tempat kerja yang berisiko Pemeriksa laboratorium, dan petugas
adalah Rumah Sakit, hal ini karena rumah radiologi (Wichaksana, 2002). Dilihat dari
sakit memiliki potensi terjadinya penyakit jenis pekerjaan yang ada di rumah sakit,
infeksi terhadap para karyawan, pasien, dapat dikatakan tenaga medis merupakan
bahkan pengunjung. Selain penyakit- karyawan yang rentan terkena penyakit
penyakit infeksi, di rumah sakit juga akibat kerja, karena mereka selalu
memiliki risiko atau bahaya lain yang melakukan kontak dengan pasien yang sakit
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah setiap hari. Namun tenaga non medis juga
sakit, seperti kecelakaan (meliputi kejadian memiliki potensi untuk terkena penyakit
ledakan, kebakaran, kecelakaan yang akibat kerja, walaupun mereka tidak
diakibatkan adanya masalah pada instalasi melakukan kontak langsung dengan pasien.
listrik, serta faktor-faktor yang dapat Berbagai penyakit infeksi menular kepada
menimbulkan cidera lainnya), radiasi, tenaga non medis melalui media udara,
paparan bahan kimia beracun dan lantai, dinding, ruang kerja, jarum suntik
berbahaya, gasgas anastesi, gangguan terkait bekas, dan infus bekas.
psikis dan ergonomi. Semua potensi bahaya
Metode

Metode ini menggunakan metode kualitatif informasi pembahasan mengenai risiko


analisis berlandaskan teori dari buku, jurnal, bahaya di rumah sakit bagi seorang perawat
e-book ataupun sumber informasi lainnya dapat memahami dan mempelajari
yang memuat informasi dengan pembahasan bagaimana cara mencegah terjadinya hazard
peran perawat dalam mencegah terjadinya di rumah sakit.
hazard di rumah sakit. Dengan metode ini

Hasil

Alur pekerjaan yang dilakukan oleh petugas kantor, ruang dokter, ruang perawat,
kebersihan yang ada di Rumah Sakit adalah IGD, ruang pasien, laboratorium,
sebagai berikut: laundry, bagian gizi dan lainlain.
3. Menyapu lantai ruangan dan selasar
1. Membuang sampah yang ada di sekitar
yang ada di rumah sakit. Untuk
ruangan atau lingkungan tempat mereka
menyapu lantai biasanya petugas
bekerja, baik sampah medis maupun
menggunakan obi atau sering disebut
sampah non medis. Sampah-sampah
mengobi.
tersebut diambil dari kotak sampah yang
4. Mengepel lantai ruangan dan selasar
telah tersedia dan telah dipisahkan
yang ada di rumah sakit. Untuk
antara tempat sampah medis dan tempat
mengepel lantai petugas kebersihan
sampah non medis. Sampahsampah
menggunakan bahan-bahan kimia
tersebut dimasukkan didalam kantong
seperti disenfektan yang berguna untuk
plastik besar khusus untuk mengangkut
membersihkan sekaligus membunuh
sampah, selanjutnya akan di buang ke
kumankuman yang ada di lantai.
TPS yang ada di Rumah Sakit.
5. Membersihkan toilet dan kamar mandi.
2. Membersihkan perabotan yang ada di
Setelah menyelesaikan pekerjaan yang
semua ruangan yang ada di wilayah
lain petugas kebersihan akan
petugas kebersihan tersebut ditugaskan.
membersihkan kamar mandi yang ada di
Yaitu membersihkan perabotan seperti
rumah sakit, baik kamar mandi untuk
meja, kursi, melap kaca jendela, pintu,
umum, pasien, dokter, perawat, maupun
less steinless, alatalat yang ada di ruang
karyawan kantor. Membersihkan kamar
mandi dimulai dengan menyikat lantai, Pekerjaan yang dilakukan mulai dari
membersihkan closet, dinding kamar menyapu halaman, membersihkan
mandi, wastafel, dan kaca yang ada di rumput-rumput liar di taman, merawat
kamar mandi sampai bersih. Untuk tanaman, dan berkebun atau menanam
membersihkan kamar mandi juga tanaman di taman-taman yang ada di
menggunakan beberapa bahan kimia lingkungan rumah sakit.
atau Larutan pembersih. Untuk menghindari atau mengurangi
6. General cleaning adalah pekerjaan yang risiko, petugas Rumah Sakit diwajibkan
dilakukan oleh petugas kebersihan di untuk menggunakan APD setiap kali
luar dari tugas pokok atau rutinitas yang melakukan pekerjaan. APD yang wajib
harus dilakukan setiap harinya. digunakan adalah masker, sarung tangan
Pekerjaan yang dilakukan pada saat latek, dan sepatu boot ketika bekerja di
general cleaning adalah membersihkan daerah yang licin atau tempat tertentu
kamar pasien yang kosong atau pasien lainnya. Alat pelindung diri tersebut
yang baru saja pulang dari rumah sakit, tidak disediakan oleh pihak rumah sakit.
membersihkan sawang atau kotoran Namun terkadang masih ada petugas
yang ada di langit-langit ruangan, yang tidak menggunakan alat pelindung
membersihkan dinding ruangan, diri yang lengkap saat bekerja, seperti
membersihkan lift dan masih banyak tidak menggunakan masker atau sarung
lagi program lainnya yang ada dalam tangan.
general cleaning.
7. Membersihkan halaman dan taman
yang berada di lingkungan rumah sakit.
Pembahasan

Dari hasil identifikasi risiko dan terpapar obat kemoterapi, 45,1% risiko
kemudian dilakukan penilaian terhadap pada tingkatan moderate risk yaitu risiko
kemungkinan terjadi dan konsekuensi dari tertusuk jarum suntik, tergores benda tajam,
tiap risiko untuk di analisis tingkat risikonya terpeleset atau terjatuh karena lantai licin
didapatkan hasil 36,6 % risiko berada pada dan gangguan muskuloskeletal, 18,3% risiko
tingkatan high risk yaitu risiko terpapar debu pada tingkatan low risk yaitu risiko alergi
dan kuman, terpapar bakteri atau pun virus
atau iritasi terhadap penggunaan bahan menggunakan APD saat membersihkan kaca
kimia seperti pembersih lantai dan lainnya. atau pintu. Namun juga dapat terjadi karena
alat pelindung diri yang digunakan tidak
Disamping hasil identifikasi dan
safety, seperti menggunakan sarung tangan
analisis risiko dilakukan juga wawancara
yang mudah sobek ketika terkena benda
terhadap 55 Pekerja kebersihan, didapatkan
tajam. Sarung tangan yang digunakan
data kecelakaan dan keluhan kesehatan yang
petugas kebersihan adalah sarung tangan
pernah dialami.
latek, sarung tangan ini dianggap masih
Kecelakaan kerja ini dapat terjadi kurang safety untuk mencegah risiko untuk
karena tindakan tidak aman yang dilakukan tergores benda tajam. Jika saat
oleh petugas kebersihan, seperti tidak membersihkan kaca petugas kebersihan.
menggunakan APD saat membersihkan kaca mengayunkan tangannya terlalu kencang
atau pintu. Namun juga dapat terjadi karena dan bergoresan dengan kaca atau steinless
alat pelindung diri yang digunakan tidak maka memungkinkan untuk sarung tangan
safety, seperti menggunakan sarung tangan tersebut mengalami sobekan kecil yang juga
yang mudah sobek ketika terkena benda akan menimbulkan luka gores pada jari
tajam. Sarung tangan yang digunakan tangan petugas kebersihan.
petugas kebersihan adalah sarung tangan
Setiap pekerja pasti pernah
latek, sarung tangan ini dianggap masih
mengalami keluhan selama bekerja baik itu
kurang safety untuk mencegah risiko untuk
keluhan pikiran, kesehatan, dan lainnya.
tergores benda tajam. Jika saat
Petugas kebersihan di Rumah Sakit
membersihkan kaca petugas kebersihan.
memiliki beberapa keluhan terkait
mengayunkan tangannya terlalu kencang
kesehatannya seperti pegal-pegal, pusing,
dan bergoresan dengan kaca atau steinless
gangguan pernafasan, gangguan
maka memungkinkan untuk sarung tangan
tulang/sendi, alergi terhadap bahan kimia
tersebut mengalami sobekan kecil yang juga
yang digunakan dan keluhan lainnya.
akan menimbulkan luka gores pada jari
Sebesar 27% petugas kebersihan mengalami
tangan petugas kebersihan.
keluhan pegal-pegal hal ini dapat
Kecelakaan kerja ini dapat terjadi disebabkan karena gerakan yang mereka
karena tindakan tidak aman yang dilakukan lakukan saat bekerja berulang-ulang.
oleh petugas kebersihan, seperti tidak Sebesar 16% petugas yang pernah
mengalami pusing ini dapat disebabkan jatuh, tersengat listrik, terkena bahan-bahan
karena kebanyakan dari petugas kebersihan yang berbahaya atau radiasi, serta juga ada
belum makan atau sarapan pagi ketika risiko terjadinya kebakaran. (Alfons, 2013)
memulai pekerjaan, sehingga tubuh menjadi Perbedaan risiko ini dapat terjadi karena
lemah dan menimbulkan rasa pusing. perbedaan kondisi lingkungan tempat kerja,
Petugas yang mengalami gangguan alat dan bahan yang digunakan dan juga
pernafasan terjadi ketika membersihkan proses kerja yang dilakukan. Pekerjaan
debu dalam ruangan, petugas kebersihan sebagai seorang petugas kebersihan juga
yang mengalami gangguan tulang atau sendi memiliki risiko bagi keselamatan dan
adalah petugas kebersihan yang berusia kesehatan pekerjanya, walaupun mungkin
diatas 50 tahun, ini dapat disebabkan karena jika dilihat risiko atau bahaya tersebut
faktor penuaan yang menyebabkan turunnya dianggap bukan masalah besar. Petugas
fungsi tulang dan sendi. Sedangkan yang kebersihan yang bekerja di sebuah
mengalami alergi bahan kimia adalah perusahaan atau kantor akan memiliki risiko
petugas yang memiliki kulit sensitif yang berbeda dengan petugas kebersihan
sehingga sering merasa gatal ketika yang bekerja di sebuah rumah sakit.
menggunakan bahan kimia atau obat
Hasil identifikasi risiko K3 pada
pembersih.
petugas di Rumah Sakit adalah terpapar
Setiap tempat tentunya memiliki debu, kuman, bakteri dan virus, tertusuk
risiko dan bahaya masing-masing sesuai jarum suntik dan tergores kaca atau benda
dengan karakteristik tempat kerja tersebut. tajam, terpeleset atau terjatuh karena lantai
Contohnya penelitian yang dilakukan pada licin, alergi dengan bahan kimia, gangguan
sebuah perusahaan manufaktur, risiko yang muskuloskeletal, terpapar obat kemoterapi,
terdapat di perusahaan tersebut meliputi terjatuh dari tangga, tersengat listrik dan
kebakaran, luka/memar/terpeleset, gangguan terpapar bahan kimia atau pupuk tanaman.
pernafasan, kesetrum, gangguan pada mata, Penelitian dengan metode identifikasi risko
dehidrasi dan gangguan pada dilakukan pada instalasi laundry rumah
pendengaran.(Yuliawati, 2012) Risiko yang sakit, hasil penelitian tersebut menyatakan
berbeda terdapat pada pekerja yang bekerja risiko yang dapat terjadi pada petugas
pada proyek pembangunan ruko, yaitu laundry adalah tersengat listrik, kebakaran,
terjatuh, kejatuhan/tertimpa benda yang terinfeksi bakteri, terhirup bahan kimia, kaki
terinjak troli, terpeleset dan terjatuh akibat kerja yang dibuat dan disosialisasikan oleh
lantai licin, terjepit pintu, tersandung dan perusahaan jasa tempat mereka bekerja.
kejatuhan ember saat menimbang linen. Mereka diwajibkan untuk mengikuti setiap
(Bilad, 2013) Hal ini menunjukkan bahwa langkah yang ada diprosedur kerja secara
risiko yang paling identik di rumah sakit berurutan.
adalah terpapar bakteri, kuman dan virus.
Pelatihan K3 sangat penting bagi
Hal ini karena, rumah sakit merupakan
pekerja terutama bagi pekerja yang tidak
tempat untuk orang sakit yang ingin berobat.
mempunyai dasar pengetahuan tentang K3
Persamaan risiko yang lain adalah terpeleset
dan bekerja di lingkungan kerja dengan
karena lantai licin dan terpapar bahan kimia,
risiko atau bahaya yang tinggi. Pelatihan ini
ini dikarenakan petugas kebersihan dan
bertujuan untuk memberikan pengetahuan
petugas laundry sama-sama bekerja dibidang
tentang K3, yang nantinya akan dapat
pembersihan. Sehingga mereka lebih banyak
diterapkan oleh petugas kebersihan di
bekerja dengan menggunakan air yang dapat
tempat kerja, sehingga mereka dapat lebih
menimbulkan risiko terpeleset karena lantai
berhati-hati dalam bekerja. Menurut Murti,
licin, dan juga menggunakan bahan atau
(2010) Sebuah penelitian hubungan antara
cairan pembersih yang mengakibatkan
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
mereka sering terpapar bahan kimia.
dengan perilaku aman pada pekerja
Untuk dapat bekerja secara aman dan konstruksi menyatakan bahwa terdapat
nyaman, sangat dibutuhkan prosedur kerja. korelasi positif dan hubungan yang
Prosedur kerja adalah petunjuk atau signifikan antara skor pelatihan K3 dengan
langkah-langkah kerja yang telah disusun perilaku aman pada pekerja konstruksi. Jadi
sedemikian rupa sebagai panduan bagi petugas kebersihan yang sudah mengikuti
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan. pelatihan K3 akan memiliki kecenderungan
Prosedur kerja disusun dengan tujuan agar untuk mengubah perilaku mereka menjadi
para pekerja dapat melakukan pekerjaan lebih aman saat bekerja.
dengan baik dan benar, agar dapat
Untuk mencegah terjadinya
menghasilkan pekerjaan yang baik pula,
kecelakaan atau penyakit akibat kerja adalah
serta terhindar dari berbagai bahaya atau
melakukan pengendalian terhadap risiko
risiko yang dapat terjadi di lingkungan kerja.
tersebut. Pengendalian yang sudah
Petugas kebersihan telah memiliki prosedur
dilakukan oleh pihak perusahaan adalah penting bagi pekerja yang bekerja di rumah
menyediakan alat pelindung diri berupa sakit hal ini dapat menurunkan kejadian
masker, sarung tangan, dan sepatu boot. infeksi atau penularan penyakit. Hasil
Penggunaan APD memang sering di pilih penelitian tentang hubungan pelaksanaan
sebagai pengendalian bahaya untuk tindakan cuci tangan perawat dengan
mengurangi atau mencegah terjadinya kejadian infeksi di rumah sakit menyatakan
kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat bahwa terdapat hubungan yang bermakna
kerja. Hasil penelitian tentang pengaruh antara pelaksanaan cuci tangan dengan
pemakaian APD terhadap kejadian kejadian infeksi. (Alfred. 2010) Selain itu
kecelakaan kerja menunjukkan bahwa rumah sakit juga mengadakan pelatihan
kepatuhan atau selalu menggunakan APD pada pekerjanya termasuk petugas
dapat membuat angka kejadian kecelakaan kebersihan boleh mengikuti pelatihan yang
kerja semakin rendah. (Anggraini, 2011) biasa dilakukan rumah sakit adalah pelatihan
Selain itu perusahaan juga melakukan APAR dan tentang bantuan hidup dasar.
pelatihan tentang housekeeping maupun K3 Petugas Kebersihan di RS mempunyai risiko
bagi petugas kebersihan. saat bekerja antara lain terpapar debu,
kuman, bakteri dan virus, tertusuk atau
Penutup
tergores benda tajam, Alergi dengan bahan
Pihak rumah sakit telah memberikan kimia, gangguan muskuloskeletal seperti
himbauan atau pemberitahuan untuk tetap pegal-pegal, sakit pinggang atau punggung,
menjaga kebersihan kesehatan diri saat terpapar obat kemoterapi, terjatuh dari
bekerja, seperti mencuci tangan sebelum dan tangga, tersengat listrik, dan terpapar bahan
sesudah bekerja. Tindakan mencuci tangan kimia¸radiasi.
sebelum dan sesudah bekerja sangatlah
Daftar Pustaka

1. Bando, J. J., Kawatu, P. A., & Ratag, B. T. (2020). GAMBARAN PENERAPAN PROGRAM
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI RUMAH SAKIT ADVENT
MANADO. KESMAS, 9(2).
2. HIDAYAH, W. F. (2019). ANALISIS FAKTOR RISIKO DAN HAZARD DALAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).
3. Hidayat, F. (2020). Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan. Deepublish.
4. Hilmi, I. L., & Ratnasari, D. (2020). Potensi Bahaya Penyebab Kecelakaan Kerja di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. PharmaCine, 1(1), 25-33.
5. Kurniawidjaja, L. M., Purnomo, E., Maretti, N., & Pujiriani, I. (2014). Pengendalian risiko ergonomi kasus
low back pain pada perawat di rumah sakit. Majalah Kedokteran Bandung, 46(4), 225-233.
6. Meilawati, I., Prapancha, Y., & Wiyono, T. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob Tahun 2018. Jurnal Bidang
Ilmu Kesehatan, 9(1), 24-36.
7. Putri, O. Z., Hussin, T. M. A. B. R., & Kasjono, H. S. (2017). analisis risiko keselamatan dan kesehatan
kerja pada petugas kesehatan instalasi gawat darurat rumah sakit akademik UGM. Jurnal Kesehatan, 10(2),
1-12.
8. Ramisdar, I. O. (2019). Analisis Risiko Kecelakaan Kerja pada Proses Bongkar Muat Menggunakan
Metode Job Safety Analysis (JSA) dan Hazard and Operability Study (HAZOPs) di PT Pelindo IV (Persero)
Terminal Petikemas Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
9. Saputra, D. F., & AS, D. M. ANALISIS KEMAMPUAN TENAGA AHLI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA DEMAK.
10. Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT OF NURSE RELATIONSHIP WITH PERFORMANCE IN
THE EMERGENCY UNIT OF HOSPITALS RSD DR. SOEBANDI JEMBER. The Malaysian Journal of
Nursing, 3(2), 23-32.
11. SIRINGORINGO, N. O. (2019). PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN BAGI PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT TENTARA
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2019.

Anda mungkin juga menyukai