DOSEN PEMBIMBING:
PRIYO AGUS SETIAWAN, S.T., M.T.
GEORGE ENDRI K., S.T., M.Sc.Eng.
i
ii
TUGAS AKHIR (610450A)
DOSEN PEMBIMBING:
PRIYO AGUS SETIAWAN, S.T., M.T.
GEORGE ENDRI K., S.T., M.Sc.Eng.
i
ii
FINAL PROJECT (610450A)
ADVISOR:
PRIYO AGUS SETIAWAN, S.T., M.T.
GEORGE ENDRI K., S.T., M.Sc.Eng.
iii
iv
HALAMAN PENGESAHAN
i
HALAMAN PENGESAHAN
v
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
vi
LEMBAR PERNYATAAN
BEBAS PLAGIAT
v
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vii
viii
KATA PENGANTAR
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan seluruh rahmat dan hidayah–Nya sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “STUDI NUMERIK
PENDINGINAN UDARA PADA KANDANG SAPI KAPAL TERNAK
MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC)”.
Tugas Akhir ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
kelulusan sebagai Sarjana Terapan (S.ST) pada Program Studi D-IV Teknik
Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Bentuk rasa syukur ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Suwiyana, Ibu Warjiyah, dan Lutfiana Dwi Rohmawati serta keluarga
yang tiada hentinya memberikan dukungan baik moral maupun materil selama
penulis menempuh studi di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA. selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
3. Bapak George Endri K., S.T., M.Sc.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik
Permesinan Kapal dan Dosen Pembimbing II yang memberikan arahan dan
saran selama penulisan Tugas Akhir.
4. Ibu Ir. Emie Santoso, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Permesinan
Kapal.
5. Ibu Nurvita Arum Sari, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Tugas Akhir Program
Studi Teknik Permesinan Kapal.
6. Bapak Priyo Agus Setiawan, ST., MT. selaku Kepala Laboratorium Mesin
Fluida dan Dosen Pembimbing I yang memberikan arahan dan saran selama
penulisan Tugas Akhir.
7. Bapak Ali Imron S., ST., MT. selaku Kepala Laboraturium CAD Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
8. Bapak dan ibu dosen pengajar di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
9. Bapak Saifudin dan Bapak Sudarno selaku Teknisi Laboraturium CAD
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
ix
10. Misbahudin Ardiansyah, S.ST. selaku penulis tugas akhir yang berjudul
“Evaluasi perbandingan distribusi udara pada saluran udara peti dengan saluran
udara tunggal dikapal ternak 1200 DWT” yang selalu memberikan motivas i
kepada penulis selama proses pengerjaan tugas akhir.
11. Rekan Program Studi D-IV Teknik Permesinan Kapal angkatan 2014 atas
kerjasama dan kekompakan selama menempuh studi di Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
12. Rekan Program Studi Teknik Permesinan Kapal angkatan 2014 atas kerjasama
dan kekompakan selama menempuh studi di Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
13. Rekan On The Job Training Raqih Arizona Pradhika dan Yohannes Hadi
Yamlean di PT. Adiluhung Sarana Segara Indonesia.
14. Elfa Aulia Rahmah dan Asri Dwi Widiastuti yang selalu memberikan motivas i,
dukungan semangat dalam penyelesaian Tugas akhir ini.
15. Pihak-pihak lain yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu kelancaran penelitian Tugas Akhir ini.
Pelaksanaan dan laporan Tugas Akhir ini sangat terbuka untuk kritik dan
saran yang membangun sebagai bentuk perbaikan gagasan berikutnya. Semoga
Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi rekan– rekan Program Studi
Teknik Permesinan Kapal pada khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis juga
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
x
ABSTRAK
vii
STUDI NUMERIK PENDINGINAN UDARA PADA KANDANG
SAPI KAPAL TERNAK MENGGUNAKAN (CFD)
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC
ABSTRAK
xi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xii
ABSTRACT
xi
NUMERICAL STUDY AIR COOLING AT CATTLE PEN LIVESTOCK
VESSEL USING CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC)
ABSTRACT
Livestock vessels are vessels used to distribute and transport livestock from
one place to another. Similar research has been carried out by making cattle models
in the beams which are considered to make air distribution less evenly. This
research will be carried out simulation use 3D cattle’s model. This simulation aims
to determine the distribution of air temperature, air velocity, air pressure and air
flow patterns. This study uses a CFD (computational fluid dynamic) simulation
method. Based on the simulation result, the average of air temperature distribution
is 300o K or 27o C at cattle pen A and B. The average of air velocity distribution is
0,669 m/s at cattle pen A and 0,7 m/s at cattle pen B. The average of air pressure
distribution is 0,211 pa at cattle pen A and -0,267 pa at cattle pen B. And the airflow
pattern is around a model of cattle. The distribution of air temperature at 300o K or
27o C by RH (relative humidity) 70%-90%, THI (Temperature Humidity Index)
shows in the alert condition between 75 – 78. So, The cattle pen A and B have not
good the comfort zone and make a cattle to be mild stress. Because of it, the air
temperature has to be down by adding a cooling instrument.
xiii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xiv
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ix
ABSTRAK .............................................................................................................. xi
xv
2.3.2 SNI (Standar Nasional Indonesia) ..................................................... 8
xvi
4.1.2 Spesifikasi Saluran Udara (Ducting) ............................................... 23
4.3.1 Pre-Processor.................................................................................. 27
xvii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xviii
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Panas dari lampu ..................................................................................... 9
Tabel 2.2 THI (Temperatur Humidity Indexs) ...................................................... 10
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir .......................................................... 21
Tabel 4.1 Data ukuran ternak sapi......................................................................... 24
Tabel 4.2 Data dimensi ukuran kandang sapi ....................................................... 24
Tabel 4.3 Data temperatur dan kecepatan udara ................................................... 25
Tabel 4.4 Panas dari lampu ................................................................................... 27
Tabel 4.5 Input boundary condition pada model kandang sapi A ........................ 30
Tabel 4.6 Input boundary condition pada model kandang sapi B......................... 30
xix
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xx
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Enclose deck vessel ............................................................................. 5
Gambar 2.2 Open deck vessel ................................................................................. 6
Gambar 2.3 Combined deck vessel.......................................................................... 6
Gambar 2.4 Sapi sumba ongole jantan.................................................................... 8
Gambar 2.5 Grafik animal heat production .......................................................... 10
Gambar 2.6 Beberapa alternative routing saluran udara kamar mesin ................. 11
Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir .................................................................... 20
Gambar 4.1 Dimensi kandang sapi ....................................................................... 25
Gambar 4.2 Grafik animal heat production .......................................................... 26
Gambar 4.3 Model sapi ......................................................................................... 26
Gambar 4.4 Model kandang sapi A....................................................................... 28
Gambar 4.5 Model kandang sapi B ....................................................................... 28
Gambar 4.6 Meshing model kandang sapi A ........................................................ 29
Gambar 4.7 Meshing model kandang sapi B ........................................................ 29
Gambar 4.8 Hasil solver control model kandang sapi A ...................................... 31
Gambar 4.9 Hasil solver control model kandang sapi B....................................... 31
Gambar 4.10 Result post processor simulasi model kandang sapi A ................... 32
Gambar 4.11 Result post processor simulasi model kandang sapi B.................... 32
Gambar 4.12 Result post processor simulasi model kandang sapi A sumbu XZ . 33
Gambar 4.13 Result post processor simulasi model kandang sapi B sumbu XZ . 33
Gambar 4.14 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 0,4 m pada kandang
sapi A..................................................................................................................... 35
Gambar 4.15 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 1 m pada kandang
sapi A..................................................................................................................... 35
Gambar 4.16 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 1,5 m pada kandang
sapi A..................................................................................................................... 36
Gambar 4.17 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 0,4 m pada kandang
sapi B ..................................................................................................................... 36
Gambar 4.18 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 1 m pada kandang
sapi B ..................................................................................................................... 37
xxi
Gambar 4.19 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 1,5 m pada kandang
sapi B ..................................................................................................................... 37
Gambar 4.20 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 0,4 m pada kandang
sapi A ..................................................................................................................... 38
Gambar 4.21 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 1,5 m pada kandang
sapi A ..................................................................................................................... 39
Gambar 4.22 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 1,5 m pada kandang
sapi A ..................................................................................................................... 39
Gambar 4.23 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 0,4 m pada kandang
sapi B ..................................................................................................................... 40
Gambar 4.24 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 1 m pada kandang sapi
B............................................................................................................................. 40
Gambar 4.25 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 1,5 m pada kandang
sapi B ..................................................................................................................... 41
Gambar 4.26 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 0,4 m pada kandang sapi
A ............................................................................................................................ 42
Gambar 4.27 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 1 m pada kandang sapi A
............................................................................................................................... 42
Gambar 4.28 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi
A ............................................................................................................................ 43
Gambar 4.29 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 0,4 m pada kandang sapi
B............................................................................................................................. 43
Gambar 4.30 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 1 m pada kandang sapi B
............................................................................................................................... 44
Gambar 4.31 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi
B............................................................................................................................. 44
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Biodata Penulis
Lampiran B Kemajuan Tugas Akhir
Lampiran C Rekomendasi Tugas Akhir
Lampiran D Revisi Tugas Akhir
Lampiran E Ducting Arrangement
Lampiran F Report Meshing Kandang Sapi A
Lampiran G Report Meshing Kandang Sapi B
Lampiran H Amsa Marine Order 43..
Lampiran I SNI 10-6200-2000
Lampiran J SNI 7651.7 2016.
xxiii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xxiv
BAB 1
PENDAHULUAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
udara, distribusi kecepatan udara, distribusi tekanan udara dan pola aliran udara
yang terdapat pada kandang di kapal ternak (live stock vessel).
Pengerjaan tugas akhir ini dilakukan dengan metode simulasi menggunaka n
software computational fluid dynamic (CFD). Penggunaan software computational
fluid dynamic (CFD) dipilih karena memiliki banyak keunggulan dibandingka n
melakukan pengujian secara eksperimental. Keunggulan tersebut diantara lain yaitu
kemudahan dalam mendapatkan data, waktu set up yang relatif singkat, biaya relatif
lebih murah dan tidak terpengaruh oleh gangguan lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dikaji yaitu :
1. Berapa beban panas yang terdapat pada kandang sapi?
2. Bagaimana bentuk pemodelan kandang sapi yang digunakan sebagai
simulasi?
3. Bagaimana hasil simulasi pada kandang sapi dikapal ternak?
1.3 Tujuan Tugas Akhir
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu :
1. Mengetahui beban panas yang terdapat pada kandang sapi.
2. Mengetahui bentuk model kandang sapi yang digunakan sebagai
simulasi.
3. Mengetahui hasil simulasi kandang sapi dikapal ternak.
1.4 Manfaat Tugas Akhir
Manfaat dari tugas akhir ini adalah :
1. Manfaat bagi institusi, sebagai referensi pembelajaran yang dapat
dipelajari bagi rekan – rekan mahasiswa.
2. Manfaat bagi peneliti, sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dari tugas akhir ini adalah :
1. Model kandang yang dibuat model untuk simulasi terletak digeladak
dasar alas ganda.
2
2. Beban panas yang digunakan sebagai input berasal dari ternak sapi yang
dimuat dan lampu yang digunakan sebagai penerangan pada kandang.
3. Parameter yang diambil berupa suhu dan kecepatan aliran udara.
4. Simulasi yang akan dilakukan menggunakan software software
computational fluid dynamic (CFD).
3
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 merupakan kapal ternak jenis enclose deck vessel, kapal ini
biasanya pembawa mobil yang telah dikonversi untuk tujuan membawa ternak.
Kapal memiliki dek-dek besar tertutup yang besar di dalam superstruktur kapal dan
oleh karena itu mereka dianggap sebagai platform yang baik untuk pemasangan
kandang di dalam dek-dek ini. Sistem ventilasi mekanis paksa juga biasanya di
tempat namun peningkatan ekstraksi dan suplai mungkin diperlukan karena
respirasi dan panas yang dihasilkan oleh ternak yang ditempatkan di dalam pena
mereka. Keuntungan dari kapal jenis ini adalah isolasi hewan dari unsur-unsur. Hal
ini memungkinkan kontrol yang lebih ketat terhadap lingkungan dan habitat hewan
tersebut pada tingkat yang lebih besar dari pada di kapal-kapal desain tipe terbuka
5
namun mereka sepenuhnya bergantung pada sistem ventilasi mekanis untuk
kelangsungan hidup hewan tersebut.
2.1.2 Open Deck Vessel
Gambar 2.2 merupakan kapal ternak jenis open deck vessel, kapal dek
terbuka lebih umum dibangun pada tahun 1970-an dan 1980-an dan biasanya kapal
tanker, kapal pengangkut curah atau kapal kontainer dikonversi untuk transportasi
ternak dengan pembangunan rumah stok di foredeck mereka. Rumah stok biasanya
terbuka untuk elemen di sisi mereka dan oleh karena itu pengendalian lingkunga n
memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan kapal tipe tertutup.
Desain terbuka memungkinkan untuk lintasan udara segar melalui rumah stok dan
oleh karena itu sistem ventilasi mungkin memiliki kapasitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan kapal jenis tertutup dan hanya dipasok ke kandang di pusat
rumah persediaan. Kapal-kapal ini juga memiliki sistem umpan, penyiraman, dan
pembuangan limbah otomatis pada yang dibangun baru-baru ini namun kapal yang
lebih tua dari jenis ini masih beroperasi tidak dilengkapi dengan baik.
2.1.3 Combined Deck Vessel
6
Tujuan dibangunnya kapal-kapal ternak yang memiliki konstruksi yang
lebih baru cenderung memiliki baik dek terbuka maupun tertutup untuk transportasi
hewan seperti Gambar 2.3 yang merupakan kapal ternak jenis combined deck
vessel. Dek terbuka biasanya terletak di atas dek utama geladak dan memanfaatka n
kelebihan alami ventilasi jika memungkinkan. Ini mengurangi jumlah kipas
ventilasi yang dibutuhkan dibandingkan dengan kapal yang sepenuhnya tertutup.
Untuk memaksimalkan penggunaan ruang yang tersedia, ruang lambung juga
digunakan untuk transportasi ternak dan ini biasanya berupa ruang tertutup yang
mengandalkan pasokan paksa mekanis serta kipas angin untuk pergantian udara
mereka.
2.2 Hewan Ternak
Hewan ternak yang dimuat kapal ternak (livestock vessel) adalah sapi
ongole. Sapi ongole sapi bukanlah asli Indonesia, melainkan berasal dari India. Sapi
ini mulai dimasukkan ke Indonesia pada permulaan abad ke-20 dan diternakan
secara murni di pulau sumba sehingga lebih dikenal dengan nama sapi sumba
ongole. Sapi ongole mudah dikenal karena postur tubuhnya lebih besar
dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya. Warna bulunya bervariasi dari putih sampai
putih kelabu dengan campuran kepala sapi jantan berwarna putih keabu-abuan,
sedangkan lututnya hitam. Anak yang baru lahir sering berwarna coklat dan setelah
umur setahun berubah menjadi kelabu. Ukuran kepalanya panjang, telinga sedang
dan agak tergantung. Tanduk sapi jantan pendek dan pada sapi betina panjang.
Pundak bulat dan besar gelambir lebar dan tergantung mulai dari leher melalui perut
hingga ambing atau skrotum. Tinggi jantan dewasa dapat mencapai 150 cm dengan
bobot badan 600 kg, sedangkan betina dewasa mencapai tinggi badan 135 cm
dengan bobot badan 450 kg. Pertambahan bobot badan dapat mencapai 0,47 – 0,81
kg/hari dan tergantung pakan yang diberikan, kuantitas dan kualitas. Pada tahun
1917, untuk pertama kali, sapi Ongole dikeluarkan dari Pulau Sumba dengan tujuan
daerah Sulawesi Utara, Kalimantan dan Jawa. Namun sebenarnya untuk Pulau Jawa
dan sumatera, pemasukan sapi Ongole sudah dimulai sejak tahun 1909 dalam
rangka “Ongolisasi” sapi-sapi yang ada dikawasan barat Indonesia (Rusdiana,
Wibowo, & Praharani, 2010). Gambar 2.4 berikut merupakan hewan ternak sapi
sumba ongole.
7
Gambar 2.4 Sapi sumba ongole jantan (BSN, 2016)
8
b) Menjamin kesejahteraan ternak
c) Megurangi kerugian selama pengangkutan
d) Menjamin kualitas produk babi
e) Mendukung perkembangan usaha pengangkutan ternak babi
f) Menjamin keselamatan kapal
2.4 Perhitungan Beban Panas
2.4.1 Beban Panas Dari Lampu
Sumber panas dari lampu dapat tidak diperhitungkan apabila suatu ruangan
didesain dengan menggunakan sumber penerangan dari alam (George Endri
kusuma, Mardi Santoso, 2016). Jika ruangan tersebut menggunakan lampu
penerangan maka dapat diperhitungkan dengan menggunakan Tabel 2.2 panas dari
lampu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Panas dari lampu
Sensible heat from general lighting
No Space (W)
Incandescent Fluorecent
1 Cabin etc 15 8
2 Mess or Dining room 20 10
3 Gymnasium. Etc. 40 20
Sumber: Sistem Refrigrasi dan Saluran Udara (2016)
9
Gambar 2.5 Grafik animal heat production (Gozo & View, 2015)
10
Normal < 74 THI,
Alert 75 – 78 THI,
Danger 79 – 83 THI,
Emergency >84 THI
2.6 Routing
Routing adalah bentuk aliran udara dalam ruangan kamar mesin. Routing
sangatlah penting dalam menentukan tercapainya kondisi lingkungan udara kamar
mesin yang nyaman. Untuk itu biasanya udara bersih dari luar dialirkan masuk
kamar mesin sejauh mungkin agar secara natural udara dapat terdistribusi merata
keseluruh ruangan kamar mesin.
Gambar 2.6 menunjukkan beberapa alternative routing yang seringkali ada
dalam kamar mesin. Effisiensi dari routing pada gambar tersebut diistila hka n
sebagai Factor Routing (Frouting), dimana gambar A memiliki F routing = 1.0 dan
merupakan routing udara kamar mesin yang paling baik dibandingkan alternative
routing yang lain. Sehingga untuk routing yang lain, nilai factor routing
menunjukkan kelipatan jumlah udara yang harus disuplai kedalam ruangn
dibandingkan dengan jumlah udara yang dibutuhkan pada routing gambar A.
Misalnya, untuk gambar B, jumlah udara yang dibutuhkan adalah 1,4 kali daripada
jumlah udara yang dibutuhkan pada gambar A (George Endri kusuma, Mardi
Santoso, 2016).
Gambar 2.6 Beberapa alternative routing saluran udara kamar mesin (George Endri kusuma,
Mardi Santoso, 2016)
11
2.6 Computational Fluid Dynamic (CFD)
Computational fluid dynamics (CFD) adalah metode perhitungan dengan
sebuah kontrol dimensi, luas, dan volume dengan memanfaatkan bantuan
komputasi komputer untuk melakukan perhitungan pada tiap-tiap elemen
pembaginya. Prinsipnya adalah suatu ruang yang berisi fluida yang akan dilakukan.
perhitungan dibagi menjadi beberapa bagian, hal ini sering disebut dengan sel dan
prosesnya dinamakan meshing. Bagian-bagian yang terbagi tersebut merupakan
sebuah kontrol perhitungan. Kontrol- kontrol perhitungan ini merupakan
pembagian ruang atau meshing. Pada setiap titik kontrol perhitungan akan
dilakukan perhitungan dengan batasan domain dan boundary condition yang telah
ditentukan (Islam, 2017). Secara umum proses penghitungan CFD terdiri atas 3
bagian utama yaitu:
2.6.1 Pre-processor
12
Menggambarkan variabel tidak diketahui Ф sebuah problem aliran
dengan cara sampel-sampel titik pada titik nodal sebuah grid dari garis
koordinat. Ekspansi deret taylor terpotong sering dipakai untuk membangun
aproksimasi-aproksimasi beda hingga derivative Ф dalam suku-suku
sampel titik Ф di masing- masing titik grid dan tetangga terdekat. Derivativ
tersebut muncul dalam persamaan atur digantikan oleh beda hingga
menghasilkan persamaan aljabar untuk nilai-nilai Ф di setiap titik grid.
b) Metode Elemen Hingga (Finite Element Methode)
Menggunakan fungsi- fungsi potong (piecewise) sederhana (misal linear
atau kuadratik) pada elemen-elemen untuk menggambarkan variasi- variasi
lokal variabel aliran yang tidak diketahui Ф. Jika fungsi- fungsi aproksimasi
potong untuk Ф disubsitusikan ke dalam persamaan, terdapat sebuah
ketidakpastian hasil (residual) yang didefinisikan untuk menguk ur
kesalahan. Residual kemudian diminimalkan melalui sebuah pengalia n
dengan sebuahset fungsi berbobot dan mengiintegrasikannya. Hasilnya
diperoleh sekumpulan persamaan aljabar untuk koefisien-koefisien tak
diketahui dari fungsi aproksimasi. Teori elemen hingga awalnya
dikembangkan untuk analisa tegangan struktur.
c) Metode spektral (Spectral Methode)
Mengaproksimasikan variabel Ф dengan deret fourier terpotong atau
deret polinomial chebyshev. Aproksimi tidak secara lokal namun valid di
semua domain komputasional, mengganti tak diketahui dalam persamaan
atur dengan deret-deret terpotong. Batasan yang membawa ke persamaan
aljabar untuk seluruh koefisien deret fourier dan chebyshev diberikan oleh
konsep residual berbobot mirip dengan elemen hingga atau membuat fungs i
aproksimasi serupa dengan solusi eksak pada sebuah nilai dari titik-titik
grid.
d) Metode Volume Hingga (Finite Volume Methode)
Awalnya dikembangkan untuk spesial formulasi beda hingga, algoritma
numerik terdiri dari langkah: integrasi persamaan aliran fluida di seluruh
volume atur dari domain solusi, diskretisasi dengan subsitusi beragam
aproksimasi beda hingga untuk suku-suku persamaan terintegrasi proses
13
aliran seperti konveksi, difusi, dan sumber, akan dikonversikan persamaan
integral menjadi sebuah sistem persamaan aljabar dan solusi persamaan-
persamaan aljabar dengan metode iterative.
2.6.3 Post-processor
Hasil perhitungan model solver berupa nilai-nilai numerik variabel dasar
aliran seperti kecepatan aliran udara, tekanan, temperatur, dan fraksi-fraksi masa.
Dalam post-processsor hasil-hasilnya disajikan dalam bentuk visualisasi ataupun
kontur-kontur distribusi parameter aliran fluida. Adapun data visualisasi model
yang bisa ditampilkan oleh post-processor adalah gambar geometri model, gambar
surface sifat fluida, animasi aliran fluida, tampilan vektor kecepatan, gerakan rotasi,
translasi, dan penyekalaan serta arah aliran fluida.
2.7 Proses Validasi
Tahap validasi selama proses perhitungan dengan pendekatan CFD
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu
2.7.1 Convergence
Pada tahap ini proses iterasi perhitungan akan selalu dikontrol dengan
persamaan pengendali. Jika hasil perhitungan belum sesuai dengan tingkat
kesalahan yang ditentukan, maka komputasi akan terus berjalan.
2.7.2 Grid Independence
Besarnya jumlah cell yang digunakan dalam perhitungan akan menentuka n
keakuratan hasil yang didapat, karena jumlah cell juga dapat mempengar uhi
perubahan bentuk geometri pada saat dilakukan definite. Tetapi tidak selamanya
dengan jumlah cell yang banyak akan menambah keakuratan hasil perhitunga n.
Dengan demikian pengguna dituntut untuk dapat menentukan jumlah cell yang
optimum, agar waktu dan memori komputer yang terpakai tidak terlalu besar.
2.8 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian dengan judul “Evaluasi perbandingan distribusi udara pada
saluran udara peti dengan saluran udara tunggal dikapal ternak 1200 DWT”
membahas tentang evaluasi desain ducting yang sudah ada, menghitung beban
internal, jalur pelayaran waingapu (NTT) – Cirebon (Jawa Barat), sistem pendingin
14
menggunakan blower (fan), dan variabel yang dipakai bentuk ducting rectangular
(persegi) dengan round (lingkaran).
Pada penelitian tersebut menemukan pada saluran udara peti menghas ika n
temperatur rata-rata 300,8 K atau 27,7 C, RH 70%, nilai THI sebesar 76 dan
kecepatan udara keluaran tertinggi 13 m/s. Sedangkan pada saluran udara tungga l
menghasilkan temperatur pada saluran udara tunggal menghasilkan temperatur
rata-rata 296,2 K atau 23 C, RH 70% nilai THI 72 dan kecepatan udara keluaran 14
m/s.
15
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
1
BAB 3
METODE PENELITIAN
17
3.1.4 Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan data.
Pada tahap pengelolahan data dilakukan sebagai berikut :
a. Tahap perhitungan dilakukan secara manual dengan menggunakan data
yang diperoleh. Tahap ini digunakan untuk menghitung beban panas
yang dihasilkan oleh sapi yang akan dibuat pemodelan.
b. Tahap pemodelan geometri menggunakan software Auto CAD yang
kemudian di impor ke software ansys untuk dilakukan simulasi.
c. Tahap meshing, input model dan running model merupakan tahap
simulasi Computional Fluid Dynamic (CFD).
3.1.5 Tahap Analisa
Tahap ini dilakukan analisa dengan berbekal data-data diperoleh dari hasil
simulasi menggunakan software Computional Fluid Dynamic (CFD). Dari hasil
simulasi akan dihasilkan bentuk penyebaran temperatur dan pola aliran udara yang
di distribusikan terdapat pada ruang muat kandang sapi.
3.1.5 Tahap Kesimpulan
Tahap ini dapat ditarik kesimpulan dari hasil simulasi yang dilakukan
dengan menggunakan software Computional Fluid Dynamic (CFD) untuk
menyimpulkan bentuk simulasi yang terdapat pada ruang muat kandang sapi.
18
3.2 Diagram Alir
Diagram alir pada tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
Mulai
Identifikasi masalah
Tahap identifikasi awal
Studi literatur : Pengumpulan data:
textbook, jurnal, internet, - Ducting Arrangement
standart, dan tugas akhir. - Temperatur dan kecepatan
- Data ukuran sapi
Tahap pengumpulan data
Perhitungan beban panas pada
kandang sapi yang akan di buat
permodelan
Ya
Tidak
19
A
Ya
Tidak
Kesimpulan
Tahap Kesimpulan
Selesai
20
3.3 Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir
Bulan
Prosentase
Kegiatan Febuari Maret April Mei Juni
No (%)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4 Perhitungan 10,52
8 Kesimpulan 10,52
21
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
22
BAB 4
23
24
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
4.1.3 Spesifikasi Lampu Penerangan
Merk = Philips
Daya = 18 W/ 220V
Type = TLD 18 flourescent lamp
Dimensi = ∅ 1 inch, panjang 72 cm
24
Gambar 4.1 Dimensi kandang sapi (Penulis, 2018)
Velocity Temperatur
No Keterangan
(m/s) (⁰K)
25
Gambar 4.2 Grafik animal heat production (Gozo & View, 2015)
Model sapi yang dibuat tersebut memiliki luas permukaan sebesar 6,922 m2
yang diperoleh dari pendekatan rumus luas permukaan balok. Beban panas dari
ternak sebesar 141,57 W/m2 untuk satu ekor sapi. Perhitungan beban panas dari
ternak tersebut sebagai berikut:
𝐻𝑒𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐻𝑒𝑎𝑡 𝑓𝑙𝑢𝑥 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 =
𝐴
980 𝑊
𝐻𝑒𝑎𝑡 𝑓𝑙𝑢𝑥 = ⁄𝑚2
6,922
𝐻𝑒𝑎𝑡 𝑓𝑙𝑢𝑥 = 141,57 𝑊⁄𝑚2
26
Tabel 4.4 Panas dari lampu
Sensible heat from general lighting
No Space (W)
Incandescent Fluorecent
1 Cabin etc 15 8
2 Mess or Dining room 20 10
3 Gymnasium. Etc. 40 20
Sumber: (George Endri kusuma, Mardi Santoso, 2016)
Jenis lampu yang terdapat dikandang sapi pada kapal ternak yaitu jenis
lampu fluorecent. Kategori space untuk kandang sapi pada kapal ternak yaitu
Gymnasium. Etc. sehingga mengeluarkan panas 20 W.
27
Airoutducting1 lamp
cow
Airoutducting2
1
Airoutducting3 lamp
Airoutducting4
cow 1
Meshing
Hasil meshing dari model kandang sapi A yang dibuat dapat dilihat pada
Gambar 4.6. Proses meshing menghasilkan jumlah nodes sebesar
770679 dan jumlah elements sebesar 4217443. Untuk model kandang
sapi B yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 4.7. Proses meshing
menghasilkan jumlah nodes sebesar 680765 dan jumlah elements
sebesar 3698276.
28
Gambar 4.6 Meshing model kandang sapi A (Penulis, 2018)
Fluid Domain
Fluid domain digunakan untuk menentukan jenis fluida yang akan
digunakan untuk simulasi. Jenis fluida yang digunakan dalam simulas i
yaitu udara dalam bentuk steady.
Boundary Conditions
Boundary condition pada simulasi model kandang sapi A dan B
menginputkan kecepatan udara, heat flux, dan temperature udara.
Berikut merupakan Tabel 4.5 input boundary condition pada kandang
sapi A dan Tabel 4.6 input boundary condition pada kandang sapi B.
29
Tabel 4.5 Input boundary condition pada model kandang sapi A
30
Gambar 4.8 Hasil solver control model kandang sapi A (Penulis, 2018)
Gambar 4.9 Hasil solver control model kandang sapi B (Penulis, 2018)
31
Gambar 4.10 Result post processor simulasi model kandang sapi A (Penulis, 2018)
Gambar 4.11 Result post processor simulasi model kandang sapi B (Penulis, 2018)
32
Gambar 4.12 Result post processor simulasi model kandang sapi A sumbu XZ (Penulis, 2018)
Gambar 4.13 Result post processor simulasi model kandang sapi B sumbu XZ (Penulis, 2018)
33
plane diletakkan pada ketinggian 0,4 m, 1 m, dan 1,5 m dari model kandang sapi.
Pembagian plane dimaksudkan untuk mengetahui nilai rata-rata distribus i
temperatur, kecepatan dan tekanan udara yang divisualisasikan dalam bentuk
gambar kontur. Berikut merupakan pembahasan dari distribusi temperatur,
kecepatan, dan tekanan udara pada kandang sapi.
4.4.1 Distribusi Temperatur Udara Pada Kandang Sapi
Hasil visualisasi distribusi temperatur udara pada kandang sapi A dapat
dilihat pada Gambar 4.14, Gambar 4.15, dan Gambar 4.16. Hasil visualisas i
distribusi temperatur udara pada kandang sapi B dapat dilihat dari Gambar 4.17,
Gambar 4.18, dan Gambar 4.19. Gambar 4.14 dan Gambar 4.17 merupakan hasil
visualisasi dalam bentuk gambar yang didapatkan ditribusi temperatur udara pada
ketinggian 0,4 m. Hasil visualisasi dari simulasikan diperoleh bahwa distribus i
temperatur udara rata-rata di ketinggian 0,4 m yaitu 300o K atau 27o C pada kandang
sapi A dan B. Gambar 4.15 dan Gambar 4.18 merupakan hasil visualisasi dalam
bentuk gambar yang didapatkan ditribusi temperatur pada ketinggian 1 m. Hasil
visualisasi dari simulasikan diperoleh bahwa distribusi temperatur rata-rata di
ketinggian 1 m yaitu 300o K atau 27o C pada kandang sapi A dan B. Gambar 4.16
dan Gambar 4.19 merupakan hasil visualisasi dalam bentuk gambar yang
didapatkan ditribusi temperatur pada ketinggian 1,5 m. Hasil visualisasi dari
simulasikan diperoleh bahwa distribusi temperatur rata-rata di ketinggian 1,5 m
yaitu 300o K atau 27o C pada kandang sapi A dan B. Hasil visualisasi dapat
disimpulkan bahwa distribusi temperatur udara dari simulasi yang dilakukan
memiliki temperatur rata-rata 300o K atau 27o C pada kandang sapi A dan B.
34
Gambar 4.14 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 0,4 m pada kandang sapi A (Penulis,
2018)
Gambar 4.15 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 1 m pada kandang sapi A
(Penulis, 2018)
35
Gambar 4.16 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi A (Penulis,
2018)
Gambar 4.17 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 0,4 m pada kandang sapi B (Penulis,
2018)
36
Gambar 4.18 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 1 m pada kandang sapi B (Penulis,
2018)
Gambar 4.19 Kontur distribusi temperatur udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi B (Penulis,
2018)
37
4.4.2 Distribusi Kecepatan Udara Pada Kandang Sapi
Hasil visualisasi distribusi kecepatan udara pada kandang sapi A dapat
dilihat pada Gambar 4.20, Gambar 4.21, dan Gambar 4.22. Hasil visualisas i
distribusi kecepatan udara pada kandang sapi B dapat dilihat dari Gambar 4.23,
Gambar 4.24, dan Gambar 4.25. Gambar 4.20 dan Gambar 4.23 merupakan hasil
visualisasi dalam bentuk gambar yang didapatkan ditribusi kecepatan udara pada
ketinggian 0,4 m. Hasil visualisasi dari simulasi diperoleh distribusi kecepatan
udara rata-rata di ketinggian 0,4 m yaitu 0,613 m/s pada kandang sapi A dan 0,627
m/s pada kandang sapi B. Gambar 4.21 dan Gambar 4.24 merupakan hasil
visualisasi dalam bentuk gambar yang didapatkan ditribusi kecepatan pada
ketinggian 1 m. Hasil visualisasi dari simulasi diperoleh distribusi kecepatan udara
rata-rata di ketinggian 1 m yaitu 0,628 m/s pada kandang sapi A dan 0,663 m/s pada
kandang sapi B. Gambar 4.22 dan Gambar 4.25 merupakan hasil visualisasi dalam
bentuk gambar yang didapatkan ditribusi kecepatan udara pada ketinggian 1,5 m.
Hasil visualisasi dari simulasi diperoleh distribusi kecepatan udara rata-rata di
ketinggian 1,5 m yaitu 0,766 m/s pada kandang sapi A dan 0,81 m/s pada kandang
sapi B. Hasil visualisasi dapat disimpulkan distribusi kecepatan udara dari simulas i
yang dilakukan memiliki kecepatan udara rata-rata 0,669 m/s pada kandang sapi A
dan 0,7 m/s pada kandang sapi B.
Gambar 4.20 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 0,4 m pada kandang sapi A (Penulis,
2018)
38
Gambar 4.21 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi A (Penulis,
2018)
Gambar 4.22 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi A (Penulis,
2018)
39
Gambar 4.23 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 0,4 m pada kandang sapi B (Penulis,
2018)
Gambar 4.24 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 1 m pada kandang sapi B (Penulis,
2018)
40
Gambar 4.25 Kontur distribusi kecepatan udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi B (Penulis,
2018)
4.4.3 Distribusi Tekanan Udara Pada Kandang Sapi
Hasil visualisasi distribusi tekanan udara pada kandang sapi A dapat dilihat
pada Gambar 4.26, Gambar 4.27, dan Gambar 4.28. Hasil visualisasi distribus i
tekanan udara pada kandang sapi B dapat dilihat dari Gambar 4.29, Gambar 4.30,
dan Gambar 4.31. Gambar 4.26 dan Gambar 4.29 merupakan hasil visualisasi dalam
bentuk gambar yang didapatkan ditribusi tekanan udara pada ketinggian 0,4 m.
Hasil visualisasi dari simulasi diperoleh distribusi tekanan udara rata-rata di
ketinggian 0,4 m yaitu 0,268 pa pada kandang sapi A dan -0,349 pa pada kandang
sapi B. Gambar 4.27 dan Gambar 4.30 merupakan hasil visualisasi dalam bentuk
gambar yang didapatkan ditribusi tekanan udara pada ketinggian 1 m. Hasil
visualisasi dari simulasi diperoleh tekanan udara rata-rata di ketinggian 1 m yaitu
0,194 pa pada kandang sapi A dan -0,349 pa pada kandang sapi B. Gambar 4.28
dan Gambar 4.31 merupakan hasil visualisasi dalam bentuk gambar yang
didapatkan ditribusi tekanan udara pada ketinggian 1,5 m. Hasil visualisasi dari
simulasi diperoleh tekanan udara rata-rata di ketinggian 1,5 m yaitu 0,172 pa pada
kandang sapi A dan -0,105 pa pada kandang sapi B. Hasil visualisasi dapat
41
disimpulkan distribusi tekanan udara dari simulasi yang dilakukan memilik i
tekanan udara rata-rata 0,211 pa pada kandang sapi A dan -0,267 pa pada kandang
sapi B. Harga minus yang diperoleh dari hasil simulasi dikarenakan pada kandang
sapi didefinisikan ruangan terisolasi.
Gambar 4.26 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 0,4 m pada kandang sapi A (Penulis,
2018)
Gambar 4.27 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 1 m pada kandang sapi A (Penulis, 2018)
42
Gambar 4.28 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi A (Penulis,
2018)
Gambar 4.29 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 0,4 m pada kandang sapi B (Penulis,
2018)
43
Gambar 4.30 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 1 m pada kandang sapi B (Penulis, 2018)
Gambar 4.31 Kontur distribusi tekanan udara ketinggian 1,5 m pada kandang sapi B (Penulis,
2018)
44
4.5 Comfort zone Pada Kandang Sapi
Distribusi temperatur pada kandang sapi A dan B dari hasil simulas i
diperoleh temperatur udara rata-rata 300o K atau 27o C. Berdasarkan tabel THI
(Temperature-Hunidity Index) pada Tabel 2.2 dapat dipresentasikan bahwa
temperatur 300o K atau 27o C memiliki zona kenyamanan (comfort zone) dengan
nilai THI pada kondisi normal < 74. Nilai THI pada kondisi normal < 74 dari Tabel
2.2 memiliki nilai RH (relative humidity) yang berkisar antara 5% sampai dengan
55%. Sedangkan nilai RH (relative humidity) yang berkisar antara 55% sampai
dengan 100%, nilai THI pada kondisi siaga (alert) 75 – 78. Nilai RH (relative
humidity) pada kandang sapi A dan B dengan temperatur 300 o K atau 27o C yaitu
70% - 90% dimana nilai THI (Temperature-Hunidity Index) menunjukkan pada
kondisi siaga (alert) 75 – 78. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandang sapi A
dan B memiliki zona nyaman (comfort zone) yang kurang baik dan membuat sapi
dalam keadaan stress sedang. Karena pada kandang sapi A dan B memiliki zona
nyaman (comfort zone) yang kurang baik maka temperatur udara kandang sapi A
dan B perlu diturunkan. Temperatur udara pada kandang sapi A dan B dapat
diturunkan dengan cara penambahan instrumen pendingin.
45
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
46
BAB 5
47
48
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari simulasi yang telah dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir tersebut
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Beban panas dari ternak untuk satu ekor sapi sebesar 141,57 W/m2
sedangkan beban panas lampu yang terdapat pada kandang sapi
mengeluarkan panas 20 W.
Model kandang sapi A dan B memiliki dimensi 9,6 m x 13,2 m x 2,8 m.
Model kandang sapi A menghasilkan jumlah nodes sebesar 770679 dan
jumlah elements sebesar 4217443. Model kandang sapi B menghasilka n
jumlah nodes sebesar 680765 dan jumlah elements sebesar 3698276.
Distribusi temperatur udara pada kandang sapi A dan B memilik i
temperatur udara rata-rata 300o K atau 27o C. Distribusi kecepatan udara
pada kandang sapi A dan B memiliki kecepatan udara rata-rata 0,669
m/s pada kandang sapi A dan 0,7 m/s pada kandang sapi B. Distrib us i
tekanan udara pada kandang sapi A dan B memiliki tekanan udara rata-
rata 0,211 pa pada kandang sapi A dan -0,267 pa pada kandang sapi B.
Distribusi temperatur pada kandang sapi A dan B dari hasil simulas i
diperoleh temperatur udara rata-rata 300o K atau 27o C dengan nilai RH
(relative humidity) 70% - 90% dimana nilai THI (Temperature-Hunidity
Index) menunjukkan pada kondisi siaga (alert) 75 – 78. Sehingga
kandang sapi A dan B memiliki zona nyaman (comfort zone) yang
kurang baik dan membuat sapi dalam keadaan stress sedang, oleh karena
itu temperatur udara perlu diturunkan dengan cara penambahan
instrumen pendingin.
5.2 Saran
Dari pengerjaan tugas akhir yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diberikan yaitu sebagai berikut :
47
Simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan komputer yang
memiliki spesifikasi minimal processor core i7 dengan memory 8 giga
agar dapat mempercepat proses simulasi.
Kualitas meshing pada tahap pre-processor dapat diperbaiki sehingga
mendapat mesh yang memiliki kualitas baik.
Jumlah iterasi pada tahap solver control dapat dilakukan penambahan
agar dapat diperoleh nilai error yang lebih kecil.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
50
DAFTAR PUSTAKA
AMSA. (2013). Marine Order 43 (Cargo and cargo handling - livestock) 2006.
49
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
50
LAMPIRAN A
BIODATA PENULIS
49
BIODATA PENULIS
49
LAMPIRAN C
49
LAMPIRAN D
49
LAMPIRAN E
GENERAL ARRANGEMENT
49
NUC
G. SERANG
:
3.50 m
12.00 knots
600 mm
GENERAL ARRANGEMET
CHAMBER : 200 mm 1:200 SIGNATURE DATE Remark
SKALA
CREW : 32 Persons mm
SATUAN
CATTLE : 500 Cattle
DRAWN BY Rohimawan Puruhito Pambudi
3EX 3C 3EX 3C
24" 20"
:
3.50 m
12.00 knots
600 mm
GENERAL ARRANGEMET
CHAMBER : 200 mm 1:200 SIGNATURE DATE Remark
SKALA
CREW : 32 Persons mm
SATUAN
CATTLE : 500 Cattle
DRAWN BY Rohimawan Puruhito Pambudi
REPORT MESHING
KANDANG SAPI A
49
Project
First Saved Wednesday, May 2, 2018
Last Saved Wednesday, May 23, 2018
Product Version 16.2 Release
Save Project Before Solution No
Save Project After Solution No
Contents
Units
Model (B3)
o Geometry
Part 1
o Coordinate Systems
o Mesh
o Named Selections
Units
TABLE 1
Unit System Metric (m, kg, N, s, V, A) Degrees rad/s Celsius
Angle Degrees
Rotational Velocity rad/s
Temperature Celsius
Model (B3)
Geometry
TABLE 2
Model (B3) > Geometry
Object Name Geometry
State Fully Defined
Definition
D:\KULIAH\Semester8\Tugas Akhir\TA 2\Tugas Akhir Progress\Simulasi TA
Source
1\Simulasi TA_files\dp0\Geom\DM\Geom.agdb
Type DesignModeler
Length Unit Meters
Bounding Box
Length X 9,6025 m
Length Y 13,6 m
Length Z 2,8 m
Properties
Volume 335,34 m³
Scale Factor Value 1,
Statistics
Bodies 1
Active Bodies 1
Nodes 770679
Elements 4217443
Mesh Metric Skewness
Min 3,57642582080597E-05
Max 0,841861048203786
Average 0,227775912130437
Standard Deviation 0,121235757039314
Basic Geometry Options
Parameters Yes
Parameter Key DS
Attributes No
Named Selections No
Material Properties No
Advanced Geometry Options
Use Associativity Yes
Coordinate Systems No
Reader Mode Saves
No
Updated File
Use Instances Yes
Smart CAD Update No
Compare Parts On
No
Update
Attach File Via Temp
Yes
File
Temporary Directory C:\Users\SUWIYANA\AppData\Roaming\Ansys\ v162
Analysis Type 3-D
Decompose Disjoint
Yes
Geometry
Enclosure and
Symmetry Yes
Processing
TABLE 3
Model (B3) > Geometry > Parts
Object Name Part 1
State Meshed
Graphics Properties
Visible Yes
Definition
Suppressed No
Coordinate System Default Coordinate System
Reference Frame Lagrangian
Material
Fluid/Solid Defined By Geometry (Solid)
Bounding Box
Length X 9,6025 m
Length Y 13,6 m
Length Z 2,8 m
Properties
Volume 335,34 m³
Centroid X -8126,3 m
Centroid Y 13450 m
Centroid Z 1,4245 m
Statistics
Nodes 770679
Elements 4217443
Mesh Metric Skewness
Min 3,57642582080597E-05
Max 0,841861048203786
Average 0,227775912130437
Standard Deviation 0,121235757039314
Coordinate Systems
TABLE 4
Model (B3) > Coordinate Systems > Coordinate System
Object Name Global Coordinate System
State Fully Defined
Definition
Type Cartesian
Coordinate System ID 0,
Origin
Origin X 0, m
Origin Y 0, m
Origin Z 0, m
Directional Vectors
X Axis Data [ 1, 0, 0, ]
Y Axis Data [ 0, 1, 0, ]
Z Axis Data [ 0, 0, 1, ]
Mesh
TABLE 5
Model (B3) > Mesh
Object Name Mesh
State Solved
Display
Display Style Body Color
Defaults
Physics Preference CFD
Solver Preference Fluent
Relevance 0
Sizing
Use Advanced Size Function On: Proximity and Curvature
Relevance Center Coarse
Initial Size Seed Active Assembly
Smoothing Medium
Transition Slow
Span Angle Center Fine
Curvature Normal Angle Default (18,0 °)
Num Cells Across Gap Default (3)
Proximity Size Function Sources Faces and Edges
Min Size Default (8,4146e-003 m)
Proximity Min Size Default (8,4146e-003 m)
Max Face Size Default (0,841460 m)
Max Size Default (1,68290 m)
Growth Rate Default (1,20 )
Minimum Edge Length 7,2e-002 m
Inflation
Use Automatic Inflation None
Inflation Option Smooth Transition
Transition Ratio 0,272
Maximum Layers 5
Growth Rate 1,2
Inflation Algorithm Pre
View Advanced Options No
Assembly Meshing
Method None
Patch Conforming Options
Triangle Surface Mesher Program Controlled
Patch Independent Options
Topology Checking Yes
Advanced
Number of CPUs for Parallel Part Meshing Program Controlled
Shape Checking CFD
Element Midside Nodes Dropped
Straight Sided Elements
Number of Retries 0
Extra Retries For Assembly Yes
Rigid Body Behavior Dimensionally Reduced
Mesh Morphing Disabled
Defeaturing
Pinch Tolerance Default (7,5731e-003 m)
Generate Pinch on Refresh No
Automatic Mesh Based Defeaturing On
Defeaturing Tolerance Default (4,2073e-003 m)
Statistics
Nodes 770679
Elements 4217443
Mesh Metric Skewness
Min 3,5764e-005
Max 0,84186
Average 0,22778
Standard Deviation 0,12124
Named Selections
TABLE 6
Model (B3) > Named Selections > Named Selections
Object
Cow1 Cow10 Cow11 Cow12 Cow13 Cow14 Cow15 Cow16 Cow17 Cow18 Cow19
Name
State Fully Defined
Scope
Scoping
Geometry Selection
Method
Geometry 21 Faces
Definition
Send to
Yes
Solver
Visible Yes
Program
Controlled Exclude
Inflation
Statistics
Type Imported
Total
21 Faces
Selection
Suppressed 0
Used by
Mesh No
Worksheet
TABLE 7
Model (B3) > Named Selections > Named Selections
Object
Cow2 Cow20 Cow21 Cow22 Cow23 Cow24 Cow25 Cow26 Cow27 Cow28 Cow29
Name
State Fully Defined
Scope
Scoping
Geometry Selection
Method
Geometry 21 Faces
Definition
Send to
Yes
Solver
Visible Yes
Program
Controlled Exclude
Inflation
Statistics
Type Imported
Total
21 Faces
Selection
Suppressed 0
Used by
Mesh No
Worksheet
TABLE 8
Model (B3) > Named Selections > Named Selections
Object Name Cow3 Cow30 Cow31 Cow32 Cow33 Cow34 Cow35 Cow36 Cow37 Cow38 Cow4
State Fully Defined
Scope
Scoping
Geometry Selection
Method
Geometry 21 Faces
Definition
Send to
Yes
Solver
Visible Yes
Program
Controlled Exclude
Inflation
Statistics
Type Imported
Total
21 Faces
Selection
Suppressed 0
Used by
Mesh No
Worksheet
TABLE 9
Model (B3) > Named Selections > Named Selections
Object Name Cow5 Cow6 Cow7 Cow8 Cow9 Lamp Airoutducting1 Airoutducting2
State Fully Defined
Scope
Scoping Method Geometry Selection
60
Geometry 21 Faces 8 Faces 6 Faces
Faces
Definition
Send to Solver Yes
Visible Yes
Program Controlled
Exclude
Inflation
Statistics
Type Imported
60
Total Selection 21 Faces 8 Faces 6 Faces
Faces
Suppressed 0
Used by Mesh
No
Worksheet
LAMPIRAN G
REPORT MESHING
KANDANG SAPI B
49
Project
First Saved Thursday, May 31, 2018
Last Saved Thursday, May 31, 2018
Product Version 16.2 Release
Save Project Before Solution No
Save Project After Solution No
Contents
Units
Model (B3)
o Geometry
Part 1
o Coordinate Systems
o Mesh
o Named Selections
Units
TABLE 1
Unit System Metric (m, kg, N, s, V, A) Degrees rad/s Celsius
Angle Degrees
Rotational Velocity rad/s
Temperature Celsius
Model (B3)
Geometry
TABLE 2
Model (B3) > Geometry
Object Name Geometry
State Fully Defined
Definition
C:\SIM TA HITO D4 ME 8\Simulasi TA 2\Simulasi TA
Source
2_files\dp0\Geom\DM\Geom.agdb
Type DesignModeler
Length Unit Meters
Bounding Box
Length X 9,6 m
Length Y 13,6 m
Length Z 2,8 m
Properties
Volume 336,16 m³
Scale Factor Value 1,
Statistics
Bodies 1
Active Bodies 1
Nodes 680765
Elements 3698276
Mesh Metric Skewness
Min 1,20932225261439E-04
Max 0,845282681819062
Average 0,228414339078769
Standard Deviation 0,121312948895966
Basic Geometry Options
Parameters Yes
Parameter Key DS
Attributes No
Named Selections No
Material Properties No
Advanced Geometry Options
Use Associativity Yes
Coordinate Systems No
Reader Mode Saves
No
Updated File
Use Instances Yes
Smart CAD Update No
Compare Parts On
No
Update
Attach File Via Temp File Yes
Temporary Directory C:\Users\SUWIYANA\AppData\Roaming\Ansys\ v162
Analysis Type 3-D
Decompose Disjoint
Yes
Geometry
Enclosure and Symmetry
Yes
Processing
TABLE 3
Model (B3) > Geometry > Parts
Object Name Part 1
State Meshed
Graphics Properties
Visible Yes
Definition
Suppressed No
Coordinate System Default Coordinate System
Reference Frame Lagrangian
Material
Fluid/Solid Defined By Geometry (Solid)
Bounding Box
Length X 9,6 m
Length Y 13,6 m
Length Z 2,8 m
Properties
Volume 336,16 m³
Centroid X 1471,8 m
Centroid Y 13450 m
Centroid Z 1,4208 m
Statistics
Nodes 680765
Elements 3698276
Mesh Metric Skewness
Min 1,20932225261439E-04
Max 0,845282681819062
Average 0,228414339078769
Standard Deviation 0,121312948895966
Coordinate Systems
TABLE 4
Model (B3) > Coordinate Systems > Coordinate System
Object Name Global Coordinate System
State Fully Defined
Definition
Type Cartesian
Coordinate System ID 0,
Origin
Origin X 0, m
Origin Y 0, m
Origin Z 0, m
Directional Vectors
X Axis Data [ 1, 0, 0, ]
Y Axis Data [ 0, 1, 0, ]
Z Axis Data [ 0, 0, 1, ]
Mesh
TABLE 5
Model (B3) > Mesh
Object Name Mesh
State Solved
Display
Display Style Body Color
Defaults
Physics Preference CFD
Solver Preference Fluent
Relevance 0
Sizing
Use Advanced Size Function On: Proximity and Curvature
Relevance Center Coarse
Initial Size Seed Active Assembly
Smoothing Medium
Transition Slow
Span Angle Center Fine
Curvature Normal Angle Default (18,0 °)
Num Cells Across Gap Default (3)
Proximity Size Function Sources Faces and Edges
Min Size Default (8,4138e-003 m)
Proximity Min Size Default (8,4138e-003 m)
Max Face Size Default (0,841380 m)
Max Size Default (1,68280 m)
Growth Rate Default (1,20 )
Minimum Edge Length 7,2e-002 m
Inflation
Use Automatic Inflation None
Inflation Option Smooth Transition
Transition Ratio 0,272
Maximum Layers 5
Growth Rate 1,2
Inflation Algorithm Pre
View Advanced Options No
Assembly Meshing
Method None
Patch Conforming Options
Triangle Surface Mesher Program Controlled
Patch Independent Options
Topology Checking Yes
Advanced
Number of CPUs for Parallel Part Meshing Program Controlled
Shape Checking CFD
Element Midside Nodes Dropped
Straight Sided Elements
Number of Retries 0
Extra Retries For Assembly Yes
Rigid Body Behavior Dimensionally Reduced
Mesh Morphing Disabled
Defeaturing
Pinch Tolerance Default (7,5725e-003 m)
Generate Pinch on Refresh No
Automatic Mesh Based Defeaturing On
Defeaturing Tolerance Default (4,2069e-003 m)
Statistics
Nodes 680765
Elements 3698276
Mesh Metric Skewness
Min 1,2093e-004
Max 0,84528
Average 0,22841
Standard Deviation 0,12131
Named Selections
TABLE 6
Model (B3) > Named Selections > Named Selections
Object
Cow1 Cow10 Cow11 Cow12 Cow13 Cow14 Cow15 Cow16 Cow17 Cow18 Cow19
Name
State Fully Defined
Scope
Scoping
Geometry Selection
Method
Geometry 21 Faces
Definition
Send to
Yes
Solver
Visible Yes
Program
Controlled Exclude
Inflation
Statistics
Type Imported
Total
21 Faces
Selection
Suppressed 0
Used by
Mesh No
Worksheet
TABLE 7
Model (B3) > Named Selections > Named Selections
Object
Cow2 Cow20 Cow21 Cow22 Cow23 Cow24 Cow25 Cow26 Cow27 Cow28 Cow29
Name
State Fully Defined
Scope
Scoping
Geometry Selection
Method
Geometry 21 Faces
Definition
Send to
Yes
Solver
Visible Yes
Program
Controlled Exclude
Inflation
Statistics
Type Imported
Total
21 Faces
Selection
Suppressed 0
Used by
Mesh No
Worksheet
TABLE 8
Model (B3) > Named Selections > Named Selections
Object Name Cow3 Cow30 Cow31 Cow32 Cow33 Cow34 Cow35 Cow36 Cow4 Cow5 Cow6
State Fully Defined
Scope
Scoping
Geometry Selection
Method
Geometry 21 Faces
Definition
Send to Solver Yes
Visible Yes
Program
Controlled Exclude
Inflation
Statistics
Type Imported
Total Selection 21 Faces
Suppressed 0
Used by Mesh
No
Worksheet
TABLE 9
Model (B3) > Named Selections > Named Selections
Object Name Cow7 Cow8 Cow9 Lamp Airoutduct3 Airoutduct4
State Fully Defined
Scope
Scoping Method Geometry Selection
Geometry 21 Faces 48 Faces 8 Faces 6 Faces
Definition
Send to Solver Yes
Visible Yes
Program Controlled Inflation Exclude
Statistics
Type Imported
Total Selection 21 Faces 48 Faces 8 Faces 6 Faces
Suppressed 0
Used by Mesh Worksheet No
LAMPIRAN H
49
Schedule 4 Provision of livestock services
3 Ventilation
3.1.1 An enclosed space for the carriage of livestock should be provided with a
mechanical ventilation system of sufficient capacity to change the air of that
space in its entire volume as follows:
(a) if the minimum clear height of the space is 2.30 metres or more, not less
than once every three minutes;
(b) if the minimum clear height of the space is 1.80 metres, not less than once
every two minutes; and
(c) if the minimum clear height of the space is between 2.30 metres and 1.80
metres, at a rate proportional to those specified above.
3.1.2 For the purposes of subclause 3.1.1, the volume of an enclosed space includes
all that space contained between the vessel's side plating, bulkheads, tank top or
decks enclosing the space, less the volume of any tanks or trunks that are airtight
within the space and no deduction is to be made in respect of space occupied by
livestock, pens or other livestock fittings.
3.2.1 A space for the carriage of livestock that is not enclosed should be provided
with a mechanical ventilation system if:
(a) the space, being a structure having an arrangement of pens on more than
one deck level, has a breadth greater than 20 metres; or
(b) because of a partial enclosure of the space, the natural ventilation is
restricted.
3.2.2 On vessels constructed or converted on or after 27 May 2004, any mechanical
ventilation system referred to in subclause 3.2.1 should be capable of providing
100 per cent of the relevant capacity in subclause 3.1.1. On all other vessels,
any mechanical ventilation system referred to in subclause 3.2.1 should be
capable of providing 75 per cent of the relevant capacity in subclause 3.1.1.
3.2.3 In determining capacity for the purpose of subclause 3.2.2, the volume of a
space referred to in subclause 3.2.1 includes all that space contained between the
extremities of a pen structure including passageways on the outboard sides or
ends of the structure, less the volume of any tanks or trunks that are airtight
within the pen structure and no deduction is to be made in respect of space
occupied by livestock, pens or other livestock fittings.
3.3 A mechanical ventilation system should distribute air so as to ensure that the
whole of each livestock space is efficiently ventilated. On vessels constructed
or converted on or after 27 May 2004, the mechanical ventilation system should
be capable of provided a minimum air velocity across any part of a pen from a
source of supply of not less than 0.5 metres per second.
Note A lower air velocity may be accepted in some areas of the pen where a solid structure or
the vessel’s side impedes the immediate flow. However, these areas should not exceed 4% of the
area of any pen.
3.4 Appropriate measures must be taken by the owner to ensure that air supplied to
livestock spaces is as clean and fresh as practicable and that adequate separation
measures are taken to ensure minimal recirculation of intake and exhaust air.
Exhaust air outlets must be sited clear of the accommodation.
Note The use of a vertical high velocity exhaust system may aid in the reduction of the
recirculation of exhaust and intake air.
3.5 Ventilators serving livestock spaces must remain open in all weather conditions
while livestock are on board.
Note The Load Line Convention requires ventilators serving spaces below the freeboard deck,
or serving enclosed superstructure decks, which can be left open in all weather conditions to be
at least 4.5 metres above the deck if situated on exposed superstructure decks within L/4 from
the forward perpendicular, exposed freeboard decks and raised quarter decks, and at least 2.3
metres above if situated elsewhere.
3.6 If a mechanical ventilation system is fitted, adequate spare parts should be
Note 1 ‘Adequate spare parts’ should be interpreted as including for each type of fan: one set of
bearings; one rotor or impeller; and one complete motor.
Note 2 If a mechanical ventilation system provides an air change in excess of that specified in
this Order, fans providing that excess may be accepted in place of the spares required by
subclause 3.6, provided the distribution of air will remain efficient.
3.7 In order to achieve an adequate level of redundancy, it is suggested that fan
group starter panels be located in at least two locations, with the operation of
fans from either panel being able to effectively ventilate the required livestock
spaces. Electrical supplies from both main and secondary sources of power
should be supplied to each group starter panel, with both supplies being as
widely separated as practicable and neither passing through any space
containing any part of the other source of power. Interlocks at each group starter
should prevent simultaneous supply by both sources of power.
4 Lighting
4.1 Livestock spaces, passageways between pens and access routes between or to
those spaces should be adequately lit.
4.2 Guidance may be obtained from Australian Standard AS1680. Generally
however, a minimum lighting level of 20 lux is acceptable for areas of general
movement and duties such as feeding and watering livestock, while an
illumination level of 110 lux is needed for close examination of livestock.
4.3 An emergency lighting system that is automatically activated on the failure of
the main electrical installation should be provided in all parts of a vessel where
livestock is carried, passageways between pens and access routes between or
from those parts, and should be capable of giving a level of illumination of not
less than 8 lux in all passageways and access routes for a continuous period of
not less than 15 minutes.
Note The lamp casings on light fittings for the emergency lighting system should be painted red
for ease of identification.
4.4 If fixed lighting is provided in a part of a vessel above the uppermost continuous
deck, that lighting must be capable of being controlled from the navigating
bridge.
4.5 Light fittings must be waterproof and:
(a) of sufficient strength to resist damage by livestock; or
MARPOL 73/78, to treat, store and discharge effluent in accordance with that
Annex. The holding tank is to be of sufficient storage capacity:
(a) to ensure that effluent is not discharged in contravention with Annex IV of
MARPOL 73/78; and
(b) to retain on board all effluent generated while the vessel is in areas for
which discharge is prohibited, such as in port and within 12 nautical miles
of nearest land.
Note For the purposes of plan assessment, the effluent produced will be assumed to be the total
of fodder consumption and the water consumption based on the daily allowance for the
maximum expected time for the vessel to be operating in waters for which discharge is
prohibited.
6.7 For the purpose of subclause 6.6:
(a) an existing vessel is a vessel:
(i) built or converted before 27 September 2003;
(ii) in respect of which an Australian Certificate for the Carriage of
Livestock has been issued prior to 27 May 2004; and
(iii) the owner of which has not changed since 27 May 2004; and
(b) a new vessel is a vessel that is not an existing vessel.
6.8 All equipment fitted to meet the requirements of subclause 6.6 must be capable
of being operated by both the primary and the secondary sources of power.
7 Fodder & Water arrangements
7.1 A storage and efficient distribution system should be provided to supply fresh
drinking water to livestock at all times while livestock are on board. If it is an
automatic system, it should be so constructed as to:
(a) minimise, by control of the level of water, any spillage from a receptacle;
and
(b) prevent the return of water from a receptacle to the freshwater tank.
Note For the issue of an ACCL the ability of a vessel to provide an emergency water reserve
from the vessel’s tanks will be assessed on the basis of a requirement of 36 litres per square
metre of pen area per day for cattle and 6 litres per head per day for sheep. If the capacity of the
usable tanks is such that a vessel has three days supply in the tanks, any fresh water generator
fitted to the vessel need not be supplied from both primary and secondary source of power.
7.2 The master should ensure that each tank used for the storage of drinking water
for livestock is maintained in good condition to ensure that the water is not
contaminated.
7.3 In order to achieve a satisfactory level of redundancy, the following are
required:
(a) water which may include the output from a fresh water generator, provided
it can be powered by both the main and secondary sources of power and
can continue to operate despite a fire or other casualty in the space
containing the main source of power;
(b) at least two pumps for distribution of water supplies should be provided. One
may be located in the space occupied by the main source of power and
supplied by that source of power. The other should be able to maintain
supply despite a fire or other casualty affecting the space occupied by the
main source of power; and
(c) if the fodder distribution system is dependant on electric power, the system
must be capable of being powered by both the main and secondary sources
of supply.
7.4 Fodder in pelletised or other concentrated form supplied to a vessel should be
accompanied by a certificate from the pellet manufacturer stating the average
temperature and moisture content of the pellets as delivered alongside the vessel
and certifying that the pellets were manufactured in accordance with the
National Pellet Standards issued by the Livestock Exporters’ Industry Advisory
Council.
7.5.1 Each pen, stall or similar fitting should be provided with receptacles for feeding
and watering of livestock and, except where the fodder or water is provided by
an automatic system, the receptacles must be capable of containing at least 33
per cent of the daily allowance of fodder and water for the number of animals
contained in the pen, stall or fitting.
Note 1 For the purposes of approval of the receptacle only, the daily allowance fodder is to be
taken as 5.7kg per m2 of pen space for cattle and 4.8kg per m2 of pen area for sheep and goats
(irrespective of age).
Note 2 For the purposes of approval of the receptacle only, the daily allowance for water to be
calculated on the basis of a requirement of 36 litres per square metre of pen area per day for
cattle and 6 litres per head per day for sheep.
7.5.2 A feeding receptacle is not required for a pen containing cattle, provided:
(a) the pen adjoins a passageway and the cattle can conveniently consume hay
distributed on the floor of the passageway; and
(b) urine, faeces and water used in washing any pen is prevented from fouling
the passageway.
7.6.1 A receptacle provided in accordance with subclause 7.5.1 should be:
(a) suitable for the species of livestock;
(b) readily accessible to the livestock;
(c) capable of being serviced from outside the pen, stall or other fitting;
(d) so installed as to not impede ventilation; and
(e) so constructed and positioned, that fodder dust is not disturbed by the flow
of ventilation.
In respect of adult sheep the top of a trough used as a water or fodder receptacle
should be approximately 550 millimetres above the pen floor.
7.6.2 A pipe or rounded bar should be provided in a pen where the trough is not
portable in order to minimise fouling of the trough. The pipe or bar should be at
a suitable height to prevent or minimise fouling of the trough and at a horizontal
distance of 75 millimetres (in a pen designed for sheep) or 150 millimetres (in a
pen designed for cattle) or more from the edge of the trough.
7.7 Automatic feeding and watering systems should, if practicable, be set up and
capable of supplying water and fodder in accordance with this Order before
livestock are loaded. Irrespective of the systems used, water and fodder should
be provided to livestock not later than 12 hours after loading has commenced.
7.8 Fodder other than hay stored in bulk in a vessel on which conversion or
construction for the carriage of livestock commenced after 1 July 1983, should
be carried in not less than two separate spaces on the vessel.
7.9 The master should ensure that fodder in storage or in feeding receptacles is kept
in a dry state, protected from the weather and sea.
Note Pelletised food is, depending on moisture content, liable to spontaneous combustion.
Guide-lines cannot be given as to the level of moisture that causes this reaction in individual
types of pellets. Masters and others concerned are advised to ensure that the moisture content of
pellets is within the product specification and to avoid loading pellets in wet weather conditions.
7.10 Fodder may be stored in an enclosed livestock space if it does not interfere with
the ventilation, lighting, drainage and passageway provisions of this Order.
Fodder stowed on an open deck, whether on pallets, in containers or otherwise,
should be secured to prevent movement prior to proceeding to sea.
SNI-10-6200-2000
49
Ruang muatan kapal motor angkutan ternak babi
1 Ruang lingkup
Standar ini meliputi Acuan, definisi, istilah, klasifikasi dan persyaratan ruang
motor muatan kapal motor angkutan ternak babi
2 Acuan
3 Definisi
Ruang muatan kapal motor angkutan ternak babi adalah ruang di dalam kapal
yang dirancang khusus untuk angkutan ternak babi sehingga dapat menjamin
kesejahteraan ternak dan keselamatan kapal.
4 Istilah
a) Kandang (pen) adalah ruang dalam kapal yang ditempati oleh ternak dan
dibatasi oleh pagar serta dilengkapi dengan tempat makan, dan tempat minum.
5 Klasifikasi
Ruang muatan kapal motor angkutan ternak babi diklasifikasikan menjadi satu
tipe.
6 Persyaratan
Syarat tata susunan ruang muatan ternak di kapal motor tercantum pada
Tabel 1.
1 dari 8
Tabel 1
Lanjutan
2 dari 8
1 2 3 4
7 Tangga bongkar muat
7.1 Bahan Besi,kayu atau bahan lain yang
kuat dan aman bagi ternak
7.2 Ukuran
7.2.1 Lebar
7.2.2 Tinggi pagar cm 100
7.2.3 Kemiringan ....0 Maksimal 20
7.2.4 Tangga ternak antar lantai kapal Harus ada dan terpasang
8 Ventilasi Volume udara masuk 10 x
volume ruangan/jam
9 Ruang penyimpanan pakan*
9.1 Kapasitas kg Minimal 3% dari total bobot
badan x lama perjalanan (hari)
10 Tempat penyimpanan air bersih
10.1 Kapasitas liter 15% dari total bobot badan x
lama perjalanan (hari)
11 Wadah pakan dan air minum
11.1 Bahan Fiber glass atau bahan lain yang
kuat dan tidak bocor
11.2 Ukuran
11.2.1 Panjang cm 120
11.2.2 Lebar atas cm 30
11.2.3 Kedalaman cm 20
11.3 Jumlah buah Minimal 1 untuk 10 ekor
11.4 Tempat pemasangan pagar kandang menghadap
lorong
12 Alat penerang 1,42 watt/m2 atau 80 lux
13 Penutup dek atas*
13.1 Bahan Terpal atau bahan lain yang
kuat dan aman
Lanjutan
1 2 3 4
3 dari 8
14 Tempat penampungan feces dan urin*
14.1 Kapasitas kg Minimal dapat menampung
feces dan urin 5 kg x jumlah
ternak x lama perjalanan (hari)
15 Tempat obat dan peralatan Harus tersedia, jenis obat dan
alat yang dibawa sesuai dengan
Direktorat Bina Kesehatan
Hewan
Keterangan: *dapat dibongkar pasang
4 dari 8
Tabel 2
25 0.18 5.6
30 0.21 4.8
35 0.23 4.4
40 0.26 3.9
45 0.28 3.6
50 0.30 3.3
60 0.35 2.9
70 0.37 2.7
80 0.40 2.5
90 0.43 2.3
100 0.45 2.2
110 0.50 2.0
120 0.55 1.8
>120 0.70 1.5
Y = 0,1095122 + 0,00360976x
Y = Kebutuhan ruang/ekor
X = Berat badan
5 dari 8
LAMPIRAN J
49
SNI 7651.7:2016
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Bibit sapi potong – Bagian 7 : Sumba ongole
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran bibit sapi sumba ongole.
2.1
sapi sumba ongole
salah satu rumpun sapi potong lokal Indonesia yang wilayah sebarannya di Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan beberapa daerah lainnya, mempunyai karakteristik bentuk fisik dan
komposisi genetik serta kemampuan adaptasi pada berbagai lingkungan di Indonesia
2.2
bibit sapi sumba ongole
sapi sumba ongole yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan
2.3
rumpun
segolongan ternak dari suatu jenis yang mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat
diwariskan pada keturunannya
2.4
dokter hewan berwenang
dokter hewan yang ditetapkan oleh menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka
penyelenggaraan kesehatan hewan
2.5
penyakit hewan menular strategis
penyakit hewan yang dapat menimbulkan angka kematian dan/atau angka kesakitan yang
tinggi pada hewan, dampak kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau bersifat
zoonotik
3 Persyaratan mutu
Bibit sapi sumba ongole harus memenuhi persyaratan mutu yang terdiri dari persyaratan
umum dan persyaratan khusus.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
3.1 Persyaratan umum
1) Sehat dan bebas dari penyakit hewan menular strategis yang dinyatakan oleh dokter
hewan yang diberi kewenangan untuk menerbitkan surat keterangan kesehatan hewan
2) Bebas dari segala bentuk cacat fisik dan cacat organ reproduksi.
3) Bibit sapi sumba ongole jantan memiliki libido dan kualitas semen yang baik
4) Bibit sapi sumba ongole betina memiliki ambing normal dan tidak memiliki gangguan
reproduksi permanen.
3 dari 8
© BSN 2016
SNI 7651.7:2016
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
3.2.2 Persyaratan kuantitatif
Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi sumba ongole jantan dan betina sebagaimana
tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Parameter Kelas
Umur
(minimum) Satuan
(bulan) I II III
Tinggi pundak cm 143 136 129
Panjang badan cm 142 135 128
18 - < 24
Lingkar dada cm 176 169 162
Lingkar skrotum cm 26
Tinggi pundak cm 147 140 133
Panjang badan cm 145 138 131
24 – 30
Lingkar dada cm 179 172 165
Lingkar skrotum cm 26
Parameter
Umur
(minimum) Satuan Kelas
(bulan)
I II III
Tinggi pundak cm 129 124 119
18 - < 24 Panjang badan cm 128 123 118
Lingkar dada cm 160 155 150
Tinggi pundak cm 132 127 122
24 – 30 Panjang badan cm 131 126 121
Lingkar dada cm 165 160 155
4 Cara pengukuran
Dilakukan pada posisi sapi berdiri sempurna di atas permukaan yang rata dengan
menggunakan alat pita ukur dan tongkat ukur dengan ketelitian 1 mm sesuai Gambar 3.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
4.1 Umur
Menentukan umur dapat dilakukan melalui catatan kelahiran, atau menaksir umur melalui
jumlah gigi seri permanen. Cara penaksiran umur berdasarkan gigi seri permanen seperti
terlihat pada Tabel 3.
0 pasang <18
1 pasang 18 – <24
2 pasang 24 – 30
Mengukur jarak dari permukaan yang rata sampai bagian tertinggi pundak melewati
bagian scapulla secara tegak lurus, menggunakan tongkat ukur sebagaimana ditunjukkan
Gambar 4.
Mengukur jarak dari bongkol bahu (tuberositas humeri) sampai ujung tulang duduk
(tuber ischii), menggunakan tongkat ukur sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
Cara mengukur lingkar dada dengan melingkarkan pita ukur pada bagian dada dibelakang
punuk, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Keterangan gambar:
a. Tinggi pundak
b. Panjang badan
c. Lingkar dada
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
4.5 Lingkar skrotum
Mengukur lingkar skrotum dengan melingkarkan pita ukur pada diameter terbesar skrotum,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.