Anda di halaman 1dari 10

METAMORFOSIS

Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya

Volume 12 Nomor 1 | hlm. 11-20


Bulan November 2018-April 2019
ISSN 1978-9842 http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/metamorfosis

PEMANFAATAN HASIL ANALISIS NOVEL SERUNI


KARYA ALMAS SUFEEYA
SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

Dani Hermawan, S.Pd., M.Pd.


Shandi, S.Pd.
Pos-el: danifkipunibba@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya ketersediaan
bahan ajar yang digunakan di sekolah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menyusun bahan ajar sastra
yang diambil dari hasil analisis unsur intrinsik. Adapun unsur intrinsik yang dimaksud hanya
dibatasi pada tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang, amanat dalam novel. Sumber penelitian
ini diambil dari novel SERUNI karya Almas Sufeeya. Metode yang digunakan yaitu studi deskriptif
analitis. Hasil analisis terhadap novel tersebut akan dijadikan pertimbangan untuk penyusunan
bahan ajar sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hasil analisis tersebut disimpan dalam kartu
data. Data tersebut diolah berdasarkan aspek yang dianalisis dengan mencantumkan bukti kutipan
novel. Langkah berikutnya adalah penyusunan bahan ajar. Bahan ajar yang disusun mengikuti
format baku. Setelah buku ajar selesai disusun selanjutnya diujicobakan pada beberapa orang guru
dan siswa di beberapa sekolah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon penilaian
dari guru dan siswa. Hasil angket dari guru dan siswa akan dijadikan pertimbangan penilaian akan
kelayakan bahan ajar yang disusun. Hasil analisis instrumen nontes (angket) ketiga sekolah, guru
mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa menyatakan bahwa standar kompetensi, kompetensi
dasar, unsur intrisik novel dalam buku sudah memenuhi kriteria sebagai bahan ajar. Harapannya
dengan adanya buku ajar ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran bagi guru dan siswa.
Kata kunci: Deskriptif Analitik, Unsur Intrinsik, Novel SERUNI.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Ratna (2015, hal 35) “Dalam teori yang berarti mengerahkan, mengajar dan
kontemporer karya sastra didefinisikan sebagai memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti
aktivitas kreatif yang didominasi oleh aspek alat untuk mengajar, buku petunjuk. Secara
keindahan dengan memasukan berbagai harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau
masalah kehidupan manusia, baik konkret karangan. Kata sastra ini kemudian diberi
maupun abstrak, baik jasmaniah maupun imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti
rohaniah”. Secara etimologis sastra berasal baik atau indah, yakni baik isinya dan indah
dari Sanskerta, dibentuk dari akar kata sas- bahasanya.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 11


FKIP Universitas Bale Bandung
hlm. 11-20 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 1 | Bulan April 2019 | ISSN 1978-9842

Dari pengertian di atas, dapat diungkapkan Berdasarkan paparan di atas peneliti


bahwa karya sastra adalah sebuah hasil ciptaan bermaksud akan melakukan penelitian yang
manusia yang menggambarkan kehidupan berkaitan dengan analisis unsur intrinsik yaitu,
(baik gambaran nyata maupun tidak nyata). tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang,
Karya sastra dapat digunakan sebagai alat untuk dan amanat.
mengungkapkan pemikiran dan perasaan Membaca sebuah novel bagi sebagian
mereka melalui karangan yang memiliki seni, orang mungkin melelahkan karena dilihat dari
sehingga menjadi petunjuk atau pembelajaran buku novel tersebut sangat tebal, tetapi ketika
bagi kita yang membaca hasil karya sastra kita sudah membaca novel dan larut dalam
pengarang. Perkembangan dan tumbuhnya cerita yang disuguhkan pengarang, novel
sastra tersebut juga didasari oleh manusia setebal apapun pasti akan dibaca sampai tuntas.
sendiri serta zaman yang mendorong pemikiran Biasanya cerita yang disuguhkan sangat
manusia untuk mengembangkan sastra, terbukti menarik untuk diketahui, dan dapat
dari adanya karya sastra lama dan karya sastra mengembangkan imajinasi pembaca.
modern. Menurut Effendi dalam Aminudin (2013,
Karya sastra dibagi menjadi tiga jenis yaitu hlm. 35) ‘Apresiasi sastra adalah kegiatan
prosa fiksi, puisi dan drama. Prosa fiksi juga menggauli karya sastra secara sungguh-
dibedakan menjadi beberapa jenis dalam sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,
berbagai bentuk seperti roman, novel, novelet, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan
maupun cerpen. Istilah prosa fiksi atau cukup kepekaan perasaan yang baik terhadap karya
disebut karya fiksi, biasa juga diistilahkan sastra’. Salah satu bentuk apresiasi sastra yang
dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau bisa dilakukan oleh semua orang adalah
cerita berplot. membaca hasil karya sastra, baik prosa fiksi,
“Pengertian prosa fiksi tersebut adalah puisi, dan darama.
kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku- Adapun tujuan lain dari membaca karya
pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta sastra yaitu untuk menikmati dan
tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang mengimplementasikan isi ungkapan dalam
bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya karya dan mendapat kesan. Selain itu, tujuan
sehingga menjalin suatu cerita” (Aminuddin, pengarang menciptakan karya tersebut adalah
2013, hlm. 66). ingin menyampaikan nilai kehidupan, nilai
Prosa fiksi dibangun oleh dua unsur yaitu moral, dan keindahan dalam karya sastra.
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur Dalam kesempatan ini bentuk apresiasi yang
intrinsik adalah unsur yang membangun prosa dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
fiksi (novel) dari dalam seperti tema, alur, adalah menyusun bahan ajar sastra yang
penokohan dan lain sebagainya, sedangkan bahannya diambil dari hasil analisis unsur
unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun intrinsik novel Seruni.
sastra dari luar seperti pendidikan, agama, “Bahan ajar adalah alat pembelajaran yang
ekonomi, psikologi dan lain-lain. ditulis dengan tata aturan instruksional karena
“Unsur intrinsik adalah unsur yang digunakan untuk mendukung proses
membangun karya sastra itu sendiri, unsur pembelajaran. Selain itu, bahan ajar juga suatu
secara faktual akan dijumpai jika seseorang alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan
membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah kurikulum yang berlaku. Bahan ajar juga
novel adalah unsur-unsur yang (secara berupa alat pembelajaran yang berisi
langsung) turut serta membangun cerita. Unsur keterampilan dan sikap yang perlu dipelajari
yang dimaksud yaitu peristiwa, cerita, plot, oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi
penokohan, tema latar, sudut pandang yang telah ditentukan” (Mukmini, 2015, hlm.
penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain- 47).
lain” (Nurgiyantoro, 2013, hlm. 30).

12 METAMORFOSIS
Pemanfaatan Hasil Analisis
Novel Seruni Karya Almas Sufeeya Dani Hermawan, Shandi
Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA

Agar pembelajaran sastra dapat tercapai 3) Menganalisis unsur intrinsik yang terdapat
dan sesuai tujuan yang diharapkan, peneliti dalam novel SERUNI Karya Almas Sufeeya,
mencoba untuk menganalisis unsur intrinsik 4) Membuat sejumlah pertanyaan untuk guru
melalui judul penelitian “Pemanfaatan Hasil dan siswa dengan unsur intrinsik yang telah
Analisis Novel Seruni Karya Almas Sufeeya ditentukan untuk bahan ajar,
sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma”. 5) Membuat buku ajar untuk disebarkan
dibeberapa sekolah sebagai pengujian layak
1.2 Rumusan Masalah
atau tidaknya menjadi bahan ajar,
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
6) Mengolah data yang telah terkumpul dan
rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.
melihat kesesuaian dengan kriteria
1. Bagaimanakah unsur intrinsik tema, latar,
kurikulum dan bahan pengajaran sastra di
alur, penokohan, sudut pandang, amanat
Sekolah Menengah Atas.
dalam novel Seruni karya Almas Sufeeya?
7) Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang
2. Bagaimanakah pemanfaatan hasil analisis
telah dilakukan pada novel SERUNI Karya
unsur intrinsik novel Seruni karya Almas
Almas Sufeeya
Sufeeya?
Instrumen yang peneliti gunakan dalam
1.3 Tujuan Penelitian penelitian ini yaitu berbentuk kartu data dan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah instrumen non tes (angket). Margono (2014,
untuk mendeskripsikan: hlm. 167-168) menyatakan:
1. unsur intrinsik tema, latar, alur, penokohan, “kuesioner adalah suatu alat pengumpulan
sudut pandang, amanat dalam novel Seruni informasi dengan cara menyampaikan sejumlah
karya Almas Sufeeya; pertanyaan tertulis untuk menjawab secara
2. pemanfaatan hasil analisis unsur intrinsik tertulis pula oleh responden. Kuesioner sepertu
halnya interviu, dimaksudkan untuk
novel Seruni karya Almas Sufeeya. memperoleh informasi tentang diri responden
1.4 Metode Penelitian atau informasi tertang orang lain”.
Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner
Peneliti menggunakan metode deskriptif
atau angket dengan sejumlah pertanyaan yang
analitis. Menurut Ratna (2015, hlm. 53)
ditujukan kepada responden di dalam penelitian
menyatakan: “Deskriptif analisis dilakukan
ini yaitu siswa dan guru Bahasa Indonesia di
dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang
sekolaah, responden tinggal membaca bahan
kemudian disusul dengan analisis, secara
ajar yang sudah dibuat peneliti serta
etimologis deskripsi dan analisis berarti
memberikan jawaban dengan tanda pada salah
menguraikan. Meskipun demikian, analisis
satu jawaban“Ya/Tidak” yang dianggap benar
yang berasal dari bahasa Yunani, analyein
atau sesuai.
(‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai), telah
diberikan arti tambahan, tidak semata-mata 2. KAJIAN TEORETIK
menguraikan melainkan juga memberikan 2.1 Pengertian Sastra
pemahaman dan penjelasan secukupnya”. “Karya sastra adalah karya imajinatif,
Metode tersebut menggunakan langkah- fiksional, dan ungkapan ekspresi pengarang”
langkah seperti mengumpulkan, menyusun, (Susanto, 2012, hlm. 32). Pernyataan tersebut
mengklasifikasi, menganalisis serta memeriksa dapat diartikan bahwa manusia menggunakan
data yang telah diperoleh, dengan langkah- karya sastra untuk mengungkapkan segala apa
langkah sebagai berikut; menurut (Aminuddin, yang dirasakan dan dipikirkan melalui
2013, hlm. 44). penggambaran yang imajinatif.
1) Membaca teks secara keseluruhan novel Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
SERUNI Karya Almas Sufeeya, (2013, hlm. 304) “Karya adalah buatan,
2) Menentukan unsur intrinsik yang akan karangan; pekerjaan; hasil dari perbuatan (yang
dijadikan sumber data, baik dan bermanfaat)”. Dan “Sastra adalah

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 13


FKIP Universitas Bale Bandung
hlm. 11-20 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 1 | Bulan April 2019 | ISSN 1978-9842

bahasa yang dipakai dalam tulisan; karya tulis 2.1 Ihwal Unsur Intrinsik Novel
yang memiliki nilai seni” (KBBI, 2013, hlm. Prosa fiksi atau novel dibangun dengan dua
548). unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur
“Dalam teori kontemporer karya sastra ekstrinsik. Menurut Ismawati (2013, hlm. 70)
didefinisikan sebagai aktivitas kreatif yang “Sebagai cipta sastra yang kompleks, fiksi
didominasi oleh aspek keindahan dengan mengandung berbagai unsur, antara lain
memasukan berbagai masalah kehidupan keindahan, kontemplasi yang berhubungan
manusia, baik konkret maupun abstrak, baik dengan nilai atau renungan, media pemaparan,
jasmaniah maupun rohaniah” (Ratna, 2015, dan unsur-unsur intrinsik yang berhubungan
hlm. 35). dengan ciri fiksi sebagai suatu teks sastra”.
Secara etimologis sastra berasal dari Berikut adalah unsur intrinsik tersebut: 1) tokoh
Sanskerta, dibentuk dari akar kata sas- yang 2) tema 3) setting 4) plot 5) amanat.
berarti mengerahkan, mengajar dan memberi “Unsur intrinsik merupakan unsur
petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk pembangunan yang terkandung di dalam suatu
mengajar, buku petunjuk. karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik
Secara harfiah kata sastra berarti huruf, merupakan struktur yang menjadi pondasi awal
tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian sebuah karya sastra. Pada umumnya unsur
diberi imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang intrinsik terdiri dari tema, tokoh dan
berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan penokohan, latar, bahasa, dan amanat”
indah bahasanya. (Hasanudin, 2015, hlm. 92).
Dari pengertian di atas sastra biasanya Menurut Tarigan (2015, hlm.124) mengutip
disebut dengan karya sastra. Dua kata tersebut dari tiga sumber, unsur intrinsik memiliki
tidak bisa dipisahkan, dapat diungkapkan karya beberapa butir ”maka nampak adanya
sastra adalah sebuah hasil perbuatan secara persamaan dan perbedaan mengenai kuantitas
kreatif dan imajinatif yang menggambarkan unsur-unsur fiksi itu. Untuk keperluan kita
kehidupan manusia, dan dituangkan ke dalam ketiganya akan digabungkan menjadi satu
tulisan baik secara nyata maupun tidak nyata. kesatuan yang bulat. Dengan demikian unsur-
Selain itu karya sastra sebagai alat untuk unsur fiksi yang akan diperbincangkan
mengungkapkan pemikiran dan perasaan mencakup 1) tema, 2) ketegangan dan
pengarang melalui hasil karya sastra, sehingga pembayangan, 3) alur, 4) pelukisan tokoh, 5)
menjadi petunjuk atau pembelajaran bagi kita konflik, 6) kesegaran dan konflik, 7) latar, 8)
yang membaca hasil karya sastra tersebut. pusat, 9) kesatuan, 10) logika dan lain
Karya sastra tidak hanya bisa dinikmati sebagainya”.
oleh remaja atau orang dewasa, tetapi juga bisa “Unsur intrinsik adalah unsur yang
dinikmati oleh anak karena terdapat sastra membangun karya sastra itu sendiri, unsur
untuk anak yang penulisnya tentu yang ideal, secara faktual akan dijumpai jika seseorang
digunakan unuk mendidik, serta unsur-unsur membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah
cerita yang disesuaikan dengan anak. Seperti novel adalah unsur-unsur yang (secara
yang diungkapkan oleh Sarumpaet (Ismawati, langsung) turut serta membangun cerita. Unsur
2013, hlm. 99) “Sastra anak adalah sastra yang yang dimaksud yaitu peristiwa, cerita, plot,
layak untuk anak. Tema yang dibahas pantas penokohan, tema latar, sudut pandang
untuk anak. Bahasanya layak untuk anak, indah penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-
dan penuh dengan fantasi yang akan lain” (Nurgiyantoro, 2013, hlm. 30).
merangsang tumbuh suburnya imajinasi anak. Dari beberapa pengertian dan butir unsur
Penulisnya bisa anak, bisa juga orang dewasa. intrinsik di atas, maka peneliti mengambil
pendapat Nurgiyantoro untuk dijadikan bahan
Penulis dewasa yang menulis bacaan anak
acuan dalam penelitian serta mengambil
(sastra anak).”
beberapa pengertian dari pendapat ahli lain

14 METAMORFOSIS
Pemanfaatan Hasil Analisis
Novel Seruni Karya Almas Sufeeya Dani Hermawan, Shandi
Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA

dikarenakan kebutuhan peneliti yang belum memberikan kesan realitas kepada pembaca,
cukup dari pendapat Nurgiyantoro. Pemilihan menciptakan tempat atau peristiwa yang seolah-
tersebut bukan hanya unsur intrinsik yang olah ada.
lengkap dari pendapat Nurgiyantoro tetapi juga ‘Latar atau setting yang disebut juga
sesuai dengan pemberlajaran sastra di Sekolah sebagai landas tumpu, menunjuk pada
pengertian tempat hubungan waktu dan sejarah,
Menengah Atas. Berikut merupakan pemaparan dan lingkungan sosial tempat terjadinya
mengenai unsur intrinsik novel yang akan peristiwa-peristiwa yang diceritakan’ (Abrams
dianalisis oleh peneliti. dalamNurgiyantoro, 2013, hlm. 302).
1) Tema “Setting adalah latar atau tempat
Menurut Hartoko dan Rahmanto dalam kejadian,waktu kejadian sebuah cerita. Setting
bisa menunjukan tempat, waktu, suasana batin,
Ismawati (2013, hlm. 72) ‘tema merupakan
saat itu terjadi” (Ismawati, 2013, hlm. 30).
gagasan dasar umum yang menopang sebuah Menurut Nurgiyantoro (2013, hlm. 314)
karya sastra dan yang terkandung di dalam teks “unsur latar dibagi menjadi tiga yaitu tempat,
sebagai struktur semantis dan yang menyangkut waktu dan sosoal budaya”.
persamaan-persamaan atau perbedaan- Dalam cerita fiksi latar/setting bukan hanya
perbedaan’. sebagai latar yang membuat cerita itu menjadi
‘Mendeskripsikan tema sebagai ide sebuah nyata, latar juga berfungsi sebagai alat untuk
cerita, pengarang dalam menulis ceritanya perkembangan daya imajinasi dan psikologis
bukan sekedar mau bercerita tetapi mengatakan pembaca, karena pembaca dapat
sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau menggambarkan suasana atau peristiwa
dikatakannya itu bisa sesuatu masalah tertentu dengan imajinasi yang mereka miliki
kehidupan, pandangan hidupnya tentang dan melukiskan bagaimana peristiwa yang
kehidupan ini atau komentar terhadap terdapat dalam cerita, disamping dapat
mengimajinasikan peristiwa pembaca juga
kehidupan ini ‘(Suardjo dalam Rokhmansyah,
dapat merlukisan tokoh yang terdapat dalam
2014, hlm. 33). cerita. Sebagai salah satu unsur pembangun
Menurut Nurgiyantoro (2013, hlm. 133) sebuah karya sastra latar/setting juga memiliki
“pada hakikatnya merupakan makna yang hubungan dengan unsur lain seperti penokohan,
dikandung cerita atau makna cerita. Makna perwatakan dan suasana agarmenjadi sebuah
cerita dalam sebuah karya fiksi, munkin saja totalitas terhadap sebuah cerita.
lebih dari satu, atau lebih tepatnya. Dalam 3) Alur/Plot
karya sastra tema dibagi menjadi dua yaitu tema “Ada dua teknik pengaluran, yaitu dengan
mayor (utama) dan minor (tambahan)”. jalan progresif (alur maju) yaitu dari awal,
a. Tema mayor/utama makna pokok cerita tengah atau puncak, akhir terjadinya peristiwa,
yang menjadi dasar atau gagasan dasar dan yang kedua dengan jalan regresif (alur
umum karya itu. mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita,
b. Tema minor/tambahan makna yang menuju tahap tengah atau puncak, dan berakhir
terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita pada tahap awal. Tahap progesif bersifat linier,
dapat diidentifikasi sebagai makna bagian. sedangkan teknik regresif bersifat nonlinier”
Menurut Nurgiyantoro (2013, hlm. 314) (Rokhmansyah, 2014, hlm. 37).
“unsur latar dibagi menjadi tiga yaitu tempat, “Alur atau plot ini adalah trap atau
waktu dan sosoal budaya”. dramatic conflict. Pada prinsipnya, seperti juga
bentuk-bentuk sastra lainya, suatu fiksi
2) Latar/setting haruslah bergerak dari suatu permulaan
Menurut Tarigan (2015, hlm. 136) “Latar (begining) melalui suatu pertengahan (middle)
adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan menuju suatu akhir (ending), yang dalam dunia
ruang, dalam suatu cerita”.Latar memberikan sastra lebih dikenal sebagai eksposis,
pijakan cerita secarakonkret dan jelas agar komplikasi, dan resolusi (dokumen)”
(Tarigan,2015, hlm. 126).

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 15


FKIP Universitas Bale Bandung
hlm. 11-20 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 1 | Bulan April 2019 | ISSN 1978-9842

Dalam unsur yang membangun jalannya b. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”
cerita dari mulai permulaan, permasalah dan Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut
penyelesaian menunjukan bahwa alur cerita pandang persona pertama, “aku”, gaya “aku”,
adalah suatu peralihan keadaan untuk mencapai narator adalah seseorang ikut terlibat dalam
sesuatu, suatu cerita diawali dengan pemaparan cerita.sudut pandang persona pertama meliputi:
untuk memulai cerita, setelah itu berkembang 1. “Aku” tokoh utama yaitu si “aku”
karena adanya masalah yang timbul dari setiap mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah
tokoh hingga runtut ketahap tertentu sampai laku yang dialaminya. Si “aku” yang
penyelesaian terjadi atau klimaks. Dalam cerita menjadi tokoh utama cerita oraktis mejadi
tokoh protagonis.
fiksi alur/plot tidak selalu berurutan (peristiwa,
2. “Aku” tokoh tambahan yaitu tokoh “aku”
konflik dan klimaks) tetapi cerita juga dapat
muncul bukan sebagai tokoh uatama,
bermula dari konflik lalu mengalami melainkan sebagai tokoh tambahan.
pengenalan tokoh atau pertengahan dan diakhiri
dengan ending atau klimaks, tergantung dengan c. Sudut Pandang Persona Kedua “Kau”
meliputi:
kriteria yang terdapat dalam alut/plot. 1. “Kau” merupakan cara pengisahan yang
4) Tokoh/Penokohan mempergunakan kau yang biasanya sebagai
Menurut Aminuddin (2013, hlm. 79) variasi cara memandang oleh tokoh aku dan
“Tokoh adalah pelaku yang mengemban dia.
2. “Kau” biasanya dipakai mengoranglain-kan
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa
diri sendiri, melihat diri sendiri sebagai
itu mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh”. orang lain.
Dan “Penokohan adalah cara pengarang
menampilkan tokoh atau pelaku”. 6) Amanat
“Amanat adalah pesan yang akan
5) Sudut Pandang
disampaikan melalui cerita. Amanat baru dapat
“Sudut pandang pada hakikatnya merupakan
ditemukan setelah pembaca menyelesaikan
strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan seluruh cerita yang dibacanya. Amanat
gagasan dan cerita. Segala sesuatu yang biasanya berupa nilai-nilai yang dititipkan
dikemukakan dalam cerita fiksi memang milik penulis cerita kepada pembacanya. Sekecil
pengarang, yang antara lain berupa pandangan apapun nilai dalam cerita pasti ada” (Ismawati,
hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan” 2013, hlm. 30).
(Nurgiyantoro, 2013, hlm. 338).
Berdasarkan pengertian di atas sudut 2.3 Pengertian Novel
pandang terbagi menjadi tiga macam, yaitu: “Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang
a. Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia” panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang,
Penghiasan cerita yang mempergunakan sudut namun juga tidak terlalu pendek”
pandang persona ketiga, gaya dia, narator (Nurgiyantoro, 2013, hlm. 12). Ciptaan sebuah
adalah seseorang yang berada di luar cerita fiksi tergantung dengan kehidupan dan
yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan pengalaman pengarang, fiksi dapat
menyebut nama, atau kata ganti; ia, dia, dan diungkapkan dengan realitas hidup pengarang
mereka. Sudut pandang persona ketiga atau dapat diungkapkan dari pengalaman orang
meliputi:
lain rasakan.
1. “Dia” mahatahu, pengarang dapat
menceritakan hal-hal yang menyangkut Menurut Abram (Ismawati, 2013, hlm. 69)
tokoh “Dia” tersebut. ‘karya fiksi (novel) adalah karya yang
2. “Dia” terbatas, Pengarang melukiskan yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan,
dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak
dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu
hanya pada tokoh saja. dicari kebenarannya dalam dunia nyata’.

16 METAMORFOSIS
Pemanfaatan Hasil Analisis
Novel Seruni Karya Almas Sufeeya Dani Hermawan, Shandi
Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA

2.4 Bahan Ajar dan Tujuan Pengajaran 3. PEMBAHASAN


Sastra Identitas Novel
Menurut Mukmini (2015, hlm. 47) “Bahan Judul Buku: SERUNI
ajar adalah alat pembelajaran yang ditulis Pengarang: Alamas Sufeeya
Penerbit: Republika Penerbit
dengan tata aturan instruksional karena Tahun Terbit: Cetakan l, Februari 2017
digunakan untuk mendukung proses Halaman : 237 halaman
pembelajaran. Selain itu, bahan ajar juga suatu
alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Bahan ajar juga
berupa alat pembelajaran yang berisi
keterampilan dan sikap yang perlu dipelajari
oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan”.
“Bahan ajar adalah sesuatu yang Gambar Novel Seruni
mengandung pesan yang akan disajikan dalam Biografi Pengarang
Almas Sufeerya adalah nama pena dari Susi
proses belajar mengajar. Bahan ajar
Fitriyani. Lahir di Pekalongan, 30 April 1993.
dikembangkan berdasarkan tujuan Mulai hobi menulis sejak duduk dibangku
pembelajaran. Bahan ajar sastra yang ideal SMP. Pernah menjadi juara 2 lomba menulis
adalah bahan yang autentik, artinya benar- puisi yang diadakan Dinas Pendidikan
benar berupa karya cipta sastra” (Ismawati, Pekalongan. Cerpen perdananya dimuat di
Yunior Suara Merdeka. Menjadi juara favorit
2013, hlm. 35).
dalam Lomba Menulis Cerpen 2015 yang
Menurut Ismawati (2013, hlm. 30) secara diselenggarakan majalah Nur Hidayah.
garis besar tujuan pengajaran sastra dapat Komunikasi dan diskusi dengan Almas dapat
dipilah menjadi dua bagian yakni: melalui akun Facebook Almas Sufeeya.
a. Tujuan Jangka Pendek Hasil Analisis
Tujuan jangka pedek adalah siswa Dalam bagian ini peneliti mendeskripsikan
mengenal cipta sastra dan dapat menjawab hasil dari analisis unsur-unsur intrinsik novel
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengannya. SERUNI karya Almas Sufeeya dan
implementasinya dalam pembelajaran Bahasa
Di samping itu siswa dapat memberikan
Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).
tanggapan, menanyakan, tentang cipta sastra Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
yang dibacanya, siswa dapat menyelesaikan Tabel Hasil Analisis
tugas-tugas pengajaran sastra, mengunjungi Klasifikasi Tema, Latar, Alur, Penokohan,
kegiatan sastra, menyatakan tertarik dengan Sudut pandang, Amanat.
kegiatan pengajaran sastra dan memilih No Klasifikasi Frekuensi
kegiatan sastra diantara kegiatan lain yang Mayor 1
1 Tema
Minor 3
disediakan.
Tempat 37
b. Tujuan Jangka Panjang 2 Latar Waktu 9
Tujuan jangka panjang adalah terbentuknya Suasana 21
sikap positif terhadap sastra dengan ciri siswa Maju 5
3 Alur/Plot
mempunyai apresiasi tinggi terhadap karya Mundur 9
sastra dan dapat membuat indah dalam setiap Utama 35
4 Penokohan
Tambahan 47
fase kehidupannya sebagai pepatah mengatakan
5 Sudut pandang 2
dengan seni (sastra) hidup menjadi lebih indah. 6 Amanat 8

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 17


FKIP Universitas Bale Bandung
hlm. 11-20 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 1 | Bulan April 2019 | ISSN 1978-9842

Hasil Analisis Angket Guru menariknya novel, terlalu banyak pembahasan


Dari hasil penelitianberupa instrumen non yang tidak perlu ada dalam buku ajar ini atau
tes (angket) untuk guru yang telah disebar ke masih rumitnya siswa untuk memahami
tiga sekolah dan 3 guru di SMA dapat maksud dan tujuan peneliti dalam buku ajar
disimpulkan bahwa standar kompetensi, tersebut. Dari simpulan di atas terdapat
kompetensi dasar, unsur intrisik dalam buku kelebihan dan kekurangan buku ajar ini,
ajar sudah memenuhi kriteria sebagai bahan peneliti berharap kelebihan dari buku ajar ini
ajar,dengan adanya buku ajar ini diharapkan menjadi motivasi bagi penulis untuk lebih giat
dapat membantu proses pembelajaran bagi guru lagi menggali pengetahuan dalam menulis buku
dan murid. Di samping telah memenuhi kriteria ajar, dari kekurangan buku ajar ini peneliti
dan membantu proses pembelajaran di sekolah diharapkan untuk memperbaiki dan lebih
buku ajar ini masih terdapat kekurangan seperti memperhatikan kekurangan dari buku ajar, dan
belum sesuai dengan tujuan pembelajaran, bagi peneliti selanjutnya peneliti berharap buku
bahasa yang digunakan peneliti dalam buku ajar ini menjadi acuan dalam menyusun buku
sulit untuk guru pahami, kurang motivasi siswa ajar agar lebik baik.
untuk senang mempelajari karya sastra, buku
yang belum sesuai dengan kriteria bahan ajar 4. SIMPULAN DAN SARAN
apresiasi sastra serta belum layak untuk 4.1 Simpulan
dijadikan bahan ajar apresiasi satra di sekolah Setelah peneliti selesai melakukan analisis
masih menjadi kendala bagi peneliti. Dari terhadap novel SERUNI karya Almas Sufeeya
simpulan di atas, kelebihan buku ajar ini dapat dan melakukan penelitian ke beberapa Sekolah
menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya Menengah Atas (SMA), peneliti dapat
sebagai acuan menyusun buku ajar yang lebih menyimpulkan berbagai gagasan. Simpulan
baik. Meskipun terdapat kekurangan dalam yang dibuat merupakan jawaban atas
buku ajar ini peneliti telah melakukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
perbaikan agar buku ajar tidak terlalu banyak rumusan masalah pada bagian awal penelitian
kekurangan dan meminimalkan kesalahan yang ini. Berdasarkan hasil analisis data dan
terjadi dalam menyusun buku ajar. penelitian yang telah dipaparkan pada bab
Hasil Analisis Angket Siswa sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan
Dari hasil penelitian berupa instrumen non sebagai berikut.
tes (angket) untuk siswa yang telah disebar ke 1) Tema yang diangkat dalam novel SERUNI
tiga sekolah mendapatkan 73 siswa kelas XI. karya Almas Sufeeya yaitu tentang keluarga,
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa buku cerita yang mengangkat tema keluarga disini
ajar yang dibuat peneliti menarik untuk dibaca, cukup berbeda karena bukan keharmonisan
mudah dipahami, unsur intrinsik yang mudah keluarga yang menjadi cerita, melainkan
dipahami, novel yang meningkatkan tentang perceraian dan kisah tragis
memotivasi untuk belajar, serta cerita yang memilukan, menggambarkan sisi negatif
mengesankan bagi siswa menjadi tolak ukur dari sebuah perceraian yang diawali oleh
buku ajar ini sesuai dengan tujuan sebuah jalan bernama perselingkuhan. Serta
pembelajaran. Namun, di samping sesuai dan mengisahkan tentang kehidupan anak-anak
dapat dipahaminya buku ajar yang dibuat, dari korban perceraian kedua orang tuanya,
masih terdapat kekurangan seperti tabel nomor Ada anak-anak yang tersakiti atas perbuatan
sembilan yang lebih banyak siswa yang orang tuanya, mereka menjadi anak yang
menjawab tidak membantu dalam proses pendendam, pemberontak, bahkan ada juga
pembelejaran apresiasi sastra dan masih banyak yang membenci orangtuanya. Meskipun
siswa yang menjawab tidak dari tabel satu sudah dewasa, ternyata anak-anak ini masih
sampai sepuluh, karena bisa jadi kurang menyimpan luka masa lalunya.

18 METAMORFOSIS
Pemanfaatan Hasil Analisis
Novel Seruni Karya Almas Sufeeya Dani Hermawan, Shandi
Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA

2) Latar yang ada dalam novel SERUNI karya kannya sendiri dengan sudut pandang
Almas Sufeeya yaitu latar tempat, waktu dan mereka, dalam novel SERUNI karya Almas
suasana. Latar tempat terdiri atas dua negara Sufeeya yaitu amanat tersurat, peneliti
yaitu Jepang dan Indonesia, Jepang karena menjadikan kutipan atau percakapan dalam
beberapa dari tokoh yang tinggal dan novel sebagai amanat yang dapat
menetap di Jepang sebelum pulang kembali membangun dan bermanfaat bagi pembaca
ke tanah air yaitu Masjid Camii, tempat dengan kemampuan dan pengetahuan
bekerja dan hostel, shibuya di Jepang peneliti.
sedangkan Indonesia karena tempat tinggal 7) Pemanfaatannya sebagai bahan ajar sastra di
tokoh utama yang tinggal di Indonesia Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu
meskipun sempat meninggalkan Indonesia setelah menganalisis novel Seruni karya
dan tinggal di Jepang seperti restoran, dapur, Almas Sufeeya peneliti membuat bahan ajar
tempat makan, rumah, kamar, ruang makan, yang akan disebar ke tiga Sekolah
rumah sakit, lorong, pantai toko bunga,
Menengah Atas beserta angket, kemudian
bandara dan lain sebagainya. Latar waktu
yaitu pagi, siang dan malam. Latar susana hasil sebaran angket tersebut dideskripsikan
yaitu seperti tokoh yang sedang kedinginan, berdasarkan klasifikasi unsur intrinsik
kerinduan terhadap orang yang disayangi, hingga akhirnya bahan ajar tersebut
marah, sedih atau membela seseorang yang dinyatakan layak untuk dimanfaatkan
dia cintai. sebagai alternatif bahan ajar di Sekolah
3) Alur/plot cerita dalam novel SERUNI karya Menengah Atas.
Almas Sufeeya yaitu alur maju dan alur
mundur, alur maju karena tokoh utama yang 4.2 Saran
akan mengungkapkan rahasia yang Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh
disimpannya selama tujuh tahun, sedangkan dari kata sempurna, maka dari itu beberapa
alur mundur menceritakan konflik para saran yang dapat peneliti diajukan sebagai
tokoh sehingga dapat menjadi masalah bahan pertimbangan dalam penelitian ini adalah
dimasa depan sehingga harus ada sebagai berikut.
penyelesaisan di masa depan atau alur maju. 1. Bagi peneliti, diharapkan dalam melakukan
4) Penokohan pada novel SERUNI karya penelitian selanjutnya agar lebih
Almas Sufeeya terdiri atas tokoh utama dan memperhatikan kekurangan yang dimiliki
protagonis. Tokoh utama yaitu Seruni, Ana, penelitian ini untuk memperbaiki agar lebik
Aster Dan Taro sebagai tokoh pembawa sempurna, baik yang berhubungan dengan
cerita atau masalah dari awal sampai bahasa dan sastra Indonesia maupun
selesainya masalah yang dihadapi. Tokoh
masalah lain.
tambahan yaitu Rifat, Keke dan Edwin,
Dewangga dan Yoshi Itou. Tokoh antagonis 2. Bagi pendidik, diharapkan dapat memilih
yaitu Devi, Cantik dan Jelita sebagai tokoh materi bahasa dan sastra Indonesia yang
yang mengangkat masalah atau sesuai agar siswa tidak bosan terhadap mata
pertentangan antara dua kepentingan seperti pelajaran yang disampaikan serta
baik-buruk, baik-jahat, benar-salah, dan meningkatkan minat dan kemampuan siswa,
lain-lain. agar siswa lebih menyukai karya sastra,
5) Sudut pandang pada novel SERUNI karya sehingga bahasa dan sastra Indonesia dapat
Almas Sufeeya menggunakan sudut berkembang dengan baik.
pandang persona ke tiga, karena pengarang 3. Bagi pembaca, dengan adanya penelitian ini
menyebut para tokoh “Dia”, “Ia” atau nama
diharapkan dapat meningkatkan apresiasi
dari pelaku seperti Seruni, Ana, Aster,
Papanya, Mamanya, Penjaga toko bunga terhadap karya sastra khususnya unsur
dan sebagainya untuk menceritakan hal-hal intrinsik novel karena selain menambah
yang menyangkut dari setiap tokoh. ilmu pengetahuan juga dapat bermanfaat
6) Amanat dalam karya sastra biasanya tersirat, bagi para pembaca sebagai acuan dalam
jadi pembaca harus mencari dan menjelas- melakukan penelitian.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 19


FKIP Universitas Bale Bandung
hlm. 11-20 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 1 | Bulan April 2019 | ISSN 1978-9842

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Risa. 2013. Kamus Lengkap Bahasa Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan
Indonesia. Surabaya: SerbaJaya. Pengkajian Sastra, Perkenalan Awal
Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta:
Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya
Graha Ilmu.
Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Stanton, Robert. 2012. Teori Diksi Robert
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Penelitian Satuan Pendekatan Praktik. Sufeeya, Almas. 2017. Seruni. Jakarta:
Jakarta: Rineka Cipta. Republika.
Ismawati, Esti. 2013.Pengajaran Sastra. Susanto, D. 2012. Pengantar Teori Sastra.
Yogyakarta: Ombak. Yogyakarta: CAPS.
Margono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Tarigan, H.G. 2015. Prinsip-Prinsip Dasar
Jakarta: Rineka Cipta Sastra. Bandung: CV Angkasa.
Mukmini, Ratnasih. 2015. Menulis Bahan Ajar. Teeuw,A. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra.
Bandung: CV Indocomm. Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013.Teori Pengkajian WS, Hasanudin. 2015. Drama Karya Dalam
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Dua Dimensi. Bandung: CV Angkasa.
University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode,
Dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Penulis

20 METAMORFOSIS

Anda mungkin juga menyukai