Anda di halaman 1dari 18

KONSEP SULAMAN

A. Pengertian Sulaman
Asal kata “embroidery” yang berarti sulam berasal dari bahasa latin yaitu Brustus,
Brudatus, Aurobrus yang artinya keterampilan jahit- menjahit, yang kemudian menjadi
kata “Broderie” dalam bahasa Prancis dan “embroidery” dalam bahasa Inggris.

Sulaman menurut para ahli:

1. Menurut Wacik (2012) Sulaman adalah suatu bentuk seni atau kerajinan menghias
bahan (dapat berupa kulit, kain atau bahan lainnya) dengan menggunakan benang dan
jarum membentuk desain yang beragam.
2. Jaafar (2006) berpendapat bahwa Sulaman tangan yang halus dan indah sangat
tergantung pada kesabaran pembuatnya, juga pada kemampuannya memadu-
padankan warna sesuai rancangannya.
3. Selanjutnya Indira (2011) mengemukakan bahwa menyulam adalah seni atau
keterampilan menghias kain atau bahan lain dengan benang atau kawat menggunakan
jarum. Menyulam dapat juga dilakukan pada media kulit dengan dihiasi ornament lain,
seperti mutiara, mote, atau manik- manik, dan payet.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa menyulam adalah


memberi hiasan pada kain yang dikerjakan dengan tusuk jarum tangan dengan
mempergunakan beberapa benang.

B. Konsep Dasar Tusuk Hias


Tusuk hias adalah jahitan tangan yang indah untuk menyelesaikan motif hias
dengan cara menusukan jarum tangan menggunakan benang sulam seperti benang
mouline atau farel sehingga motif hiasan busana tersebut menjadi lebih indah.
Macam-macam tusuk hias :
1. Tusuk Jelujur
Merupakan tusuk hias yang memiliki arah horizontal, jarak dan ukuran antara
tusuk yang naik turun dibuat dengan panjang yang sama.
Cara membuat tusuk jelujur:
a. Tusuk jarum dari bawah kain ke atas.
b. Terapkan jarak antara tusukan lainnya sekitar 0,5 cm, kemudian tusukkan
kembali jarum ke bawah.
c. Setelah diukur dengan jarak yang sama, Anda bisa menusukkan kembali jarum
ke atas.
d. Begitu seterusnya hingga selesai.

Contoh Tusuk Jelujur

2. Tusuk Tikam Jejak


Merupakan tusuk hias yang memiliki arah horizontal. Pada dasarnya, tusuk ini
hampir sama dengan tusuk jelujur. Hanya saja, setengah dari ukuran tusuk dibuat
saling bersentuhan. Pada tusuk ini, jahitan terlihat seperti sentikan mesin. 

Cara Membuat Tusuk Tikam Jejak:


a. Tusukkan jarum dari arah bawah kain ke atas.
b. Terapkan jarak sekitar 0,5 cm, lalu tusukkan kembali jarum ke arah bawah kain.
c. Berikan jarak yang sama, lalu tusukkan kembali ke atas.
d. Tusukkan jarum ke arah bawah pada titik yang sama pada bagian ujung benang
yang terakhir.
e. Tusukkan kembali jarum dari arah kain yang sebelah dalam ke arah kain bagian
luar, terapkan jarak 1 cm.
f. Tusukkan kembali jarum ke bagian bawah, dimulai dari titik yang sama pada
ujung benang yang terakhir.
g. Lakukan seterusnya hingga batas yang ditentukan.

Tusuk Tikam Jejak


3. Tusuk Rantai
Merupakan tusuk hias yang memiliki arah vertikal maupun horizontal, dengan
bentuk tusukan saling tindih-menindih yang menyerupai sambungan rantai.
Cara membuat tusuk rantai:
a. Tusukkan jarum dari bawah kain ke arah atas.
b. Tusukkan kembali jarum dari arah atas ke bawah, tepatnya di sebelah titik
pertama jarum ditusukkan.
c. Terapkan jarak sekitar 0,5 cm, kemudian tusukkan jarum dari bawah dan kaitkan
jarum pada benang yang tersisa pada tusukan pertama.
d. Lakukan seterusnya hingga jarak yang diinginkan.

Tusuk Rantai

4. Tusuk Batang
Merupakan tusuk hias dengan arah diagonal dan setengah dari ukurannya saling
bersentuhan.
Cara membuat tusuk batang:
a. Tusukkan jarum dari kain yang bagian dalam ke luar.
b. Terapkan jarak sekitar 0,5 cm, kemudian tusukkan kembai jarum ke arah dalam.
c. Tusukkan jarum ke arah luar dari titik setengah jarak tusukan pertama.
d. Dengan jarak yang sama, yakni 0,5 cm, Anda bisa menusukkan jarum ke arah
bawah.
e. Tusukkan jarum ke arah atas dari titik yang sebelumnya.
f. Lakukan seterusnya hingga jarak yang diinginkan.

Tusuk Batang
5. Tusuk Veston
Merupakan tusuk hias dengan dua arah, yakni arah vertikal dan horizontal,
namun pada kedua arah kaki tusuk terdapat pilinan.
Cara membuat tusuk veston:
a. Tusukkan jarum pada bagian dalam kain.
b. Tusukkan jarum dari bagian luar ke dalam dengan membuat garis diagonal.
c. Tusukkan benang dari bagian dalam kain berbentuk tegak lurus.
d. Sebelum menusukkan kembali, kaitkan jarum pada benang yang sebelumnya.
e. Setelah dikaitkan, Anda bisa menarik benang dan melanjutkan hingga batas yang
diinginkan, yakni sampai membentuk siku.
f. Lakukan seterusnya hingga selesai.

Tusuk Veston

6. Tusuk Silang
Merupakan tusuk hias yang memiliki arah diagonal yang pada bagian
tengah terdapat persilangan antara tusuk bagian atas dan tusuk bagian bawah. Tusuk
ini  memiliki berguna untuk membuat hiasan.

Cara Membuat Tusuk Silang:


a. Tusukkan jarum dari bagian dalam ke arah atas.
b. Tusukkan jarum dari arah atas ke arah diagonal.
c. Lakukan hingga jarak tusuk silang yang diinginkan.
d. Kemudian putar kembali ke arah tusukan pertama hingga benang terlihat saling
bertindihan dan berbentuk silang.
e. Lakukan seterusnya hingga selesai.

Tusuk Silang

7. Tusukan Flanel
Merupakan tusukan dengan arah diagonal yang bagian atas dan bawahnya
menggunakan tusuk bersilang. Tusuk flanel ini biasanya memiliki fungsi sebagai
pelindung bagian pinggir busana yang selesai diobras.
Cara membuat tusuk flanel:
a. Tusukkan jarum pada bagian dalam kain (bagian buruk).
b. Tusukkan kembali pada bagian luar kain dengan tusukan diagonal
c. Lakukan tusukan dengan langkah mundur, kira-kira 0,75 cm.
d. Lakukan seterusnya hingga batas yang sudah ditentukan.
e. Agar mendapatkan hasil tusukan yang baik di bagian bawah busana atau kain,
Anda bisa melakukannya dengan halus saat menusukkan jarumnya.

Tusuk Flanel

8. Tusuk Biku
Tusuk biku disebut juga tusuk piquar yang merupakan tusuk yang
memiliki arah diagonal ke kiri dan ke kanan serta berbentuk biku-biku. Tusuk ini
berfungsi untuk memasangkan bulu-buluan pada jaket, jas, atau mantel. Selain itu,
tusuk piquar juga bisa digunakan sebagai tusuk hias pada busana atau hiasan rumah
tangga.
Cara membuat tusuk biku:
a. Tusukkan jarum dari bawah kain ke atas dengan arah diagonal.
b. Tusukkan kembali jarum ke atas dengan membentuk garis diagonal pada bagian
buruk kain.
c. Tusukkan jarum pada bagian benang terakhir, sehingga menyerupai biku-biku.
d. Lakukan seterusnya hingga jarak yang dibutuhkan.

Tusuk Biku

9. Tusuk Kepala Peniti


Merupakan tusuk hias yang menutupi semua permukaan ragam hiasan.
Tusuk kepala peniti ini biasanya memiliki pilihan-pilihan yang terdapat pada
permukaan kain.

Cara membuat tusuk kepala peniti:


a. Tusukkan jarum dari bawah kain.
b. Masukkan benang ke dalam jarum sebanyak 5 lilitan atau sesuai dengan besar
dan panjang tusuk yang Anda inginkan.
c. Tariklah jarum dengan cara menahan benang pada jarum pertama yang
ditusukkan (titik pertama).
d. Tusukkan jarum kembali pada posisi dekat dengan titik pertama jarum
ditusukkan.
e. Lakukan seterusnya hingga tusukan merata.

10. Tusuk Palestrina


Merupakan tusuk hias dengan arah horizontal dan meninggalkan
tonjolan/buhulan pada setiap tusukannya.
Cara membuat tusuk palestrina:
a. Tusukkan jarum dari bawah kain ke arah atas.
b. Tusukkan kembali jarum dengan 3 mm dengan bentuk garis vertical
c. Selipkanlah jarum pada benang yang berada di bagian bawah kain.
d. Tarik benang secara perlahan dan jaga benang agar tidak lepas.
e. Selipkan jarum dari bagian bawah menuju ke atas kain, kemudian tarik dan jaga
ketegangannya.
f. Lakukan seterusnya hingga jarak yang ditentukan.

11. Tusuk Balut


Merupakan tusuk hias yang dilakukan sebagai bagian penyelesaian pinggir
ragam hias. Tusuk ini memiliki arah diagonal yang dilakukan dari arah kiri ke arah
kanan atau sebaliknya.
Cara membuat tusuk alut:
a. Rentangkan kain yang akan dibalut.
b. Mulai tusukkan jarum dari arah bawah ke arah atas kain dengan cara melintang
di atas kain yang akan dibalut.
c. Lakukan seterusnya hingga kain terbalut sempurna.

12. Tusuk Holben


Merupakan tusuk hias yang memiliki arah vertikal dan juga horizontal
dengan menerapkan jarak antartusukan yang sama panjang, sehingga membentuk
sebuah jajaran.

Cara membuat Tusuk Holben:


a. Tusukkan jarum dari arah bawah kain dengan tusukan yang berbentuk garis
lurus dengan jarak 0,5 cm.
b. Tusukkan jarum ke atas kain dengan membentuk garis vertikal dari bagian
bawah kain.
c. Tusukkan kembali jarum ke arah bawah dengan membentuk garis vertikal dari
bagian atas kain.
d. Lakukan seterusnya hingga jarak yang ditentukan.

13. Susuk Pipih


Merupakan susuk hias yang dibuat dengan tujuan untuk menutupi seluruh
permukaan ragam hias. Susukan dilakukan dengan cara turun naik dengan jarak
yang sama panjang.
Cara membuat Susuk pipih:
a. Susukkan jarum dari bagian dalam kain.
b. Susukkan kembali jarum dari bagian luar kain dengan arah vertikal.
c. Susukkan jarum dari bagian dalam, tepat di sebelah jarum pertama ditusukkan.
d. Susukkan kembali jarum pada bagian luar kain ke bagian dalam kain dengan
arah vertikal.
e. Lakukan seterusnya hingga jarak yang diinginkan.

Tusuk Pipih
Macam-macam tusuk hias :
14. Tusuk Jelujur
Merupakan tusuk hias yang memiliki arah horizontal, jarak dan ukuran antara
tusuk yang naik turun dibuat dengan panjang yang sama.
Cara membuat tusuk jelujur:
a. Tusuk jarum dari bawah kain ke atas.
b. Terapkan jarak antara tusukan lainnya sekitar 0,5 cm, kemudian tusukkan
kembali jarum ke bawah.
c. Setelah diukur dengan jarak yang sama, Anda bisa menusukkan kembali jarum
ke atas.
d. Begitu seterusnya hingga selesai.

Contoh Tusuk Jelujur

15. Tusuk Tikam Jejak


Merupakan tusuk hias yang memiliki arah horizontal. Pada dasarnya, tusuk ini
hampir sama dengan tusuk jelujur. Hanya saja, setengah dari ukuran tusuk dibuat
saling bersentuhan. Pada tusuk ini, jahitan terlihat seperti sentikan mesin. 

Cara Membuat Tusuk Tikam Jejak:


h. Tusukkan jarum dari arah bawah kain ke atas.
i. Terapkan jarak sekitar 0,5 cm, lalu tusukkan kembali jarum ke arah bawah kain.
j. Berikan jarak yang sama, lalu tusukkan kembali ke atas.
k. Tusukkan jarum ke arah bawah pada titik yang sama pada bagian ujung benang
yang terakhir.
l. Tusukkan kembali jarum dari arah kain yang sebelah dalam ke arah kain bagian
luar, terapkan jarak 1 cm.
m. Tusukkan kembali jarum ke bagian bawah, dimulai dari titik yang sama pada
ujung benang yang terakhir.
n. Lakukan seterusnya hingga batas yang ditentukan.

Tusuk Tikam Jejak


16. Tusuk Rantai
Merupakan tusuk hias yang memiliki arah vertikal maupun horizontal, dengan
bentuk tusukan saling tindih-menindih yang menyerupai sambungan rantai.
Cara membuat tusuk rantai:
e. Tusukkan jarum dari bawah kain ke arah atas.
f. Tusukkan kembali jarum dari arah atas ke bawah, tepatnya di sebelah titik
pertama jarum ditusukkan.
g. Terapkan jarak sekitar 0,5 cm, kemudian tusukkan jarum dari bawah dan kaitkan
jarum pada benang yang tersisa pada tusukan pertama.
h. Lakukan seterusnya hingga jarak yang diinginkan.

Tusuk Rantai

17. Tusuk Batang


Merupakan tusuk hias dengan arah diagonal dan setengah dari ukurannya saling
bersentuhan.
Cara membuat tusuk batang:
g. Tusukkan jarum dari kain yang bagian dalam ke luar.
h. Terapkan jarak sekitar 0,5 cm, kemudian tusukkan kembai jarum ke arah dalam.
i. Tusukkan jarum ke arah luar dari titik setengah jarak tusukan pertama.
j. Dengan jarak yang sama, yakni 0,5 cm, Anda bisa menusukkan jarum ke arah
bawah.
k. Tusukkan jarum ke arah atas dari titik yang sebelumnya.
l. Lakukan seterusnya hingga jarak yang diinginkan.

Tusuk Batang
18. Tusuk Veston
Merupakan tusuk hias dengan dua arah, yakni arah vertikal dan horizontal,
namun pada kedua arah kaki tusuk terdapat pilinan.
Cara membuat tusuk veston:
g. Tusukkan jarum pada bagian dalam kain.
h. Tusukkan jarum dari bagian luar ke dalam dengan membuat garis diagonal.
i. Tusukkan benang dari bagian dalam kain berbentuk tegak lurus.
j. Sebelum menusukkan kembali, kaitkan jarum pada benang yang sebelumnya.
k. Setelah dikaitkan, Anda bisa menarik benang dan melanjutkan hingga batas yang
diinginkan, yakni sampai membentuk siku.
l. Lakukan seterusnya hingga selesai.

Tusuk Veston

19. Tusuk Silang


Merupakan tusuk hias yang memiliki arah diagonal yang pada bagian
tengah terdapat persilangan antara tusuk bagian atas dan tusuk bagian bawah. Tusuk
ini  memiliki berguna untuk membuat hiasan.

Cara Membuat Tusuk Silang:


f. Tusukkan jarum dari bagian dalam ke arah atas.
g. Tusukkan jarum dari arah atas ke arah diagonal.
h. Lakukan hingga jarak tusuk silang yang diinginkan.
i. Kemudian putar kembali ke arah tusukan pertama hingga benang terlihat saling
bertindihan dan berbentuk silang.
j. Lakukan seterusnya hingga selesai.

Tusuk Silang

20. Tusukan Flanel


Merupakan tusukan dengan arah diagonal yang bagian atas dan bawahnya
menggunakan tusuk bersilang. Tusuk flanel ini biasanya memiliki fungsi sebagai
pelindung bagian pinggir busana yang selesai diobras.
Cara membuat tusuk flanel:
f. Tusukkan jarum pada bagian dalam kain (bagian buruk).
g. Tusukkan kembali pada bagian luar kain dengan tusukan diagonal
h. Lakukan tusukan dengan langkah mundur, kira-kira 0,75 cm.
i. Lakukan seterusnya hingga batas yang sudah ditentukan.
j. Agar mendapatkan hasil tusukan yang baik di bagian bawah busana atau kain,
Anda bisa melakukannya dengan halus saat menusukkan jarumnya.

Tusuk Flanel

21. Tusuk Biku


Tusuk biku disebut juga tusuk piquar yang merupakan tusuk yang
memiliki arah diagonal ke kiri dan ke kanan serta berbentuk biku-biku. Tusuk ini
berfungsi untuk memasangkan bulu-buluan pada jaket, jas, atau mantel. Selain itu,
tusuk piquar juga bisa digunakan sebagai tusuk hias pada busana atau hiasan rumah
tangga.
Cara membuat tusuk biku:
e. Tusukkan jarum dari bawah kain ke atas dengan arah diagonal.
f. Tusukkan kembali jarum ke atas dengan membentuk garis diagonal pada bagian
buruk kain.
g. Tusukkan jarum pada bagian benang terakhir, sehingga menyerupai biku-biku.
h. Lakukan seterusnya hingga jarak yang dibutuhkan.

Tusuk Biku

22. Tusuk Kepala Peniti


Merupakan tusuk hias yang menutupi semua permukaan ragam hiasan.
Tusuk kepala peniti ini biasanya memiliki pilihan-pilihan yang terdapat pada
permukaan kain.

Cara membuat tusuk kepala peniti:


a. Tusukkan jarum dari bawah kain.
b. Masukkan benang ke dalam jarum sebanyak 5 lilitan atau sesuai dengan besar
dan panjang tusuk yang Anda inginkan.
c. Tariklah jarum dengan cara menahan benang pada jarum pertama yang
ditusukkan (titik pertama).
d. Tusukkan jarum kembali pada posisi dekat dengan titik pertama jarum
ditusukkan.
e. Lakukan seterusnya hingga tusukan merata.

23. Tusuk Palestrina


Merupakan tusuk hias dengan arah horizontal dan meninggalkan
tonjolan/buhulan pada setiap tusukannya.
Cara membuat tusuk palestrina:
g. Tusukkan jarum dari bawah kain ke arah atas.
h. Tusukkan kembali jarum dengan 3 mm dengan bentuk garis vertical
i. Selipkanlah jarum pada benang yang berada di bagian bawah kain.
j. Tarik benang secara perlahan dan jaga benang agar tidak lepas.
k. Selipkan jarum dari bagian bawah menuju ke atas kain, kemudian tarik dan jaga
ketegangannya.
l. Lakukan seterusnya hingga jarak yang ditentukan.

24. Tusuk Balut


Merupakan tusuk hias yang dilakukan sebagai bagian penyelesaian pinggir
ragam hias. Tusuk ini memiliki arah diagonal yang dilakukan dari arah kiri ke arah
kanan atau sebaliknya.
Cara membuat tusuk alut:
d. Rentangkan kain yang akan dibalut.
e. Mulai tusukkan jarum dari arah bawah ke arah atas kain dengan cara melintang
di atas kain yang akan dibalut.
f. Lakukan seterusnya hingga kain terbalut sempurna.

25. Tusuk Holben


Merupakan tusuk hias yang memiliki arah vertikal dan juga horizontal
dengan menerapkan jarak antartusukan yang sama panjang, sehingga membentuk
sebuah jajaran.

Cara membuat Tusuk Holben:


a. Tusukkan jarum dari arah bawah kain dengan tusukan yang berbentuk garis
lurus dengan jarak 0,5 cm.
b. Tusukkan jarum ke atas kain dengan membentuk garis vertikal dari bagian
bawah kain.
c. Tusukkan kembali jarum ke arah bawah dengan membentuk garis vertikal dari
bagian atas kain.
d. Lakukan seterusnya hingga jarak yang ditentukan.

26. Tusuk Pipih


Merupakan tusuk hias yang dibuat dengan tujuan untuk menutupi seluruh
permukaan ragam hias. Tusukan dilakukan dengan cara turun naik dengan jarak
yang sama panjang.
Cara membuat tusuk pipih:
f. Tusukkan jarum dari bagian dalam kain.
g. Tusukkan kembali jarum dari bagian luar kain dengan arah vertikal.
h. Tusukkan jarum dari bagian dalam, tepat di sebelah jarum pertama ditusukkan.
i. Tusukkan kembali jarum pada bagian luar kain ke bagian dalam kain dengan
arah vertikal.
j. Lakukan seterusnya hingga jarak yang diinginkan.

Tusuk Pipih

C. Macam-macam Sulaman
1. Sulaman Suji (Sulaman Pipih)
Sulaman suji adalah sulaman yang dijahit dengan tusuk pipih yang
mengisi seluruh permukaan motif dengan menggunakan satu warna benang.
Konsep sulaman suji dapat dilihat dari beberapa karakter:
1) ciri khas teknik menyulam suji didesain dengan cara menjahitkan satu jajaran
tusuk pipih dengan mengisi seluruh permukaan motif dengan mutu dan bentuk
hasil tusukan sama antara bagian buruk kain dengan bagian baik kain.
2) jenis tusuk lain yang sering mendampingi adalah tusuk batang dan tusuk sari
3) satu motif diisi dengan menggunakan satu warna benang, yanh dibedakan dengan
warna tangkai/batang, daun dan bunga/putik
4) arah tusukan benang mengikuti garis lengkung karakter motif
5) ragam hias yang digunakan adalah naturalis dan dekoratif
6) pola hias yang digunakan dapat semua bentuk pola hias tergantung bentuk dan
jenis produk yang dibuat
7) bahan tekstil yang digunakan adalah kain dengan tenunan polos.
Semua konsep sulaman suji diatas, selanjutnya dituangkan kedalam
gambar desain ragam hias (aktualisasi konsep ke gambar desain) sehingga
menghasilkan desain dalam suatu komposisi yang bernilai estetis sesuai dengan
karakter tusuk-tusuk hias dan pola hias yang diterapkan.

2. Sulaman Suji Cair ( Sulaman Hongkong)


Sulaman hongkong yaitu sulaman yang dijahit dengan variasi tusuk pipih
yang dijahitkan mengisi seluruh permukaan motif. jahitan yang dibuat beberapa
jajaran dengan menggunakan warna bertingkat.
Karakter desain sulaman hongkong dapat ditinjau dari beberapa hal,
seperti tusuk pipih dijahitkan bolak-balik dengan ukuran yang tidak sama panjang
atau disebut tusuk long and short stitch. Setiap jajaran tusuk menggunakan
kombinasi warna bertingkat. Warna bertingkat dapat dipilih warna value, warna
shade, atau warna tint. Warna value yaitu tingkatan warna yang terjadi dari
campuran warna hitam dan putih.
Warna shade yaitu tingkatan warna yang terjadi karena campuran warna
dengan warna hitam. Warna tint yaitu tingkatan warna yang terjadi karena
pencampuran warna dengan warna putih. Jika warna pada bagian luar motif warna
yang lebih muda maka warna benang yang digunakan makin ke dalam motif
makin tua. Lakukan sampai seluruh motif selesai disulam.

Sulaman Suji Cair

3. Sulaman Fantasi
Sulaman fantasi disebut juga sulaman bebas, karena sulaman ini didesain
dengan memvariasikan tusuk hias dan warna benang dengan bebas pada bahan
tenunan polos.
Pola hias yang digunakan untuk sulaman fantasi ini disesuaikan dengan
penempatan sulaman pada desain strukturnya. Biasanya sulaman fantasi
dikerjakan pada kain tenun rapat dan polos seperti kain tetoron, poplin, berkolin,
mori, harmonis, dan kontras, sehingga sulaman atau hiasan terlihat lebih
menonjol, menarik, dan rapi.

Sulaman Fantasi
4. Sulaman Aplikasi
Sulaman aplikasi merupakan salah satu sulaman dengan teknik lekapan.
Sulaman dengan teknik lekapan yaitu sulaman yang ragam hiasnya dibentuk dari
bahan lain, kemudian ditempelkan pada permukaan kain. Bahan tempelan untuk
membentuk ragam hias dapat berupa kain, benang yang kasar, pita atau tali, dan
payet.
Teknik lekapan bermacam-macam sesuai dengan bahan tempelan yang
digunakan, di antaranya sulaman aplikasi, sulaman inkrustasi, sulaman
melekatkan benang atau tali, melekatkan payet, dan quilting.
Tusuk hias yang dipakai untuk menempelkan ragam hias pada permukaan
kain dapat dipakai tusuk veston atau tusuk klim tergantung pada ketebalan bahan
tempelan. Untuk bahan yang tipis digunakan tusuk veston. Untuk menambahkan
hiasan pada tempelan dapat digunakan tusuk pipih atau tusuk batang.
Pola hiasan untuk aplikasi tergantung pada ragam yang digunakan
misalnya ragam hias pemandangan alam akan menggunakan pola hiasan bebas.
Apabila menggunakan ragam bunga-bunga dan lainnya dapat menggunakan
semua pola hiasan yang disesuaikan dengan penempatannya pada desain struktur.
Bahan yang digunakan yaitu kain yang akan dihias berupa tenunan polos, bahan
tempelan sesuai dengan jenis aplikasi yang diinginkan, benang jahit, dan benang
sulam.

5. Sulaman Melekatkan Benang


Sulaman melekatkan benang yaitu sulaman yang ragam hiasnya dibentuk
dari benang sulam yang kasar yang ditempelkan secara kontinu dan tidak
terputus-putus pada permukaan kain dengan tusuk hias. Benang dibentuk menjadi
ragam hias pada permukaan kain dan dijahitkan dengan tusuk balut atau silang.
Desain melekatkan benang ini ada dua jenis yaitu yang pertama desain
pinggiran yaitu benang hanya ditempelkan pada pinggiran luar ragam hias dan
yang kedua benang ditempelkan pada seluruh permukaan pada seluruh permukaan
ragam hias. Ragam hias melekatkan benang hanya menggunakan ragam hias
geometri berbentuk garis-garis lengkung. Hindari desain ragam hias yang
mempunyai lengkungan yang terlalu kecil atau lancip karena akan mempengaruhi
hasil sulaman tersebut

6. Terawang Inggris
Terawang inggris merupakan ragam hias yang dibentuk dari ragam yang
mempunyai lubang-lubang berbentuk geometris. Jenis terawang ini ada beberapa
macam diantaranya terawang hardanger, terawang inggris, terawang richeliu, suji
putih, terawang fillet, dan terawang Persia.
Terawang inggris yaitu ragam hias yang dibentuk dari ragam yang
mempunyai lubang-lubang berbentuk geometris bundaran-bundaran atau bentuk
oval yang terjadi karena kainnya ditoreh atau digunting. Tusuk yang digunakan
untuk terawang inggris ini yaitu tusuk balut sehingga kain guntingannya
tergulung, sehingga pinggiran lubang bias rapi. Terawang inggris menggunakan
warna tunggal yaitu warna yang senada atau warna yang harmonis dengan warna
kain yang akan dihias. Untuk menghasilkan aksentuasi ragam hias dapat
dilakukan dengan teknik kontras ukuran dari ragam hias atau kontras ukuran dari
lubang-lubang ragam hias.
Pola hiasan untuk terawang inggris dapat menggunakan semua pola hias
mulai dari pola hias tabor, pola hias pinggiran, pola hias mengisi bidang, atau pola
hias bebas, karena ragamnya yang kecil-kecil dan dapat diatur sesuai keinginan
para perancang. Bahan yang digunakan dapat menggunakan kain dengan tenunan
polos, benang sulam, dan benang jahit. Cara mengerjakannya yaitu terlebih
dahulu motif dipindahkan ke kain sesuai dengan penempatannya pada busana.
Jelujur sekeliling motif yang akan dilubangi kemudian toreh atau lobangi. Jelujur
berfungsi untuk tusuk penahan agar lobang tidak bertiras. Kemudian dilanjutkan
dengan membuat tusuk balut pada sekeliling lubang. Selesaikan bagian batang
dengan menggunakan tusuk batang atau tusuk tikam jejak. Rapikan sisa-sisa
benang.

7. Terawang Richelieu
Terawang Richelieu adalah terawang dengan ragam hias geometris
berbentuk oval dan bentuk lubang-lubangnya juga berbentuk oval. Pada bagian
lubang dihiasi dengan tusuk veston. Pada bagian lubang dihiasi dengan tusuk
tangkai atau tusuk batang.
Pola hiasan untuk terawang Richelieu dapat menggunakan semua pola
hias mulai dari pola hias tabur, pola hias pinggiran, pola hias mengisi bidang, pola
hias bebas, karena ragamnya kecil-kecil dan dapat diatur sesuai keinginan para
perancang. Bahan yang digunakan dapat menggunakan kain dengan tenunan
polos, benang sulam, dan benang jahit.

8. Terawang Hardanger
Terawang hardanger adalah terawang dengan ragam hais geometris
berbentuk empat persegi. Pada bagian lubang dihiasi dengan trens atau rentangan
benang dan dapat juga dihias dengan teknik sisipan atau pada rentangan benang
disisip dengan benang.
Tusuk yang digunakan untuk terawang hardanger ada dua macam yaitu
tusuk pipih dan tusuk jelujur yang dijahit bolak-balik pada pinggiran lubang.
Warna ragam hias untuk terawang hardanger menggunakan warna tunggal yaitu
warna yang senada atau warna yang harmonis dengan warna kain yag akan dihias.
Untuk menghasilkan aksentuasi pada ragam hias dapat dilakukan dengan teknik
kontras ukuran ragam hias atau kontras ukuran lubang ragam hias. Pola hias untuk
terawang Hardanger dapat menggunakan pola hias pinggiran berdiri atau
pinggiran bergantung dan pola hiasan mengisi bidang-bidang segi empat, bidang
segi tiga dan bidang belah ketupat karena untuk pola-pola lain sukar
membentuknya.Bahan yang digunakan yaitu bahan dengan tenunan polos, benang
sulam yang sewarna atau setingkat lebih tua atau lebih muda dengan bahan. Hal
yang perlu diingat dalam mengerjakan terawang adalah arah motif mengikuti serat
benang pada bahan atau kain. Semua konsep desain ragam hias yang menjadi ciri
terawang hardanger diaktualisasikan dalam gambar desain ragam hias.

Terawang Hardanger

Anda mungkin juga menyukai